Anda di halaman 1dari 6

ANATOMI FISIOLOGI

“resume sistem saraf”

DISUSUN OLEH :

Indah asrianti

P07524421016

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN KEBIDANAN

T.A 2021/2022
Resume Sistem Saraf
Pengertian Sistem Saraf
Sistem saraf adalah sistem kompleks yang berperan dalam mengatur dan
mengoordinasikan seluruh aktivitas tubuh. Sistem ini memungkinkan Kita untuk melakukan
berbagai kegiatan, seperti berjalan, berbicara, menelan, bernapas, serta semua aktivitas
mental, termasuk berpikir, belajar, dan mengingat. Ini juga membantu Kita mengontrol
bagaimana tubuh bereaksi dalam keadaan darurat.

Sistem saraf pada manusia terdiri dari otak, sumsum tulang belakang, organ-organ
sensorik (mata, telinga, dan organ lainnya), dan semua saraf yang menghubungkan organ-
organ tersebut dengan seluruh tubuh. Sistem ini bekerja dengan mengambil informasi melalui
bagian tubuh atau indera tertentu, memproses informasi tersebut, serta memicu reaksi, seperti
membuat otot Kita bergerak, merasakan sakit, atau bernapas.

Dalam menjalankan kerjanya tersebut, sistem saraf terbagi menjadi dua struktur atau
susunan, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan
sumsum tulang belakang, sedangkan saraf tepi terdiri dari saraf yang menghubungkan saraf
pusat ke seluruh tubuh Kita. Adapun saraf tepi terbagi ke dalam dua susunan besar, yaitu
saraf sadar (somatik) dan saraf tidak sadar (otonom).

Jenis-Jenis Saraf reflek (Otonom)


1. