Anda di halaman 1dari 5

PELATIHAN

PEMBENTUKAN PENGENDALI EKOSISTEM HUTAN (PEH)


TINGKAT AHLI ANGKATAN II

MATA PELATIHAN
MP 3. MUATAN TEKNIS BIDANG PKTL

Disusun Oleh :
Nama : Ulil Amri, S.Hut
NIP : 19840104 201101 1 005

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBADAN


PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
PUSAT DIKLAT SDM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
BOGOR, NOVEMBER 2021
PROGRAM PELATIHAN : Pelatihan Pembentukan PEH Tingkat Ahli Angkatan II
MATERI POKOK : Inventarisasi Hutan Terestris , Non terestris dan NSDH

Komponen Deskripsi Uraian


Deskripsi Materi Pokok : Mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan
memahami Inventarisasi Hutan Terestris, Non terestris dan
NSDH.
Tujuan Hasil Pelatihan : Peserta mampu melaksanakan tugasnya sebagai tenaga
fungsional PEH tingkat ahli jenjang pertama sesuai dengan
butir-butir kegiatan yang telah ditetapkan.
Indikator Hasil Belajar : 1. Peserta mampu melakukan kegiatan inventarisasi
terestris.
2. Peserta mampu menjelaskan kegiatan inventarisasi non
terestris (menyusun rancangan inventarisasi,
penggunaan dan pengolahan data GPS, pengelolaan
citra satelit).
Ringkasan Materi : Perencanaan hutan diawali dengan kegiatan inventarisasi
hutan. Kegiatan inventarisasi hutan tersebut dibagi
berdasarkan wilayah cakupannya yaitu terdiri dari
inventarisasi hutan tingkat nasional, provinsi, DAS dan
tingkat pengelolaan hutan.

Jenis kegiatan inventarisasi hutan tersebut berdasarkan


objek yang diinventarisasi terdiri dari inventarisasi
penutupan hutan, inventarisasi tegakan hutan, inventarisasi
tumbuhan non-kayu, inventarisasi satwa liar, inventarisasi
sosekbud, inventarisasi hidrologi/ tata air dan inventarisasi
jasa lingkungan. Pada inventarisasi hutan tingkat DAS hanya
dilakukan inventarisasi penutupan hutan dan inventarisasi
hidrologi/ tata air. Inventarisasi jasa lingkungan hanya
dilaksanakan pada inventarisasi hutan tingkat pengelolaan
hutan.

Sedangkan berdasarkan metode inventarisasinya,


inventarisasi hutan dibagi menjadi inventarisasi teristris
yang dipergunakan pada jenis inventarisasi tegakan hutan,
tumbuhan non-kayu, satwa liar, sosekbud, hidrologi dan
jasa lingkungan. Kemudian metode inventarisasi non-
teristris yang digunakan pada inventarisasi penutupan
hutan.
Pada inventarisasi tegakan hutan pengumpulan datanya
dilakukan melalui inventarisasi pohon dan tingkat
permudaannya yang ada dalam petak ukur. Bentuk petak
ukurnya dapat berupa lingkaran, bujur sangkar, segi empat,
titik, dan jalur. Penentuan petak ukur dilakukan secara
sampling dengan berbagai metode yaitu sampling acak
sederhana, sampling acak stratifikasi, sampling sistematik,
atau sampling sistematik stratifikasi. Hasil pengumpulan
data tersebut dianalisa dan disajikan dalam bentuk data
pohon dan tingkat permudaannya yang terdiri dari: jenis,
potensi tegakan kayu, penyebaran, struktur tegakan, dan
status kelangkaan.

Pada inventarisasi tumbuhan non-kayu pengumpulan data


dilakukan sekaligus dengan inventarisasi sumberdaya hutan
kayu maupun dilakukan secara khusus. Hasil pengumpulan
data tersebut dianalisa dan disajikan dalam bentuk data
tumbuhan non kayu yang terdiri dari: potensi jenis
(termasuk permudaannya) dan penyebaran.

Inventarisasi tegakan hutan dan tumbuhan non-kayu juga


dipergunakan pada kegiatan enumerasi TSP/PSP dan re-
enumerasi TSP/PSP. Kegiatan ini dilakukan untuk
mendapatkan data dan informasi tingkat pertumbuhan dari
hasil pengukuran berulang.

