Anda di halaman 1dari 5

Nama : Agung Nur Pratama

NIM : 19/445757/PN/16272
Mata Kuliah : Praktikum Parasit & Penyakit Ikan
Hari, Tanggal : Jumat, 30 April 2021

ACARA 2 – PARASITOLOGI

Kata “parasit” berasal dari bahasa Yunani yaitu para yang bermakna di
samping dan sitos yang artinya makanan. Dari makna tersebut, parasit merupakan
organisme yang sebagian atau seluruh daur hidupnya bergantung pada organisme lain
(Budianto et al., 2016). Orgnisme lain ini disebut dengan inang atau host. Salah satu
cabang ilmu yang mempelajari parasit disebut parasitologi. Parasit dalam
penyebarannya membutuhkan suatu inang atau host dalam upaya untuk melestarikan
keturunannya, melalui upaya menemukan dan menginfeksi inang. Dalam upaya
menemukan inang tersebut parasit berada pada tahap hidup bebas parasit yang artinya
berada di luar tubuh inang. Keadaan tersebut sangat berbeda ketika berada di dalam
tubuh inang, yang berarti hal itu sangat tidak menguntungkan bagi parasit tersebut
sehingga peluang untuk menginfeksi inang sangat rendah. Dari hal tersebut, parasit
harus mampu untuk beradaptasi agar tingkat kelulushidupannya tinggi sehingga
menjamin kelestarian keturunannya.
Keberadaan parasit dalam tubuh ikan tidak lepas dari kepadatan populasi ikan
dalam kolam budidaya. Kepadatan populasi ikan yang tinggi memungkinkan terjadinya
penurunan kualitas air dan meningkatnya kontak atau gesekan langsung antar ikan yang
terinfeksi parasit sehingga penularannya dapat berlangsung cepat (Hasyimia et al.,
2016). Penurunan kualitas air pada kolam budidaya juga dapat disebabkan oleh adanya
perbedaan kontruksi kolam (kolam sawah, kolam beton, kolam terpal), perbedaan ini
mengakibatkan penurunan debit air karena adanya perbaikan irigasi pada saluran utama
atau primer sehingga debit air berkurang dan berpengaruh terhadap kualitas air
(Wirawan et al., 2017). Fluktuasi suhu yang tinggi dan kandungan oksigen yang rendah
akibat sedikitnya pergantian air di kolam dapat memperparah serangan parasit pada ikan
(Wirawan et al., 2017). Faktor utama adanya parasit dalam tubuh ikan ini adalah adanya
inang yang menjadi sumber penyebaran penyakit pada ikan, pathogen, lingkungan
sebagai media hidup ikan dan parameter-parameternya yaitu suhu, pH, oksigen terlarut,
senyawa beracun, kekeruhan, salinitas, dan pemberian pakan yang tidak teratur
(Wirawan et al., 2017; Tumbol et al., 2011).
Nekropsi merupakan pembedahan bangkai secara sistematis untuk menemukan
penyebab kematian, mengkonfirmasikan diagnosis, dan menyelidiki terapi yang gagal
apabila sebelumnya telah dilakukan pengobatan (Bello et al., 2012). Pembedahan ini
dapat dilakukan pada hewan yang masih hidup maupun hewan yang sudah mati. Jika
masih hidup, hewan tersebut dibunuh terlebih dahulu, lalu diperiksa hewan tersebut
yang diduga terkena penyakit. Dengan adanya pembedahan ini dapat diperoleh
informasi mengenai sejarah penyakit, sifat-sifat agen penyebab, umur hewan yang
dinekropsi, dan karakteristik epidemologinya sehingga penyakit yang dideteksi bisa
lebih spesifik (Wiedosari & Wahyuwardani, 2015). Untuk mendiagnosa penyebab
kematian hewan perlu dilakukan pemeriksaan secara patologi anatomi. Pemeriksaan
secara patologi anatomi yaitu dengan melihat lesi-lesi yang ditemukan, memberi
diagnosa morfologik pada organ-organ yang mengalami perubahan patologik dan
memberi diagnosa tentatif (sementara) pada kasus yang ditemukan (Wirata et al.,
2013).
Pada praktikum ini dilakukan nekropsi ikan secara pengamatan eksternal dan
pengamatan internal. Pengamatan eksternal dilakukan dengan cara yaitu sampel ikan
diambil dan diukur panjang dan beratnya, kemudian object glass disiapkan dan ditetesi
akuades untuk pengamatan insang dan sirip, tetapi untuk pengamatan lendir tidak perlu
diberi akuades. Pemberian aquades ini agar bagian insang dan sirip itu menempel pada
object glass dan cover glass. Kerok bagian luar dengan scalpel dan letakkan di object
glass masing-masing (lendir, insang, sirip). Diratakan dan ditutup dengan cover glass.
Lalu, diamati dengan mikroskop dengan perbesaran maksimal 100x. Parasit ditemukan
dicatat dan dikomentasikan. Selanjutnya, pada pengamatan internal dilakukan tiga
pemeriksan, yaitu organ saluran pencernaan, pemeriksaan hati dan ginjal, pemeriksaan
lambung dan usus dengan metode sentrifuge. Untuk pemeriksaan organ saluran
pencernaan caranya yaitu ikan disectio terlebih dahulu, lalu potong kedua saluran
penceraan (di luar organ), amati cacing (bila ada) dan masukkan ke petridisk serta
tambahkan akuades. Striping saluran pencernaan ikan dan ditampung dengan cawan
