Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH BUDAYA PATRIARKI TERHADAP KASUS

KEKERASAN PEREMPUAN DI NTT


Fransisia Sari Poli Karangora

Program Studi Psikologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Nusa Cendana Kupang

Abstrak

Kesetaraan gender menjadi isu yang masih diperbincangkan oleh masyarakat

Nusa Tenggara Timur (NTT). Selama ini, masyarakat NTT cenderung menganut

budaya patriarkhi yang mengagungkan laki-laki. Perempuan masih dipandang

sebagai mahluk nomor dua yang haknya tidak sepenuh laki-laki. Kondisi ini kerap

merugikan pihak perempuan, yang tidak jarang jadi objek kekerasan dan pelecehan.
Salah satu faktor yang memepengaruhi kekerasan adalah faktor budaya di

masyarakat dimana seiring berjalannya waktu terjadi perubahan perspektif tentang

budaya patriarki yang dianut. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah

dengan mengedukasi masyarakat dan juga para pemegang kebijakan. Serta


melibatkan tokoh/lembaga adat di setiap Desa/ Kabupaten/Kota.

Kata kunci : Budaya, patriarkhi, NTT, laki-laki, perempuan

1. PENDAHULUAN

Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki


dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang

dikonstruksikan oleh kultur setempat yang berkaitan dengan peran, sifat,

kedudukan, dan posisi dalam masyarakat tersebut. Dalam konsep gender,

pembedaan antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan konstruksi secara sosial

maupun budaya. Perilaku yang menjadi identitas laki-laki maupun perempuan

dibentuk melalui proses sosial dan budaya yang telah diperkenalkan sejak lahir.

Kesetaraan gender menjadi isu yang masih diperbincangkan oleh masyarakat

Nusa Tenggara Timur (NTT). Selama ini, masyarakat NTT cenderung menganut

budaya patriarkhi yang mengagungkan laki-laki. Perempuan masih dipandang

sebagai mahluk nomor dua yang haknya tidak sepenuh laki-laki. Kondisi ini kerap

merugikan pihak perempuan, yang tidak jarang jadi objek kekerasan dan pelecehan.
Budaya merupakan salah satu bentuk kebiasaan yang susah untuk diubah,

walaupun bersifat dinamis. Salah satu budaya yang susah untuk dipatahkan adalah

budaya patriarki yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia timur. Patriarki

merupakan sistem pengelompokan masyarakat sosial yang mementingkan garis

keturunan bapak/laki-laki (Sastryani, 2007:42)

2. METODOLOGI

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang berfokus pada

pemahaman terhadap fenomena sosial dan juga studi kasus yang terjadi di

masyarakat. Juga digunakan teknik pengumpulan data menggunakan metode

kepustakaan dengan cara membaca, menelaah dan mencatat berbagai literatur atau

bahan bacaan yang sesuai dengan pokok bahasan, kemudian disaring dan

dituangkan dalam kerangka pemikiran secara teoritis.

3. PEMBAHASAN

Menurut data yang diperoleh dari para informan di Kupang dan Atambua, kasus

kekerasan terhadap perempuan khususnya isteri terjadi karena adanya perubahan


perspektif terhadap belis. Belis tadinya bermakna bahwa untuk mendapatkan isteri

itu tidaklah mudah untuk itu perempuan harus dihargai (demikian menurut

informan kami Ibu Maria Louis dan kanit PPA Polres Kupang). Akan tetapi dalam

perjalanan waktu terdapat pergeseran makna dari belis itu. Pihak laki-laki karena

merasa telah mengeluarkan sejumlah uang untuk dapat menikahi perempuan,

menganggap bahwa perempuan telah menjadi miliknya ketika sudah berstatus isteri.

Sering terjadi bahwa kasus-kasus kekerasan terhadap isteri di dalam rumah

tangga disebabkan karena pihak laki-laki menganggap bahwa isterinya adalah milik

yang dapat diperlakukan seenaknya. Ketika isteri dianggap tidak lagi memenuhi

kriteria suami, maka dapat saja isteri menerima tindak kekerasan atau penelantaran

atau diperlakukan sesuka hati suami

Di Kabupaten lainnya seperti di Flores Timur KDRT masih menempati urutan


kedua kasus kekerasan terhadap perempuan setelah penganiayaan setiap tahunnya.

Bentuk kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga yang terjadi pada

masyarakat di Kota Larantuka Kabupaten Flores Timur ada 2 (dua) yaitu: Kekerasan

fisik, dan penelantaran rumah tangga. Salah satu faktor yang memepengaruhi
kekerasan adalah faktor budaya di masyarakat. Dari beberapa sumber jurnal

mengungkapkan bahwa banyak masyarakat di wilayah NTT yang percaya bahwa

budaya patriarkhi merupakan salah satu penyebab terjadinya KDRT terhadap

perempuan
Siregar (2015) mengatakan bahwa budaya yang berkembang di masyarakat lebih

mengutamakan laki-laki daripada perempuan dalam setiap aspek kehidupan.

Kondisi ini dapat dilihat seperti tidak melibatkan perempuan dalam pengambilan

keputusaan rapat adat (perkawinan, kematian dan acara adat lainnya) sehingga

masukan yang membela kepentingan perempuan seringkali terabaikan.

Budaya yang dimiliki oleh sekelompok orang memang sulit untuk diubah,

namun menurut penulis untuk mengubah kebiasaan dan cara pandang laki-laki

terhadap budaya patriarki dalam masyarakat dapat dilakukan dengan adanya

edukasi dan pemahaman mengenai budaya tersebut yang telah berubah seiring

berjalannya waktu. Selain pemahaman kepada masyarakat pemerintah provinsi juga

harus memberikan edukasi terkait isu gender kepada pemegang kebijakan seperti

DPRD dan lembaga lainnya.

Usaha yang dilakukan juga didorong lagi dengan kerja sama pemerintah dan

tokoh/lembaga adat di setiap Desa/ Kabupaten/Kota untuk pencegahan,

penanganan, dan penyelesaian kekerasan terhadap perempuan. Dalam hal ini


diharapkan mampu memberikan pandangan kepada pihak laki-laki tentang budaya

yang dianutnya yang telah mengalami pergeseran makna. Menurut penulis, semua

upaya pencegahan ini juga akan terbantu dengan adanya faktor internal yaitu

kemauan akan belajar dan mau menerima serta melakukan tindakan budaya sesuai

makna yang sebenarnya.

4. SIMPULAN

Salah satu faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan di wilayah

NTT adalah faktor budaya. Dimana seiring berjalannya waktu terjadi perubahan

perspektif tentang budaya patriarki yang dianut. Upaya pencegahan yang dapat

dilakukan adalah dengan mengedukasi masyarakat dan juga para pemegang

kebijakan. Serta melibatkan tokoh/lembaga adat di setiap Desa/ Kabupaten/Kota.


5. PUSTAKA ACUAN

https://ejournal.kemensos.go.id/index.php/SosioKonsepsia/article/download/1661/934

http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/download/77/pdf

Anda mungkin juga menyukai