Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN MATERI

KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

Oleh;

Fransisia Sari Poli Karangora

Semester 3/B

(2007020038)

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

2021
1. Pengertian Komunikasi Lintas Budaya
Sebutan Komunikasi Lintas Budaya (cross culture) sering digunakan untuk
menyebut makna Komunikasi Antar Budaya (interculture), tanpa dibatasi konteks
geogafis, ras dan etnik. Karenanya, Komunikasi Lintas Budaya didefinisikan sebagai
analisis perbandingan yang memprioritaskan relativitas kegiatan kebudayaan.
Komunikasi Lintas Budaya umumnya lebih terfokus pada hubungan antar bangsa
tanpa harus membentuk kultur baru sebagaimana yang terjadi dalam Komunikasi
Antar Budaya (Purwasito, 2003)
Menurut Fiber Luce (1991) hakikat komunikasi lintas budaya adalah studi
komparatif yang bertujuan untuk membandingkan : (1) variable budaya tertentu,
(2) konsekuensi atau akibat dari pengaruh kebudayaan, dari dua konteks
kebudayaan atau lebih. Melalui kajian ini setiap orang akan memahami
kebudayaannya sendiri dan mengakui bahwa ada isu kebudayaan yang dominan
yang dimiliki orang lain dalam relasi antarbudaya. Artinya Komunikasi Antar
Budaya dapat dilakukan kalau kita mengetahui kebudayaan kita dan kebudayaan
orang lain.
Menurut Liliweri (2003:9), dalam bukunya yang berjudul Komunikasi
Antarbudaya, memberikan definisi komunikasi antarbudaya atau komunikasi lintas
budaya sebagai pernyataan diri antarpribadi yang paling efektif antar dua orang
yang saling berbeda latar belakang budayanya. Komunikasi Lintas Budaya dalam
pengertian yang lebih luas lagi, merupakan pertukaran pesan yang disampaikan
secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar
belakang budaya
2. Tujuan Komunikasi Lintas Budaya
Untuk memerinci alasan dan tujuan mempelajari Komunikasi Lintas Budaya ,
Litvin dalam Mulyana ( 2005) menyebutkan beberapa alasan di antaranya sebagai
berikut:
a) Dunia sedang menyusut dan kapasitas untuk memahami keanekaragaman
budaya sangat diperlukan.
b) Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota
budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda.
c) Nilai-nilai setiap masyarakat se”baik” nilai-nilai masyarakat lainnya
d) Setiap individu dan/atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri
e) Perbedaan-perbedaan individu itu penting, namun ada asumsi-asumsi dan
pola pola budaya mendasar yang berlaku.
f) Pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk
mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai budaya lain.
g) Dengan mengatasi hambatan-hambatan budaya untuk berhubungan dengan
orang lain kita memperoleh pemahaman dan penghargaan bagi kebutuhan,
aspirasi, perasaan dan masalah manusia.
h) Pemahaman atas orang lain secara Lintas Budaya dan antar pribadi adalah
suatu usaha yang memerlukan keberanian dan kepekaan. Semakin
mengancam pandangan dunia orang itu bagi pandangan dunia kita, semakin
banyak yang harus kita pelajari dari dia, tetapi semakin berbahaya untuk
memahaminya.
i) Pengalaman-pengalaman antar budaya dapat menyenangkan dan
menumbuhkan kepribadian.
j) Keterampilan-keterampilan komunikasi yang diperoleh memudahkan
perpindahan seseorang dari pandangan yang monokultural terhadap
interaksi manusia ke pandangan multikultural.
k) Perbedaan-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan penerimaan
dalam komunikasi, namun perbedaan-perbedaan tersebut secara arbitrer
tidaklah menyusahkan atau memudahkan. Situasi-situasi Komunikasi Antar
Budaya tidaklah statik dan bukan pula stereotip. Karena itu, seorang
komunikator tidak dapat dilatih untuk mengatasi situasi. Dalam konteks ini
kepekaan, pengetahuan dan keterampilannya bisa membuatnya siap untuk
berperan serta dalam menciptakan lingkungan komunikasi yang efektif dan
saling memuaskan.
3. Pentingnya Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya memiliki fungsi penting, terutama ketika seseorang mulai
menjalin hubungan bilateral, trilateral, atau multilateral.
 Bilateral : merupakan jenis hubungan melibatkan dua pihak
 Trilateral : jenis hubungan yang melibatkan tiga pihak
 Multirateral : hubungan yang melibatkan banyak pihak

Secara khusus, komunikasi lintas budaya berfungsi untuk mengurangi


ketidakpastian komunikasi antarorang, antarsuku, dan antarbangsa yang berbeda
budayanya. Ketika memasuki wilayah(daerah) orang lain, seseorang dihadapkan
dengan orang-orang yang sedikit atau banyak berbeda, ditinjau dari aspek sosial,
budaya, ekonomi dan status lainnya

4. Hambatan Dalam Komunikasi Lintas Budaya


1. Etnosentrisme
merupakan sikap keyakinan atau kepercayaan bahwa budaya sendiri lebih
unggul dari budaya lain. Bahkan cenderung memandang rendah budaya lain, dan
tidak mau mengakui keunikan budaya lain sebagai suatu ciri khas dari kelompok
lain. Entnosentrisme memandang dan mengukur budaya lain berdasarkan
budaya sendiri, dan jika tidak sejalan maka dianggap berlawanan dan berbahaya
sebab berpotensi mencemari budaya sendiri.
2. Stereotipe
adalah sikap yang menggeneralisasi atau menyamaratakan sekelompok orang,
tanpa mempertimbangkan kepribadian atau keunikan masingmasing individu.
Stereotipe mengelompokkan individu berdasarkan keanggotaan individu dalam
suatu kelompok dan tidak memandang individu dalam kelompok tersebut
sebagai individu yang unik.
Stereotipe bersifat negatif, sikap ini dapat menghambat berjalannya proses
komunikasi lintas budaya yang efektif dan harmonis. Contoh sikap stereotipe
misalnya anggapan bahwa orang berkacamata itu pintar, atau orang padang itu
pelit, sedangkan orang batak itu kasar, dan semacamnya
3. Rasialisme
adalah prilaku diskriminatif, tidak adil dan semena-mena terhadap RAS tertentu.
rasialisme merujuk pada gerakan sosial atau politik yang mendukung teori
rasisme. Fokus dari rasialisme adalah kebanggaan ras, identitas politik, atau
segregasi rasial. Contoh rasialisme misalnya bangsa Jerman yang merasa dirinya
lebih unggul dari bangsa lain, semasa Jerman berada di bawah kepemimpinan
Hitler.
4. Prasangka
adalah persepsi yang keliru terhadap seseorang atau kelompok lain. Menurutt
Richard W. Brislin, prasangka merupakan sikap tidak adil, menyimpang, dan
intoleran terhadap orang atau kelomopok lain. Prasangka pada umumnya
bersifat negatif, adanya prasangka dapat membuat seseorang memandang
rendah dan bahkan memusuhi orang atau kelompok lain.
Ada tiga tipe prasangka yang muncul:
 Prasangka kognitif: berada pada ranah pemikiran, benar atau
 Prasangka afektif: berada pada ranah perasaan, suka atau tidak suka.
 Prasangka konatif: berada pada ranah perbuatan, misalnya deskrimninasi
terhadap kelompok yang dianggap berlawanan.
5. Jarak Sosial
Jarak sosial berbicara tentang kedekatan antar kelompok secara fisik atau sosial.
Jarak sosial berbeda dengan stratifikasi sosial atau pelapisan sosial, jarak sosial
mengacu pada perbedaan tingkat peradaban antar kelompok yang satu dengan
kelompok lainnya, buka perbedaan kekayaan, kekuasaan, atau ilmu
pengetahuan. Pelapisan sosial membagi individu dalam kelompok-kelompok
secara hierarkis (vertical). Sedangkan jarak sosial membagi individu individu
dalam suatu kelompok secara horizontal, berdasarkan peradaban.
6. Persepsi
Persepsi merupakan filter yang digunakan oleh seseorang ketika berhubungan
dengan kebudayaan yang berbeda. Persepsi negatif dapat berdampak buruk bagi
kefektifan komunikasi lintas buday
7. Sikap
Sikap merupakan hasil evaluasi dari berbagai aspek terhadap sesuatu. Sikap
menimbulkan rasa suka atau tidak suka. Sikap seseorang terhadap budaya lain,
menentukan prilakunya terhadap budaya tersebut. Sikap negatif terhadap
budaya lain akan menyebabkan komunikasi lintas budaya sulit berhasil.
8. Atribusi
Atribusi merupakan proses identifikasi penyebab prilaku orang lain yang
dilakukan oleh seseorang untuk menetapkan posisi dirinya. Kebudayaan lain,
akan diidentifikasi berdasarkan kebudayaannya sendiri. Apabila atribut yang
dimiliki kebudayaan lain berbeda, maka kebudayaan lain dapat dipandang
negatif.
9. Bahasa
Bahasa merupakan sebuah kombinasi dari system simbol dan aturan yang
menghasilkan berbagai pesan dengan arti yang tak terbatas. Antara budaya yang
satu dengan yang lainnya, bahasa menjadi pembeda yang sangat signifikan. Kata
yang sama bisa memiliki arti yang berbeda, kesalahan penggunaan bahasa bisa
jadi sangat fatal akibatnya
