Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN LENGKUNG TELAPAK KAKI DENGAN KELINCAHAN

(Studi pada Siswa SD Negeri Duren 1 Bandungan, Kabupaten Semarang)

Sahri, Sugiarto dan Viki Widiantoro


Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang,
sahri@mail.unnes.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan lengkung telapak kaki dengan kelincahan pada
Siswa SD Negeri Duren 1 Bandungan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan
pendekatan survei. Populasi dalam penelitian ini meliputi siswa kelas 1, 2, dan 3 SD Negeri Duren 1
Bandungan yang berjumlah 42 orang berjenis kelamin laki-laki. Teknik sampling yang digunakan adalah
total sampling. Variabel penelitian yaitu lengkung telapak kaki dan kelincahan. Instrumen yang digunakan
untuk mengukur lengkung telapak kaki adalah footprint angle dengan pegograf dari Clark. Sedangkan
untuk mengukur kelincahan menggunakan tes lari bolak-balik berjarak 10 meter. Analisis data
menggunakan analisis korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 52,4% siswa memiliki
lengkung telapak kaki datar (flat foot) dan 47,6% memiliki lengkung telapak kaki normal. Siswa dengan
kelincahan baik dan sedang masing-masing sebesar 33,3%. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p-value
sebesar 0,025 (α=< 0.05) dengan nilai koefisien korelasi Spearman (rs) sebesar +0,345. Simpulan
penelitian ini yaitu terdapat hubungan lengkung telapak kaki (arcus pedis) dengan kelincahan.

Kata Kunci: Lengkung Telapak Kaki, Kelincahan Gerak

PENDAHULUAN menahan beban berat badan secara memegas,


Aktivitas fisik memerlukan energi untuk dan melakukan pergerakan (Jamalludin, 2007).
kontraksi otot yang berasal dari makanan dan Sementara telapak kaki yang tidak normal
oksigen. Aktivitas fisik selama beberapa waktu memiliki lengkung telapak kaki kolaps dan
dapat menyebabkan kelelahan saat berolahraga seluruh atau sebagian permukaan telapak kaki
ringan seperti berjalan atau berlari. Kaki berkontak dengan lantai. Telapak kaki tidak
merupakan bagian anggota gerak yang sangat normal sering disebut juga telapak kaki datar atau
penting untuk berjalan, dan berfungsi sebagai dalam bahasa latinnya flat foot atau pes planus.
tuas/pengungkit sehingga kaki merupakan bagian Telapak kaki rata merupakan sebuah deformitas
penerima gaya deformitas, maka bentuk telapak dimana flat foot sendiri disebabkan kelainan
kaki memiliki peran yang sangat penting dalam posisi tulang, jaringan sendi terlalu fleksibel,
menjalankan setiap aktivitas secara fisik overweight, kelemahan otot, kompensasi dari
(Herianto dan Aminoto, 2013: 71). kaki X, dan kelainan rotasi kaki (Franco, 1987).
Secara umum bentuk kaki dapat Beberapa hasil penelitian menunjukkan,
dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu bentuk bahwa bentuk kaki datar (flat foot) tanpa
telapak kaki normal dan bentuk telapak kaki tidak lengkung kurang mampu berfungsi sebagai tuas
normal. Telapak kaki normal mempunyai atau pengungkit untuk mengungkit tubuh pada
cekungan di bagian sebelah dalam. Kondisi saat kaki akan meninggalkan pijakan pada
tersebut memberikan kekuatan yang lebih untuk proses berjalan. Lengkung kaki yang tidak

