Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami perubahan sruktur tubuh dari anak-anak
menjadi dewasa (pubertas). Pada masa ini terjadi suatu perubahan fisik yang cepat disertai
banyak perrubahan, termasik didalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual)
untuk mencapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi
reproduksi. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda
sebagai berikut. (Kumalasari Intan dan Iwan Andhyantoro, 2012)
b. Remaja wanita.
Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar.
Pinggul lebar, bulat, dan membesar.
Tumbuh bulu-bulu harus disekitar ketiak dan vagina
Tulang-tulanng wajah mulai memanjang dan membesar
Pertubuhan payu dara, putting susu membesar dan menonjol, serta kelenjar susu
berkembang, payu dara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertanbah
besar, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang
akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai
Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
Perubahan kejiwaan pada masa remaja
Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah sebagai berikut.
1. Perubahan emosi.
A. Sensitive : perubahan-perubahan kebutuhan, konflik nilai antara keluarga dengan
lingkungan dan perubahan fisik menyebabkan remaja sangat sensitive minsalnya
mudah menangis,cemas,frustasi,dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas.
Utamanya sering terjadi pada remaja putrid, terlebi sebelum menstruasi.
B. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang
mempengaruhinya,sering bersikap irasional,mudah tersinggung sehingga mudah
terjadi perkelahian/tawuran pada anak laki-laki,suka mencari perhatian, dan bertindak
tanpa berpikir terlebih dahulu.
C. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua dan lebih senang pergi bersama
dengan temannya dari pada tinggal di rumah.
2. Perkembangan intelegensi.
a. Cenderung mengembangkan cara berfikir abstrak,suka memberikan kritik.
b. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul prilaku ingin mencoba-
coba.
Perilaku ingin mencoba-coba merupakan hal penting bagi kesehatan reproduksi remaja.
Perilaku ingin mencoba hal yang baru jika di dorong oleh rangsangan seksual dapat
membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya. Berikut
adalah beberapa permasalahan prioritas terkait perilaku remaja yang ingin mencoab hal baru.
1. Kehamilan yang tidak di kehendaki akan menjurus pada aborsi tidak aman dan
komplikasinya.
2. Kemalian dan persalinan usia muda akan menambah resiko kesakitan dan kematian ibu
dan bayi (2-4 kali lebih tinggi dari usia subur).
3. Penularan penyakit kelamin, termasuk HIV/AIDS.
4. Ketergantungan narkotika,psikotropika dan zat adiktif.
5. Tindak kekerasan seksual, seperti pemerkosaan , pelecehan, dan transaksi seks
komersial.
Dari segi kesehatan reprosuksi, perilaku ingin coba-coba dalam bidang seks merupakan hal
yang sangat rawan, karena akan membawa akibat yang sangat buruk dan merugikan masa
depan remaja, khusunya masa depan remaja wanita.
Menurut elizaber B.Hurloek, beberapa factor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja
adalah sebagai berikut.
1. Factor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, yaitu berasal dari keluarga di masa
anak-anak mulai tumbuh dan berkembang.
2. Faktor luar, yaitu mencakup kondisi sekolah/pendidikan formal yang cukup berperan
terhadap perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaannya.
3. Factor masyarakat yaitu adat kebiasaan,pergaulan dan perkembangan di segala bidang
khususnya teknologi yang di capai manusia.
Dalam buku bunga rampai obstetric dab ginekologi social,factor-faktor yang mempengaruhi
perilaku seksual remaja berupa hal-hal berikut.
1. Dorongan seksual.
2. Keadaan kesehatan tubuh.
3. Psikis.
4. Pengetahuan seksual.
5. Pengalaman seksual sebalumnya.
Pengetahuan seksual yang benar dapat memimpin seseorang kea rah perilaku seksual yang
rasional dan bertanggung jawab serta dapat membantu membuat keputusan pribadi yang
penting terkait seksualitas. Sebaliknya, pengetahuan seksual yang salah dapat menimbulkan
kesalahan persepsi tentang seksualitas sehingga selanjutnya akan menimbulkan perilaku
seksual yang salah dengan segala akibatnya. Informasi yang salah menyebabkan pengertian
dan persepsi masyarakat, khususnya remaja, tentang seks menjadi salah pula. Ini di perburuk
dengan adanya berbagai mitos mengenai seks yang berkembang di masyarakat. Akhirnya,
semua ini di ekspresikan dalam bentuk perilaku seksual yang buruk pula, dengan segala
akibat yang tidak di harapkan.