Laporan Pendahuluan Pus&Isk
Laporan Pendahuluan Pus&Isk
KEPERAWATAN MATERNITAS
KASUS ISK
DISUSUN OLEH :
1. Muzaini 1130017154
2. Endar 11300
1
BAB II
PEMBAHASAN
B. Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi
adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya
pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan
tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif
melakukan hubungan seks dan kedua - duanya memiliki kesuburan normal namun tidak
menghendaki kehamilan (Depkes, 1999). Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk
mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat
permanen (Prawirohardjo, 2008; 534).
2
adalah 2 - 4 tahun.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi,
reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak
lagi.Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
3. Fase mengakhiri kesuburan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun
tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang
mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di
samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak
lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR,
implan, suntik KB dan pil KB (Pinem, 2009).
Adapun syarat - syarat kontrasepsi, yaitu:
a) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
b) Efek samping yang merugikan tidak ada.
c) Kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
d) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
e) Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol ketat selama pemakaian.
f) Cara penggunaannya sederhana
g) Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
h) Dapat diterima oleh pasangan suami istri.
C. Mutu Pelayanan KB
3
3. Kerahasiaan dan privasi perlu dipertahankan
4. Upayakan agar klien tidak menunggu terlalu lama untuk dilayani
5. Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia
6. Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas kesehatan
dalam melayani berbagai pilihan kontrasepsi
7. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
8. Fasilitas pelayanan tersedia pada waktu yang ditentukan dan nyaman bagi klien
9. Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup
10. Terdapat mekanisme supervisi yang dinamis dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah yang mungkin timbul dalam pelayanan.
11. Ada mekanisme umpan balik yang relatif dari klien
4
Metode KB Petugas
Dokter Bidan Perawat PLKB
Pil kombinasi √ √ √ √
Pil progestin √ √ √ √
Suntikan progestin √ √ K K
Implan √ √ K K
Tubektomi √ K K K
Vasektomi √ K K K
Kondom √ √ √ √
AKDR √ √ K K
Kalender √ √ √ √
Metode amenorea √ √ √ √
laktasi
Abstinensi √ √ √ √
Keterangan:
K : Hanya konseling dan merujuk
√ : Memberi pelayanan
Peran fasilitas kesehatan dalam pelayanan Keluarga Berencana
Metode KB Petugas
RS Puskesmas TT Puskesmas Posyandu
Pil kombinasi √ √ √ √
Pil progestin √ √ √ √
Suntikan progestin √ √ √ √
Implan √ √ √ √
Tubektomi √ √ √ √
Vasektomi √ √ √ √
Kondom √ √ √ √
AKDR √ √ √ √
Kalender √ √ √ √
Metode amenorea √ √ √ √
laktasi
Abstinensi √ √ √ √
Keterangan:
K : Hanya konseling dan merujuk
√ : Memberi pelayanan
D. Sistem Rujukan
5
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul,
baik secara vertikal maupun secara horizontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih
kompeten, terjangkau dan rasional. Dengan pengertian tersebut, maka merujuk berarti
meminta pertolongan secara timbal balik kepada fasilitas pelayanan yang lebih
kompeten untuk penanggulangan masalah yang sedang dihadapi. Tatalaksana dalam
melakukan rujukan medik, yaitu:
6
profesional tingkat Klinik Swasta, dll
kedua
Fasilitas pelayanan Rumah sakit kelas B dan A serta Lembaga Spesialistik
kesehatan Swasta, Laboratorium Kesehatan Daerah dan Laboratorium
profesional tingkat Klinik Swasta
ketiga
7
pelayanan kesehatan lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tentang
penggunaan kontrasepsi.
E. Pengertian Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi saluran kemih adalah merupakan suatu keadaan dimana adanya suatu
proses peradangan yang akut ataupun kronis dari ginjal ataupun saluran kemih yang
mengenai pelvis ginjal, jaringan interstisial dan tubulus ginjal (pielonefritis) atau kandung
kemih. (Cystitis) dan urethra (uretritis). (Reny, 2015)
F. Pathway
8
G. Etiologi
Infeksi saluran kemih disebabkan berbagai jenis mikroba, seperi bakteri, virus,
dan jamur. Penyebab ISK paling sering adalah bakteri Escherichia coli. Bakteri lain yang
juga menyebabkan ISK adalah Enterobacter sp, Proteus mirabilis, Providencia stuartii,
Morganella morganii, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus
epidermidis, Streptococcus faecalis, dan bakteri lainnya. Bakteri Proteus dan
Pseudomonas sering dikaitkan dengan ISK berulang, tindakan instrumentasi, dan infeksi
nosokomial. Bakteri patogen dengan virulensi rendah maupun jamur dapat sebagai
penyebab ISK pada pasien dengan imunokompromais. Infeksi Candida albicans relatif
sering sebagai penyebab ISK pada imunokompromais dan yang mendapat antimikroba
jangka lama.
9
1. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicate
2. Escherichia Coli : 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci d lain-lain
10
Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: faktor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pema-
sangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter),
adanya dekubitus yang terinfeksi. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
2. Secara hematogen yaitu :
Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur
dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan parut dan lain-lain.
3. Secara Limfogen Terutama dari tractus Gastroinstestinalis (ada hubungan langsung
antara Kelenjar Getah Bening kolon dan ginjal).
Pielonefritis adalah radang saluran kemih disertai paling serdu 2 kelainan dalam
kaliks ginjal.
a. Penjalaran Limfogen
Terutama dari tractus Gastroinstestinalis (ada hubunoan langsung antara Kelenjar
Getah Bening kolon dan ginjal).
b. Penjalaran Ascending
Yaitu melalui lumen tractus urinarius (dengan adanya refluks/ radang mikroskopik
sepanjang ureter).
Pielonefritis dapat timbul dalam bentuk akut maupun kronis. Dimana Pielonefritis
akut disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi bakteri terjadi karena bakteri menjalar ke
saluran kemih dari aliran darah. Walaupun pielonefritis akut secara temporer dapat
mempengaruhi fungsi renal, jarang sekali menjadi suatu kegagalan ginjal.
Pielonefritis kronis juga berasal dari infeksi bakteri, namun juga faktor-faktor lain
seperi refluks urine dan obstruksi saluran kemih turut berperan. Pielonefritis kronis
11
merusak jaringan ginjal un- tuk selamanya (irreversible) akibat inflamasi yang berulang
kali dan timbulnya jaringan parut. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari
infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang
gawat. Diduga banwa pielonefritis menjadi diagnose yang sungguh-sungguh dari sutu
pertiga orang yang menderita kegagalan ginjal kronis.
Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme gram negatif seperti
E. Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang berasal dari saluran intestinum orang itu
sendiri dan turun melalui urethra ke kandung kencing. Pada waktu mikturisi, air kemih
bisa mengalir kembali ke ureter (Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri dari
kandung kemih ke atas ke ureter dan ke pelvis renalis.
Kapan saja terjadi urine statis seperti maka bakteri mempunyai kesempatan yang lebih
besar untuk bertumbuh dan menjadikan media yang lebih alkalis sehingga menyuburkan
pertumbuhannya.
Infeksi saluran kemih dapat terjadi jika resistensi dari orang itu terganggu. Faktor-
faktor utama dalam pencegahan infeksi saluran kemih adalah integritas jaringan dan
suplai darah. Retak dari permukaan lapisan jaringan mukosa memungkinkan bakteri
masuk menyerang jaringan dan menyebabkan infeksi. Pada kandung kemih suplai darah
ke jaringan bisa berkompromi bila tekanan di dalam kandung kemih meningkat sangat
tinggi.
1. ISK Berulang
Sering ditemukan pada penderita yang mempunyai faktor predisposisi yang
menyebabkan sumbatan saluran kemih seperti: kelainan kongenital, batu, tumor,
prostat yang membesar, Kehamilan, Kelainan saraf kandung kemih, adanya
refluks vesiko-ureter dan penyakit DM.
2. ISK Berkomplikasi
ISK dengan kelainan struktur saluran kemih/fungsional, sehingga menimbulkan
gejala dan tanda klinis yang khas.
3. ISK Pada Penderita DM
4. ISK Pada Manula
12
Kelompok manusia berisiko tinggi akibat perubahan fisis yang isiologik akan
menyebabkan prevalensi ISK bertambah.
Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun.
c. Nutrisi yang sering kurang baik.
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urine.
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
c. Hematuria.
a. Demam.
13
b. Menggigil.
e. Malaise.
f. Pusing.
L. Pemeriksaan penunjang
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria : merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar
(LPB) sediment air kemih
b. Hematuria : hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/ LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh ber- bagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis.
b. Biakan bakteri.
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urine dari urine
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria
utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka pasien
mengalami piuria. T pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri
mengurangi nitrat urine normal menjadi nitrit.
14
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
c. Tes-tes tambahan :
M. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, tergantung pada usia, tempat
infeksi dalam saluran kemih, dan beratnya infeksi atau intensitas reaksi peradangan.
Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik dan umumnya ditemukan pada
anak umur sekolah, te- rutama anak perempuan. Umumnya ISK asimtomatik tidak
berlanjut menjadi pielonefritis.
Pada bayi, gejala klinik ISK juga tidak spesifik dan dapat berupa demam,
nafsu makan berkurang, cen- geng, kolik, muntah, diare, ikterus, distensi abdomen,
penurunan berat badan, dan gagal tumbuh.1-3 Infeksi saluran kemih perlu
dipertimbangkan pada semua bayi dan anak berumur 2 bulan hingga 2 tahun dengan
demam yang tidak jelas penyebabnya. Infeksi saluran kemih pada kelompok umur ini
terutama yang dengan demam tinggi harus dianggap sebagai pielonefritis.
Pada anak besar gejala klinik biasanya lebih ringan, dapat berupa gejala lokal
saluran kemih berupa pola- kisuria, disuria, urgency, frequency, ngompol. Dapat juga
ditemukan sakit perut, sakit pinggang, atau demam tinggi.8 Setelah episode pertama,
ISK dapat berulang pada 30-40% pasien terutama pada pasien dengan kelainan
anatomi, seperti refluks vesikoureter, hidronefrosis, obstruksi urin, divertikulum
kandung kemih, dan lain lain.
N. Penatalaksanaan
15
Tujuan :
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibeda- kan atas:
Risiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal :
16
2. Efek toksisitas obat.
SUMBER:
Ida Prijatni, Sri Rahayu. 2016, Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Kemenkes Ri
Sari Pediatri. 2018, Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak: Manifestasi Klinis dan
Tata Laksana. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Reny, 2015. Buku Ajar Keperawatan Pada Klien Dengan gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta Timur. CV.Trans Info Media
17