Anda di halaman 1dari 21

HADITS JUAL BELI, ETIKA JUAL BELI, dan SYARATNYA

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Nilai pada Mata
Kuliah Hadits Ahkam
Dosen Pengampu: Dr. Mufidah Saggaf Aljufri, Lc.,M.A
Oleh:
Raguwan Aljufri 193070041
Uswatun Hasanah 193070014
Zhafarina Rasyiqah 193070007
Nur Anisa 193070019

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) DATOKARAMA PALU
2021
KATA PENGANTAR

‫بســـــــــم هللا الرحمن الرحــــــيم‬


ْ ‫ف ااْل َ ْنبِيَـــــا ِء‬
‫وال ُمرْ َسلِــ ْينَ َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد‬ ِ ‫صالَةُ َوالسَّــــالَ ُم َعلَـى اَ ْشـــــ َر‬ َّ ‫ وال‬. َ‫ب ْالعـَـــا لَ ِمــــ ْين‬
ّ ْ ‫اَ ْل َح ْم ُد لِلّـــ ِه َر‬
‫ اَ ّمـــــابَعْــــــ ُد‬, َ‫َو َعلَى آلِــه َواَصْ حــــَابِ ِه اَجْ َم ِعـــــــ ْين‬

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat dan
nikmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah tugas. Pembuatan makalah ini
bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari Dosen yang bersangkutan agar
memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap Mahasiswa dapat
terlatih dalam pembuatan makalah ini
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari
beberapa buku yang membahas tentang materi yang berkaitan dan juga melalui
media internet. Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih
kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk
mengucapkannya. Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan,
begitu pun dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan
makalah ini mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurang yang ditemukan,
oleh karena itu kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami
mengharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................4
1.4 Metode Penulisan..........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................6
2.1 Jual Beli Dalam Islam...................................................................................6
2.1.1 Hadits Tentang Jual Beli ....................................................................6
2.1.2 Syarat-Syarat Jual Beli ........................................................................7
2.1.3 Etika Dalam jual Beli...........................................................................9
2.1.4 Definisi- Definisi Dalam Jual Beli .............................................................12
BAB III..................................................................................................................21
PENUTUP..............................................................................................................21
3.1 Simpulan......................................................................................................21
Daftar Pustaka.........................................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu bentuk kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-Nya adalah
memberikan segala fasilitas di dunia ini untuk dinikmati dan dikelola oleh manusia.
Segala sesuatu yang telah diciptakan oleh Allah Ta’ala dapat kita mamfaatkan sebagai
suatu bentuk yang dapat kita gunakan. Salah satu bentuk yang termasuk kedalam hukum
amaliyah adalah Muamalah.Muamalah adalah peraturan-peraturan Allah yang harus
diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.
Atau bisa diartikan bahwa muamalah itu aturan-aturan (hukum) Allah untuk mengatur
manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial
Muamalah merupakan sendi kehidupan dimana setiap muslim akan diuji nilai
keagamaannya dan kehati-hatian serta kekonsistensinya dalam ajaran-ajaran Allah.
Apabila seseorang yang lemah agamanya akan sulit berbuat adil kepada orang lain
dalam masalah meninggalkan harta yang bukan menjadi haknya (harta haram). Dalam
makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai salah satu bentuk transaksi dalam
muamalah yaitu Jual Beli beserta Hadits Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam
terkait Jual Beli
Untuk lebih jelas mengenai transaksi Jual Beli penulis akan membahasnya dalam
bab selanjutnya.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dirumuskan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Jual Beli?
2. Apa Hadits yang menjadi dasar hukum Jual Beli?
3. Bagaimana syarat dan etika dalam Jual Beli?
4. Apa Saja Jual beli yang dilarang dalam Islam?
5. Apa saja definisi- definisi dalam Jual Beli?

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan di penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Dapat mengetahui pengertian dari Jual Beli
b. Dapat memberikan informasi mengenai Hadits yang menjadi dasar hukum Jual
Beli
c. Dapat mengetahui syarat dan etika dalam Jual Beli
d. Dapat Mengetahui apa-apa saja jual beli yang dilarang
e. Dapat mengetahui definisi-definisi dalam Jual Beli
4
Adapun cara yang dipakai penulis dalam pembuatan makalah ini ialah studi pustaka,
yakni penulis mencari data-data terkait makalah ini melalui buku, dan mencari sumber
terpercaya, ilmiah, dan relevan dalam internet mengenai Hadits Jual Beli, etika jual beli
dan syaratnya

5
BAB II

2.1 Jual Beli Dalam Islam


2.1.1 Pengertian Jual Beli
Sebelum mengkaji secara luas dalam kehidupan sehari-hari, salah satu cara
untuk memenuhi kebutuhan adalah dengan usaha perdagangan atau jual beli, untuk
terjadinya usaha tersebut diperlukan adanya hubungan timbal balik antara penjual dan
pembeli. Jual beli adalah saling tukar menukar antara benda dengan harta benda atau
harta benda dengan uang ataupun saling memberikan sesuatu kepada pihak lain,
dengan menerima imbalan terhadap benda tersebut dengan menggunakan transaksi
yang didasari saling ridha yang dilakukan secara umum.
Berdasarkan penjabaran di atas terdapat beberapa masalah tentang jual beli, maka
terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa pengertian jual beli baik secara etimologi
maupun secara terminologi. Jual beli menurut istilah atau etimologi
‫ُمقا بَلَة َش ْى ٍء بِ َش ْى ٍء‬
Tukar menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.

Sedangkan jual beli menurut bahasa adalah sebagaimana di jelaskan berikut ini.

ُ َ‫اَ ْلبَ ْي ُع َم ْعنَاهُ لُ َغةً ُم ْطل‬


ً‫ق ا ْل ُمبَا َدلَة‬
Pengertian jual beli menurut bahasa adalah tukar menukar secara mutlak

Berdasarkan pengertian tersebut maka jual beli adalah tukar menukar apa saja, baik
antara barang dengan barang, barang dengan uang atau uang dengan uang.
Untuk lebih jelas tentang pengertian jual beli dapat dilihat dibawah ini:
a. Menurut Hanafiah sebagaimana dikemukakan oleh Ali Fikri, menyatakan bahwa jual beli
memiliki dua arti yaitu arti khusus dan arti umum.
1) Arti khusus yaitu:

‫ص‬
ٍ ‫ص ْو‬ ِّ ‫ض ِة) َو نَ ْح ِو ِه َما اَ ْو ُمبَا َدلَةُ ال‬
ُ ‫س ْل َع ِة َعلَى نَ ْح ِو ِه َو ْج ٍه َم ْخ‬ َّ ِ‫ب و ا ْلف‬ َّ ‫و ُه َو بَ ْي ُع ا ْل َع ْي ِن بالنق َد ْي ِن‬
ِ ‫(الذ َه‬

Artinya: Jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas dan perak) dan
semacamnya, atau tukar- menukar barang dengan uang atau semacam menurut cara yang
khusus.
2) Arti umum yaitu:
‫ش َم ُل َما َكانَ َذاتًا َونَ ْقدًا‬
ْ َ‫ص ْوص فَا ْل َما ُل ي‬ ِ ‫و ُه َو ُمبَا َدلَةُ ا ْل َم‬
ُ ‫ال بِا ا ْل َما ِل على َو ْج ِه َم ْخ‬
Artinya: Jual beli adalah tukar-menukar harta dengan harta menurut cara yang khusus,
harta mencakup zat (barang) atau uang

Dapat disimpulkan akad yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu penjual dan pembeli yang
objeknya bukan manfaat yakni benda, dan bukan untuk kenikmatan seksual.

b. Menurut syafi’iyah memberikan definisi jual beli sebagai berikut :

6
‫ستِفَا َد ِة ِم ْل ِك َع ْي ِن اَ ْو َم ْنفَ َع ٍة ُم َؤبَّدَا ٍة‬ ٍ ‫َض َّمنُ ُمقَابَلَةَ َم‬
ْ ‫ال ِب َما ٍل بِش َْر ِط ِه آالتِ ْي اِل ا‬ َ ‫و ش َْرعًا عقد يَت‬
Artinya: Jual beli menurut syara’ adalah suatu aqad yang mengandung tukar menukar harta
dengan harta dengan syarat yang akan diuraikan nanti untuk memperoleh kepemilikan atas
benda atau manfaat untuk waktu selamanya.
c. Menurut Hanabilah memberikan definisi jual beli sebagai berikut:

‫ض‬
ٍ ‫اح ٍة على التَّاءبيد غير ِربَا او قر‬
َ َ‫اح ٍة بمنفع ٍة ُمب‬ ٍ ُ‫َّرع ُمبَا َدلَة‬
َ َ‫مال بِ َمال او ُمبَادلة منفع ٍة ُمب‬ ِ ‫َم ْعنَي ا ْلبَ ْي ِع فى الش‬

Artinya: Pengertian jual beli menurut syara’ adalah tukar-menukar harta dengan harta
tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk waktu
selamanya, bukan riba dan bukan hutang.
d. Menurut Hasbi ash-shiddiqie adalah:
‫س ُمبَا َدلَة المال بال َما ِل ليفيد تَبَادل الملكيّات على ال َّد َو ِام‬ َ َ‫عق ٌد يَقُو ُم َعلَى ا‬
ِ ‫سا‬
Artinya: Aqad yang tegak atas dasar pertukaran harta dengan harta, maka jadilah harta
penukaran milik secara tetap.

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli adalah suatu perjanjian
tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai, secara sukarela diantara kedua belah
pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerima sesuai dengan perjanjian
atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’.

