Kelas : 3B
NPM : F0H018042
C. Manajemen Bencana
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan
terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan
dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi bencana. (UU 24/2007).
Adapun tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai
berikut: (1) Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta
kerusakan harta benda dan lingkungan hidup; (2) Menghilangkan
kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan korban; (3)
Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian
ke daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang
layak huni dan aman; (4) Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama,
seperti komunikasi/ transportasi, air minum, listrik, dan telepon, termasuk
mengembalikan kehidupan ekonomi dan sosial daerah yang terkena
bencana; (5) Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut; (6)
Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.
Secara umum manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi 3
tahapan dengan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra
bencana, pada saat tanggap darurat, dan pasca bencana
D. Paradigma Penanggulangan Bencana
Berbagai pandangan tentang bencana berkembang dari waktu ke waktu,
terkait dengan tingkat pemahaman terhadap kejadian bencana, yaitu:
1. Pandangan Konvensional
Pandangan ini menganggap bahwa bencana merupakan takdir dari
Tuhan Yang Maha Esa. Bencana dianggap sebagai takdir (musibah
atau kecelakaan). Karena dianggap sebagai takdir berupa
musibah/kecelakaan, menurut pandangan ini bencana tidak dapat
diprediksi karena tidak menentu datangnya dan tidak dapat dihindari
serta dapat dikendalikan. Menurut pandangan ini pula, masyarakat
adalah korban yang berhak menerima bantuan dari pihak luar.
2. Pandangan Ilmu Pengetahuan Alam
Pandangan ini mengemukakan tentang bencana berdasarkan ilmu
pengetahuan alam yang menganggap bahwa bencana sebagai unsur
lingkungan fisik yang membahayakan kehidupan manusia. Bencana
dipandang sebagai kekuatan alam yang luar biasa. Dalam periode ini
mulai dipahami bahwa bencana merupakan proses geofisik, geologi
dan hydro-meterology. Dari aspek ilmu pengetahuan alam, pandangan
ini memang berkembang dan menganggap semua bencana adalah
peristiwa alamiah yang tidak memperhitungkan manusia sebagai
penyebab terjadinya bencana.
3. Pandangan Ilmu Terapan
Perkembangan ilmu alam murni mulai bervariasi dengan
berkembangnya ilmu-ilmu terapan. Pandangan ilmu terapan melihat
bencana didasarkan pada besarnya ketahanan atau tingkat kerusakan
akibat bencana. Pandangan ini melatarbelakangi oleh ilmu-ilmu teknik
sipil bangunan/konstruksi. Pengkajian bencana lebih ditujukan pada
upaya untuk meningkatkan kekuatan fisik struktur bangunan untuk
memperkecil kerusakan.
4. Pandangan Progresif
Zaman berkembang terus, pemikiran dan imajinasi manusia juga
berkembang sehingga lahirlah pandangan progresif yang menganggap
bencana sebagai bagian yang biasa dan selalu terjadi dalam
pembangunan. Artinya, bencana merupakan masalah yang tidak pernah
berhenti dalam proses pembangunan. Peran pemerintah dan
masyarakat dalam manajemen bencana adalah mengenali bencana itu
sendiri.
5. Pandangan Ilmu Sosial
Pandangan ini memfokuskan pada sisi manusianya, bagaimana sikap
dan kesiapan masyarakat menghadapi bahaya. Ancaman bahaya adalah
fenomena alam, akan tetapi bahaya itu tidak akan berubah menjadi
bencana jika manusianya siap atau tanggap. Besarnya bencana
tergantung pada perbedaan tingkat kerentanan masyarakat menghadapi
bahaya atau ancaman bencana.
6. Pandangan Holistik
Pendekatan ini menekankan pada adanya bahaya, kerentanan dan
risiko serta kemampuan masyarakat dalam menghadapi bahaya dan
risiko. Gejala alam dapat menjadi bahaya, jika mengancam manusia
dan harta benda. Bahaya jika bertemu dengan kerentanan dan
ketidakmampuan masyarakat akan menjadi risiko bencana. Risiko
bencana akan berubah menjadi bencana, jika ada pemicu kejadian.