120
Hubungan Lengkung Telapak Kaki ….
Sahri, Sugiarto dan Viki Widiantoro

tumbuh normal menyebabkan gangguan perubahan posisi. Irawadi (2011:111) juga


keseimbangan, tidak stabil, keluhan lelah bila berpendapat sama, bahwa kelincahan termasuk
berjalan lama, sepatu bagian tumit cepat aus, salah satu unsur kondisi fisik yang merupakan
cedera berlebihan dan rasa nyeri gabungan dari unsur kekuatan, kecepatan dan
(Canale, 1998; Ferry, 2006). kelenturan.
Hasil kajian lain yang dilakukan oleh Hsing Pendapat-pendapat tersebut di atas
(2007) yang dilakukan di Taiwan menunjukkan, menujukkan, bahwa secara teori seseorang
bahwa 8700 orang individu yang mengalami dengan bentuk telapak kaki datar (Flat Foot)
masalah kaki datar (flat foot) tidak hanya memiliki kelincahan yang kurang baik dibanding
mengalami kesukaran berjalan, tetapi juga dengan seseorang yang memiliki bentuk telapak
mengalami masalah keseimbangan badan, serta kaki normal, sebab banyak gangguan aktivitas
mengalami komplikasi pada kaki. Kajian lainnya fisik yang dirasakan, seperti: gangguan
yang dilakukan oleh Lutfie (2007) tentang keseimbangan, tidak stabil, keluhan lelah bila
hubungan antara derajad lengkung kaki dengan berjalan lama, cedera berlebihan dan rasa nyeri.
tingkat kemampuan endurance pada calon Kondisi-kondisi demikian tentu akan mengganggu
jemaah haji di Jakarta Timur pada tahun 2007 aktivitas fisik yang berhubungan dengan
juga menunjukkan, bahwa calon jemaah haji kelincahan yang bukan merupakan komponen
dengan bentuk kaki datar (flat foot) tingkat fisik tunggal yang berdiri sendiri, tetapi tersusun
kemampuan kebugarannya (endurance) kurang dari komponen koordinasi, yaitu reaksi, kekuatan,
sehingga dinyatakan tidak mampu haji. kecepatan, keseimbangan, daya ledak,
Uraian di atas memberikan gambaran, perubahan arah dan perubahan posisi.
bahwa seseorang dengan bentuk kaki datar (Flat Namun demikian terdapat juga pendapat
Foot) memiliki kemampuan aktivitas fisik yang lain yang mengatakan tidak semua kondisi kaki
kurang baik dibandingkan dengan seseorang datar (Flat Foot) dapat menyebabkan seseorang
yang memiliki bentuk telapak kaki normal. mengalami masalah gangguan kelincahan. Hasil
Aktivitas fisik yang kurang baik tersebut tentu kajian yang dilakukan Pfeffer (2005) di Amerika
akan berdampak pada kualitas aktivitas fisik menunjukkan, bahwa 25% orang Amerika yang
lainnya, seperti halnya masalah kelincahan fisik memiliki kaki datar tidak mengalami keluhan.
(Agility). Sebab kelincahan fisik seseorang Demikian pula hasil kajian yang dilakukan oleh
(Agility) dipengaruhi oleh faktor kecepatan, Kawengian dan Supit (2013) tentang hubungan
kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi. antara sudut telapak kaki berdasarkan Clarke
Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat dengan hasil lompat tegak mahasiswi Fakultas
Gebbard (1987:112), bahwa kelincahan Ilmu Keolahragaan Universitas Manado. Hasil
dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti: kecepatan, kajian menemukan, bahwa sudut kaki
kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi. berdasarkan pedograf Clarke tidak berkorelasi
Pendapat yang sama juga dikatakan oleh dengan hasil lompat tegak mahasiswi.
Ismayarti (2008:41), bahwa kelincahan Berdasarkan hasil kajian tersebut disimpulkan
dipengaruhi oleh kekuatan, kelentukan, dan bahwa keadaan kaki rata (Flat Foot) yang
power. Bosco (1983) juga menyatakan hal yang disebabkan oleh kelainan pada tendon non
hampir sama, bahwa kelincahan merupakan vertical tidak membawa signifikansi secara
koordinasi dari reaksi, kekuatan, kecepatan, statistik dalam performa vertical jump.
keseimbangan, daya ledak, perubahan arah dan

121
Menurut Moeloek dan Tjokro (1984:8), koordinasi yang baik antara kekuatan, kecepatan,
kelincahan adalah kemampuan mengubah keseimbangan, daya ledak, perubahan arah dan
secara cepat arah tubuh atau bagian tubuh tanpa perubahan posisi. Untuk mengetahui tingkat
gangguan pada keseimbangan. Mengubah arah kelincahan seseorang, perlu.diadakan tes dan
gerakan tubuh secara berulang-ulang seperti pengukuran dalam olahraga. Ada beberapa jenis
halnya lari bolak balik memerlukan kontraksi tes untuk mengukur kelincahan, antara lain:
secara bergantian pada kelompok otot tertentu. Shuttle Run Tes (4x10 m), Dogging Run Test,
Menurut Kirkendall, Gruber, dan Johnson Squat Trust Test (Sri Haryono, 2008:27). Dalam
(1987:122), kelincahan adalah kemampuan untuk penelitian ini jenis test kelincahan yang akan
mengubah arah dan posisi tubuh atau bagian- digunakan adalah Shuttle Run Tes (4x10 m).
bagiannya secara tepat dan cepat. Selain Adapun alasan penggunaan jenis test kelincahan
dikerjakan dengan cepat dan tepat, perubahan- ini, karena test ini dinilai cocok untuk menilai
perubahan tadi harus dikerjakan dengan tanpa kelincahan siswa yang duduk di bangku SD/MI
kehilangan keseimbangan (Sharkey, 1984:45). karena sifatnya sederhana, dan mudah
Sementara menurut Irawadi (2011:108), dilakukan.
kelincahan adalah kemampuan tubuh dalam Dalam kamus kedokteran Asing-Indonesia
bergerak dan merubah arah dalam waktu yang disebutkan arti arcus pedis adalah lengkung kaki.
sesingkat-singkatnya tanpa kehilangan Lengkung kaki yang dimaksud adalah lengkung
keseimbangan. telapak kaki (Purwodarminto, 1986:28). Kaki
Kelincahan dipengaruhi oleh banyak faktor merupakan alat penyandar badan pada tanah.
diantaranya yang berhubungan dengan Supaya kaki dapat menerima berat badan secara
kecepatan, kekuatan, keseimbangan, dan memegas, maka telapak kaki tidak merupakan
koordinasi. Penjelasan tersebut sejalan dengan suatu bidang datar, melainkan merupakan bidang
apa yang dikatakan oleh Gebbard (1987:112), lengkung yang cembung ke dorsal dan cekung ke
bahwa kelincahan fisik seseorang (Agility) platar. Lengkung-lengkung itu terdapat baik pada
dipengaruhi oleh faktor kecepatan, kekuatan, arah longitudinal maupun pada arah transversal.
keseimbangan, dan koordinasi. Pendapat yang Lengkung longitudinal ada dua buah, yaitu medial
hampir sama juga dikatakan oleh Bosco dan lateral. Lengkung transversal sebenarnya
(1983:25), bahwa kelincahan merupakan setengah lengkung dan baru merupakan
koordinasi dari reaksi, kekuatan, kecepatan, lengkung sempurna jika kedua kaki ditaruh
keseimbangan, daya ledak, perubahan arah dan berdampingan. Dengan adanya lengkung-
perubahan posisi. Irawadi (2011:111) juga lengkung kaki itu maka tapak kaki tidak
berpendapat sama, bahwa kelincahan termasuk seluruhnya akan mengenai tanah. Pada bagian
salah satu unsur kondisi fisik yang merupakan medial telapak kaki biasanya tidak mengenai
gabungan dari faktor kekuatan, kecepatan dan tanah karena lengkung medial lebih tinggi. Tetapi
kelenturan. kadang-kadang lengkung itu merendah, misalnya
Dengan menggabungkan beberapa pada keadaan yang dinamakan pes planis
pendapat di atas, maka dapat dikatakan, bahwa (bentuk datar) sehingga juga bagian medial tapak
faktor-faktor yang mempengaruhi kelincahan kaki akan memberikan bekas kaki pada lantai.
adalah kekuatan, kecepatan, keseimbangan, Bagian lateral juga mengenai tanah oleh karena
daya ledak, perubahan arah dan perubahan itu lengkung longitudinalis lateral rendah
posisi. Sehingga kelincahan terbentuk dari (Munandar, 1991:137).