petri bersama air. Diamkan hasil striping tadi selama ± 1 jam sampai mengendap. Air
tersebut dibuang dan endapannya disisakan. Pindahkan ke object glass, ratakan dan
tutup dengan cover glass. Lalu diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40-
100x dan didokumentasikan. Untuk pemeriksaan hati dan ginjal caranya yaitu ikan
disectio terlebih dahulu, kemudian ambil hati dan ginjal (amati cacing bila ada). Organ
dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam cawan petri bersama air. Remas-remas
potongan tersebut dan diendapkan hasil remasannya selama ± 15 menit, sisakan
endapannya dan buang airnya. Setelah itu, cuci hingga jernih, endapkan dan letakkan di
object glas, ratakan, serta tutup dengan cover glass. Lalu diamati menggunakan
mikroskop dengan perbesaran 40-100x dan didokumentasikan. Untuk pemeriksaan
lambung dan usus menggunakan metode sentrifuge, caranya yaitu ikan disectio terlebih
dahulu, lalu kerok isi lambung dan usus. Tuang dalam mikrotube dan tambahkan sedikit
air hingga larut. Sentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm, kemudian
buang supernatan dan sisakan natan. Tuangkan NaCl pada natan tersebut hingga
permukaan, penambahan NaCl ini agar selnya tersebut tidak lisis atau mengembang dan
kondisi sel sama dengan kondisi lingkungan. Kemudian, mikrotube divortex untuk
mencampurkan NaCl dengan natan. Lalu, tempatkan pada object glass dan tutup dengan
cover glass. Diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40-100x dan
didokumentasikan.
Penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit memiliki ciri-ciri yang hampir
sama ketika terinfeksi parasit. Menurut Wirawan et al. (2017), ciri-ciri ikan terinfeksi
parasit yaitu adanya perubahan tingkal laku (seperti penurunan nafsu makan, respon
terhadap kejutan yang kurang, gerakan ikan menjadi lambat, berenang tidak beraturan,
frekuensi operculum menjadi sangat cepat); warna tubuh ikan mengalami perubahan
yang terlihat sangat jelas perbedaannya dibandingkan ikan yang masih sehat, adanya
pendarahan tubuh (haemoragik) pada ikan di beberapa bagian tubuh (pangkal sisik,
pangkal sirip terutama sirip ekor dan sirip perut,) yang terlihat sirip tersebut banyak
yang putus atau geripis dan banyak yang lepas terutama di bagian yang mengalami
pendarahan; adanya perubahan bentuk tubuh yang tidak proporsional antara panjang
dengan lebarnya yang panjanganya tersebut melebihi lebarnya sehingga ikan terlihat
sangat kurus, terkadang juga bengkok pada ekornya; organ insang mengalami gangguan
dengan adanya perubahan warna tapis insang yang berwarna merah pucat atau pink, hal
ini tidak seperti ikan sehat yang warnanya merah hati atau merah darah, apabila sudah
kronis warna insang akan berwarna coklat. Dalam menghadapi serangan penyakit ikan
yang disebabkan oleh parasit perlu adanya tindakan penanggulangan atau pencegahan
sebelum parasit tersebut menginfeksi ikan. Menurut Nur (2019), tindakan
penanggulangan penyakit dalam budidaya dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut, dengan melakukan sanitasi yaitu menjaga lingkungan air dari kerusakan untuk
meminimalkan agen infeksi dan mencegah penularan penyakit serta hama yang terdapat
di dalam dan sekitar lingkungan. Sanitasi tersebut berupa disenfikasi pada ikan,
lingkungan, media air, pembersihan fasilitas dan peralatan serta penggunaan pakaian
khusus untuk personil yang memasuki area sensitif. Pengeringan kolam, penyiponan,
penggunaan filter, dan karbon aktif dapat menjadi alternatif untuk menjaga air dan
penanggulangan hama. Selanjutnya, dapat dilakukan immunostimulasi, yaitu cara
memperbaiki fungsi sistem imun tubuh dengan menggunakan bahan yang merangsang
sistem imun, melalui imunisasi-vaksinasi, dan pemakaian imunostimulan yang ramah
lingkungan. Berikutnya, dapat dilakukan karantina ikan, yang didefinisikan sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencegah masuk dan tersebarnya hama dan
penyakit dari suatu wilayah ke wilayah lain. Ikannya tersebut sebaiknya dipisahkan dan
dimasukkan ke dalam kolam khusus karantian, serta diberikan perlakuan tersebih
dahulu sebelum dipelihara di kolam utama. Selajutnya, dapat dilakukan dengan Specific
Pathogen Free (SPF), yaitu upaya pencegahan penyakit dengan memelihara ikan
dengan sifat genetik yang baik. Dalam hal ini sebaiknya benih ikan diambil dari panti
pembibitan ikan yang memberi garansi bahwa ikan tersebut bebeas dari pathogen
tertentu. Dengan melakukan ini, penularan penyakit secara vertikal maupun horizontal
dapat dihindarkan.
DAFTAR PUSTAKA

