Anda di halaman 1dari 51

Epidemiologi

cacing usus
Taniawati Supali
Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Soil-transmitted Helminths
• Penularan lewat tanah yang terkontaminasi oleh telur
cacing

• Ada 3 spesies cacing:


• Ascaris lumbricoides (cacing gelang),
• Ancylostoma duodenale dan Necator americanus (cacing
tambang),
• Trichuris trichiura (cacing cambuk)
Soil-transmitted Helminths
• WHO: Diperkirakan 1,5 milyar (24%) penduduk dunia
terinfeksi STH.
• 819 juta terinfeksi Ascaris,
• 464 juta terinfeksi Trichuris
• 438 juta terinfeksi cacing tambang

• Sekitar 267 juta anak usia prasekolah dan 568 juta anak usia
sekolah tinggal di daerah yang secara intensif terpapar
infeksi STH.
Data dari Subdit Filariasis dan kecacingan, Depkes RI
Prevalensi cacingan berdasarkan kelompok umur di Nangapanda, Ende 2008

Cacing tambang

Prevalensi cacing tambang


meningkat berdasarkan
umur.

Prevalensi cacing Ascaris


dan Trichuris menurun pada
kelompok umur yang lebih
tua
Kelompok umur
Faktor risiko penularan
• Kebiasaan buang air besar di sembarangan tempat
• Kebersihan pribadi
• Kebersihan makanan
• Sanitasi yang tidak memadai
• Kondisi sosio-ekonomi yang rendah
• Pekerjaan seperti petani, pekerja tambang
Cara penularan cacing usus
Tinja dengan telur cacing di tanah

Telur tumbuh menjadi bentuk infektif (siap ditularkan)

Infeksi: Menelan telur infektif (penularan fekal-oral)

Untuk cacing tambang: telur menjadi larva aktif menembus kulit


kaki atau tangan
Karakteristik STH
Cacing usus Ukuran Jumlah telur per hari Lokasi cacing Umur
(mm) (1 cacing betina)
Dampak infeksi cacing usus
• Anemia
• Malnutrisi
• Terganggunya perkembangan fisik dan kemampuan
berpikir/kognitif
• Infeksi berat cacing cambuk dapat menyebabkan
diare
Prolapsus rektal
Dampak infeksi cacing tambang - Anemia
Necator americanus Ancylostoma
duodenale

Jumlah darah yang hilang


(ml/hari) pada 1000 telur per 1.3 ml 2.2 ml
gram tinja

Berkurang zat besi (mg/hari) 0.45 mg 0.76 mg


pada 1000 telur per gram tinja

Cacing tambang akan berganti posisi setiap 4 - 6 jam. Cacing tambang mengeluarkan
antikoagulan sehingga bekas gigitan cacing akan tetap mengeluarkan darah.
Diagnosis
Tinja segar (dalam waktu < 24 jam) – mencegah tinja kering

1. Jumlah sampel yang cukup untuk dilakukan pemeriksaan


2. Sampel tinja yang tidak terkontaminasi dengan tanah
3. Label sampel yang baik dengan tinta tidak luntur (tidak
rusak karena air dan tidak mudah tertukar dengan sampel
lain)
Diagnosis
• Pemeriksaan tinja langsung dengan NaCl atau pewarnaan Iodine Lugol

• Pemeriksaan kato-katz (Standard WHO)


Pemeriksaan tinja langsung
• Merupakan teknik sederhana untuk mendeteksi adanya telur, larva
dari cacing usus
• Kurang sensitif untuk infeksi sedang atau infeksi ringan
• Pemeriksaan kualitatif (hanya positif atau negatif)
Metode Kato Smear (Kato-Katz)
• Modifikasi prosedur direct smear
• Metode ini diperkenalkan oleh Kato dan Miura (1954) :
• metode apusan tebal dan sederhana dan menggunakan
penutup selofan untuk pemeriksaan telur cacing dalam
tinja.

• Teknik ini sulit untuk identifikasi telur cacing tambang


karena telur rusak dalam waktu 60 menit setelah tinja
dicetak
Metode Kato Smear (Kato-Katz)
Metode Kato-Katz (Kato Smear) merupakan metode pemeriksaan
mikroskopis yang umum dan sudah dijadikan standar baku oleh WHO.