122
Hubungan Lengkung Telapak Kaki ….
Sahri, Sugiarto dan Viki Widiantoro

Dengan adanya arcus pedis ini maka berat METODE


tubuh akan terbagi dua secara seimbang ke Jenis penelitian yang digunakan adalah
depan dan belakang telapak kaki. Pada saat kuantitatif dengan pendekatan survei, sementara
berdiri normal, setengah dari berat badan desainnya adalah komparatif. Populasi dan
ditopang oleh tumit dan setengah lagi oleh sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 42
metatarsal, sepertiga dari berat badan yang orang siswa kelas 1, 2, 3 yang berjenis kelamin
ditopang tulang metatarsal adalah oleh tulang laki-laki di SD Negeri Duren I Kecamatan
metatarsal pertama dan sisanya oleh caput Bandungan Kabupaten Semarang. Variabel yang
metatarsal. Beban titik tumpu juga akan tersebar dipilih dalam penelitian ini adalah: 1) variabel
merata di bagian depan pada tulang sesamoid independen (X)=Arcus Pedis. Arcus pedis adalah
capitulum ossi metatarsal I serta capituli osseum lengkung kaki. Lengkung kaki yang dimaksud
metatarsal II-IV dan belakang telapak kaki pada adalah lengkung telapak kaki (Purwodarminto,
processus medialis tuberis calcanei; sedangkan 1986:28), dan 2) variabel dependen (Y) =
pusat gravitasi berada di tengah garis bidang Kelincahan. Kelincahan adalah kemampuan
sagital tubuh, sehingga tidak ada bagian tubuh tubuh dalam bergerak dan merubah arah dalam
yang bekerja lebih berat. Namun hal ini akan waktu yang sesingkat-singkatnya tanpa kehi-
berbeda apabila tumit kedua kaki diletakkan pada langan keseimbangan (Irawadi, 2011:108).
penyangga, sehingga tumit berada lebih tinggi, Instrumen yang digunakan untuk mengukur
seperti pada posisi plantarfleksi atau seperti lengkung telapak kaki responden, yaitu siswa SD
memakai sepatu hak tinggi; pada posisi seperti ini Negeri Duren 1 yang berusia dibawah10 tahun
maka titik tumpu akan lebih besar pada kaki adalah Footprint angle yang diukur dengan
bagian depan untuk menopang sebagian besar bantuan pegograf dari Clarke. Instrumen yang
berat badan yang sebelumnya merupakan fungsi digunakan untuk mengukur kelincahan respon-
sebagian dari tumit (Winata, 2011). den, meliputi: a) stop-watch untuk mencatat
Sedangkan faktor-faktor yang memper- waktu, b) formulir dan alat tulis, dan c) lapangan.
tahankan lengkung-lengkung dari keping-keping Lintasan lari yang datar berjarak 10 meter
tulang antara lain: 1) pengikat-pengikat dengan kedua ujungnya dibatasi dengan garis
intersegmental (Pengikat-pengikat yang lurus. Pada kedua ujung lintasan dibuat setengah
menghubungkan keeping-keping dengan lingkaran dengan jari-jari 30 cm untuk tempat
sesamanya); 2) pengikat-pengikat interpillar balok-balok berukuran: 5x5x5 cm. Hal-hal yang
(pengikat-pengikat yang menghubungkan kedua perlu diperhatikan dalam hal ini adalah: 1) balok-
ujung lengkung) dan 3) sengkang (trap) yang balok kayu dapat diganti dengan benda-benda
berjalan di bawah bagian lengkung yang tertinggi lain yang mendekati ukuran balok kayu tersebut,
dan melakat pada bagian di luar lengkung. dan 2) dua buah balok diletakkan dalam
Lengkung tranversal dipertahankan oleh faktor- setengah lingkaran dari setiap lintasan yang
faktor intersegmental dan interpillar saja, letaknya berlawanan dengan tempat start. Untuk
sedangkan faktor sengkang tidak terdapat pada menjalankan semua instrumen pengkuran
lengkung ini karena tidak adanya tempat kelincahan tersebut diikut sertakan pengetes
pelekatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui yang terdiri dari, stater 1 orang, pengawas 1
hubungan lengkung talapak kaki dengan orang dan pencatat waktu 1 orang. Analisis data
kelincahan gerak siswa SD Negeri Duren 1 pada penelitian ini menggunakan korelasi
Bandungan, Kabupaten Semarang Jawa Tengah. spearman.

