Anda di halaman 1dari 11

Laporan Awal Praktikum

Algoritma dan Pemrograman

AKN - 11
PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Nama
NPM
: Rialdy Fahmi
: 140310180034
FISIKA
Hari/Tanggal : Selasa, 7 Mei 2019
Waktu/Sesi : 7.00-12.00/1
Asisten :

LABORATORIUM KOMPUTASI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN
AKN - 11
PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Nama : Rialdy Fahmi


NPM : 140310180034
Hari / Tanggal : Selasa, 7 Mei 2019
Waktu / Sesi : 7.00-12.00/1
Asisten :

Laporan Awal Presentasi Praktikum Laporan Akhir

Jatinangor, 7 Mei 2019


Asisten

( )
I. TUJUAN
 Mahasiswa diharapkan mampu memecahkan masalah persamaan diferensial
biasa menggunakan metode Euler dan Runge – Kutta.
II. TEORI DASAR
II.1 Persamaan Diferensial Biasa
Persamaan diferensial biasa adalah persamaan diferensial di
mana fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari
variabel bebas tunggal. Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang
tidak diketahui ini adalah fungsi riil atau fungsi kompleks, namun
secara umum bisa juga berupa fungsi vektor maupun matriks. Lebih
jauh lagi, persamaan diferensial biasa digolongkan berdasarkan orde
tertinggi dari turunan terhadap variabel terikat yang muncul dalam
persamaan tersebut. Secara sederhana, persamaan diferensial biasa
dapat dituliskan sebagai berikut.

Dalam persamaan 9.1 turunan pertama dari y diketahui sebagai fungsi


𝑓(𝑦,𝑡) yang merupakan fungsi dari 𝑦 dan 𝑡 dengan 𝑦(0)=𝑦0 merupakan
nilai awalnya. Untuk menghitung fungsi 𝑦 yang tidak diketahui maka
kita dapat secara langsung mengintegrasi secara numerik Persamaan9.1.
Akan tetapi bila 𝑓 merupakan fungsi dari 𝑦 maka proses integrasi
menjadi berbeda.
II.2 Metode Euler
• Diberikan PDB orde satu, y' = dy/dx = f(x, y); y(x0) = y0
• Misalkan yr = y(xr) adalah hampiran nilai y di xr yang dihitung
dengan metode Euler. Dalam hal ini xr = x0 + rh, r = 0,1,2,... n.
Metoda Euler diturunkan dengan cara menguraikan y (x r+1) di sekitar
xr ke dalam deret Taylor:
Bila persamaan (1) dipotong sampai suku orde tiga, diperoleh

Berdasarkan bentuk baku,


y'( xr) = f( xr, yr) dan x r+1 - xr = h
maka persamaan (2) dapat ditulis menjadi

• Dua suku pertama persamaan (3), yaitu


y(xr+1) = y(xr) + hf(xr, yr) ; r = 0, 1, 2, ..., n
menyatakan metode Euler.
• Untuk menyederhanakan penulisan, persamaan metode Euler dapat
juga ditulis lebih singkat sebagai
yr+1 = yr + hfr

• Berdasarkan tafsiran geometri pada Gambar di atas, kita juga dapat


menurunkan metode Euler. Tinjau Gambar di bawah ini. Gradien (m)
garis singgung di xr adalah
yang tidak lain adalah persamaan metode Euler.
II.3 Metode Runge-Kutta
• Penyelesaian PDB dengan metode deret Taylor tidak praktis karena
metode tersebut membutuhkan perhitungan turunan.
• Metode Runge-Kutta adalah alternatif lain dari metode deret Taylor
yang tidak membutuhkan perhitungan turunan.
• Metode ini berusaha mendapatkan derajat ketelitian yang lebih
tinggi, dan sekaligus menghindarkan keperluan mencari turunan
yang lebih tinggi.
• Metode Runge-Kutta adalah metode PDB yang paling popuper
karena banyak dipakai dalam praktek.
• Bentuk umum metoda Range-Kutta orde-n ialah:

dengan a1, a2, ..., an adalah tetapan, dan


• Nilai ai, pi, qij dipilih sedemikian rupa sehingga meminimumkan galat per
langkah, dan persamaan di atas akan sama dengan metode deret Taylor dari
orde setinggi mungkin..
• Galat per langkah metode Runge-Kutta orde-n: O(hn+1)
• Galat longgokan metode Runge-Kutta orde-n: O(hn)
• Orde metode = n
a) Metode Runge-Kutta orde satu

b) Metode Runge-Kutta orde dua


c) Metode Runge-Kutta orde tiga

d) Metode Runge-Kutta orde empat

III. Tugas Pendahuluan


1. Turunkan formulasi error untuk masing-masing metode di atas!
a) Metode Euler

Jika langkah dimulai dari x0 = a dan berakhir di xn= b maka total galat
yang terkumpul pada solusi akhir (yn) adalah
b) Metode Runge-Kutta

2. Jelaskan mengapa nilai ℎ sangat berpengaruh terhadap error yang


dihasilkan!
Karena nilai h pada grafik menunjukkan jarak antara titik data dengan
titik data selanjutnya, jadi jika nilai h makin besar di grafik akan
membuat gap yang besar sehingga nilai error makin besar begitupun
sebaliknya makin kecil nilai h galat juga semakin kecil.

𝑑𝑦/𝑑𝑡 = 4𝑡3+𝑡2+10𝑡+7
Selesaikan persamaan diferensial biasa di atas secara analitik!
dy/dt = 12t2+2t+10
IV. ALGORITMA PROGRAM
IV.1 Metode Euler

Mulai
ai

Masukkan N,
t0,y0 dan f(x)

h=(b-t0)/N

N=1,2,3,..
y(N+1)=yN+hf(yN,tN)

Tampilkan Hasil

Selesai
IV.2 Metode Runge-Kuta

Mulai

Masukkan N,
t0,y0 dan f(x)

h=(b-t0)/N

N=1,2,3,..
y(r+1)=yr+a1k1+a2k2+..+aNkN

Tampilkan Hasil

Selesai
Daftar Pustaka
Maulana. 2014. Persamaan Diferensial Biasa. Malang : UB.
Munir, Rinaldy. 2006. Metode Numerik. Bandung : ITB.
Setiowati, Yuliana. 2007. Diferensiasi Numerik. Surabaya : ITS.

Anda mungkin juga menyukai