Anda di halaman 1dari 5

Fisiologi Mulut

1. MULUT
Pintu masuk pertama ke saluran pencernaan adalah melalui mulut atau rongga oral,
makanan akan dihancurkan dengan dikunyah yang melibatkan seluruh organ dalam
mulut, yaitu :
a. Gigi
b. Lidah
Lidah membentuk dasar rongga mulut, terdiri dari otot rangka yang dikontrol secara
volunter, pergerakannya penting untuk memandu makanan di dalam mulut sewaktu
mengunyah dan menelan. Di lidah terdapat papil-papil pengecap (taste buds) yang juga
tersebar di palatum mole, tenggorokan dan dinding dalam pipi.

c. Kelenjar saliva
Kelenjar saliva utama yaitu kelenjar sublingual, submandibula, dan parotis yang terletak
di luar rongga mulut dan menyalurkan air liur melalui duktus-duktus pendek ke dalam
mulut. Selain itu, terdapat kelenjar saliva minor yaitu kelenjar bukal di lapisan mukosa
pipi.

Saliva terdiri dari 99,5 % H2O, 0,5 % protein dan elektrolit. Protein saliva terpenting
adalah amilase, mukus, dan lisosom, yang menentukan fungsi saliva sebagai berikut :
1. Saliva memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase saliva, enzim
yang memecah polisakarida menjadi disakarida.
2. Saliva mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan
sehingga menyatu serta menghasilkan pelumasan karena adanya mukus yang kental dan
licin.
3. Saliva mempunyai efek antibakteri oleh enzim lisosom
4. Saliva berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang papil
pengecap karena hanya molekul dalam larutan yang dapat bereaksi dengan reseptor papil
pengecap.
5. Saliva berperan dalam higiene mulut dengan membantu menjaga kebersihan mulut dan
gigi.
6. Penyangga bikarbonat saliva menetralkan asam pada makanan yang dihasilkan oleh
bakteri di mulut sehingga membantu mencegah karies gigi.
d. Palatum. Keberadaannya memungkinkan bernapas dan mengunyah berlangsung
bersamaan.
e. Uvula. Uvula terletak di bagian belakang palatum dekat tenggorokan yaitu suatu
tonjolan menggantung dari palatum mole (langit-langit lunak), yang berperan penting
untuk menutup saluran hidung ketika menelan.
2. FARING DAN ESOFAGUS
Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan atau deglutition.
Menelan dimulai ketika bolus didorong oleh lidah ke bagian belakang mulut menuju
faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan di faring yang kemudian
mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medula. Pusat menelan kemudian secara
refleks mengaktifkan serangkaian otot yang terlibat dalam proses menelan. 
Menelan dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
Fase Menelan :
1. Fase Oral. Makanan yang dikunyah oleh mulut (bolus) didorong ke belakang mengenai
dinding posterior faring oleh gerakan volunter lidah.
2. Fase Faringeal. Uvula terelevasi sehingga menutup rongga hidung, laring terelevasi
kemudian kontraksi otot-otot laring menyebabkan pita suara merapat erat satu sama lain,
sehingga pintu masuk glotis tertutup dan mencegah makanan masuk trakea. Kemudian
bolus melewati epiglotis menuju faring bagian bawah dan memasuki esofagus.
3. Fase Esofageal
Terjadi gelombang peristaltik pada esofagus mendorong bolus menuju sfingter esofagus
bagian distal, kemudian menuju lambung. Peristaltik mengacu pada kontraksi berbentuk
cincin otot polos sirkuler yang bergerak secara progresif ke depan dengan gerakan
mengosongkan, mendorong bolus di depan kontraksi. Dengan demikian pendorongan
makanan melalui esopagus adalah proses aktif yang tidak mengandalkan gravitasi.
Makanan dapat didorong ke lambung bahkan dalam posisi kepala di bawah. Gelombang
peristaltik berlangsung sekitar 5 – 9 detik untuk mencapai ujung bawah esopagus.
Kemajuan gelombang tersebut dikontrol oleh pusat menelan melalui persyarafan vagus.

Sekresi esofagus seluruhnya bersifat protektif dan berupa mukus, mukus disekresikan di
sepanjang saluran pencernaan. Dengan menghasilkan lubrikasi untuk lewatnya makanan,
mukus esofagus memperkecil kemungkinan rusaknya esofagus oleh bagian-bagian
makanan yang tajam, mukus juga melindungi dinding esofagus dari asam dan enzim
getah lambung apabila terjadi refluks lambung.

3. LAMBUNG
Lambung terbagi menjadi beberapa bagian yaitu fundus adalah bagian lambung yang
terletak di atas lubang esofagus, korpus yaitu bagian tengah atau utama lambung,
lambung bagian bawah yaitu antrum, bagian akhir lambung adalah sfingter pilorus, yang
berfungsi sebagai sawar antara lambung dan bagian atas usus halus, duodenum.

Motilitas Lambung
Motilitas lambung bersifat kompleks & dikontrol oleh beberapa faktor, terdapat empat
asfek motilitas lambung, yaitu:
a. Empty Stomach Contractility
Kotraksi pada lambung menuju bagian distal dari saluran pencernaan. Diperlukan waktu
90 menit untuk mencapai usus besar. Berfungsi sebagai housekeeping , menyapu sisa-sisa
makanan dan bakteri keluar dari traktus GI ke usus besar
b. Pengisian Lambung
Volume lambung jika kosong sekitar 50 ml, tetapi organ ini dapat mengembang hingga
kapasitasnya mencapai sekitar 1 liter ketika makan. Akomodasi perubahan volume ini
dapat menyebabkan ketegangan pada dinding lambung dan meningkatkan tekanan
intralambung, tapi hal ini tidak akan terjadi karena adanya faktor plastisitas otot polos
lambung dan relaksasi resesif lambung pada saat terisi. 

