Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS

KASUS ISK

DISUSUN OLEH :

1. Muzaini 1130017154
2. Endar 11300

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Usia Subur (PUS)


Pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang istrinya berumur 25 - 35
tahun atau pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun dan sudah
haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (datang bulan) (BKKBN,
2007;66).

B. Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi
adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya
pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan
tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif
melakukan hubungan seks dan kedua - duanya memiliki kesuburan normal namun tidak
menghendaki kehamilan (Depkes, 1999). Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk
mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat
permanen (Prawirohardjo, 2008; 534).

Adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi:

1. Fase Menunda Kehamilan


Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang
istrinya belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20 tahun adalah
usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai
alasan.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya
kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal
ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta
efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB,
AKDR.
2. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran

2
adalah 2 - 4 tahun.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi,
reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak
lagi.Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
3. Fase mengakhiri kesuburan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun
tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang
mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di
samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak
lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR,
implan, suntik KB dan pil KB (Pinem, 2009).
Adapun syarat - syarat kontrasepsi, yaitu:
a) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
b) Efek samping yang merugikan tidak ada.
c) Kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
d) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
e) Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol ketat selama pemakaian.
f) Cara penggunaannya sederhana
g) Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
h) Dapat diterima oleh pasangan suami istri.
C. Mutu Pelayanan KB

Akses terhadap pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu merupakan suatu


unsur penting dala upaya mencapai pelayanan Kesehatan Reproduksi sebagaimana
tercantum dalam program aksi dari International Conference on Population and
Development, Kairo 1994. Secara khusus dalam hal ini termasuk hak setiap orang
untuk memperoleh informasi dan akses terhadap berbagai metode kontrasepsi yang
aman, efektif, terjangkau, dan akseptabel. Sementara itu, peran dan tanggung jawab pria
dalam Keluarga Berencana perlu ditingkatkan, agar dapat mendukung kontrasepsi oleh
istrinya, meningkatkan komunikasi di antara suami istri, meningkatkan penggunaan
metode kontrasepsi pria, meningkatkan upaya pencegahan IMS, dan lain-lain. Pelayanan
Keluarga Berencana yang bermutu meliputi hal-hal antara lain:

1. Pelayanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien


2. Klien harus dilayani secara profesional dan memenuhi standar pelayanan

3
3. Kerahasiaan dan privasi perlu dipertahankan
4. Upayakan agar klien tidak menunggu terlalu lama untuk dilayani
5. Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia
6. Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas kesehatan
dalam melayani berbagai pilihan kontrasepsi
7. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
8. Fasilitas pelayanan tersedia pada waktu yang ditentukan dan nyaman bagi klien
9. Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup
10. Terdapat mekanisme supervisi yang dinamis dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah yang mungkin timbul dalam pelayanan.
11. Ada mekanisme umpan balik yang relatif dari klien

Dalam upaya meningkatkan keberhasilan program Keluarga Berencana diperlukan


petugas yang terlatih:

1. Mampu memberikan informasi kepada klien dengan sabar, penuh pengertian,


dan peka
2. Mempunyai pengetahuan, sikap positif, dan ketrampilan teknis untuk memberi
pelayanan dalam bidang kesehatan reproduksi
3. Memenuhi standar pelayanan yang sudah ditentukan
4. Mempunyai kemampuan mengenal masalah
5. Mempunyai kemampuan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam
mengatasi masalah tersebut, termasuk kapan dan kemana merujuk jika diperlukan
6. Mempunyai kemampuan penilaian klinis yang baik
7. Mempunyai kemampuan memberi saran-saran untuk perbaikan program
8. Mempunyai pemantauan dan supervisi berkala
9. Pelayanan program Keluarga Berencana yang bermutu membutuhkan:
10. Pelatihan staf dalam bidang konseling, pemberian informasi dan ketrampilan teknis
11. Informasi yang lengkap dan akurat untuk klien agar mereka dapat memilih
sendiri metode kontrasepsi yang akan digunakan
12. Suasana lingkungan kerja di fasilitas kesehatan berpengaruh terhadap
kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan yang bermutu, khususnya
dalam kemampuan teknis dan interaksi interpersonal antara petugas dan klien
13. Petugas dan klien mempunyai visi yang sama tentang pelayanan yang bermutu
Tabel Peran Petugas dalam pelayanan Keluarga Berencana

4
Metode KB Petugas
Dokter Bidan Perawat PLKB
Pil kombinasi √ √ √ √
Pil progestin √ √ √ √
Suntikan progestin √ √ K K
Implan √ √ K K
Tubektomi √ K K K
Vasektomi √ K K K
Kondom √ √ √ √
AKDR √ √ K K
Kalender √ √ √ √
Metode amenorea √ √ √ √
laktasi
Abstinensi √ √ √ √
Keterangan:
K : Hanya konseling dan merujuk
√ : Memberi pelayanan
Peran fasilitas kesehatan dalam pelayanan Keluarga Berencana

Metode KB Petugas
RS Puskesmas TT Puskesmas Posyandu
Pil kombinasi √ √ √ √
Pil progestin √ √ √ √
Suntikan progestin √ √ √ √
Implan √ √ √ √
Tubektomi √ √ √ √
Vasektomi √ √ √ √
Kondom √ √ √ √
AKDR √ √ √ √
Kalender √ √ √ √
Metode amenorea √ √ √ √
laktasi
Abstinensi √ √ √ √
Keterangan:
K : Hanya konseling dan merujuk
√ : Memberi pelayanan
D. Sistem Rujukan

Sistem rujukan bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan, dan efisiensi


pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian khusus
terutama ditujukan untuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek samping,
komplikasi dan kegagalan penggunaan kontrasepsi. Sistem rujukan upaya kesehatan
adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan

5
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul,
baik secara vertikal maupun secara horizontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih
kompeten, terjangkau dan rasional. Dengan pengertian tersebut, maka merujuk berarti
meminta pertolongan secara timbal balik kepada fasilitas pelayanan yang lebih
kompeten untuk penanggulangan masalah yang sedang dihadapi. Tatalaksana dalam
melakukan rujukan medik, yaitu:

1. Internal antar petugas di satu Puskesmas


2. Antara Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
3. Antara masyarakat dan Puskesmas
4. Antara satu Puskesmas dan Puskesmas yang lain
5. Antara Puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya
6. Internal antara bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit
7. Antara rumah sakit, laboratorium, atau fasilitas pelayanan lain dan rumah
sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan yang lain.

Rangkaian jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam setiap rujukan


tersebut berjenjang dari yang paling sederhana di tingkat keluarga sampai satuan
fasilitas pelayanan kesehatan nasional dengan dasar pemikiran rujukan ditujukan
secara timbal balik ke satuan fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan
rasional; serta tanpa dibatasi oleh wilayah administrasi.

Jaringan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Jenjang (Hirarki) Komponen/Unsur Pelayanan Kesehatan


Tingakt rumah Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarganya
tangga sendiri
Tingkat Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka
masyarakat sendiri oleh Kelompok Paguyuban, PKK, Saka Bhakti
Husada, Anggota RW, RT, dan masyarakat (Posyandu)
Fasilitas pelayanan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,
kesehatan Praktik Dokter Swasta, Bidan, Poliklinik Swasta, dll
profesional tingkat
pertama
Fasilitas pelayanan Rumah sakit kelas B dan A serta Lembaga Spesialistik
kesehatan Swasta, Laboratorium Kesehatan Daerah dan Laboratorium

6
profesional tingkat Klinik Swasta, dll
kedua
Fasilitas pelayanan Rumah sakit kelas B dan A serta Lembaga Spesialistik
kesehatan Swasta, Laboratorium Kesehatan Daerah dan Laboratorium
profesional tingkat Klinik Swasta
ketiga

Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan


klien ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi karena kondisi klien
yang mengharuskan pemberian pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu
melalui upaya rujukan. Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus pula
diberikan:

1. Konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan perlu dirujuk


2. Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat rujukan
3. Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju
4. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi
klien saat ini dan riwayat sebelumnya serta upaya/ tindakan yang telah diberikan
5. Bila perlu, berikan upaya mempertahankan keadaan umum klien
6. Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan
harus didampingi perawat/ bidan
7. Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkinkan
segera menerima sujukan klien

Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah


memberikan upaya penanggulangan dan kondisi klien telah memungkinkan, harus
segera mengembalikan klien ke tempat fasilitas pelayanan asalnya terlebih dahulu
memberikan:

1. Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya


penanggulangan
2. Nasihat yang perlu diperhatikan klien mengenai kelanjutan penggunaan
kontrasepsi
3. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai kondisi
klien berikut upaya penanggulangan yang telah diberikan serta saran-saran upaya

7
pelayanan kesehatan lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tentang
penggunaan kontrasepsi.
E. Pengertian Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Infeksi saluran kemih (ISK) didefinisikan dengan tumbuh dan berkembang


biaknya bakteri atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna. Pada anak,
gejala klinis ISK sangat bervariasi, dapat berupa ISK asimtomatik hingga gejala yang
berat yang dapat menimbulkan infeksi sistemik. Oleh karena manifestasi klinis yang
sangat bervariasi dan sering tidak spesifik, penyakit ini sering tidak terdeteksi hingga
menyebabkan komplikasi gagal ginjal. Infeksi saluran kemih perlu dicurigai pada anak
dengan gejala demam karena ISK merupakan penyakit infeksi yang sering ditemukan
pada anak selain infeksi saluran nafas akut dan infeksi saluran cerna. Diagnosis pasti ISK
ditegakkan berdasarkan biakan urin, sedangkan biakan urin baru diperoleh setelah
beberapa hari kemudian, sehingga perlu mengenal manifestasi klinis ISK sebelum
diperoleh hasil biakan urin agar dapat diberikan terapi awal secara empiris. Antibiotik
sebagai terapi ISK diberikan jika ada kecurigaan terhadap ISK tanpa menunggu hasil
biakan urin. Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal atau acute
kidney injury dan urosepsis, dan dalam jangka panjang menyebabkan pembentukan
jaringan parut ginjal, hipertensi, dan penyakit ginjal kronik stadium akhir.

Infeksi saluran kemih adalah merupakan suatu keadaan dimana adanya suatu
proses peradangan yang akut ataupun kronis dari ginjal ataupun saluran kemih yang
mengenai pelvis ginjal, jaringan interstisial dan tubulus ginjal (pielonefritis) atau kandung
kemih. (Cystitis) dan urethra (uretritis). (Reny, 2015)

F. Pathway

8
G. Etiologi

Infeksi saluran kemih disebabkan berbagai jenis mikroba, seperi bakteri, virus,
dan jamur. Penyebab ISK paling sering adalah bakteri Escherichia coli. Bakteri lain yang
juga menyebabkan ISK adalah Enterobacter sp, Proteus mirabilis, Providencia stuartii,
Morganella morganii, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus
epidermidis, Streptococcus faecalis, dan bakteri lainnya. Bakteri Proteus dan
Pseudomonas sering dikaitkan dengan ISK berulang, tindakan instrumentasi, dan infeksi
nosokomial. Bakteri patogen dengan virulensi rendah maupun jamur dapat sebagai
penyebab ISK pada pasien dengan imunokompromais. Infeksi Candida albicans relatif
sering sebagai penyebab ISK pada imunokompromais dan yang mendapat antimikroba
jangka lama.

Berbagai bakteri lain penyebab ISK kekerapannya bervariasi, Organisme


penyebab infeksi tractus urinarius yang paling sering ditemukan adalah Eschericia Coli,
(90% kasus). E. Colli merupa- kan penghuni normal dari kolon.

Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:

9
1. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicate
2. Escherichia Coli : 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci d lain-lain

Pada umumnya faktor-faktor risiko yang berhubungan deng perkembangan infeksi


saluran kemih adalah:

1. Wanita cenderung mudah terserang dibandingkan dengan laki-lali


Faktor-faktor postulasi dari tingkat infeksi yang tinggi terdi dari urethra dekat
kepada rektum dan kurang proteksi sekres prostat dibandingkan dengn pria.
2. Abnormalitas Struktural dan Fungsional
Mekanisme yang berhubungan termasuk stasis urine vana merupakan media untuk
kultur bakteri, refluks urine yang infeksi lebih tinggi pada saluran kemih dan
peningkatan tekanan hidrostatik. usts li p Contoh: Strikur, anomali ketidak
sempurnaan hubungan uretero vesicalis.
3. Obstruksi
Contoh: Tumor, Hipertofi prostat, calculus, sebab-sebab iatrogenik.
4. Gangguan inervasi kandung kemih
Contoh: Malformasi sum-sum tulang belakang kongenital, multiple sklerosis.
5. Penyakit kronis a ROTXAT MAG BABEYMAN Contoh : Gout, DM, hipertensi,
Penyakit Sickle cell.
6. Instrumentasi Contoh : Prosedur kateterisasi.
H. Lokasi Infeksi Saluran Kemih

Lokasi Infeksi Saluran Kemih terbagi:

1. Infeksi atas (ginjal dan ureter): Pyelonefritis.


2. Infeksi bawah yaitu buli-buli dan uretra: Cystitis, Ureteritis.
I. Pathofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam


traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending
dan hematogen.

1. Secara asending yaitu :

10
Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: faktor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pema-
sangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter),
adanya dekubitus yang terinfeksi. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
2. Secara hematogen yaitu :
Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur
dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan parut dan lain-lain.
3. Secara Limfogen Terutama dari tractus Gastroinstestinalis (ada hubungan langsung
antara Kelenjar Getah Bening kolon dan ginjal).

J. Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih

1. Infeksi Saluran Kemih Atas (Pyelonefritis)

Pielonefritis adalah radang saluran kemih disertai paling serdu 2 kelainan dalam
kaliks ginjal.

Pielonefritis merupakan penjalaran dari infeksi di tempat la (sepsis/bakteriemia).

a. Penjalaran Limfogen
Terutama dari tractus Gastroinstestinalis (ada hubunoan langsung antara Kelenjar
Getah Bening kolon dan ginjal).
b. Penjalaran Ascending
Yaitu melalui lumen tractus urinarius (dengan adanya refluks/ radang mikroskopik
sepanjang ureter).

Pielonefritis dapat timbul dalam bentuk akut maupun kronis. Dimana Pielonefritis
akut disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi bakteri terjadi karena bakteri menjalar ke
saluran kemih dari aliran darah. Walaupun pielonefritis akut secara temporer dapat
mempengaruhi fungsi renal, jarang sekali menjadi suatu kegagalan ginjal.

Pielonefritis kronis juga berasal dari infeksi bakteri, namun juga faktor-faktor lain
seperi refluks urine dan obstruksi saluran kemih turut berperan. Pielonefritis kronis

11
merusak jaringan ginjal un- tuk selamanya (irreversible) akibat inflamasi yang berulang
kali dan timbulnya jaringan parut. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari
infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang
gawat. Diduga banwa pielonefritis menjadi diagnose yang sungguh-sungguh dari sutu
pertiga orang yang menderita kegagalan ginjal kronis.

2. Infeksi Saluran Kemih Bawah (Cystitis, Uretritis)

Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme gram negatif seperti
E. Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang berasal dari saluran intestinum orang itu
sendiri dan turun melalui urethra ke kandung kencing. Pada waktu mikturisi, air kemih
bisa mengalir kembali ke ureter (Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri dari
kandung kemih ke atas ke ureter dan ke pelvis renalis.

Kapan saja terjadi urine statis seperti maka bakteri mempunyai kesempatan yang lebih
besar untuk bertumbuh dan menjadikan media yang lebih alkalis sehingga menyuburkan
pertumbuhannya.

Infeksi saluran kemih dapat terjadi jika resistensi dari orang itu terganggu. Faktor-
faktor utama dalam pencegahan infeksi saluran kemih adalah integritas jaringan dan
suplai darah. Retak dari permukaan lapisan jaringan mukosa memungkinkan bakteri
masuk menyerang jaringan dan menyebabkan infeksi. Pada kandung kemih suplai darah
ke jaringan bisa berkompromi bila tekanan di dalam kandung kemih meningkat sangat
tinggi.

Infeksi Saluran Kemih juga diklasifikasikan menjadi:

1. ISK Berulang
Sering ditemukan pada penderita yang mempunyai faktor predisposisi yang
menyebabkan sumbatan saluran kemih seperti: kelainan kongenital, batu, tumor,
prostat yang membesar, Kehamilan, Kelainan saraf kandung kemih, adanya
refluks vesiko-ureter dan penyakit DM.
2. ISK Berkomplikasi
ISK dengan kelainan struktur saluran kemih/fungsional, sehingga menimbulkan
gejala dan tanda klinis yang khas.
3. ISK Pada Penderita DM
4. ISK Pada Manula

12
Kelompok manusia berisiko tinggi akibat perubahan fisis yang isiologik akan
menyebabkan prevalensi ISK bertambah.
Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun.
c. Nutrisi yang sering kurang baik.
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urine.
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan


distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan
penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media
pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi
ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh
traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara
lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan
cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai
hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu,
neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki di atas
usia 60 tahun.

5. ISK pada kehamilan

K. Tanda dan gejala

1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :

a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih.

b. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis.

c. Hematuria.

d. Nyeri punggung dapat terjadi.

2. Tanda da gejala ISK bagian atas adalah :

a. Demam.

13
b. Menggigil.

c. Nyeri panggul dan pinggang.

d. Nyeri ketika berkemih.

e. Malaise.

f. Pusing.

g. Mual dan muntah.

L. Pemeriksaan penunjang

1. Urinalisis

a. Leukosuria atau piuria : merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar
(LPB) sediment air kemih

b. Hematuria : hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/ LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh ber- bagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.

2. Bakteriologis

a. Mikroskopis.

b. Biakan bakteri.

3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.

4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urine dari urine
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria
utama adanya infeksi.

5. Metode tes

a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka pasien
mengalami piuria. T pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri
mengurangi nitrat urine normal menjadi nitrit.

14
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):

Uretritis akut akibat organisme menular secara sekeet (misal, klamidia


trakomatis, neisseria gonorrhoege herpes simplek).

c. Tes-tes tambahan :

Urogram intravena (IVU), Pielograf (IVP), sistografi dan ultrasonografi juga


dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas
traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses hodronerosis atau
hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan
prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya yang infeksi yang resisten.

M. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, tergantung pada usia, tempat
infeksi dalam saluran kemih, dan beratnya infeksi atau intensitas reaksi peradangan.
Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik dan umumnya ditemukan pada
anak umur sekolah, te- rutama anak perempuan. Umumnya ISK asimtomatik tidak
berlanjut menjadi pielonefritis.

Pada bayi, gejala klinik ISK juga tidak spesifik dan dapat berupa demam,
nafsu makan berkurang, cen- geng, kolik, muntah, diare, ikterus, distensi abdomen,
penurunan berat badan, dan gagal tumbuh.1-3 Infeksi saluran kemih perlu
dipertimbangkan pada semua bayi dan anak berumur 2 bulan hingga 2 tahun dengan
demam yang tidak jelas penyebabnya. Infeksi saluran kemih pada kelompok umur ini
terutama yang dengan demam tinggi harus dianggap sebagai pielonefritis.

Pada anak besar gejala klinik biasanya lebih ringan, dapat berupa gejala lokal
saluran kemih berupa pola- kisuria, disuria, urgency, frequency, ngompol. Dapat juga
ditemukan sakit perut, sakit pinggang, atau demam tinggi.8 Setelah episode pertama,
ISK dapat berulang pada 30-40% pasien terutama pada pasien dengan kelainan
anatomi, seperti refluks vesikoureter, hidronefrosis, obstruksi urin, divertikulum
kandung kemih, dan lain lain.

N. Penatalaksanaan

15
Tujuan :

1. Mencegah/menghilangkan gejala, bakteriemia dan kematian akibat ISK.


2. Mencegah dan mengurangi progresi ke arah gagal ginjal terminal akibat ISK
sendiri/komplikasi manipulasi saluran kemih.
3. Mencengah timbulnya ISK nyata.

Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens


antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan
efek minimal terhadap flora fekal dan vagina.

Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibeda- kan atas:

1. Terapi antibiotika dosis tunggal.


2. Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari.
3. Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu.
4. Terapi dosis rendah untuk supresi.

Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan risiko kekambuhan


infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, faktor
kausatif (misalnya: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani.
Setelah penanganan dan sterilisasi urine, terapi preventif dosis rendah.

Penggunaan medikasi yang umum mencakup : sulfisoxazole (gas- trisin),


trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau
amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium,
suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyaman- an
akibat infeksi.

Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:

1. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan.


2. Interansi obat.
3. Efek samping obat.
4. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal.

Risiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal :

1. Efek nefrotosik obat.

16
2. Efek toksisitas obat.

SUMBER:

Ida Prijatni, Sri Rahayu. 2016, Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Kemenkes Ri

Sari Pediatri. 2018, Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak: Manifestasi Klinis dan
Tata Laksana. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Reny, 2015. Buku Ajar Keperawatan Pada Klien Dengan gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta Timur. CV.Trans Info Media

17

Anda mungkin juga menyukai