Metode ini adalah metode diagnosis kuantitatif :


- mampu mengidentifikasi spesies cacing usus
- mampu menghitung jumlah telur per gram tinja

Metode Kato-Katz digunakan untuk menentukan prevalensi dan berat


ringan infeksi cacing usus
Metode Kato Smear (Kato-Katz)
• Keuntungan: • Kekurangan:
• -sederhana • -tidak dapat digunakan untuk
• -mudah mendeteksi infeksi protozoa
usus dan Strongyloides
• -cepat stercoralis
• -cukup sensitif • -butuh pengalaman dalam
• -kuantitatif pemeriksaan mikroskopik
• -sampel yang telah dicetak harus
diperiksa dalam waktu relatif
singkat (30-60 menit telur cacing
tambang rusak)
Penentuan Jumlah Telur Cacing per Gram dan
Stratifikasi Intensitas Infeksi (WHO)
Tinja yang akan diperiksa harus dicetak pada lubang khusus pada cetakan.
– tinja dalam lubang itu mempunyai berat 41,7 mg

Eggs per gram (EPG) merupakan satuan hitung yang digunakan untuk
menentukan banyaknya jumlah telur cacing yang ditemukan dalam satu
preparat tinja yang diperiksa.
Menghitung jumlah telur cacing per gram (EPG)=
Jumlah telur cacing dari pemeriksaan mikroskop x 24 (1000/41,7 mg)
Contoh: 10 telur / 41,7 mg → 10x24 = 240 telur/ 1 gr
Penghitungan EPG dilakukan untuk masing-masing spesies STH
Penentuan Jumlah Telur Cacing per Gram dan
Stratifikasi Intensitas Infeksi (WHO)
SPESIES RENDAH SEDANG BERAT

CACING GELANG < 4999 5000 - 49999 > 50000

CACING TAMBANG < 2000 2000 - 3999 > 4000

CACING CAMBUK < 1000 1000 - 9999 > 10000


Pemeriksaan Langsung versus Kato Katz
Pemeriksaan Kato Katz (KK)
Langsung/Direct smear (DS)
Waktu pengerjaan singkat Lebih lama dari pada DS
Tampilan pada
preparat Kotor Lebih bersih (jernih)

Sensitifitas Kurang sensitif Lebih sensitif


Kuantitatif Tidak Ya
Evaluasi pengobatan Tidak akurat (misdiagnosis
Lebih akurat
lebih tinggi)
Ascaris lumbricoides
(Cacing gelang)
Ascaris lumbricoides
• Penyakit : Askariasis

• Infeksi terjadi jika orang secara tidak sengaja


menelan telur infektif melalui tangan yang tercemar
tanah yang ada telur infektif, atau benda lain yang
tercemar
Menelan
telur infektif Melalui batuk larva tertelan dan
masuk ke saluran cerna. Larva jadi
cacing dewasa di usus kecil

Telur
infektif

SIKLUS berisi larva

HIDUP
Larva masuk dalam
sirkulasi darah dan
migrasi ke paru Cacing dewasa jantan dan
betina di usus kecil
Ascaris lumbricoides

Stadium infektif

Stadium diagnosis Telur Telur tidak


dibuahi dibuahi
Diagnosis

• Menemukan telur dalam tinja

• Cacing dewasa dalam tinja atau muntah


Diagnosis: Cacing dewasa
• Cacing gelang, bentuk tubuh; bulat
panjang (silindris), berwarna kuning
Betina kemerah-merahan

Cacing jantan
Panjang tubuh: 15- 31 cm
Jantan Ekor: melingkar, mempunyai spikulum.

Cacing betina
Panjang tubuh: 20-35 cm
Ekor: lurus panjang.
Cincin kopulasi: terletak kira-kira 1/3
anterior panjang badan.
Diagnosis: Telur dibuahi
albuminoid
albuminoid
• Bentuk: lonjong
hialin (60 X 45 mikron)

• Dinding: tebal (lapisan luar


albuminoid, lapisan bagian
dalam hialin
• Isi: embrio yang belum
membelah
Diagnosis: Telur dibuahi
Telur tidak dibuahi

Telur dibuahi

Bentuk: lonjong, lebih panjang (90 X 40 mikron)


Dinding: biasanya lebih tipis (lapisan albuminoid tipis)
Isi: granula.
Telur matang

Jika tertelan Telur menetas larva keluar


Telur Ascaris Telur decorticated

lumbricoides

Telur Trichuris

Telur decorticated – tidak mempunyai lapisan albuminoid


Hookworms
(Cacing tambang)
Cacing tambang
• Penyakit:
• Ancylostomiasis
• Necatoriasis

• Infeksi terjadi:
• Ancylostoma duodenale : oral, kulit
• Necator americanus : kulit

• Filariform larva (infektif)


SIKLUS
HIDUP Larva filariform
menembus kulit

CACING Larva Ancylostoma spp dapat


tertahan dan dorman di dalam

TAMBANG Larva filariform


berkembang di
tanah
jaringan. Reaktivasi larva dapat
masuk ke usus kecil

Larva keluar sirkulasi


paru, melalui batuk
tertelan. Cacing dewasa hidup di usus kecil

Larva rhabditiform

Stadium infektif Telur di tinja Telur di


tinja
Stadium diagnosis
Cacing dewasa Necator americanus
• Cacing tambang pada manusia,
bentuk tubuh; bulat lonjong, silindris
Bentina kecil.
Jantan
• Badan: melengkung, mirip huruf S,
panjang tubuh +1 cm.