10. Paralinguistik
Paralinguistik merupakan gaya pengucapan seseorang, meliputi tinggi
rendahnya suara, tempo bicara, atau dialek. Budaya yang berbeda memiliki
paralinguistic yang berbeda, misalnya orang solo yang berbicara pelan dan
lambat berbeda dengan orang medan yang berbicara dengan lantang dan cepat.
11. Misinterpretation
Misinterpretation atau salah tafsir merupakan kesalahan penfsiran yang
umumnya disebabkan oleh persepsi yang tidak akurat. Hal ini bisa disebabkan
karena kesalahan persepsi mengenai intonasi suara, mimic wajah, dkk.
12. Motivasi
Motivasi disini berkaitan dengan tingkat motivasi lawan bicara dalam
melakukan komunikasi lintas budaya. Motivasi yang rendah akan menjadi
hambatan komunikasi lintas budaya.
13. Experiental
Experiental atau pengalaman hidup tiap individu berbeda, dan hal tersebut akan
mempengaruhi persepsi serta cara pandang seseorang terhadap sesuatu.
14. Emotional
Emotional disini berkaitan dengan emosi pelaku komunikasi. Jika emosi
komunikan sedang buruk, komunikasi lintas budaya tidak akan dapat berjalan
dengan efektif
15. Competition
Competiton atau kompetisi terjadi ketika komunikan berkomunikasi sembari
melakukan kegiatan lain, misalnya sedang menyetir, menelopon, atau lainnya.
Hal ini menyebabkan komunikasi lintas budaya tidak akan berjalan secara
maksimal.
5. Bagaimana Budaya Mempengaruhi Komunikasi
Hubungan antara budaya dan komunikasi amat kompleks. Sebuah perspektif
dialektis mengasumsikan bahwa budaya dan komunikasi saling terkait dan timbal
balik. Artinya, budaya mempengaruhi komunikasi, dan sebaliknya. Dengan
demikian, kelompok budaya mempengaruh proses dimana persepsi realitas
diciptakan dan dipelihara.
Beberapa kelompok budaya menghargai individuallisme, sedangkan yang lain
lebih berorientasi kelompok. Perbedaan budaya yang berkaitan dengan nilai-nilai
ini membedakan dua jenis masyarakat. Individualisme, sering disebut sebagai nilai
yang dimiliki oleh Eropa Amerika, tempat penting pada individu bukan pada
keluarga, tim kerja, atau kelompok lain (Bellah, Madsen, Sullivan, Swidler, & Tipton,
1985)
Geert Hofstede (Hofstede & Hofstede, 2005) menglompokkan nilai-nilai budaya
manusia menjadi beberapa kategori, yaitu :1) Penghindaran ketidakpastian
(uncertainty avoidance), 2) Individualis vs kolektivis (individualism-collectivism),
3) Maskulinitas vs feminitas (masculinity versus femininity), 4) Orientasi jangka
panjang vs orientasi jangka pendek (long versus short term orien-tation), 5) Jarak
Kekuasaan (power distance)
6. Perspektif Psikologi Dalam Komunikasi Lintas Budaya
Dalam perspektif psikologi, komunikasi dilihat sebagai alat dalam membentuk
prilaku. Tolman, menganggap bahwa ucapan manusia tidak lain adalah suatu alat
yang sebetulnya tidak berbeda dengan alat-alat lain. Untuk memahami dunia dan
tindakan-tindakan orang lain, kita harus memahami kerangka persepsinya. Oleh
karenanya, kita harus belajar memahami bagaimana mempersepsi dunia. Dalam
komunikasi lintas budaya secara ideal diharapkan banyak persamaan dalam
pengalaman dan persepsi. Tetapi karakter budaya cenderung memperkenalkan kita
kepada pengalaman-pengalaman yang tidak sama, oleh karenanya, membawa kita
pada persepsi yang berbeda-beda atas dunia eksternal.

Refleksi :
Tugas merangkum materi tentang Komunikasi Lintas Budaya ini saya ambil dari
makalah kelompok 3 dan juga ada tambahan dari buku Komunikasi Lintas Budaya Nikmah
Suryandari tentang bagaimana budaya mempegaruhi komunikasi. Dengan mengerjakan
tugas meringkas materi ini saya lebih memahami materi Komunikasi Lintas Budaya dengan
lebih baik dan juga bisa membantu saya memahami inti atau poin penting dalam materi ini.

Sumber :
http://komunikasi.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/GABUNGAN-
BUKU-BU-NIKMAH-SURYANDARI.pdf

Makalah Kelompok 3

Anda mungkin juga menyukai