Laporan Ekonomi BI Lovian Nadiva
Laporan Ekonomi BI Lovian Nadiva
Laporan Ekonomi BI Lovian Nadiva
Setelah Anda mempelajari Kegiatan Pembelajaran 1 ini, untuk menguatkan pemahaman materi,
silakan Anda mengunjungi website Bank Indonesia di alamat www.bi.go.id. Catatlah hasil
pengamatan melalui website BI di atas dengan daftar materi untuk menggali hal-hal sebagai
berikut: 1. Sejarah berdiri 2. Struktur organisasi pengelola bank 3. Nama-nama produk
penghimpunan 4. Nama-nama produk penyaluran/kredit/pembiayaan 5. Peran bank tersebut dalam
pembangunan ekonomi di daerah• Buatlah laporan hasil pengamatan dan kumpulkan!
A. Sejarah berdiri
1600
Abad ke-16 bangsa Eropa datang ke Asia Tenggara dengan misi mencari
rempah-rempah.
1602
Maskapai Dagang, Pembentukan maskapai dagang Vereenigde Oost-Indische
Compagnie yang dikenal dengan nama VOC (Persekutuan Dagang Hindia
Timur). Mata uang Real Spanyol masuk ke Nusantara.
1603
VOC bertujuan untuk membuka perdagangan di Nusantara sekaligus
menghancurkan dominasi Portugis (namun gagal).
1746
Bank Courant en Bank Van Leening, Bank pertama di Nusantara yang berdiri
untuk menunjang kegiatan perdagangan pada tahun 1746 adalah Bank van
Courant. Bank ini memiliki tugas untuk memberikan pinjaman dengan jaminan
emas, perak, perhiasan, dan barang-barang berharga lainnya.
1818
Penutupan Bank van Courant en Bank van Leening karena krisis keuangan.
1828
Pendirian De Javasche(Bank sirkulasi pertama di Asia) Bank yang nanti
menjadi cikal bakal Bank Indonesia.Pemerintah Kerajaan Belanda memberikan
hak-hak istimewa(Octrooi) kepada De Javasche Bank (DJB) untuk bertindak
sebagai bank sirkulasi. Yang artinya Bank DJB memiliki kewenangan untuk
mencetak dan mengedarkan uang Gulden di wilayah Hindia
1830
Ekspansi Ekonomi Kolonial Belanda, untuk mengisi kas negara karena terkuras
oleh Perang Jawa, Belanda memberlakukan tanam paksa (cultuurstelsel) di
Hindia Belanda. Rentang tahun 1829-1870 De Javasche Bank digunakan
pemerintah kolonial untuk mendukung kebijakan finansial dari Sistem Tanam
Paksa. DJB melakukan ekspansi bisnis dengan membuka kantor cabang di
beberapa kota di Hindia Belanda, termasuk di luar Jawa: Semarang (1829),
Surabaya (1829), Padang (1864), Makassar (1864), Cirebon (1866), Solo
(1867), dan Pasuruan (1867).
1870
Liberalisasi Ekonomi Hindia Belanda, Pemerintah mengeluarkan Undang-
undang Agraria (Agrarische Wet) yang memperbolehkan pihak swasta
menanamkan modalnya pada sektor bisnis di Hindia Belanda. Hal ini
mendorong kebangkitan sektor perkebunan di Hindia Belanda sehingga
menjadi produsen penting komoditas-komoditas perdagangan internasional di
dunia. Pada bidang perbankan, pada awal abad ke-20 banyak bermunculan
bank-bank perkreditan yang bertujuan untuk mendorong perkembangan
perekonomian rakyat.
1942
Pada masa pemerintahan Militer Jepang, DJB dilikuidasi. Tugas DJB sebagai
bank sirkulasi di Indonesia kemudian digantikan oleh Nanpo Kaihatsu Ginko
(NKG).