Plastisitas adalah kemampuan otot polos mempertahankan ketegangan konstan dalam


rentang panjang yang lebar, dengan demikian pada saat serat-serat otot polos lambung
teregang pada pengisian lambung, serat-serat tersebut melemas. Sifat dasar otot polos
tersebut diperkuat oleh relaksasi refleks lambung pada saat terisi. Interior lambung
membentuk lipatan-lipatan yang disebut rugae. Selama makan, rugae mengecil dan
mendatar pada saat lambung sedikit demi sedikit melemas karena terisi. Relaksasi refleks
lambung sewaktu menerima makanan ini disebut relaksasi resesif.
c. Pencampuran Lambung
Volume telah menyentuh 1 L, tekanan dalam lambung akan meingkat. Ketika Kontraksi
peristaltik lambung yang kuat merupakan penyebab makanan bercampur dengan sekresi
lambung, seperti asam dan enzim pencernaan, dan menghasilkan kimus. Setiap
gelombang peristaltik antrum mendorong kimus ke depan ke arah sfingter pilorus.
Apabila kimus terdorong oleh kontraksi peristaltik yang kuat akan melewati sfingter
pilorus dan terdorong ke duodenum tetapi hanya sebagian kecil saja. Sebelum lebih
banyak kimus dapat diperas keluar, gelombang peristaltik sudah mencapai sfingter
pilorus menyebabkan sfingter berkontraksi lebih kuat, menutup dan menghambat aliran
kimus ke dalam duodenum. Sebagian besar kimus antrum yang terdorong ke depan tapi
tidak masuk ke duodenum berhenti secara tiba-tiba pada sfingter yang tertutup dan
bertolak kembali ke dalam antrum, hanya untuk didorong ke depan dan bertolak kembali
pada saat gelombang peristaltik yang baru datang. Gerakan maju mundur tersebut disebut
retropulsi, menyebabkan kimus bercampur secara merata di antrum. Motilitas gastric
dibawah kontrol saraf dan ini distimulasi oleh distensi lambung.

d. Pengosongan Lambung
Kontraksi peristaltik antrum, selain menyebabkan pencampuran lambung juga
menghasilkan gaya pendorong untuk mengosongkan lambung. Jumlah kimus yang masuk
ke duodenum pada setiap gelombang peristaltik sebelum sfingter pilorus tertutup
tergantung pada kekuatan peristaltik. Intensitas peristaltik antrum sangat bervariasi
tergantung dari pengaruh berbagai sinyal dari lambung dan duodenum.

Faktor-Faktor Efek pada Motilitas dan Pengosongan Lambung 


Di dalam Lambung 
- Volume Kimus 
-Derajat Keenceran 
Di dalam Duodenum
Keberadaan dari:
-lemak
-asam
-hipertonis
-peregangan 
Di luar St.Pencernaan 
-Emosi 
-Nyeri Hebat 
-Penurunan glukosa di hipotalamus 
Peningkatan volume merangsang motilitas dan pengosongan. 
Peningkatan keenceran mempercepat pengosongan 

Faktor-faktor tersebut menghambat pengosongan hingga duodenum mengatasi faktor-


faktor yang sudah ada sebelumnya. 

Merangsang atau menghambat motilitas dan pengosongan


Menghambat pengosongan 
Merangsang motilitas disertai rasa lapar 
Tabel berikut menggambarkan faktor yang mempengaruhi motilitas dan pengosongan
lambung :

Sekresi Lambung
Mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubular yang penting, yaitu kelenjar
Oksintik (disebut juga kelenjar gastrik) dan kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik
menyekresi asam hidroklorida, pepsinogen, faktor intrinsik, dan mukus. Kelenjar pilorik
terutama menyekresi mukus untuk melindungi mukosa pilorus dari asam lambung.
Kelenjar pilorik juga menyekresi hormon gastrin. 

Sel-sel parietal secara aktif mengeluarhan HCl ke dalam lumen kantung lambung, hal ini
menyebabkan pH lumen turun sampai 2. HCl membantu fungsi pencernaan, antara lain : 
1. Mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi enzim aktif pepsin.
2. Membantu penguraian serat otot dan jaringan ikat, sehingga partikel makanan
berukuran besar dapat dipecah menjadi partikel kecil.
3. Bersama dengan lisosom mematikan sebagian besar mikroorganisme yang masuk
bersama makanan
Pepsinogen merupakan enzim inaktif yang disintesa oleh aparatus golgi dan retikulum
endoplasma kemudian disimpan di sitoplasma dalam vesikel sekretorik yang dikenal
dengan granula zimogen. Pepsinogen mengalami penguraian oleh HCl menjadi enzim
bentuk aktif yaitu pepsin. Pepsin berfungsi untuk mengaktifkan kembali pepsinogen
(proses otokatalitik) dan sintesa protein dengan memecah ikatan asam amino menjadi
peptida.Sekresi mukus berfungsi sebagai sawar protektif dari cedera terhadap mukosa
lambung karena sifat lubrikalis dan alkalisnya dengan menetralisasi HCl yang terdapat di
dekat mukosa lambung. Hormon gastrin disekresikan oleh sel-sel gastrin (sel-sel G) yang
terletak di daerah kelenjar pilorus lambung, gastrin merangsang peningkatan sekresi
getah lambung yang bersifat asam, dan mendorong pertumbuhan mukosa lambung dan
usus halus, sehingga keduanya dapat mempertahankan kemampuan sekresi mereka.

Anda mungkin juga menyukai