123
HASIL PENELITIAN
Statistik deskripsi
Arcus pedis
Arcus pedis atau lengkung kaki hasil
pengukuran menggunakan pedograf dari Clarke
diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Deskripsi Arcus Pedis

No. Arkus Pedis Frekuensi Persentase (%)


1 Normal 20 47,60
2 Flat Foot 22 52,40
Total 42 100,00

Tabel di atas menunjukkan bahwa Kelincahan Responden


sebagian besar responden memiliki kaki rata (flat Kelincahan siswa dalam melakukan
foot) (22 orang atau 52,40%), sementara lainnya, Shuttle Run Tes (4x10 m), berikut uraiannya:
yaitu 20 orang (47,60%) memiliki kaki normal.

Tabel 2. Kelincahan siswa

No. Kelincahan Frekuensi Persentase(%)


1 Baik Sekali 1 2,40
2 Baik 14 33,30
3 Sedang 14 33,30
4 Kurang 9 21,40
5 Kurang Sekali 4 9,50
Total 42 100,00

Tabel di atas menunjukkan bahwa Hasil Pengujian Statistik


mayoritas responden masing-masing memiliki Analisis data dalam penelitian ini dilakukan
kelincahan baik (14 orang atau 33,30%), dan untuk menjawab kebenaran hipotesis penelitian
sedang (14 orang atau 33,30%), sementara yang menyatakan, “terdapat hubungan lengkung
minoritas responden (1 orang atau 2,40%) telapak kaki (arcus pedis) terhadap kelincahan
memiliki kelincahan baik sekali.
gerak pada siswa usia dibawah 10 tahun”. Untuk
maksud tersebut digunakan alat analisis yaitu
korelasi spearman. Adapun hasilnya dapat dilihat
pada uraian di bawah ini:

124
Hubungan Lengkung Telapak Kaki ….
Sahri, Sugiarto dan Viki Widiantoro

Tabel 3. Analisis korelasi lengkung telapak kaki dengan kelincahan

Lengkung Kaki Kelincahan Gerak


Keterangan
(X) (Y)

Spearman's Lengkung Kaki Correlation 1,000 ,345(*)