2.1.2 Hadits Tentang Jual Beli


1. Hadits Nabi SAW:

‫عن عبد هللا بن عمر رضى هللا عنهما عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أنه قال إذا تبايع الر جال ن فكل واحد منهما‬
‫بالخيار مالميتفرقا وكانا جميعا أويخير أحدهما األ خر فتبا يعا على ذلك فقد وجب البيع وإن تفر قا بعد أن يتبا يعا ولم‬
‫يترك واحد منهما البيع فقد وجب البيع‬
“Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma, dari Rasulillahshallallahu Alaihi
wa Sallam, beliau bersabda, “Jika dua orang saling berjual beli, maka masing-
masing diantara keduanya mempunyai hak pilih selagi keduanya belum berpisah,
dan keduanya sama-sama mempunyai hak, atau salah seorang diantara keduanya
memberi pilihan kepada yang lain”. Beliau bersabda, “Jika salah seorang diantara
keuanya memberi pilihan kepada yang lain, lalu keduanya menetapkan jual beli atas
dasar pilihan itu, maka jual beli menjadi wajib”. (HR Bukhari – Muslim)

2. Hadits Nabi SAW:

‫عن حكيم بن حزام رضى هللا عنه قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم البيعان بالخيارمالم يتفرقا او قال حتى يتفر قا‬
‫فإن صدقا وبينا برك لهما في بيعهما وإن كتماو كذ با محقت بر كت بيعهما‬
“Ada hadist yang semakna dari hadist Hakim bin Hizam Radhiyallahu Anhu, dia
berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Dua orang yang berjual
beli mempunyai hak pilih selagi belum saling berpisah”, atau beliau bersabda,
“Hingga keduanya saling berpisah, jika keduanya saling jujur dan menjelaskan, maka
7
keduanya diberkahi dalam jual beli itu, namun jika keduanya saling menyembunyikan
dan berdusta, maka barakah jual beli itu dihapuskan”. (HR Bukhari – Muslim)
Terdapat beberapa kesimpulan hukum mengenai Hadits jual beli di atas:
 Penetapan hak pilih ditempat bagi penjual dan pembeli, untuk dilakukan
pengesahan jual beli atau pembatalannya.
 Temponya ialah semenjak jual beli  dilaksanakan hingga keduanya saling berpisah
dari tempat itu.
 Jual beli mengharuskan pisah badan dari tempat dilaksanakan akad jual beli.
 Jika penjual dan pembeli sepakat untuk membatalkan akad setelah akad disepakati
dan sebelum berpisah, atau keduanya saling melakukan jual beli tanpa menetapkan
hak pilih bagi keduanya, maka akad itu dianggap sah, karena hak itu menjadi milik
mereka berdua, bagaimana keduanya membuat kesepakatan, terserah kepada
keduanya.
 Perbedaan antara hak Allah Swt dan yang semata merupakan hak anak Adam,
bahwa apa yang menjadi hak Allah Swt, pembolehannya tidak cukup dengan
keridhaan anak Adam, seperti akad riba. Sedangkan yang menjadi hak anak Adam
diperbolehkan menurut keridhaannya, yang diungkakan karena hak itu tidak
melangggarnya.
 Pembuat syariat tidak menetapkan batasan untuk perpisahan. Dasarnya adalah
tradisi. Apa yang dikenal manusia sebagai perpisahan, maka itulah ketetapan jual
beli. Keluar dari rumah kecil,naik ke bagian atas, menyingkir ke tempat lain atau
yang semisalnya, bisa dianggap perpisahan tentang tempo untuk menetapkan hak
pilih dan akad.
 Para ulama mengharamkan penjual atau pembeli meninggalkan tempat (sebelum
akad ditetapkan),karena dikhawatirkan kan terjadi pembatalan. Ahlus-Sunan
meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Dan
tidak dihalalkan baginya (penjual atau pembeli) meninggalkan yang lain, karena
dikhawatirkan hal itu merupakan permintaan untuk membatalkan jual beli”. Hal itu
menggambarkan pengguguran terhadap hak orang lain.
 Jujur dalam mu’amalah dan menjelaskan keadaan barang dagangan merupakan
sebab barakah di dunia dan di akhirat, sebagaimana dusta, bohong dan menutup-
nutupi cacat merupakan sebab hilangnya barakah. Hal ini dapat dirasakan secara
nyata di dunia. Orang-orang yang sukses dalam bisnisnya dan yang laku barang
dagangannya ialah mereka yang jujur dalam mu’amalah yang baik. Peniagaan tidak
merugi dan bangkrut melainkan karena pengkhianatan. Disamping itu, orang yang
jujur mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah Swt.

8
Jual Beli bisa didefinisikan sebagai: Suatu transaksi pemindahan pemilikan suatu
barang dari satu pihak (penjual) ke pihak lain (pembeli) dengan imbalan suatu barang
lain atau uang. Atau dengan kata lain, jual beli itu adalah ijab dan qabul,yaitu suatu
proses penyerahan dan penerimaan dalam transaksi barang atau jasa. Islam
mensyaratkan adanya saling rela antara kedua belah pihak yang bertransaksi. Hadits
riwayat Ibnu Hibban dan Ibnu Majah menjelaskan hal tersebut:

ٍ ‫إِنَّ َما ا ْلبَ ْي ُع عَنْ تَ َرا‬


‫ض‬
“Sesungguhnya Jual Beli itu haruslah dengan saling suka sama suka.”
Oleh karena kerelaan adalah perkara yang tersembunyi, maka ketergantungan
hukum sah tidaknya jual beli itu dilihat dari cara-cara yang nampak (dhahir) yang
menunjukkan suka sama suka, seperti adanya ucapan penyerahan dan penerimaan.
Beberapa macam jual beli yang diakui Islam antara lain adalah:

