Anda di halaman 1dari 20

JUDUL 1 : KOMPETISI TUMBUHAN

NAMA : SULASTRI

STAMBUK : A1J1 18 039

TUJUAN : Untuk Mengamati Pengaruh Kompetisis Intraspesifik dan Interspesifik Pada Tanaman Jagung dan Kedelai

I. HASIL PENGAMATAN
BERAT BERAT JUMLAH INDIVIDU JUMLAH INDIVIDU
SPESIES KODE PLOT
TOTAL (gr) RERATA (gr) AWAL AKHIR
Jagung J.1 47,5 1 1
Jagung J.2 78,4 2 2
74,5
Jagung J.4 81,8 4 4
Jagung J.8 90,3 8 8
Kacang hijau K.1 7,9 1 1
Kacang hijau K.2 16,6 2 2
27,9
Kacang hijau K.4 38,5 4 4
Kacang hijau K.8 48,6 8 8
Jagung 37,3 1 1
JK1
Kacang hijau 9,8 1 1
Jagung 42.4 2 2
JK2 28,15
Kacang hijau 11,6 2 2
Jagung 49.1 4 4
JK4
Kacang hijau 18.7 4 4
Grafik Berat Total Pada Tanaman Jagung

100

90

80

70

60

50
Berat Total
40

30

20

10

0
J1 J2 J4 J8

Grafik Berat Total Pada Tanaman Kacang Hijau

60

50

40

30
Berat Total

20

10

0
K1 K2 K4 K8
Grafik Berat Total Pada Tanaman Kacang Hijau

40

35

30

25

20
Berat Total
15

10

0
JK1 JK2 JK4
II. PEMBAHASAN
Makhluk hidup yang ada dalam suatu ekosistem dapat mengalami adanya interaksi
antar satu spesies dengan spesies yang lainnya. Interaksi tersebut dapat berupa interaksi
positif yang saling menguntungkan dapat juga interaksi negatif seperti kompetisi atau
persaingan. Persaingan tumbuhan dalam suatu spesies dapat dilihat dari jarak antar
tumbuhan, di mana sebenarnya persaingan yang paling keras terjadi antara tumbuhan yang
sama spesiesnya, sehingga tegakan besar dari sepesies tunggal sangat jarang ditemukan di
alam. Persaingan antar tumbuhan yang sejenis ini mempengaruhi pertumbuhannya karena
pada umumnya bersifat merugikan.
Persaingan terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun dari
spesies yang berbeda menggunakan sumber daya alam. Di dalam menggunakan sumber
daya alam, tiap-tiap organisme yang bersaing akan memperebutkan sesuatu yang diperlukan
untuk hidup dan pertumbuhannya. Menurut. persaingan yang dilakukan
organismeorganisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsure
hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau faktorfaktor ekologi lainnya
sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan
pertumbuhannya.
Jagung dan kacang hijau merupakan jenis tumbuhan dengan habitat yang berbeda.
Akan tetapi, jika keduanya ditanam pada satu media bukan tidak mungkin akan terjadi suatu
interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana keduanya tidak hanya
memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling memperebutkan unsur hara, air dan
cahaya matahari untuk berfotosintesis. Hal ini berarti terjadi tumpang tindih relung ekologi
antara jagung dan kacang hijau (Kusumawati, 2018:29). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kompetisi antar tumbuhan dapat berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor
internalnya yaitu kemampuan biji atau tumbuhan tersebut untuk bertahan hidup
berdampingan dengan tumbuhan lain. Faktor eksternal yang menjadi perebutan antar
tanaman diantaranya intensitas cahaya, unsure hara, suhu, air, oksigen , dan karbondioksida.
Selain faktor yang menjadi perebutan, ada juga faktor yang mempengaruhi keadaan
fisiologis pertumbuhan tanaman diantaranya kondisi tanah, kelembaban tanah, udara,angin,
dan gangguan dari spesies-spesies tertentu di suatu habitat juga dapat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup dan fisiologis tumbuhan. Kacang hijau dan jagung merupakan jenis
tumbuhan dengan habitat yang berbeda. Akan tetapi, jika keduanya ditanam pada satu
media bukan tidak mungkin akan terjadi suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa
kompetisi dimana keduanya tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling
memperebutkan unsur hara, air dan cahaya matahari untuk berfotosintesis.

III. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang dilakukan terhadap tanaman
jagung dan kacang hijau selama 4 minggu, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pertumbuhan tanaman jagung lebih cepat daripada tanaman kacang hijaumaka jagung
adalah pemenang dalam kompetisi intraspesifik dan interspesifik.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan intraspesifik dan interspesifik adalah
kepadatan atau jarak tanaman, luas lahan tanam, jenis tanaman, dan waktu lamanya
tanaman hidup
3. Cepat atau lambatnya perkecambahan pada tanaman juga berpengaruh terhadap
menangnya suatu tanaman dalam berkompetisi
4. Terjadinya kompetisi antar tanaman dapat menyebabkan tanaman mati

DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati, D.E.2018. Pengaruh Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays) dan Kacang Hijau (Vigna radiata).
Agroradix. Vol.1(2)
LAMPIRAN
JUDUL 2 : PRODUKTIVITAS

NAMA : SULASTRI

STAMBUK : A1J1 18 039

TUJUAN : 1. Untuk Memahami Konsep Produktivitas


2. Untuk Memahami Hubungan Produktivitas dengan Perubahan
Lingkungan
Tanah

I. HASIL PENGAMATAN
Rata-rata Pertambahan Tiap Minggu
1. Berat Rumput Basah
Pakai Pupuk : 5,233 kg
Rata-rata : 5,233 kg/ 4 = 1,30825 Kg/ Minggu
Tanpa Pupuk : 5,035 kg
Rata-rata : 5,035 Kg/ 4 = 1,25875 Kg/ Minggu
2. Berat Rumput Kering
Pakai Pupuk : 2,789 kg
Rata-rata : 2,789 kg/ 4 = 0,69725 Kg/ Minggu
Tanpa Pupuk : 2, 677 kg
Rata-rata : 2, 677 kg / 4 = 0,66925 Kg/ Minggu
Adapun Hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel berikut:
Minggu ke-1

BERAT BERAT
TRANSEK
BASAH (kg) KERING (kg)

I 1,335 0,587
II 1,456 0,543
RATA-
1,3955 0,565
RATA
Minggu Ke-2

BERAT BERAT
TRANSEK
BASAH (Kg) KERING (Kg)
I 2,788 1,007
II 2,942 1,100
RATA- 2,868 1,0535
RATA

Minggu ke-3

BERAT BERAT
TRANSEK
BASAH (Gr) KERING (Gr)
I 3,988 1,685
II 4,132 1,904
RATA-
4,06 1,7945
RATA

Minggu ke-4

BERAT BERAT
TRANSEK
BASAH (Gr) KERING (Gr)
I 5,307 1,977
II 5,678 2,022
RATA-
5,4925 2,0495
RATA
Keterangan:
Transek 1 = Pakai Pupuk
Transek 2 = Tanpa Pupuk

Rata-Rata Produktivitas Per Minggu

RATA -
RATA- RATA
MINGGU RATA
BERAT
KE BERAT
KERING (Kg)
BASAH (Kg)
KE-1 1,3955 0,565
KE-2 2,868 1,0535
KE-3 4,06 1,7945
KE-4 5,4925 2,0495
6

4
Rata-Rata Berat
3 Basah
2 Rata-Rata Berat
Kering
1

0
Minggu Ke- Minggu Ke- Minggu Ke- Category 4
1 2 3

II. PEMBAHASAN
Pengamatan dilakukan selama 30 hari ( 4 minggu ) dengan cara mempangkas
rumput hingga 2 cm dengan luas 5 x 5 m tanpa pupuk dan luas 5 x 5 m menggunakan
pupuk. Penyebaran pupuk pada lahan tersebut pada awal pemangkasan. Setelah 1 bulan
rumput yang tumbuh akan dipangkas kembali kemudian ditimbang untuk mengetahui berat
basah dan berat kering rumput tersebut.

