1. Metode tertutup
Metode yang termasuk kedalam golongan ini mencari akar dalam
selang [a,b]. selang [a, b] sudah dipastikan berisi minimal satu buah
akar, karena itu metode jenis ini selalu berhasil menemukan akar.
Dengan kata lain, lelarannya selalu konvergen.
2. Metode terbuka
Berbeda dengan metode tertutup, metode terbuka tidak
memerlukan selang [a, b] yang mengandung akar. Yang diperlukan
adalah tebakan (guest) awal akar, lalu, dengan prosedur lelaran,
kita menggunakannya untuk menghitung hampiran akar yang baru.
Pada setiap kali lelaran, hampiran akar yang lama dipakai untuk
menghitung hampiran akar yang baru. Mungkin saja hampiran akar
yang baru mendekati akar sejati (konvergen) atau mungkin saja
menjauhinya (divergen) karena itu metode tebrbuka tidak selalu
berhasil menemukan akar, kadang kadang konvergen, kadang
divergen.
Selang yang baru dibagi dua lagi dengan cara yang sama.
Begitu seterusnya sampai ukuran selang yang baru sudah
sangat kecil. Kondisi berhenti lelaran dipilih salah satu dari
kriteria berikut :
f ( b ) −f (a) f ( b )−0
=
b−a b−c
f ( b ) (b−a)
c=b−
f ( b )−f (a) (0)
Dan terkalah sebuah nilai awal x0, lalu hitung nilai x1, x2, x3,…
yang mudah mudahan konvergen ke akar sejati s sedemikian
sehinga :
f ( s )=0 dan s=g(s)
Kondisi berhenti lelaran bila
|x r +1−x r|< e
Atau bila menggunakan galat relative hampiran
x r+1− xr
| |
x r +1
<d
Δy f ( xr )
m=f ' ( x r )= = (0)
Δx x r−x r +1
Atau
f (x r )
f ' ( x r )= (0)
x r−x r +1
3. Metode Secant
Prosedur lelaran metode Newton-Rhapson memerlukan
perhitungan turunan fungsi f’(x) sayangnya tidak semua fungsi
mudah dicari turunannya. Terutama fungsi yang bentuknya rumit.
Turunan fungsi dapat dihilangkan dengan cara menggantinya
dengan bentuk lain yang ekivalen. Modifikkasi newton-Rhapson
disebut metode secant.
' ∆ y AC f ( x r ) −f (x r−1)
f ( xr )= = = (0)
∆ x BC x r−x r −1
Sehinnga diperoleh
f (x r)( x r −x r−1)
x r +1=x r− (0)
f (x¿¿ r )−f ( x r−1 )¿
Yang merupakan prosedur lelaran metode secant. Dalam hal
ini diperlukan 2 tebakan awal akar, yaitu x0 dan x1. Kondisi ini
berhenti apabila :
aku=1e-3;
f=@(x) x^2-3*x-10;
a=1;
b=3.5;
s=f(a)*f(b);
for i=1:100
if s>0
error('Ganti interval')
else
c=(a+b)/2;
s1=f(a)*(c);
s2=f(b)*f(c);
if s1<0
b=c;
c=(a+b)/2;
err = abs(b-c); if err < aku, break; end
end
if s2>0
a=c;
c=(a+b)/2;
err = abs(b-c); if err < aku, break; end
end
ii=i;
end
end
fprintf('Akar : %f\ndiperoleh dengan iterasi sebanyak %d
kali\ndan akurasi sebesar %f', c, ii, aku)
III.2 Tampilan
Gambar 3.1. Tampilan ketika program hanya dieksekusi ketika f(a) x f(b) < 0
Gambar 3.2. Tampilan ketika program dieksekusi meski f(a) x f(b) > 0
III.3 Analisa
Untuk menghitung iterasi yang diperlukan,
ln|b−a|−ln ε
r>
ln (2)
ln|3.5−1|−ln(0.001)
r>
ln (2)
r>11.28
sehingga dibutuhkan minimal 11 kali iterasi.
Dari persamaan x2-3x-10=0 untuk interval dari 1 dan 3.5 dapat
ditentukan f(1) = -12 dan f(3,5)= -8,25 sehingga pada interval ini tidak
terdapat akar real. Jika akan terus dieksekusi, metode ini tidak
menghasilkan nilai yang tepat karena asumsi nilai interval yang
diambil tidak tepat.
Untuk masalah seperti ini dapat dicari dengan solusi analitik. Solusi
analitik dari x2-3x-10=10 adalah
−b±√ b2 −4 ac
Akar =
2a
3± √(−3 )2−4 (1 )(−10 )
¿
2(1)
x 1 , x 2 =(−2,5 )
Terbukti bahwa persamaan diatas tidak memiliki solusi di interval 1
sampai 3,5.
IV. Algoritma Program
IV.1 Metode Bisection
Persamaan
Interval A sampai B
C=(A+B)/2
Ya Tidak
[A,B]=[A,C] [A,B]=[C,B]
Akar=C
Dafar Pustaka
Canale, R. P., dan Chapra, S. C. 2010. Numerical Methods for Engineers. Edisi
ke-6. New York: McGraw-Hill.
Sutarno, H., & Rachmatin, D. 2005. Metode Numerik. Edisi ke-1. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.