 Jual beli barang dengan uang tunai

 Jual Beli barang dengan barang (muqayadlah/barter)

 Jual beli uang dengan uang (Sharf)

 Jual Utang dengan barang, yaitu jual beli Salam (penjualan barang dengan hanya
menyebutkan ciri-ciri dan sifatnya kepada pembeli dengan uang kontan dan
barangnya diserahkan kemudian)

 Jual beli Murabahah (Suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah
keuntungan yang disepakati). Misalnya seseorang membeli barang kemudian
menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. Karakteristik Murabahah adalah
si penjual harus memberitahu pembeli tentang harga pembelian barang dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.”
2.1.3 Rukun dan Syarat Jual Beli
Sebagai salah satu dasar jual beli, rukun dan syarat merupakan hal yang teramat
penting, sebab tanpa rukun dan syarat maka jual beli tersebut tidak sah hukumnya.
Oleh karena itu Islam telah mengatur tentang rukun dan syarat jual beli itu, antara lain.
1. Rukun jual beli
Jual beli dianggap sah apabila sudah terpenuhi rukun dan syaratnya.Maksudnya
adalah, apabila seseorang akan melakukan Jual beli harus memenuhi syarat- syarat
tertentu. Unsur-unsur yang menyebabkan sahnya jual beli terpenuhi. Adapun rukun
yang dimaksud dapat dilihat dari pendapat ulama di bawah ini adalah:
a. Adanya penjual dan pembeli
b. adanya barang yang diperjual belikan

9
c. Sighat (kalimat ijab qabul)
Jadi sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa jika suatu pekerjaan
tidak terpenuhi rukun-rukunnya maka pekerjaan itu akan batal karena tidak sesuai
dengan syara’ begitu juga dalam hal jual beli harus memenuhi ketiga rukun-rukun
tersebut.
2. Syarat Jual Beli
Dari ketiga rukun jual beli yantg telah penulis uraikan di atas masing-masing
mempunyai persyaratan sebagai berikut.
a. Al-Muta’aqidain (penjual dan pembeli)
Para ulama sepakat bahwa orang yang melakukan aqad jual beli (penjual dan
pembeli) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Baligh
Baligh berarti sampai atau jelas, yakni anak-anak yang sudah sampai
pada usia tertentu yang menjadi jelas baginya segala urusan atau persoalan
yang dihadapi. Pikirannya telah mampu mempertimbangkan atau
memperjelas mana yang baik dan mana yang buruk.
Jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal dan orang gila
hukumnya tidak sah.adapun anak kecil yang mumayyiz, menurut ulama
Hanafiah, jika akad yang dilakukan membawa keuntungan bagi dirinya,
maka akadnya sah.20Jumhur ulama berpendapat bahwa orang yang
melakukan akad jual beli harus baligh dan berakal, bila orang yang berakad
itu belum balikh, maka jual belinya tidak sah, sekalipun mendapat izin dari
walinya.
Bahwa jual beli diperintahkan dalam Islam, namun bukan berarti jual beli
boleh dilakukan siapa saja, melainkan mempunyai syarat- syarat tertentu,
seperti dijelaskan dalam hadis di atas: orang yang tidur hingga ia bangun,
anak kecil hingga ia dewasa, dan orang gila hingga ia berakal (sembuh dari
gilanya). Maksud tiga perkara ini adalah sahnya dalam jual beli, apabila
penjual dan pembeli dalam keadaan sadar, tidak tidur, anak yang sudah
cukup umur, karena apabila diperbolehkannya anak kecil melakukan jual
beli, dia akan membuat kerusakan, seperti menjual barang cacat, karena
anak kecil tidak mengerti aturan dalam Islam. Begitu juga sebaliknya orang
gila yang tidak berakal dilarang melakukan jual beli. Dapat disimpulkan
jual beli boleh dilakukan olehorang-orang dalam keadaan sadar.
2) Tidak pemboros