rho (X) Coefficient
Sig. (2-tailed) . ,025
N 42 42
Kelincahan Gerak Correlation ,345(*) 1,000
(Y) Coefficient
Sig. (2-tailed) ,025 .
N 42 42
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil uji statistik menunjukkan nilai p-value 11,9%), kurang (8 orang atau 19%), dan kurang
sebesar 0,025 (α=< 0.05), disimpulkan menolak sekali (3 orang atau 7,10%). Temuan tersebut
Ho dan menerima Ha yang berarti “Terdapat menjelaskan, walaupun mayoritas responden
hubungan lengkung telapak kaki (arcus pedis) yang memiliki lengkung kaki rata (flat foot) juga
terhadap kelincahan gerak pada siswa usia memiliki tingkat kelincahan yang kurang, namun
dibawah 10 tahun. Nilai koefisien korelasi juga terdapat responden yang memiliki tingkat
Spearman (rs) sebesar +0,345 dapat diartikan kelincahan baik.
sebagai berikut: 1) Tanda positif (+) pada nilai Hasil penelitian juga menunjukkan, bahwa
koefisien korelasi menunjukkan semakin normal responden yang memiliki lengkung kaki normal
bentuk kaki responden, maka semakin baik (20 orang atau 47,60%), terdapat 8 orang (19%)
tingkat kelincahan responden, begitu pula yang dinilai memiliki tingkat kelincahan baik, dan
sebaliknya, 2) Besarnya nilai korelasi 0,345 1 orang (2,4%) dinilai memiliki tingkat kelincahan
berarti kekuatan hubungan yang terjadi bersifat baik sekali. Sementara lainnya dinilai memiliki
lemah (0,20 – 0,399) dengan arah positif, tingkat kelincahan sedang (9 orang atau 21,4%),
(Sugiyono, 2006). kurang (1 orang atau 2,4%), dan kurang sekali (1
orang atau 2,4%). Temuan hasil penelitian
PEMBAHASAN tersebut menjelaskan, bahwa tidak sepenuhnya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki lengkung kaki normal
sebagian besar responden, yaitu siswa SD juga memiliki kelincahan yang baik atau baik
Negeri Duren I yang berusia dibawah 10 tahun sekali, sebab kenyataannya juga terdapat
memiliki kaki rata (flat foot) (22 orang atau responden yang memiliki tingkat kelincahan
52,40%) walaupun demikian hasil penilaian dengan kategori sedang, kurang, dan kurang
terhadap kelincahan responden, terdapat 6 orang sekali.
(14,30%) yang menunjukkan tingkat kelincahan Namun demikian dari hasil pemaparan
dengan kategori baik. Sementara lainnya dinilai data hasil penelitian tersebut di atas, tetap
memiliki tingkat kelincahan sedang (5 orang atau menunjukkan bahwa responden dengan

125
lengkung kaki normal lebih memiliki menyebabkan gangguan keseimbangan, tidak
kecenderungan yang lebih baik dalam hal stabil, keluhan lelah bila berjalan lama, sepatu
kelincahan dibanding dengan responden yang bagian tumit cepat aus, cedera berlebihan dan
memiliki lengkung kaki rata (flat foot). Hal rasa nyeri.
tersebut dibuktikan, bahwa pada responden yang Hasil kajian lain yang dilakukan oleh Hsing
memiliki lengkung kaki normal terdapat lebih (2007) yang dilakukan di Taiwan juga
banyak yang dinilai memiliki tingkat kelincahan memberikan dukungan, bahwa individu yang
dengan kategori baik (8 orang atau 19%), dan mengalami masalah kaki datar (flat foot) tidak