1942
Masa Hindia Belanda, Pada periode ini, DJB memiliki kewenangan untuk
mencetak dan mengedarkan uang Gulden di wilayah Hindia Belanda. Octrooi
secara periodik diperpanjang setiap 10 tahun sekali. Hingga tahun 1922, telah
dilakukan tujuh kali perpanjangan Octrooi. Pada tahun 1922, Pemerintah
Belanda menerbitkan undang-undang De Javasche Bank Wet.
1945
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha menguasai
kembali Indonesia melalui Netherlands Indies Civil Administration (NICA)
bertujuan untuk mengacaukan ekonomi Indonesia. Sesuai mandat yang tertulis
dalam penjelasan UUD 45 pasal 23 yaitu “Berhubung dengan itu kedudukan
Bank Indonesia yang akan mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas
ditetapkan dengan Undang-undang”, maka Pemerintah Republik Indonesia
membentuk bank sirkulasi yaitu Bank Negara Indonesia (BNI) yang
menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI). Pada masa ini muncul
peperangan mata uang (currency war), uang DJB yang dikenal dengan sebutan
“uang merah” dan ORI dikenal sebagai “uang putih”.
1949
Berlangsung KMB dengan salah satu butir kesepakatan penting adalah
pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Belanda.
Kedudukan RIS berada di bawah Kerajaan Belanda dan Republik Indonesia
menjadi bagian dari RIS. KMB juga menetapkan DJB sebagai bank sirkulasi
Republik Indonesia Serikat. Republik Indonesia keluar dari RIS dan kembali
menjadi NKRI, DJB tetap menjadi bank sirkulasi dengan kepemilikan saham
oleh Belanda.
1953
Berdirinya Bank Indonesia, Pemerintah RI pada tanggal 1 Juli 1953
menerbitkan UU No.11 Tahun 1953 tentang Pokok Bank Indonesia, yang
menggantikan DJB Wet Tahun 1922. Sejak 1 Juli 1953 Bank Indonesia secara
resmi berdiri sebagai Bank Sentral Republik Indonesia.Tugas BI tidak hanya
sebagai bank sirkulasi, melainkan sebagai bank komersial melalui pemberian
kredit dan bertugas menyelenggarakan kebijakan moneter yang telah ditetapkan
oleh DM.
1.MONETER
1) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter
2) Departemen Pengelolaan Moneter
3) Departemen Pengelolaan devisa
4) Departemen Pengelolaan Pasar Keuangan
5) Departemen Pengelolaan Keuangan Syariah
2.MAKROPRUDENSIAL
1) Departemen Kebijakan Makroprudensial
2) Departemen Survelians Sistem Keuangan
3) Departemen Pengembangan UMKM dan perlindungan Konsumen
4.PENDUKUNG KEBIJAKAN
1) Departemen Internasional
2) Departemen Startistik
3) Departemen Jasa Perbankan, Perizinan, Dan Operasional Trosun.
4) Departemen Pengelolaan Dan Kepatuhan Laporan.
5) Departemen Manajemen Resiko
6) Departemen Komunikasi
5.PENDUKUNG ORGANISASI
1) Departemen Manajemen Strategis dari Tata Kelola
2) Departemen Hukum
3) Departemen SDM
4) Departemen Pengelolaan Sistem Informasi
5) Departemen Keuangan
6) Departemen Pengadaan Strategis
7) Departemen Audit Intern
8) Departemen Pengelolaan Logistik dan Fasilitas
9) Institut Bank Indonesia
10) Unit Khusu Transformasi Sistem Informasi
6.JARINGAN KANTOR
1) DALAM NEGERI
a. Departemen Regional(Kantor Pusat)
b. Kantor Koordinat dan Kantor Perwakilan BI (5 Provinsi)
c. Kantor Perwakilan BI (29 Provinsi)
d. Kantor Perwakilan BI Kota (12 Kabupaten)
2) LUAR NEGERI
a. Kantor Perwakilan BI New York
b. Kantor Perwakilan BI London
c. Kantor Perwakilan BI Tokyo
d. Kantor Perwakilan BI Singapura
e. Kantor Perwakilan BI Beijing
7.GAMBAR
C. Nama-nama produk penghimpunan/simpanan
a. Tabungan/Simpanan
b. Deposito
c. Giro
Pada Bank Umum maupun Bank Syariah nama dan bentuk produk
penghimpunan dananya sama. Bank Umum maupun Bank Syariah menghimpun dana
dari masyarakat berupa tangungan, deposito, dan giro. Mungkin hanya prinsip saja
yang berbeda.