10
Dalam hal ini dinyatakan oleh Allah SWT dalam Firman-Nya dalam surat
Al-Isra’ ayat 27 yang artinya: Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara- saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya.
Maksud pada ayat di atas, Allah telah melarang hambanya melakukan
suatau pekerjaan dengan tujuan untuk menghambur- hamburkan hartanya,
karena perbuatan tersebut merupakan sebuah pemborosan, yang telah
dijelaskan pada ayat di atas bagi orang yang melakukannya, merupakan
perbuatan syaitan. Maksud pemborosan di sini, suatu pekerjaan yang tidak
bermanfaat.
3) Dengan kehendak sendiri (bukan paksaan)
Artinya yaitu, prinsip jual beli adalah suka sama suka antara penjual dan
pembeli, bila perinsip ini tidak tercapai jual beli itu tidak sah.Sebagaimana
firman Allah Surat Q.S. An-Nisa ayat 29, Artinya: Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan hartasesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. Perkataan suka sama suka dalam ayat di atas
menjadi dasar bahwa jual beli harus merupakan kehendak sendiri tanpa tipu
daya dan paksaan.
a. Syarat untuk barang yang diperjual belikan
Untuk barang yang diperjual belikan hendaklah barang tersebut bersih
barangnya, dapat dimanfaatkan, milik orang yang melakukan aqad, antara
lain, mampu menyerahkan mengetahui dan barang yang diaqadkan ada di
tangan.
b. Shighat atau lafaz ijab qabul.
Ijab adalah perkataan penjual seperti saya jual barang ini harga sekian.
Qabul adalah perkataan pembeli, seperti saya beli dengan harga sekian. Ijab
qabul adalah yang dilakukan oleh orang yang melakukan tindakan aqad,
lafal aqad berasal dari bahasa arab “Al-aqdu” yang berarti perikatan atau
perjanjian dan pemufakatan “Al-ittifaq” secara bahasa atau etimologi fiqih
aqad didefinisikan dengan pertalian ijab (pernyatan melakukan ikatan) dan
qabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syari’ah
yang berpengaruh pada obyek perikatan, maksudnya adalah seluruh
perikatan yang di lakukan oleh kedua belah pihak atau lebih, tidak
dianggap sah apabila tidak sejalan dengan kehendak syara’. Jumhur ulama
menyatakan bahwa rukun aqad terdiri atas empat macam.Pertama,
pernyataan untuk mengikat diri (pernyataan aqad) kedua, pihak-pihak yang
beraqad, ketiga, obyek aqad, empat, tujuan aqad.
11
Adapun syarat-syarat umum suatu aqad adalah sebagai berikut.

 Pihak-pihak yang melakukan aqad telah cukup bertindak hukum.

 Objek aqad diakui oleh syara’

 Aqad itu tidak dilarang syara’

 Aqad itu bermanfaat

 pernyataan ijab tetap utuh dan shahih sampai terjadinya qabul

 ijab dan qabul dilakukan dalam satu majlis, yaitu suatu keadaan yang
menggambarkan proses suatu transaksi.

 Tujuan aqad jelas diakui syara’ dalam jual beli tujuannya memindahkan
hakmilik penjual ke pembeli.

 Tujuan aqad tidak bertentangan dengan syara’.

Berdasarkan syarat umum di atas, jual beli dianggap sah jika terpenuhi syarat-
syarat khusus yang disebut dengan syarat Ijab dan Qabul sebagai berikut.
1) orang yang mengucapkan telah baligh dan berakal
2) Qabul sesuai dengan ijab
3) Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majlis.
Ulama Hanafiah dan Malikiyah mengatakan bahwa antara ijab dan qabul boleh
diantarai waktu yang telah disepakati sehingga pihak pembeli sempat
berfikir.Namun Ulama safiiyah dan Hanabilah berpendapat bahwa antara ijab dan
qabul tidak terlalu lama yang dapat menimbulkan dugaan bahwa objek
pembicaraan tersebut berubah.
Pada zaman modern, perwujudan ijab dan kabul tidak lagi diucapkan tetapi
dilakukan dengan sikap mengambil barang membayar uang dari pembeli, serta
menerima uang dan meneyerahkan barang tanpa ucapan apapun. Contohnya jual
beli yang berlangsung di pasar swalayan. Dalam fiqih muamalah jual beli
semacam ini disebut dengan bai’al-muathah, namun jumhur ulama berpendapat
bahwa jual beli seperti ini hukumnya boleh jika hal itu sudah menjadi kebiasaan
masyarakat.
1. Ada barang yang diperjual belikan.

 Barang yang ada di dalam kekuasaan penjual (milik sendiri)

Barang atau benda yang akan diperjual belikan adalah milik seseorang atau milik
sendiri bukan milik orang lain, barang yang sifatnya belum dimiliki oleh seseorang

12
tidak boleh diperjualbelikan. Memperjual belikan ikan yang masih di dalam laut
atau burung yang masih di alam bebas, karena ikan atau burung itu belum dimiliki
oleh penjual, tentang larangan menjual sesuatu yang bukan miliknya, tanpa seizin
pemilik barang tersebut jual beli yang demikian adalah haram.

 Barang yang jelas zatnya, ukuran dan sifatnya (dapat diketahui) Hendaklah yang
menjual dan membeli mengetahui jenis barang dan mengetahui harganya.Hal ini
untuk menghindari kesamaran baik wujud sifat dan kadarnya. Jual beli yang
mengandung kesamaran adalah salah satu jual beli yang diharamkan oleh Isalam.
Boleh menjual barang yang tidak ada di tempat aqad dengan ketentuan dijelaskan
sifatnya yang mengakibatkan ciri-ciri dari barang tersebut dapat diketahui, jika
ternyata barang tersebut sesuai dengan barang yang disepakati, maka wajib
membelinya, tapi jika tidak sesuai dengan yang disifatkan maka dia mempunyai
hak memilih untuk dilansungkan akad atau tidak.

 Barang yang dapat diserahkan.

Barang atau benda diserahkan pada saat aqad berlangsung atau pada waktu yang
telah disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.