baik sekali (1 orang atau 2,4%), dibanding hanya mengalami kesukaran berjalan, tetapi juga
responden yang memiliki lengkung kaki rata (flat mengalami masalah keseimbangan badan, serta
foot) yang hanya terdapat 6 orang (14,30%) mengalami komplikasi pada kaki. Kajian lainnya
responden yang dinilai memiliki kelincahan yang dilakukan oleh Lutfie (2007) tentang
dengan kategori baik. hubungan antara derajad lengkung kaki dengan
Hasil analisis statistik hubungan lengkung tingkat kemampuan endurance pada calon
telapak kaki (arcus pedis) terhadap kelincahan jemaah haji di Jakarta Timur pada tahun 2007
gerak pada siswa usia dibawah 10 tahun dengan juga menunjukkan, bahwa calon jemaah haji
menggunakan alat analisis korelasi Spearman dengan bentuk kaki datar (flat foot) tingkat
diperoleh nilai p-value nilai p-value sebesar 0,025 kemampuan kebugarannya (endurance) kurang
(< 0.05). Disimpulkan menolak Ho dan menerima sehingga dinyatakan tidak mampu haji.
Ha yang berarti “Terdapat hubungan lengkung Uraian di atas memberikan gambaran,
telapak kaki (arcus pedis) terhadap kelincahan bahwa seseorang dengan bentuk kaki datar (flat
gerak pada siswa usia dibawah 10 tahun. Nilai foot) memiliki kemampuan aktifitas fisik yang
koefisien korelasi Spearman (rs) sebesar +0,345, kurang baik dibandingkan dengan seseorang
ini berarti bahwa kekuatan hubungan yang terjadi yang memiliki bentuk telapak kaki normal.
bersifat lemah (0,20 – 0,399) dengan arah positif, Aktifitas fisik yang kurang baik tersebut tentu
sementara tanda postif (+) pada nilai koefisien akan berdampak pada kualitas aktivitas fisik
korelasi menunjukkan semakin normal bentuk lainnya, seperti halnya masalah kelincahan fisik
kaki responden, maka semakin baik tingkat (agility). Sebab kelincahan fisik seseorang
kelincahan responden, begitu pula sebaliknya (agility) dipengaruhi oleh faktor kecepatan,
(Sugiyono, 2006) kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi.
Temuan fakta hasil penelitian ini Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat
memberikan gambaran bahwa lengkung kaki Gebbard (1987:112), bahwa kelincahan
yang normal yang dimiliki oleh siswa akan dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti: kecepatan,
memberikan dampak yang lebih baik terhadap kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi.
kelincahan geraknya. Kenyataan tersebut sejalan Pendapat yang sama juga dikatakan oleh
dengan hasil penelitian yang dilakukan Ismiyarti (2009:41), bahwa kelincahan
Canale (1998), Ferry (2006), bahwa bentuk kaki dipengaruhi oleh kekuatan, kelentukan, dan
datar (flat foot) tanpa lengkung, kurang mampu power. Bosco (1983) juga menyatakan hal yang
berfungsi sebagai tuas atau pengungkit untuk hampir sama, bahwa kelincahan merupakan
mengungkit tubuh pada saat kaki akan koordinasi dari reaksi, kekuatan, kecepatan,
meninggalkan pijakan pada proses berjalan. keseimbangan, daya ledak, perubahan arah dan
Lengkung kaki yang tidak tumbuh normal perubahan posisi. Irawadi (2011:111) juga