4
Rata-Rata Berat
3 Basah
2 Rata-Rata Berat
Kering
1

0
Minggu Ke- Minggu Ke- Minggu Ke- Category 4
1 2 3

Gambar 1.2 Diagram Perbandingan Produktivitas Tumbuhan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan, rumput yang tumbuh pada lokasi
memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda antara lahan yang diberi pupuk dan lahan
yang tidak diberi pupuk. Tingkat pertumbuhan tertinggi yaitu pada lahan yang diberi
pupuk dengan berat basah 5,33 kg dan berat kering 2,677 kg dan pada lahan yang tanpa
pupuk dengan berat basah 5,035 kg dan berat kering 2,677 kg. Berdasarkan grafik rata-
rata berat basah dan berat kering rumput tertinggi pada minggu ke empat yaitu 5,4925 dan
2,0495 Kg
III. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan produktivitas tanaman yang paling tinggi yaitu
lahan yang telah di berikan pupuk dengan rata-rata berat basah dan berat kering pada
Minggu keempat yaitu 5,4925 dan 2,0495 kg
LAMPIRAN
JUDUL : SUKSESI

NAMA : SULASTRI

STAMBUK : A1J1 18 039

TUJUAN : Untuk Mengetahui Proses Suksesi Alami Dari Lahan Garapan dan
Lokasi
yang Mengalami Pengurasan

I. HASIL PENGAMATAN
Tanah Timbunan Simbo
A. Tabel Pengamatan Tanah Timbunan Waktu 1 (3 Minggu)

JENIS
TITIK KOORDINAT
TUMBUHAN
1 403’4”,122027’39’’,33,4m,3300
2 403’4”,122027’38’’,33,5m,1820
3 403’4”,122027’38’’,33,8m,3030 -
4 403’4”,122027’38’’,33,7m,2300
5 403’4”,122027’38’’,31,7m,2300

B. Tabel Pengamatan Tanah Timbunan Waktu 2 (12 Bulan)

JENIS
TITIK KOORDINAT
TUMBUHAN
1 403’9”,122027’40’’,31,5m,1930  Cyperus rotundus
2 403’9”,122027’40’’,31,4m,3230  Agreratum
3 403’9”,122027’40’’,28,7m,420 conyzoides
4 403’9”,122027’41’’,30,0m,3430  Spermacoce
5 403’9”,122027’41’’,30,0m,850  Stachytarpheta
jamaicensis
 Axonopus
compressus
 Cyanthillium
cinereum
C. Tabel Pengamatan Tanah Timbunan Waktu 3 (20 tahun)

JENIS
TITIK KOORDINAT
TUMBUHAN
1 403’8”,122027’40’’,24,9m,1040  Mangifera indica
2 403’8”,122027’40’’,24,6m,1890  Parkia speciosa
3 403’8”,122027’41’’,24,6m,2590  Annona muricata
4 403’8”,122027’41’’,25,4m,3330  Swietenia
5 4 3’8”,122 27’40’’,24,2m,239
0 0 0
mahagoni
 Axonopus
compressus
II. PEMBAHASAN
Proses suksesi vegetasi merupakan perubahan utama yang mempengaruhi
perkembangan kondisi lahan dan suhu permukaan. Suksesi vegetasi merupakan kondisi
pertumbuhan vegetasi yang serentak pasca terjadinya fenomena alam maupun buatan
yang berpengaruh besar terhadap perubahan lingkungan. Prinsip dasar dalam suksesi
yakni adanya serangkaian perubahan komunitas tumbuhan bersamaan dengan perubahan
tempat tumbuh. Perubahan ini terjadi secara berangsur-angsur dan melalui beberapa
tahap dari komunitas tumbuhan sederhana sampai klimaks (Nuzulah, 2016 : 1-2).

Pengamatan pada lahan tanah timbunan yang telah 3 minggu tidak ditemukan
tumbuhan yang tumbuh. Lahan tanah timbunan yang telah 12 bulan (1 tahun) ditemukan
beberapa jenis tumbuhan pionir. Dan pada lahan timbunan yang telah 20 tahun
ditemukan banyak jenis pohon. Hal ini disebabkan karena proses suksesi terjadi dalam
waktu yang lama dan terjadi secara bertahap sehingga semua lahan suksesi memiliki hasil
pengamatan yang berbeda-beda.

Ilmu ekologi dikenal suatu proses suksesi tumbuhan yang dikendalikan oleh
berbagai hukum alam, dan berakhir pada suatu stadia klimaks/puncak yang seimbang
secara dinamis dengan lingkungannya. Suksesi adalah suatu rangkaian perubahan
masyarakat tumbuhan (komposisi dan struktur) bersamaan dengan perubahan habitat
tempat tumbuhnya, terutama iklim mikro dan tanahnya. Suksesi dapat berjalan maju,
yaitu mulai dari keadaan terbuka tanpa tumbuhan, hingga mencapai tahap klimaks setelah
melalui tahapan tumbuhan pionir, dan jenis-jenis tumbuhan berikutnya yang lebih toleran
terhadap keadaan lingkungannya (Jinarto, S. 2019 : 340).

III. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan diatasmaka dapat disimpulkan Pergeseran vegetasi
pada daerah suksesi dan perubahan jumlah vegetasi serta jenis vegetasi setiap minggunya
yang menunjukkan laju penutupan jenis vegetasi yang setiap minggunya mengalami
perubahan jumlah vegetasi menjadi lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, W., F., Hikmat, A., Widyatmoko, D. 2016. Komunitas Floristik dan Suksesi
Vegetasi Setelah Erupsi 2010 diGunungMerapi Jawa Tengah (Floristic
Community and Vegetation Succession after the 2010 Eruption ofMountMerapi
CentralJawa). Jurnal Biologi Indonesia. Vol. 12 (1)

Nuzulah., Siti., N., Purwanto., Bachri, S. 2016. Kajian Dinamika Suksesi Vegetasi di
Kawasan Terdampak Erupsi Gunung Api Kelud Berbasis Data Penginderaan
Jauh Tahun 2013-2016. Jurnal Media Komunikasi Geografi. Vol. 17 (1)
JUDUL : ANALISIS VEGETASI 3 TEKNIK SAMPLING (PENYEBARAN
LUAS : MINIMUM DAN JUMLAH SAMPEL)

NAMA : SULASTRI

STAMBUK : A1J1 18 039

TUJUAN : Memahami dan Menguasai Cara Menyebarkan Sampel, Menentukan


Luas
Minimum dan Jumlah Minimum

I. HASIL PENGAMATAN
a. Menentukan Luas Minimum
1) Data Persegi Bujur Sangkar
NO Nama Spesies Frekuensi Kerapatan Dominansi Indeks
Relatif Relatif Relatif Nilai
(FR%) (KR%) (DR%) Penting
(INP)
1. Centella asiatica 17,64 % 3,85 % 7,70 % 29,19
2. Lygodium scandens 2,94 % 0,09 % 0,30 % 3,33
3. Arachis pintoi 17,64 % 9,55 % 13,50 % 40,69
4. Rudbeckia laciniata 2,94 % 0,09 % 0,20 % 3,23
5. Axonopus compressus 17,64 % 79,91 % 67,50 % 165,05
6. Mimosa pudica 11,76 % 0,79 % 1,60 % 14,15
7. Tridens strictus 5,88 % 0,36 % 0,30 % 6,54
8. Synedrella nodiflora 2,94 % 0,45 % 0,40 % 3,79
9. Eupatorium odoratum 2,94 % 0,09 % 0,10 % 3,13
10. Lindernia dubia 5,88 % 0,27 % 0,20 % 6,35
11. Melicoccus bijugatus 2,94 % 0,18 % 0,20 % 3,32
12. Sonchus oleraseus 2,94 % 0,09 % 0,10 % 3,13
13. Cyperus rotundus 5,88 % 4,22 % 7,90 % 18,00

2) Data Lingkaran

Frekuensi Kerapatan Dominansi Indeks


NO Nama Spesies Relatif Relatif Relatif Nilai
(FR%) (KR%) (DR%) Penting
(INP)
1. Axonopus comprosossus 1,65% 11,14% 40% 52,79 %
2. Cyperus rotundus 2,47% 8,35% 133,33% 144,15 %
3. Melicoccus bijugatus 3,30% 5,57% 100% 108,87%
4. Lindernia dubia 6,61% 5,57% 50% 62,18 %
5. Phyllantus niruri 14,04% 7,88% 23,5% 45,42 %
6. Rudbeckia laciniata 16,52% 6,96% 20% 43,48 %
7. Syzigium guajava 2,47% 8,35% 133,33% 144,15 %
8. Lygodium scandens 2,47% 8,35% 133,33% 144,15 %
9. Tridens strictus 1.65% 2,78% 200% 204,43 %
10. Strobilathe scrispa 1,65% 2,78% 200% 204,43 %
11. Cocos nucifera 0,82% 1,39% 400% 402,21 %
12. Imperata cylindrical 3,30% 5,57% 100% 108,87 %
13. Sonchus oleraseus 2,47% 2,08% 133,33% 137,88 %
14. Borreria laevis 1,65% 5,57% 200% 207,22 %
15. Mimosa pudica 7,43% 6,26% 44,4% 58,09 %
16. Eupatorium odoratum 0,82% 0,44% 400% 401,26 %
17. Centella asiatica 12,39% 6,96% 26,6% 44,95 %
18. Synedrella nodiflora 1,65% 0,85% 200% 202,5 %
19. Iris seudacorus 4,13% 2,22% 80% 86,35 %
20. Ipomoea batatas 12,39% 5,01% 26,6% 44 %