a. Kredit
Produk penyaluran dana pada Bank Umum disebut dengan kredit, sedangngkan
pada Bank Syariah disebut dengan pembiayaan. Pada dasarnya , bentuk produk pelayanan
pada Bank Umum maupun Bank Syariah adalah sama, yang membedakan hanyalah akad
yang ada di Bank Syariah, yaitu hawalah, kafalah, wakalah, rahn, dan sharf.
a. Pembiayaan Mudharabah
b. Pembiayaan Musyarakah
d. Pembiayaan Murabahah
f. Pembiayaan istishna
g. Pembiayaan Al-Hiwalah
BPR jenis bank yang tidak dapat menyediakan jasa lalu lintas pembayaran. Fasilitas
BPR tidak melingkupi pelayanan kegiatan valuta asing, giro, dan peransuransian.
Jangkauan BPR terbatas pada tingkat provinsi, karena itu cenderung cepat dalam
memproses kredit/pembiayaan. BPR menggunakan prinsip syariah.
Peran Bank Indonesia dalam pembangunan ekonomi di daerah yaitu Memberikan sudut
pandang integratif dari sisi sejarah dan ekonomi mulai dari De Javasche Bank (DJB) sebagai
katalisator kegiatan ekonomi hingga transformasi dan perubahannya menjadi Bank Indonesia.
Peran Bank Indonesia dimasa kontemporer dalam membangun ekonomi daerah melalui
pengendalian inflasi, mendukung sistem pembayaran dan stabilitas sistem keuangan melalui
kerjasama yang sinergis.
DJB memiliki posisi penting dalam mengarahkan dan mengembangkan tipe ekonomi
suatu daerah. Sebagai contoh dalam pembangunan ekonomi di daerah Yogyakarta. Setelah
kemerdekaan, Yogyakarta melakukan perubahan dengan memilih sistem perekonomian yang
menolak investasi asing. Perubahan dari perekonomian kolonial berbasis perkebunan menjadi
perekonomian jasa berbasis kebudayaan menandakan awalan Bank Indonesia dalam mewujudkan
sebuah ekonomi Yogyakarta modern yang istimewa.
Peranan DJB di era Hindia Belanda ke Bank Indonesia di era Republik Indonesia. Saat
transisi Pasca-Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pembangunan prasarana serta sarana
ekonomi dilakukan secara lebih terarah dibandingkan pada era Daendels/Jansens-Raffles. Untuk
mendukung proses industrialisasi dan modernisasi ekonomi, Kerajaan-Kerajaan Nusantara
termasuk di Yogyakarta dan Surakarta, mulai ditekan untuk menyediakan tanah bagi
pembangunan skala besar yang tidak jarang menimbulkan konflik. Era kekuasaan pemerintah
Jepang (1942-1945) di seluruh Nusantara lebih memperparah nasib masyarakat Indonesia.
Dimasa itu, kegiatan perdagangan internasional yang dilandasi sektor perkebunan praktis terhenti
karena prioritas diarahkan ke mobilisasi pertanian Indonesia untuk memenuhi kebutuhan perang
Jepang dan semakin diperburuk dengan Perang Revolusi Kemerdekaan. Setelah kemerdekaan
Republik Indonesia hingga saat ini, Bank Indonesia terus berupaya untuk menggerakkan
perekonomian dan memajukan pembangunan di D.I. Yogyakarta.
Ekonomi adalah salah satu variabel dalam menjelaskan dan memahami masa lalu serta
kekinian Yogyakarta sebagai daerah istimewa dimana salah satu unsurnya didalamnya adalah
keberadaan Bank Indonesia. Begitu juga dengan daerah-daerah lain selain Yogyakarta. Peran
Bank Indonesia sangat dibutuhkan dalam membantu ekonomi sebuah daerah.