• Cacing betina lebih besar dari cacing


jantan.

Ekor
• Ekor cacing betina: runcing.

• Ekor cacing jantan: mempunyai


bursa kopulatriks.
Cacing dewasa Ancylostoma duodenale
• Cacing tambang pada manusia,
Jantan bentuk tubuh: silindris kecil.
Betina

• Badan: melengkung, mirip hurup C,


panjang tubuh + 1 cm.

• Cacing betina lebih besar dari cacing


jantan.
Ekor
• Ekor cacing betina: runcing.

• Ekor cacing jantan: mempunyai bursa


kopulatriks.
Telur Cacing Tambang
• Bentuk: lonjong
(60 X 40 mikron)

• Dinding: tipis, jernih

• Isi: 4 – 8 sel
Telur Cacing Tambang
Telur cacing tambang
Trichuris trichiura
(Cacing cambuk)
Trichuris trichiura
• Disease: Trichuriasis

• Risk: fecal oral transmission


Infeksi cacing Trichuris
- Trikuriasis dapat menyebabkan diare. Derajat
keparahan diare berkorelasi dengan jumlah cacing.

- Pada infeksi berat > 200 cacing dapat menyebabkan


disentri kronik, prolapsus rektal

BB turun dan anemia pada anak


Cacing dewasa Trichuris trichiura
Kepala

• Bentuk: seperti cambuk,


kepala halus ekor gemuk.

• Ukuran:
• Betina: 5 cm,
• Jantan: 4 cm
Ekor
Telur Trichuris trichiura
• Bentuk: seperti tempayan
(50 X 22 mikron)

• Kulit: kuning tengguli


dengan kedua ujung
jernih

• Isi: sel telur


Telur Trichuris trichiura

Isi: larva dibentuk kira-kira sesudah 3 minggu


PROGRAM PENGENDALIAN CACING USUS
(WHO)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
• Negara endemik harus serius menangani pengendalian
infeksi cacing usus.

• Pengendalian infeksi cacing usus melalui pemberian obat


cacing
Program pengobatan STH (WHO, 2011)
Prevalensi Pengobatan
Program Pengobatan Cacing Usus < 1% Tidak ada pengobatan
> 1% <10% 1 x tiap 2 tahun
> 10% <20% 1 x tiap tahun
> 20% <50% 2 x tiap tahun
> 50% 3 x tiap tahun
Sasaran pengobatan
• Pemberian obat masal secara periodik pada
penduduk yang beresiko terutama:
• anak-anak prasekolah
• anak usia sekolah
• wanita usia subur (termasuk wanita hamil di
trimester kedua dan ketiga dan wanita
menyusui)
• orang dewasa dalam pekerjaan berisiko tinggi
tertentu seperti pemetik teh atau penambang.
Evaluasi pengobatan

• Metode kato-katz dapat mengukur


• Prevalensi
• Intensitas infeksi
Prevalensi STH sebelum dan sesudah pengobatan masal filariasis di desa Mainang ,
Kabupaten Alor

Ascaris
Ascaris
MDA menurun densitas
infeksi tapi tidak
menurunkan prevalensi
STH.
Hookworms

Hookworms

Trichuris
Eliminasi cacing usus Prevalensi dengan Real-time PCR (%)
pada 3 desa dengan Project Total Cacing Ascaris Trichuris Prevalensi
pengobatan Sample tambang lumbricoides Trichiura Cacingan
Albendazol (ALB)
ImmunoSPIN (2008-2010) – Ndeturea, Ndorurea, Ndorurea 1
Sebelum intervensi
Albendazole 609 77.3% 33.2% 27.8% 87.5%

1 tablet ALB setiap 3


Placebo 655 74.5% 34.9% 27.1% 87.2%
bulan selama 2 tahun Sesudah 7x pengobatan ALB
Albendazole 411 23.4% 9.7 17.7% 41.9%
Placebo 448 65.5% 30 28.0% 78.8%
SugarSPIN (2014-2015)
Sebelum intervensi
Albendazole 550 30% 16% 27.3% 55.4%
Placebo 594 33.3% 18.5% 26.6% 43.2%
1 ALB setiap hari selama 3
hari pada pengobatan selama
1 tahun Sesudah 3x pengobatan ALB

Albendazole 550 4.2% 1.3% 8.2% 11.3%


Placebo 594 29.3% 13% 22.6% 34.4%
TERIMA KASIH
Albendazole 100 mg
(Obat cacing) • Edukasi anak sekolah melalui buku komik

Anda mungkin juga menyukai