Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

“GASTROENTERITIS”

Dosen Pembimbing:

Muniroh, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

Riza Qomarullah
(7420049)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
TAHUN AKADEMIK
2021
BAB I

KONSEP TEORI

1.1DEFINISI
GE (gastroenteritis) atau di masyarakat umum lebih dikenal dengan diare adalah
pengeluaran feces yang tidak normal dan berbentuk cair / encer dengan frekwensi lebih
banyak dari biasanya dalam sehari > 3x (Dewi, 2010). Gastroenteritis adalah suatu
keadaan dimana seseorang buang air besar dengan konsisteni lembek atau cairbahkan
dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam
satu hari (DEPKES 2016)
Menurut WHO secara klinis diaredidefinisikan sebagai buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat) kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200g atau 200ml/24jm. Diare adalah suatu kondisi buang
air besar yang tidak normal dimana buang air besar >3 kali dalam sehari dengan
konsistensi feses yang encer/cair dapat disertai atau tanpa disertai dengan darah atau
lender yang merupakan akibat dari terjadinya proses implamasi pada lambung atau usus
(Wijayaningsih, 2013). Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
konsistensi feses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari
biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair
tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
Dari berbagai definisi dapat disimpulkan suatu kondisi buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat di sertai
atau tanpa di sertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada
lambung dan usus.

1.2 ETIOLOGI
Menurut Kardiyudiani & Susanti,(2019). Penyebab gastroenteritis yang paling
umum adalah virus.Jenis utama adalah rota virus dan noro virus.
Penyebab gastroenteritis dapat dibagi dalam beberpa faktor yaitu :
a. Faktor infeksi Internal : infeksi pencernaan yang disebabkan oleh bakteri Shigella,
sallmonel, dan E- Coli.
b. infeksi Parentral : di sebabkan oleh penyakit lain, infeksi diluar alat pencernaan
makanan, misal pada anak penyakit telinga, kadang disertai dengan diare.
c. Faktor Malabsorbsi : Malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein, dan intoleransi laktosa
yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak.
d. Faktor makanan : Keracunan makanan, alergi pada makanan, dan mengkonsumsi
makanan basi.
e. Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas dapat mempengaruhi diare.

1.3 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi gastroenteritis yang paling banyak adalah melalui infeksi Rotavirus.
Zat entroksin yang dikeluarkan virus ini akan menyebabkan terjadi lisis sel enterosit
traktus gastrointestinal. Transmisi penyakit ini umumnya melalui rute fekal-oral dari
makanan dan minuman yang terkontamisnasi agen kausal penyakit. Rotavirus yang
masuk ke mulut akan menginfeksi lapisan mukosa usus kecil, bereplikasi, kemudian
virions akan dilepaskan ke dalam lumen usus, dan melanjutkan replikasi pada area lebih
distal dari usus kecil (Jahja, 2017) Yang termasuk dampak dari timbulnya diare adalah :
a. Gangguan osmotik akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat,sehingga terjadinya
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus mengeluarkanya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi akibat rangsangan dari toksin pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguann mortilitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatka bakteri tumbuh berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula (Wijaya Putri,2013).

1.4 MANIFESTASI KLINIS


Gejala utama gastroenteritis adalah diare, usus besar (kolon) yang terinfeksi
kehilangan kemampuanya untuk mempertahankan cairan, yang menyebabkan kotoran
seseorang menjadi encer atau berair. Gejala lain termasuk :
a. Nyeri perut atau kram
b. Mual
c. Muntah
d. Demam
e. Penurunan berat badan yang tidak disengaja (merupakan tanda dehidrasi )
f. Keringat berlebihan
g. Nyeri otot
h. Inkontinensia ( Kehilangan kontrol tinja ) ( Kardiyudiani dan Susanti,2019)

1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang diantaranya :
a. Kultur feses dan Mikroskopik
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus bila diduga terdapat intoleransi
gula.
c. Serologi untuk toksin : 1) E. Coli 2) Shigella 3) Campylobacter
d. Sigmoindoskopi dan biopsi hanya diindikasikan jika gejala menetap >2 minggu.
e. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