126
Hubungan Lengkung Telapak Kaki ….
Sahri, Sugiarto dan Viki Widiantoro

berpendapat sama, bahwa kelincahan termasuk kaki datar (flat foot) dengan melakukan terapi-
salah satu unsur kondisi fisik yang merupakan terapi yang diperlukan saat kegiatan olahraga
gabungan dari unsur kekuatan, kecepatan dan berlangsung, sehingga siswa yang memiliki
kelenturan. bentuk telapak kaki datar (flat foot) dapat
Pendapat-pendapat tersebut di atas beraktivitas layaknya siswa-siswa lain yang
menujukkan, bahwa secara teori seseorang memiliki bentuk arcus normal.
dengan bentuk telapak kaki datar (flat foot)
memiliki kelincahan yang kurang baik dibanding SIMPULAN
dengan seseorang yang memiliki bentuk telapak Berdasarkan hasil analisis dan
kaki normal, sebab banyak gangguan aktifitas pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
fisik yang dirasakan, seperti: gangguan berikut: 1) sebagian besar responden dinilai
keseimbangan, tidak stabil, keluhan lelah bila memiliki lengkung kaki datar (flat foot) (22 orang
berjalan lama, cedera berlebihan dan rasa nyeri. atau 52,40%), 2) mayoritas responden dinilai
Kondisi-kondisi demikian tentu akan mengganggu memiliki kelincahan baik (14 orang atau 33,30%),
aktifitas fisik yang berhubungan dengan dan sedang (14 orang atau 33,30%), dan 3)
kelincahan yang bukan merupakan komponen terdapat hubungan lengkung telapak kaki (arcus
fisik tunggal yang berdiri sendiri, tetapi tersusun pedis) terhadap kelincahan gerak pada siswa
dari komponen koordinasi, yaitu reaksi, kekuatan, usia dibawah 10 tahun. (nilai p-value sebesar
kecepatan, keseimbangan, daya ledak, 0,025 (< 0.05) dengan kategori lemah (0,20–
perubahan arah dan perubahan posisi. 0,399). Maka semakin normal bentuk kaki
Temuan hasil penelitian ini juga tidak jauh responden, semakin baik tingkat kelincahan
beda dengan hasil wawancara awal yang responden, begitu pula sebaliknya.
dilakukan peneliti terhadap 10 orang anak
dengan usia dibawah 10 tahun, yaitu 4 orang UCAPAN TERIMAKASIH
anak kelas 1 dan 6 orang anak kelas 2 yang Penulis mengucapkan terimaksih kepada
memiliki lengkung telapak kaki datar (flat foot). Kepala Sekolah SD Negeri Duren 1 Bandungan,
Hasil wawancara sederhana kepada 10 orang Kabupaten Semarang yang telah memberikan ijin
siswa yang didampingi guru olahraganya dan tempat penelitian. Ucapan terima kasih juga
diperoleh keterangan bahwa, 6 orang siswa penulis sampaikan kepada siswa kelas 1,2 dan 3
menyatakan sering merasa cepat lelah jika harus SD Negeri duren 1 tahun ajaran 2015/2016 yang
berjalan dari sekolah sampai ke rumah sehingga telah bersedia menjadi responden penelitian.
perlu diantar jemput oleh orang tua. Penelitian ini berhasil atas kerjasama dari tim
Berdasarkan fakta-fakta hasil penelitian, peneliti yaitu, Sugiarto dan Ciki Vidiantoro dan
maka sudah sepatutnya jika orang tua siswa untuk keduanya diucapkan terima kasih yang
yang memiliki anak dengan lengkung kaki rata sebesar-besarnya.
(flat foot) untuk segera mengambil langkah-
langkah kongkrit, misal dengan melakukan DAFTAR PUSTAKA
konsultasi kepada dokter, atau fisioterapis agar Bosco, J.S, Gustafson, W.F. 1983. Measurement
anak segera mendapat pengobatan secara dini. and Evalution in Physical Education
Sementara bagi sekolah tempat belajar siswa, Fitness, and Sport. Prentice Hall Inc:
khususnya bagi guru olahraga untuk memberikan Engleewood Cliffs.
bantuan kepada siswa yang memiliki lengkung

127
Canale, 1998, p.1712). Pes Planus: Surgical
Options, Curtin University of Western
Australia.
Gebbard, C, Le Blannc E, Lowy. S, 1987.
Physical Education for Children Building
The Fondation. New Yersey: Printice Hall
Inc Englewood Cliffs.
Hsing. Chin Hsieh, 2007, dalam komplikasi pada
kaki oleh Norlaila Hamima Jamaluddin,
Harian metro, jumat 22 juni 2007 ; the
new straits times press malaysia,
Berhad.
Ismaryati. 2008. Tes dan Pengukluran Olahraga.
Solo: LPP UNS dan UPT Penerbitan dan
Percetakan UNS.
Kawengian, Jonson B., dan Supit, Alva, 2013.
Hubungan antara sudut telapak kaki
berdasarkan Clarke dengan hasil lompat
tegak mahasiswi Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Manado.
Jurnal Vini Vidi Vici Vol. 1 No. 3 Tahun 2013
FIK Unima.
Lutfie, 2007, Hubungan antara Derajat Lengkung
Kaki dengan Tingkat Kemampuan
Endurans Pada Calon Jemaan Haji,
2007, Hasil Penelitian Hal. 343-346.
Universitas Islam Negeri, Jakarta.
Moeloek , Dangsina dan Tjokro. Arjadino, 1984.
Kesehatan dan Olahraga. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Pfeffer Glenn B, “Flat feet may have kept you
out of the army, but was it worth the
pain? Orthopaedics at the University of
California”, San Fransisco, speaking at
the American Academy of Orthopedic
Surgeons Orthopaedics Update web
conference Arch Enemy, update: April
27, 2005.

128

Anda mungkin juga menyukai