Bello, A., Umaru, M.A., Baraya, Y.S., Adamu, Y.A., Jibir, M., Garba, S., Hena, S.A.,
Raji, A.A., Saidu, B., Mahmuda, A., Abubakar, A.A., Umar, A., dan Musa, D.
2012. Postmortem Procedure And Diagnostic Avian Pathology. Scientific
Journal of Zoology, 1(3): 37- 41.
Budianto, B.H., Widiastuti, R., dan Rosanti, T.I. 2016. Parasitologi Edisi 2. UT Press,
Banten.
Hasyimia, U.S.A., Dewi, N.K., dan Pribadi, T.A. 2016. Identifikasi Ektoparasit Pada
Ikan Lele Sangkurian (Clarias gariepinus) Yang Dibudidayakan di Balai Benik
Ikan (BBI) Boja Kendal. Life Science. 5(2): 118-124.
Nur, I. 2019. Penyakit Ikan. Deepublish, Yogyakarta.
Tumbol, R.A., Longdong, S.N., dan Kanoli, T.A. 2011. Identifikasi, Tingkat Insidensi,
Indeks Dominasi Dan Tingkat Kesukaan Parasit Pada Sidat (Anguilla
marmorata). Biota. 16(1): 114-127.
Wiedosari, E., dan Wahyuwardani, S. 2015. Studi kasus penyakit ayam pedaging di
Kabupaten Sukabumi dan Bogor. Kedokteran Hewan, 9(1): 9-13.
Wirata, I.K., Dinar, H.W.H., dan Fikri, I.K. 2013. Gambaran Patologi Anatomi dan
Histopatologi Pada Kasus Kematian Itik di Bali Yang Teridentifikasi
Disebabkan Oleh Virus Avian Unfluenza (H5N1) Clade 2.3.2. Buletin
Veteriner. 25(82): 1-23.
Wirawan, I.K.A., Suryani, S.A.M.P., dan Arya, I.A. 2017. Diagnosa, Analisis dan
Identifikasi Parasit Yang Menyerang Ikan Nila (Orochromis niloticus) Pada
Kawasan Budidaya Ikan Di Subak “Baru” Tabanan. Gemar Agro. 23(1): 63-78.

Anda mungkin juga menyukai