b. Menentukan Jumlah Minimum

Frekuensi Kerapatan Dominansi Indeks


NO Nama Spesies Relatif Relatif Relatif Nilai
(FR%) (KR%) (DR%) Penting
(INP)
1. Axonopus compressus 8,510 % 11,65 % 7,1 % 27,26
2. Cyperus rotundus 8,510 % 10,38 % 2,2 % 21,09
3. Rudbeckia laciniata 2,127 % 22,15 % 1,8 % 26,08
4. Zoysia japonica 2,127 % 7,40 % 18,8 % 28,33
5. Carex vulpinoidea 6,382 % 16,29 % 9% 31,67
6. Tridens strictus 2,127 % 0,22 % 2,9 % 5,25
7. Mimosa pudica 6,382 % 0,054 % 2,3 % 8,74
8. Lindernia dubia 2,127 % 0,60 % 1% 3,73
9. Centella asiatica 6,382 % 1,87 % 6,1 % 14,35
10. Imperata cylindrica 6,382 % 1,21 % 7,8 % 15,39
11. Sonchus oleraseus 4,255 % 0,054 % 1,1 % 5,41
12. Syzigium guajava 2,127 % 0,054 % 5,2 % 7,38
13. Phyllantus niruri 4,255 % 16,57 % 2,3 % 23,13
14. Arachis pintoi 4,255 % 0,662 % 9,3 % 14,22
15. Strobilathes crispa 4,255 % 1,16 % 2,7 % 8,12
16. Eupatorium odoratum 4,255 % 0,11 % 0,9 % 5,27

17. Synedrella nodiflora 2,127 % 1,76 % 5,9 % 9,79


18. Lygodium scandens 4,255 % 0,11 % 0,6 % 4,97
19. Ipomoea batatas 2,127 % 0,054 % 1,3 % 3,48
20. Melicoccus bijugatus 4,255 % 0,939 % 0,5 % 5,69
21. American germander 2,127 % 0,22 % 2,7 % 5,05
22. Iris seudacorus 4,255 % 0,054 % 2,4 % 6,71
23. Borreria laevis 4,255 % 0,276 % 5% 9,53
24. Ruwelia angustifolia 2,127 % 0,11 % 1,1 % 3,34
II. PEMBAHASAN
Teori yang menyatakan bahwa luas minimum atau kurva spesies area merupakan
langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak
contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat
tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman
yang terdapat pada areal tersebut, maka semakin luas pula petak contoh yang digunakan.
Bentuk luas minimun dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat
pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas
minimun akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat

III. KESIMPULAN
Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas
tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum dapat
digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas
minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu.
JUDUL : STUDI KOMUNITAS

NAMA : SULASTRI

STAMBUK : A1J1 18 039

TUJUAN : 1.Melakukan Analisis Vegetasi dengan Menggunakan Berbagai Teknik


Pengambilan Sampel
2. Menghitung Parameter Vegetasi yang Dianalisis yaitu Kerapatan,
Frekuensi,
Penutupan/Dominansi, Indeks Nilai Penting, Indeks Kesamaan dan
Indeks Keragaman

I. HASIL PENGAMATAN
c. Analisis Vegetasi Hutan

SPESIES FR KR DR INP
Tectona grandis 35.2490421 51.0638298 43.854696 130.1675679
Gmelina arborea 29.8850575 29.787234 36.7417826 96.4140741
Albizia chinansis 13.4099617 5.95744681 7.75969748 27.12710599
Coffea canephora 16.091954 11.0638298 10.206526 37.3623098
Gliricidia sepium 5.36398467 1.70212766 1.43729788 8.50341021

Grafik Analisis Vegetasi Hutan

140

120

100

80 FR
KR
60
DR
40
INP
20

0
Tectona Gmelina Albizia Coffea Gliricidia
grandis arborea chinansis canephora sepium
II. PEMBAHASAN

III. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai