Anda di halaman 1dari 4

Nama: Ulfa Rachmawati

NPM : 160110150049

TAKE HOME EXAM PSIKOLOGI

1. Contoh Kasus dengan Teori Belajar Behaviorisme


Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah  belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
Dalam teori ini tingkah laku dalam belajar akan berubah apabila ada stimulus dan
respons. Stimulus dapat berupa perlakuan yang diberikan kepada siswa, sedangkan
respons berupa tingkah laku yang terjadi pada siswa. Faktor lain yang juga dianggap
penting oleh aliran behavior adalah faktor pengutan (reinforcement). Penguatan adalah
apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon bila pengutan ditambahkan maka
respon semakin kuat. Begitu juga bila pengutan dikurangi responpun akan tetap
dikuatkan.
 Contoh kasus dalam aplikasi perkuliahan
Dalam proses perkuliahan, seorang dosen mengisi jam mata kuliah
dengan mempresentasikan materi di ruang kuliah. Dosen tersebut
memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait materi kuliah disela-sela
penjelasannya dan mahasiswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh dosen tersebut karena memperhatikan kuliahnya. Namun ada beberapa
pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh mahasiswa. Lalu dosen tersebut
menjanjikan sebuah hadiah bagi mahasiswa yang mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaannya dengan benar. Dipertemuan selanjutnya, ada
beberapa mahasiswa yang dapat menjawab pertanyaan dosen tersbeut
dengan tepat dan benar, lalu dosen tersebut menepati janjinya untuk
memberikan hadiah sebagai reward.
Pada kasus tersebut seorang dosen yang memberikan kuliah dan
pertanyaan-pertanyaan adalah sebuah stimulus yaitu perlakuan yang diberikan
kepada mahasiswa, lalu mahasiswa menjawab pertanyaan dosen tersebut
sebagai bentuk respon. Namun ada beberapa pertanyaan yang tidak dapat
dijawab oleh mahasiswa sehingga dosen menjanjikan hadiah untuk mahasiswa
yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Hadiah atau reward yang
dijanjikan oleh dosen tersebut adalah bentuk reinforcement atau faktor
penguat agar timbul respon dari mahasiswa yaitu menjawab pertanyaan dosen
tersebut.
2. Contoh Kasus dengan Teori Kognitif
Istilah “Cognitif” berasal dari kata “Cognition” yang padanannya “Knowing”, berarti
mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan dan penggunaan
pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer dan
menjadi salah satu domain atau wilayah atau ranah psikologis manusia yang meliputi setiap
perilaku mental yang berkaitan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesenjangan dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini
juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan
ranah rasa.
Istilah “cognitive of theory learning” yaitu suatu bentuk teori belajar yang berpandangan
bahwa belajar adalah merupakan proses pemusatan pikiran (kegiatan mental). Teori belajar
tersebut  beranggapan bahwa individu yang belajar itu memiliki kemampuan potensial,
sehingga tingkah laku yang bersifat kompleks bukan hanya sekedar dari jumlah tingkah
laku yang sederhana, maka dalam hal belajar menurut aliran ini adalah mementingkan
proses belajar dari pada hasil belajar. Belajar tidak hanya sekedar melibatkan stimulus dan
respon. Lebih dari itu, belajar juga melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Yang
menjadi prioritas perhatian adalah pada proses bagaimana suatu ilmu yang baru bisa ber-
asimilasi dengan ilmu yang sebelumnya dikuasai oleh masing-masing individu.
Teori kognitif ini, yang didasari oleh pandangan adanya mekanisme dan proses 
pertumbuhan, yaitu dari bayi kemudian anak berkembang menjadi individu yang dapat
bernalar dan berfikir menggunakan hipotesa. Asumsi dasar yang melandasi deskripsi
demikian ialah pengertian Jean Piaget mengenai perkembangan intelek dan konsepsinya
tentang hakikat kecerdasan.

 Contoh kasus dalam Aplikasi Perkuliahan


Seorang mahasiswa baru kedokteran gigi mendapat kuliah pengenalan
dari dosen anatomi tubuh manusia. Pada kuliah pengenalan tersebut, dosen
anatomi menjelaskan tentang makna kata-kata dasar yang sering digunakan
dalam istilah kedokteran dalam menentukan letak anatomi manusia. Pada kuliah
pertemuan selanjutnya, dosen anatomi tersebut menyebutkan beberapa anatomi
manusia menggunakan kata-kata dasar yang digabungkan dengan nama organ
atau skeletal manusia. Setelah perkuliahan berakhir, dosen tersebut memberikan
latihan soal kepada mahasiswa mengenai anatomi tubuh mannusia.
Pada contoh kasus di atas, diketahui bahwa dosen anatomi memberikan
kuliah pengenalan tentang anatomi tubuh manusia, setelah kuliah tersbeut
mahasiswa dianggap sudah mengerti dan paham tentang perkuliahan tersebut.
Lalu pada pertemuan selanjutnya, dosen anatomi tersebut menyebutkan beberapa
anatomi manusia menggunakan kata-kata dasar yang digabungkan dengan nama
organ atau skeletal, maka terjadi proses pengintegrasian antara makna kata-kata
dasar yang sudah dikuasai dengan menggabungkan nama organ atau skeletal
(informasi baru). Proses tersebut adalah proses asimilasi yaitu penyatuan
informasi dalam struktur kognitif yang telah dimiliki mahasiswa tersebut.
Selanjutnya dosen memberi latihan soal terkait materi tersebut, maka situasi ini
disebut akomodasi yang merupakan penyesuaian struktur kognitif ke situasi baru.
Artinya mahasiswa sudah mampu memahami penamaan anatomi tubuh
berdasarkan letaknya.

3. Contoh Kasus dengan Teori Social Kognitif


Teori kognitif sosial (Social cognitive theory) menyatakan bahwa sosial dan kognitif
serta faktor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif
merupakan ekspetasi siswa untuk meraih keberhasilan, faktor sosial mencakup pengamatan
siswa terhadap perilaku orang tuanya.
Albert Bandura merupakan salah satu yang merancang teori kognitif sosial dan
mengembangkan Model Deterministic Reprical.
Model Deterministic Reprical adalah perilaku lingkungan dan orang (keyakinannya)
semua berinteraksi dan interaksi ketiganya itu harus dipahami dahulu sebelum kita bisa
memahami fungsi psikologis dan perilaku manusia.
Model Deterministic Reprical terdiri dari 3 faktor utama yaitu:
1. Perilaku
2. Person/kognitif
3. Lingkungan
Proses pembelajaran dengan merepresentasikan paham teori kognitif sosial dapat
diterapkan melalui Model Pembelajaran Observasional, yang juga disebut sebagai imitasi
atau modeling. Santrock (2008: 286) mendefinisikan istilah tersebut sebagai metode
pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain.
Untuk menempuh model pembelajaran tersebut, Bandura (1986) menyebutkan empat proses
spesifik yang terlibat dalam pembelajaran, yaitu:
1. Atensi (Perhatian), proses secara sadar atas sebongkah kecil informasi dari keseluruhan
informasi yang tersedia, dari penginderaan maupun proses kognitif lainnya.
2. Retensi (Ingatan), proses di mana informasi yang diperoleh dari observasi dapat
digunakan atau bisa bermanfaat di saat ia membutuhkan informasi tersebut. Bandura
berpendapat bahwa terjadi retentional process, dimana informasi disimpan melalui dua
cara yaitu secara imajinasi atau secara verbal  
3. Produksi, proses menerjemahkan citraan atau deskripsi model ke dalam bentuk
perilaku nyata. Pada tahap ini kita dituntut untuk berimprovisasi dari
hasil Atensi dan Retensi tadi sehingga menghasilkan suatu perilaku yang mungkin baik
atau berdampak buruk bagi kita.
4. Motivasi, proses penguat tindakan yang muncul dari dalam diri individu berdasarkan
pada apa yang dikatakan atau dilakukan oleh model.
 Contoh Kasus dalam Aplikasi Perkuliahan
Seorang mahasiswa kedokteran gigi mendapat materi pembelajaran di
kuliah mengenai cuci tangan yang baik dan benar. Sebelumnya, mahasiswa
tersebut belum menerapkan cara mencuci tangan yang diajarkan dalam
melakukan pencetakan rahang antar teman saat praktikum. Setelah mendapat
materi kuliah tersebut, tanpa sadar mahasiswa tersebut selalu mengamati cara
mencuci tangan setiap dokter jaga praktikum yang akan memeriksa keadaan
mulut mahasiswa lain. Ternyata, para dokter selalu menerapkan cara cuci
tangan yang benar tersebut. Akhirnya mahasiswa tersebut belajar meniru dosen
dan para dokter untuk mencuci tangan dengan baik dan benar agar terbiasa
sampai ia menjadi dokter kelak.
Pada kasus tersebut mahasiswa kedokteran gigi mendapat informasi
mengenai cuci tangan yang baik dan benar, maka terjadi proses atensi yaitu
perolehan informasi. Selanjutnya, mahasiswa tersebut mengamati cara cuci tangan
para dokter yang ternyata sudah menerapkan cara yang benar yang berarti
mahasiswa tersebut mengamati karena ia ingat (proses retensi) tentang informasi
cara mencuci tangan yang diberikan saat perkuliahan. Setelah mengamati
mahasiswa tersebut menjadikan para dokter sebagai contoh agar ia menerapkan
hal yang sama yaitu mencuci tangan dengan cara yang baik dan benar yaitu
merupakan proses produksi yang menerjemahkan citraan atau deskripsi model
(perilaku dokter) ke dalam bentuk perilaku nyata. Proses motivasi terjadi karena
ia akan menjadi dokter kelak dan ingin menjadi seperti model (perilaku
dokter/dosen) yang selalu menerapkan cara mencuci tangan yang baik dan benar.

Referensi:
1. Asri Budiningsih, C. 2012. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
2. Chaplin, J. P. 1972. Dictionaryof Psycology. New York: Dell Publishing Co. Inc.
3. C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005) h.
21.
4. Gredler, Margaret & E. Bell. 1986. Learning And Instruction Theory Into Practice. Mc.-
Milan Publishing Company. Diterjemahkan oleh Munandir. 1991. Jakarta: Rajawali.
5. Neiser, Uris. 1976. Cognition and Reality: Principles and Implication of Cognitive
Psycology. San Fransisco: Freman and Company.
6. M. Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan  (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2012)h.34.
7. Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana
8. Slavin, Robert E. 1994. Educational Psycology: Theory and Practice. America: The United
States of America.
9. Zalyana, Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab (Pekanbaru:  Almujtahadah Press,
2010)hlm. 104-105.

Anda mungkin juga menyukai