Pada pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan diantaranya apakah dikeluarga atau teman lain mengalami paparan
yang sama: berupa durasi, frekuensi, dan apakah ada muntah . kemampuan pasien
menoleransi cairan dari mulut. pertanyaan – pertanyaan tersebut membantu menentukan
potensi resiko dehidrasi. Informasi lain dalam riwayat medis yang dapat membantu
dalam diagnosis gastroenteritis meliputi :
a. Riwayat perjalanan. Perjalanan dapat menunjukan infeksi bakteri E. Coli atau infeksi
parasit yang didapat dari sesuatu yang dimakan atau diminum oleh pasien
b. Paparan air yang terkontaminasi. Berenang di air yang terkontaminasi atau minum
dari air segar seperti aliran gunung atau sumur dapat mengindikasikan Giordia,
organisme yang ditemukan didalam air .
c. Perubahan pola makan, kebiasaan menyiapkan makanan, dan penyimpanan
makanan. Penyakit terjadi setelah terpapar makanan yang tidak dimasak atau
disimpan tidak benar atau kurang matang .
d. Kontak racun . Gejala gastroenteritis dapat terjadi setelah terpapar berbagai racun,
yang dapat terjadi karena pekerjaan atau rekreasi.

1.6 PENATALAKSANAAN
Aspek utama dari penatalaksanaan gastroenteritis adalah penanganan dehidrasi pada
gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri. Prinsip penatalaksanaan adalah pemberian
cairan untuk rehidrasi, antibotik bila diperlukan, zat besi,nutrisi, dan edukasi.
(Kardiyudiani dan Susanti,2019 )
Menurut Wijaya Putri (2013) Penatalaksanaan keperawatan dengan penderita
gastroenteritis adalah :
a. Pemberian cairan
1) Dehidrasi ringan dan sedang : di beri cairan NaCl,NaHCO3 glukosa
2) Cairan parenteral Cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien,
kadang-kadang tergantung kepada ketersediaan cairan, umumnya Ringer
Laktat®
b. Pengobatan Diestatik
1) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat ( nasi tim )
2) Susu khusus yang disesuaikan
c. Obat-obatan Prinsip : mengenai cairan yang hilang melalui tinja dengan/ tanpa
muntah, cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa/ karbohidrat lain
(gula,air,tepung beras ) . Obat yang diberikan :
1) Obat anti sekresi
1.7 KOMPLIKASI
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,dapat terjadi
berbagai macam komplikasi,seperti :
a. Dehidrasi (ringan,berat,hipotonik,isotonik,atau hipertonik)
b. Syok hipovolemik
c. Hipokalemia(dengan gejala hipotoni otot, lemah, bradikardi,perubahan pada EKG)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder,sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan villi mukosa usus halus
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein,karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan. (WijayaPutri,2013)
1.8 PATHWAY
BAB II

