“GASTROENTERITIS”
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh :
Riza Qomarullah
(7420049)
KONSEP TEORI
1.1DEFINISI
GE (gastroenteritis) atau di masyarakat umum lebih dikenal dengan diare adalah
pengeluaran feces yang tidak normal dan berbentuk cair / encer dengan frekwensi lebih
banyak dari biasanya dalam sehari > 3x (Dewi, 2010). Gastroenteritis adalah suatu
keadaan dimana seseorang buang air besar dengan konsisteni lembek atau cairbahkan
dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam
satu hari (DEPKES 2016)
Menurut WHO secara klinis diaredidefinisikan sebagai buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat) kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200g atau 200ml/24jm. Diare adalah suatu kondisi buang
air besar yang tidak normal dimana buang air besar >3 kali dalam sehari dengan
konsistensi feses yang encer/cair dapat disertai atau tanpa disertai dengan darah atau
lender yang merupakan akibat dari terjadinya proses implamasi pada lambung atau usus
(Wijayaningsih, 2013). Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
konsistensi feses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari
biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair
tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
Dari berbagai definisi dapat disimpulkan suatu kondisi buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat di sertai
atau tanpa di sertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada
lambung dan usus.
1.2 ETIOLOGI
Menurut Kardiyudiani & Susanti,(2019). Penyebab gastroenteritis yang paling
umum adalah virus.Jenis utama adalah rota virus dan noro virus.
Penyebab gastroenteritis dapat dibagi dalam beberpa faktor yaitu :
a. Faktor infeksi Internal : infeksi pencernaan yang disebabkan oleh bakteri Shigella,
sallmonel, dan E- Coli.
b. infeksi Parentral : di sebabkan oleh penyakit lain, infeksi diluar alat pencernaan
makanan, misal pada anak penyakit telinga, kadang disertai dengan diare.
c. Faktor Malabsorbsi : Malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein, dan intoleransi laktosa
yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak.
d. Faktor makanan : Keracunan makanan, alergi pada makanan, dan mengkonsumsi
makanan basi.
e. Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas dapat mempengaruhi diare.
1.3 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi gastroenteritis yang paling banyak adalah melalui infeksi Rotavirus.
Zat entroksin yang dikeluarkan virus ini akan menyebabkan terjadi lisis sel enterosit
traktus gastrointestinal. Transmisi penyakit ini umumnya melalui rute fekal-oral dari
makanan dan minuman yang terkontamisnasi agen kausal penyakit. Rotavirus yang
masuk ke mulut akan menginfeksi lapisan mukosa usus kecil, bereplikasi, kemudian
virions akan dilepaskan ke dalam lumen usus, dan melanjutkan replikasi pada area lebih
distal dari usus kecil (Jahja, 2017) Yang termasuk dampak dari timbulnya diare adalah :
a. Gangguan osmotik akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat,sehingga terjadinya
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus mengeluarkanya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi akibat rangsangan dari toksin pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguann mortilitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatka bakteri tumbuh berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula (Wijaya Putri,2013).
Pada pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan diantaranya apakah dikeluarga atau teman lain mengalami paparan
yang sama: berupa durasi, frekuensi, dan apakah ada muntah . kemampuan pasien
menoleransi cairan dari mulut. pertanyaan – pertanyaan tersebut membantu menentukan
potensi resiko dehidrasi. Informasi lain dalam riwayat medis yang dapat membantu
dalam diagnosis gastroenteritis meliputi :
a. Riwayat perjalanan. Perjalanan dapat menunjukan infeksi bakteri E. Coli atau infeksi
parasit yang didapat dari sesuatu yang dimakan atau diminum oleh pasien
b. Paparan air yang terkontaminasi. Berenang di air yang terkontaminasi atau minum
dari air segar seperti aliran gunung atau sumur dapat mengindikasikan Giordia,
organisme yang ditemukan didalam air .
c. Perubahan pola makan, kebiasaan menyiapkan makanan, dan penyimpanan
makanan. Penyakit terjadi setelah terpapar makanan yang tidak dimasak atau
disimpan tidak benar atau kurang matang .
d. Kontak racun . Gejala gastroenteritis dapat terjadi setelah terpapar berbagai racun,
yang dapat terjadi karena pekerjaan atau rekreasi.
1.6 PENATALAKSANAAN
Aspek utama dari penatalaksanaan gastroenteritis adalah penanganan dehidrasi pada
gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri. Prinsip penatalaksanaan adalah pemberian
cairan untuk rehidrasi, antibotik bila diperlukan, zat besi,nutrisi, dan edukasi.
(Kardiyudiani dan Susanti,2019 )
Menurut Wijaya Putri (2013) Penatalaksanaan keperawatan dengan penderita
gastroenteritis adalah :
a. Pemberian cairan
1) Dehidrasi ringan dan sedang : di beri cairan NaCl,NaHCO3 glukosa
2) Cairan parenteral Cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien,
kadang-kadang tergantung kepada ketersediaan cairan, umumnya Ringer
Laktat®
b. Pengobatan Diestatik
1) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat ( nasi tim )
2) Susu khusus yang disesuaikan
c. Obat-obatan Prinsip : mengenai cairan yang hilang melalui tinja dengan/ tanpa
muntah, cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa/ karbohidrat lain
(gula,air,tepung beras ) . Obat yang diberikan :
1) Obat anti sekresi
1.7 KOMPLIKASI
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,dapat terjadi
berbagai macam komplikasi,seperti :
a. Dehidrasi (ringan,berat,hipotonik,isotonik,atau hipertonik)
b. Syok hipovolemik
c. Hipokalemia(dengan gejala hipotoni otot, lemah, bradikardi,perubahan pada EKG)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder,sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan villi mukosa usus halus
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein,karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan. (WijayaPutri,2013)
1.8 PATHWAY
BAB II
KONSEP ASKEP
2.1 PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
2.4 IMPLEMENTASI
Pelaksanaan intervensi keperwatan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dan
hasil. Ketika tahap pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan, perawat harus mengkaji
respons pasien dan memodifikasi setiap rencana sesuai kebutuhan pasien. Selanjutnya,
perawat perlu memastikan terdapat pendokumentasian setiap tahapan proses pelaksanaan
asuhan keperawatan (Kardiyudiani dan Susanti,2019).
2.5 INTERVENSI
Tahap evaluasi dilakukan untuk menentukan tingkat keefektifan pelaksanaan
asuhan keperawatan. proses evaluasi dilakukan dengan melakukan pengkajian respons
pasien berdasarkan kriteria tujuan. Apabila tujuan dan outcomes tidak tercapai, perlu
dipikirkan kembali rencana kerja melalui suatu proses untuk mengembangkan rencana
perawatan yang lebih efektif. (Kardiyudiani dan Susanti,2019)
DAFTAR PUSTAKA