Pada inventarisasi satwa liar pengumpulan data dilakukan


melalui survei lapangan dengan metode sampling stratifikasi
purposive dan/atau kompilasi hasil inventarisasi satwa liar
oleh pihak lain. Hasil pengumpulan data tersebut dianalisa
dan disajikan dalam bentuk data satwa liar yang terdiri dari:
potensi per jenis, keanekaragaman jenis, penyebaran
termasuk status kelangkaan dan informasi habitat.

Pada inventarisasi sosekbud pengumpulan data dan


informasi dilakukan melalui survei dengan metode sampling
purposive dan/ atau kompilasi data hasil inventarisasi sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat lokal/ masyarakat adat di
dalam dan di sekitar Kawasan Hutan. Hasil pengumpulan
data dan informasi dianalisa dan disajikan dalam bentuk
data sosekbud yang memuat antara lain mengenai: adat
istiadat, pola ketergantungan terhadap hutan, pola
kelembagaan, infrastruktur dari desa disekitar kawasan
hutan baik berupa data primer maupun sekunder.

Pada inventarisasi hidrologi/ tata air pengumpulan data


dilakukan melalui survei lapangan dengan melakukan
pengumpulan dan pengukuran parameter DAS/ Sub DAS
dan/ atau kompilasi data hasil Inventarisasi Hutan Tingkat
Nasional, provinsi, unit pengelolaan dan/ atau inventarisasi
khusus lainnya. Pengumpulan dan pengukuran parameter
DAS berupa identifikasi karakteristik lahan antara lain
topografi, kelerengan, iklim (curah hujan, temperatur,
kelembaban, angin), jenis tanah dan batuan, sumber mata
air, sungai dan anak sungai, danau terhadap bentuk DAS
(memanjang, melebar atau bujur sangkar) dan morfologi
DAS (hulu, tengah, hilir).

Pada inventarisasi jasa lingkungan pengumpulan data


dilakukan melalui studi literatur melalui kajian analisa data
sekunder dan/ atau survei lapangan dengan melakukan
pengukuran dan pencatatan parameter, dan atau
melakukan wawancara dari narasumber. Hasil pengumpulan
data dan informasi dianalisa dan disajikan dalam bentuk
data potensi sumberdaya alam Kawasan Hutan yang dapat
menggambarkan kepentingan antara lain pemanfaatan
aliran air, pemanfaatan air, wisata alam, perlindungan
keanekaragaman hayati, pemulihan lingkungan, dan/ atau
penyerapan dan/ atau penyimpanan karbon.

Pada setiap inventarisasi hutan teristris juga dilakukan


pengumpulan data biogeofisik berupa status dan fungsi
kawasan hutan, perizinan di dalam kawasan hutan, jenis
tanah, kelerengan lapangan/topografi, hidrologi dan iklim.

Untuk inventarisasi penutupan hutan dengan metode non-


teristris dilakukan dengan metode pengindraan jauh melalui
pengolahan citra satelit berupa kegiatan menafsir, menguji
hasil penafsiran, membuat kunci penafsiran, dsb. Kemudian
dari data hasil klasifikasi (penafsiran) citra tersebut
dilakukan verifikasi teristris lapangan dengan cara:
a. Peninjauan langsung ke lapangan (pengecekan
lapangan);
b. Merujuk citra lain yang memiliki resolusi lebih tinggi
(memiliki tingkat akurasi atau nilai kebenaran yang lebih
baik); dan
c. Merujuk pada data sekunder lain yang yang memiliki
tingkat akurasi yang lebih baik.

Berdasarkan data hasil verifikasi data Tingkat kebenaran


atau akurasi hasil klasifikasi (penafsiran) dihitung dan
disajikan dalam bentuk peta penutupan hutan.

Pernah melakukan : 1. Inventarisasi tegakan hutan dalam rangka penyusunan


kegiatan yang RPHJP BKPH Rinjani Timur.
sesuai materi pokok 2. Inventarisasi sosekbud dalam rangka penyusunan
RPHJP BKPH Ampang Riwo Soromandi.

Yang Belum dipahami : 1. Secara teknis, apa saja perubahan yang ada pada
terkait materi pokok kegiatan inventarisasi hutan setelah terbitnya
PermenLHK No. 7 Tahun 2021?
2. Materi mengenai penyusunan Neraca SDH belum
tersedia.

Anda mungkin juga menyukai