KONSEP ASKEP
2.1 PENGKAJIAN
1. Pengkajian

a. Identitas klien Pengkajian meliputi nama,umur,jenis kelamin,agama, suku,


pendidikan,status perkawinan,pekerjaan,alamat,tanggal masuk Rs,tanggal pengkajian
b. Riwayat kesehatan sekarang
PQRST
P: apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan, diare dapat
disebabkan infeksi,faktor makanan dan faktor malabsorbsi.
Q: frekuensi Bab lebih dari 3x dalam sehari,dengan darah/lendir, konsistensi
cair,mual,muntah,badan terasa lemah sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari.
R: Perut terasa sakit, anus terasa perih. S: skala/keparahan, kondisi lemah
dapatmenurunkan aktifitas sehari-hari
T: Diare dapat terjadi sewaktu-waktu,
T:lamanya diare akut 3-5 hari. Diare berkepanjangan >7 hari dan diare kronis 14 hari.
c. Riwayat penyakit sebelumnya : Infeksi parenteral seperti Infeksi saluran pernafasan
atas (ISPA), infeksi saluran kemih, otitis media akut (OMA)
d. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare
e. Lingkungan Rumah dan Komunitas Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal
hygine yang kurang mudah terkena kuman penyebab diare
f. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan Bak/Bab di tempat sembarangan, tidak
menggunakan jamban yang baik, sehingga mempermudah masuknya kuman lewat
fekal-oral h. Persepsi sensori keluarga tentang kesehatan Kondisi fisik yang lemah
dan buang air besar yang berlebihan sehingga membutuhkan keputusan untuk segera
ditangani, ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
oleh pasien dan keluarga
g. Pola Nutrisi Makanan dan minuman yang krang hygiene dapat berpengaruh terhadap
diare, sehingga status gizi dapat terganggu dan dapat terjadi hipoglikemi dan dapat
menyebabkan penurunan berat badan serta dapat menyebabkan dehidrasi.
h. Pola Eleminasi Frekuensi buang air besar meliputi (konsistensi,bau,warna) adakan
darah atau lendir, dan pola buang air kecil perlu dikaji untuk ouput terhadap
kehilangan cairan lewat urin
i. Pola Iatirahat dan tidur Kebutuhan istirahat akan terganggu karena frekuensi buang air
besar yang berlebihan,sehingga klien tidak dapat istirahat secara optimal .
j. Pola aktivitas Klien mengalami gangguan dalam beraktifitas karena tubuh klien yang
lemah, sehingga perlu bantuan untuk kebutuhan sehari-harinya.
k. Pemeriksaan Fisik Sistem Neurologi : Kesadaran umum klien saat dikasi
menggunakan GCS(Glassgow Coma Skale), (composmentis, apatis, somnolen,
delirium, sopor atau koma).
1) Inspeksi periksa kedaan umum klien meliputi : kondisi klien saat pertama
pengkajian Palpasi : adanya nyeri tekan, parase, aneshtesia
2) Perkusi : lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen. Jika terdengar
timpani berarti perkusi di atas organ yang berisi udara. Jika terdengar
pekak,berarti mengenai organ padat
3) Auakultasi : untuk mendengarkan bising usus pada beberapa area perut selama
beberapa menit. Dengarkan bising usus apakah normal,hiperaktif,hipoaktif,
atau tidak ada bising usus,serta perhatikan frekuensi dan karakternya.
l. Sistem penginderaan
1) Subyektif, klien mengatakan merasa mudah haus dan penglihatan berkunang-
kunang Inspeksi : Kepala kesimetrisan muka, warna rambut dan kebersihan
kepala.
2) Mata : apakah ada gangguan penglihatan, konjungtiva adakah anemis,sklera
adakah cterus,reflek mata dan pupil terhadap cahaya,pada keadaan diare yang
lebih lanjut atau syock hipovolemik reflek pupil (-).
3) Hidung : pada klien yg mengalami dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis
metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk
mengeluarkan CO2 dan mengambil O2, nampak adanya pernafasan cuping
hidung
m. Sistem Integumen
1) Subjektif : kulit kering
2) Inspeksi : kulit kering,sekresi sedikit, selaput mukosa kering, turgor kulit tidak
efektif
n. Sistem pernafasan
1) Subjektif: Adakah sesak atau tidak
2) Inspeksi:bentuk simetris, kaji frekuensi,irama, dan tingkat kedalaman
pernafasan,adakah penumpukan sekresi stidor
3) Palpasi: Kaji adanya massa, nyeri tekan
4) Auskultasi: dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vaskuler, adakan
suara nafas tambahan.
o. Sistem Pencernaan
1) Subjektif, merasa lapar atau haus
2) Inspeksi, buang air besar, konsistensi,bau,warna, frekuensi lebih dari 3 kali
dalam 1 jam. Adakah disertai dengan lendir atau darah
3) Auskultasi, bising usus meningkat >20 detik dengan durasi 1 menit
4) Perkusi: mendengar adanya gas,cairan atau massa (-),hepar dan lkien tidak
membesar suara tymphani.
p. Sistem Muskoloskeletal
1) Subjektif: lemah
2) Isnpeksi, klien tampak lemah,aktivitas menurun
3) Palpasi, hipotoni,kulit kering,turgor kulit tidak elastisit.
q. Sistem perkemihan
1) Subjektif urin lebih sedikit dari biasanya,dengan warna kuning pekat,dan bau
khas urin
2) Inspeksi : observasi output tiap 24 jam
3)

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Hypovolemia b.d kehilangan cairan aktif (diare dan muntah)

b. Diare b.d proses infeksi, inflamasi di usus

c. Defisit Nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna makanan

d. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d ketidakseimbangan cairan (mis dehidrasi).