 Suci Bendanya

Diantara benda yang tergolong najis adalah bangkai, darah, daging Babi, para
ulama sepakat tentang keharamannya dengan berdalil pada firman Allah dalam
surat Al-Baqarah ayat 173 dan surah Al- Maidah ayat 3

 Barang yang bermanfaat menurut syara’

Pengertian barang yang dapat dimanfaatkan tentu sangat relative, sebab pada
hakikatnya seluruh barang yang dijadikan sebagai objek jual beli merupakan barang
yang dapat dimanfaatkan, seperti untuk dikonsumsi (beras sayur-mayur dan lain-
lain) di nikmati keindahannya seperti (bunga, hiasan, rumah), dinikmati suaranya
(Radio, TV, dll) serta digunakan untuk keperluan yang bermanfaat seperti seorang
membeli bahan bakar minyak untuk kendaraan supaya lebih cepat dalam
menempuh perjalanannya, yang dimaksud dengan barang yang dapat dimanfaatkan
adalah kemanfaatan barang tersebut sesuai dengan ketentuan hukum Agama
(Syari’at Islam). Maksud pemanfaatan barang tersebut tidak bertentangan dengan
norma-norma Agama. Demikianlah rukun dan syarat jual beli yang telah ditetapkan
oleh para ulama, hanya rukun dan syarat yang menyebabkan jual beli yang sesuai
dengan ketentuan syara’ jika segala ketentuan-ketentuan tersebut telah terpenuhi
maka jual beli yang dilakukan sah menurut hukum Islam.
2.2 Macam- Macam Jual Beli
Secara garis besar dalam Islam, dikenal beberapa bentuk dan jenis jual beli,
adapun secara gelobalnya jual beli itu dibagi kedalam dua bagian besar yaitu:
13
1) Jual beli shahih
Jual beli sahih yaitu apabila jual beli itu disyari’atkan, memenuhi rukun dan syarat
yang telah ditentukan, bukan milik orang lain, dan tidak tergantung pada hak khiyar
lagi.Jual beli yang telah memenuhi rukun dan syarat adalah boleh atau sah dalam
Agama Islam, selagi tidak terdapat padanya unsur-unsur yang dapat membatalkan
kebolehan kesahannya.Adapun hal-hal yang menggugurkan kebolehan atau
kesahan jual beli pada umumnya adalah sebagai berikut.
a) Menyakiti si penjual
b) Menyempitkan gerakan pasar
c) Merusak ketentuan umum.
2) Jual beli yang batal atau fasid.
Batal adalah tidak terwujudnya pengaruh amal pada perbuatan di dunia karena
melakukan perintah syara’ dengan meninggalkan syarat dan rukun yang
mewujudkannya, Jual beli yang batal adalah apabila salah satu rukunnya dan
syaratnya tidak terpenuhi, atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak
disyaratkan, seperti jual beli yang dilakukan anak kecil, orang yang gila atau
barang yang diperjual belikan adalah barang-barang yang diharamkan syara’ seperti
bangkai, darah, babi dan khamr. Jual beli yang batal ini banyak macam dan
jenisnya, diantaranya adalah:
a. Jual beli buah yang belum muncul di pohonnya. Memperjual belikan yang
putiknya belum muncul di pohonnya, atau anak sapi yang belum ada, sekalipun
di perut induknya telah ada. Maksudnya adalah melarang memperjual belikan
yang putiknya belum muncul di pohonnya, atau anak sapi yang belum ada,
sekalipun diperut induknya telah ada karena jual beli yang demikian adalah jual
beli yang tidak ada, atau belum pasti baik jumlah maupun ukurannya.
b. Menjual barang yang tidak bisa diserahkan pada pembeli.Seperti menjual barang
yang hilang atau burung piaraan yang lepas dan terbang di udara atau juga
seperti menjual ikan yang masih ada di dalam air yang kuantitasnya tidak
diketahui, hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah Saw: Ibnu Mas’ud ra.
Berkata, Rasulullah Saw bersabda janganlah membeli ikan dalam air karena itu
gharar.(HR Bukhori). Maksud dari hadis di atas adalah menjual barang yang
tidan jelas baik itu ukuran, bentuk, dan jenis barang yang akan dijadikan objek
jual beli, dengan adanya larangan hadis tersebut, maka haram bagi orang yang
melakukan jual beli yang bendanya tidak dapat diserahkan.
c) Jual beli yang mengandung unsur penipuan
Jual beli yang mengandung unsur penipuan yang pada lahirnya baik, tapi dibalik
itu terdapat unsur penipuan, sebagaimana terdapat dalam sabda Rasulullah Saw
tersebut di atas. Contohnya yang lain juga dikategorikan jual beli yang
mengandung unsur penipuan adalah jual beli al-Mazabanah (barter yang diduga
keras tidak sebanding), contohnya menukar buah yang basah dengan buah yang
kering, karena yang dikhawatirkan antara yang dijual dan yang dibeli tidak

14
seimbang. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah Saw berikut ini.

Artinya: Dari Jabir r.a., Rasulallah saw, melarang menjual setumpuk tamar yang
tidak diketahui takarannya dengan tamar yang diketahui takarannya (HR BUkhari-
Muslim) Maksud hadis di atas adalah melarang jual beli dengan cara menukar
antara barang yang sejenis dan barang yang sudah di takar dengan barang yang
belum di takar karena jual beli yang demikian adalah mengandung unsur penipuan,
atau menjual barang yang takarannya tidak sesuai dengan aqadnya atau mengurangi
takarannya.
d) Jual Beli Takaran Dalam Islam
Hendaklah apabila seseorang jika melakukan jual beli dengan cara menggunakan
takaran atau timbangan harus sesuai dengan apa yang telah diakadkan kepada pihak
pembeli atau menggunakan takaran yang sah, jual beli ini dapat dilihat dalam
firman Allah Q.S Al- mutaffifin ayat 1-3 sebagai berikut :

Artinya: kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang,(yaitu) orang-orang


yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,dan apabila
mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.

Maksud ayat diatas adalah Allah melarang keras kepada orang- orang yang
melakukan transaksi jual beli menggunakan takaran dan timbangan yang tidak sesuai
dengan apa yang diakadkan atau tidak sesuai dengan kenyataannya, maksudnya orang
yang curang di sini ialah orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang.

2.3.1 Bentuk Jual Beli Yang Dilarang


Jual beli yang batil adalah jual beli yang salah satu atau seluruh rukunnya tidak
terpenuhi atau jual beli itu pada dasarnya dan sifatnya tidak disyariatkan. Adapun jual
beli yang dilarang adalah :
 Jual beli barang yang tidak ada ( Bai’ al ma’mun )
Menurut Ibn Tamiyah dan Ibn Qoyyim jual beli yang tidak ada ketika akad adalah
boleh sepanjang barang tersebut benar- benar ada menurut perkiraan adat dan dapat
diserah terimakan setelah akad berlansung. Karena sesungguhnya dilarang menjual
barang ma’dum tidak terdapat di Al- qur’an dan sunnah. Yang dilarang adalah jual
beli yang mengandung nsur gharar, yakni jual beli barang yang sama sekali tidak
mungkin bisa diserah terimakan. Jual beli dengan cara melempar, seperti seseorang
mengatakan “aku lempar apa yang ada padaku dan engkau melempar yang ada
padamu.” Kemudian dari keduanya membeli dari yang lain dan masing-tidak
mengetahui jumlah barang pada yang lain. Menjual barang yang tidak dapat diserah
terimakanMenjual barang yang tidak dapat diserah terimakan kepada pembeli tidak
sah. Misalya, menjual anak binatang yang masih dalam kandungan. Dalam hal ini
seluruh ulama fikih sepakat bahwa jual beli ini adalah tidak sah.

15
2.3.2 Etika Dalam Jual Beli

 Menjauhkan yang Haram Dalam Jual Beli


(QS Al-An’am [6]: 152)

‫وأوفوا آلكيل وآلميزان بالقسط ال نكلف نفسا إالوسعها وإذا‬،‫والتقربوا مال آليتيم إال بالتى هى أحسن حتى يبلغ اشده‬
‫قلتم فا عدلواولوكان ذا قر بى وبعهد هللا أوفوا ذلكم و صكم به لعلكم تذ كرون‬

“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnkanlah takaran dan timbangan
dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar
kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil,
kendatipun ia adalah kerabat (mu),  dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat”

Dari Abu Hurairah radhiallahu‘anhu dia berkata:

َ َ‫ص ْب َر ِة طَ َع ٍام فَأَد َْخ َل يَ َدهُ فِي َها فَنَالَتْ أ‬


‫صابِ ُعهُ بَلَاًل فَقَا َل َما َه َذا يَا‬ ُ ‫سلَّ َم َم َّر َعلَى‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ُ ‫أَنَّ َر‬
َ ‫ش فَلَ ْي‬
‫س ِمنِّي‬ َّ ‫اس َمنْ َغ‬ ُ َّ‫ق الطَّ َع ِام َك ْي يَ َراهُ الن‬ َ ‫سو َل هَّللا ِ قَا َل أَفَاَل َج َع ْلتَهُ فَ ْو‬ َّ ‫صابَ ْتهُ ال‬
ُ ‫س َما ُء يَا َر‬ َ َ‫صا ِح َب الطَّ َع ِام قَا َل أ‬
َ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu


beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh
sesuatu yang basah. Maka beliaupun bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?”Dia
menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.”Beliau bersabda,
“Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian atas agar manusia dapat
melihatnya?!Barangsiapa yang menipu maka dia bukan dari golonganku.”(HR.
Muslim no. 102)

Dari Hakim bin Hizam radhiallahu’anhu dari Nabi Shallallu ‘alaihi wa sallam beliau
bersabda:

َ ‫ص َدقَا َوبَيَّنَا بُو ِركَ لَ ُه َما فِي بَ ْي ِع ِه َما َوإِنْ َك َذبَا َو َكتَ َما ُم ِح‬
‫ق بَ َر َكةُ بَ ْي ِع ِه َم‬ َ ْ‫ا ْلبَيِّ َعا ِن بِا ْل ِخيَا ِر َما لَ ْم يَتَفَ َّرقَا فَإِن‬

“Kedua orang yang bertransaksi jual beli berhak melakukan khiyar selama keduanya
belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan
keberkahan dalam jual beli. Tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka

16
keberkahan jual beli antara keduanya akan dihapus.”(HR. Al-Bukhari no. 1937 dan
Muslim no. 1532)

Abu Hurairah radhiallahu‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu


‘alaihi wasallam bersabda:

‫س ْل َع ِة ُم ْم ِحقَةٌ لِ ْلبَ َر َك ِة‬


ِّ ‫ا ْل َحلِفُ ُمنَفِّقَةٌ لِل‬

“Sumpah itu (memang biasanya) melariskan dagangan jual beli namun bisa
menghilangkan berkahnya”.(HR. Al-Bukhari no. 1945 dan Muslim no. 1606)

Dari Abu Qatadah Al-Anshari radhiallahu anhu, bahwa dia mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ُ ‫ق ثُ َّم يَ ْم َح‬
‫ق‬ ِ ِ‫إِيَّا ُك ْم َو َك ْث َرةَ ا ْل َحل‬
ُ ِّ‫ف فِي ا ْلبَ ْي ِع فَإِنَّهُ يُنَف‬

“Jauhilah oleh kalian banyak bersumpah dalam berdagang, karena dia (memang
biasanya) dapat melariskan dagangan tapi kemudian menghapuskan
(keberkahannya).”(HR. Muslim no. 1607)

Salah satu profesi yang dianjurkan dalam Islam bahkan sering tersebut dalam Al-
Qur`an dan As-Sunnah adalah profesi petani dan pedagang. Karenanya banyak sekali
sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berprofesi menjadi petani atau
pedagang. Hanya saja, di dalam Islam setiap profesi yang dibenarkan untuk ditempuh
tujuannya bukan semata-mata untuk menghasilkan uang atau meraih kekayaan. Akan
tetapi yang jauh lebih penting daripada itu adalah untuk mendapatkan keberkahan dari
hasil jerih payahnya. Dan keberkahan dari harta bukan dinilai dari kuantitasnya akan
tetapi dinilai dari kualitas harta tersebut, darimana dia peroleh dan kemana dia
belanjakan.

Karenanya, dalam perdagangan dan jual beli, Islam menuntunkan beberapa etika
diantaranya:

a. Tidak boleh curang dalam jual beli.   

b. Tidak boleh menutupi cacat barang dagangan dari para pembeli.  

c. Menjelaskan dengan sejelas-jelasnya kebaikan dan kekurangan barang yang dia


jual.
17
d. Tidak boleh terlalu banyak bersumpah (walaupun sumpahnya benar) dengan tujuan
melariskan dagangannya. Karena terlalu sering menyebut nama Allah pada jual beli
atau pada hal-hal sepele menunjukkan kurangnya pengagungan dia kepada Allah.

e. Haramnya bersumpah dengan sumpah dusta, hanya untuk melariskan dagangannya

Hadits Terkait : 

 Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:

 “Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan para pedagang yang mana


apabila berbicara tidak bohong, apabila diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji
tidak mengingkarinya, apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak
berlebihan (dalam menaikkan harga), apabila berhutang tidak menunda-nunda
pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat orang yang sedang
kesulitan.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman, Bab Hifzhu Al-
Lisan IV/221).

 “Rasulullah SAW melarang sistem jual beli mulamasah (wajib membeli jika
pembeli menyentuh barang dagangan) dan munabadzah (sistem barter antara dua
orang dengan melemparkan barang dagangannya masing-masing tanpa
memeriksanya) (H.R. Muslim)

 Dari Abu Hurairah Radhiallahu anhu dia berkata : “Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya
ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah. Maka
beliaupun bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Dia menjawab, “Makanan
tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu
tidak meletakkannya di bagian atas agar manusia dapat melihatnya?! Barangsiapa
yang menipu maka dia bukan dari golonganku.” (HR. Muslim no. 102)

  Dari Abu Qatadah Al-Anshari radhiallahu anhu, bahwa dia mendengar Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wasallam besabda: “Jauhilah oleh kalian banyak bersumpah
dalam berdagang, karena dia (memang biasanya) dapat melariskan dagangan tapi
kemudian menghapuskan(keberkahannya).”(HR.Muslim,no.1607)
18
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Jual beli adalah tukar-menukar harta dengan harta yang dimaksudkan untuk
suatu kepemilikan, yang ditunjukkan dengan perkataan dan perbuatan. Rasulullah
menjelaskan bahwa hukum jual beli adalah perbuatan yang dihalalkan selama
penjual dan pembeli tidak ada yang dirugikan dan tidak ada penipuan dalam jual
beli.

DAFTAR PUSTAKA

19
Al- Qur’an
Hadits Nabi
Syaikh shalih al fauzan bin fauzan, fiqh wa fatawa al-buyu; solo: yayasan lajnah
istiqamah, 2005.
Rifai, dadi ahmad, syarah umdatul ahkam
,http://www.islamcocg.com/id/index.php/19makalah/makalah/72-jual
beli,diskes,5/10,2012
Shahih al-bukhari, abu abdililah Muhammad bin ismail bin al mughirah al bukhari
( 194256 H )
http://repository.radenintan.ac.id/1609/3/BAB_II_revisi.pdf

20
21

Anda mungkin juga menyukai