2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
SLKI SIKI
KEPERAWATAN
Hypovolemia b.d Setelah dilakukan Menejemen hypovolemia:
kehilangan cairan aktif asuhan keperawatan Observasi:
(diare dan muntah) 3x24 jam - Periksa tanda gejala hypovolemia (mis.
diharapkand Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah,tekanan darah menurun, tekanan
hipovolemia teratasi
nadi menyempit, turgor kulit menurun,
dengan criteria membrane mukosa kering, haus, lemah)
hasil: - Monitor intake dan output cairan)
Status cairan Terapeutik:
(membaik): - Hitung kebutuhan cairan
- Kekuatan nadi - Berikan asupan cairan oral
meningkat (5) Edukasi:
- Turgor kulit - Anjurkan memperbanyak asupan cairan
meningkat (5) oral
- Frekuensi nadi Kolaborasi:
membaik (5) - Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
- Tekanan darah (mis. NaCl, RL).
membaik (5)
- Membrane mukosa
membaik (5)
- Kadar Ht (5)
Diare b.d proses Setelah dilakukan Manajemen Diare
infeksi, inflamasi di asuhan keperawatan
usus 3x24 jam Observasi :
diharapkand
eliminasi fekal - Identifikasi penyebab diare (mis.
teratasi dengan Inflamasi gastrointestinal, iritasi
criteria hasil: gastrointestinal)
Eliminiasi fekal: - Identifikasi riwayat pemberian
- Control makanan
pengeluaran feses
meningkat (5) - Monitor warna, volume, frekwensi,
- Konsistensi feses dan konsistensi tinja.
membaik (5)
- Peristaltic usus - Monitor tanda dan gejala
membaik (5) hypovolemia
1.
- Monitor iritasi dan ulserasi kulit
didaerah perineal

- Monitor jumlah pengeluaran diare

Terapeutik

- Berikan asupan cairan oral

Edukasi

- Anjurkan makanan porsi kecil dan


sering secara bertahap
- Anjurkan menghindari makananp
embentuk gas, pedas dan mengandung
laktosa

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat pengeras


feses.
Defisit Nutrisi b.d Status nutrisi: Menejemen nutrisi:
ketidak mampuan (membaik) Observasi:
mencerna makanan - Diare menurun (5) - Identifikasi status nutrisi
- Membrane mukosa - Monitor asupan makanan
membaik (5) - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Fungsi Terapeutik:
gastrointestinal: - Berikan makanan tinggi serat untuk
(membaik) mencegah konstipasi
- Mual menurun (5) Edukasi:
- Muntah (5) - Ajarkan diet yang diprogramkan
- Nyeri abdomen (5) Kolaborasi:
- Frekuensi BAB - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
membaik (5) menentukan jumlah kalori dan jenis
- Konsistensi feses nutrient yang dibutuhkan.
membaik (5) Menejemen diare:
- Peristaltic usus Observasi:
membaik (5) - Identifikasi penyebab diare
- Jumlah feses - Monitor warna, volume, frekuensi dan
membaik (5) konsistensi tinja.
- Warna feses - Monitor tanda gejala hypovolemia
membaik (5) - Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah
perianal
- Monitor pengeluaran diare
Terapeutik:
- Berikan asupan cairan oral
- Berikan cairan intravena
- Ambil sempel darah unuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
- Ambil sampel feses untuk kultur jika perlu
Edukasi:
- Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan mengandung
laktosa
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses.
Resiko Keseimbangan Menejemen cairan:
ketidakseimbangan elektrolit: Observasi:
elektrolit b.d - Serum natrium - Monitor pemeriksaan laboratorium (mis
ketidakseimbangan meningkat (5) hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urine,
cairan (mis dehidrasi). - Serum kalium BUN)
meningkat (5) - Monitor status hemodinamik (mis. MAP,
CVP, PAP, PCWP)
Terapeutik:
- Catat intake output dan hitung balance 24
jam.
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian diuretic jika perlu.

2.4 IMPLEMENTASI
Pelaksanaan intervensi keperwatan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dan
hasil. Ketika tahap pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan, perawat harus mengkaji
respons pasien dan memodifikasi setiap rencana sesuai kebutuhan pasien. Selanjutnya,
perawat perlu memastikan terdapat pendokumentasian setiap tahapan proses pelaksanaan
asuhan keperawatan (Kardiyudiani dan Susanti,2019).

2.5 INTERVENSI
Tahap evaluasi dilakukan untuk menentukan tingkat keefektifan pelaksanaan
asuhan keperawatan. proses evaluasi dilakukan dengan melakukan pengkajian respons
pasien berdasarkan kriteria tujuan. Apabila tujuan dan outcomes tidak tercapai, perlu
dipikirkan kembali rencana kerja melalui suatu proses untuk mengembangkan rencana
perawatan yang lebih efektif. (Kardiyudiani dan Susanti,2019)
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta : EGC


DEPKES RI direktorat Jendral pengadilan penyakit dan penyehatan lingkungan, (2011) .
Buku saku lintas diare. Jakarta: depkes
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS). Jakarta
Kardiyudiani dan Susanti, (2019). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: PT Pustaka
Buku.
Ngastiyah. 2014. Perawatan anak sakit edisi 2. Jakarta : EG
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Devinisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha.

Anda mungkin juga menyukai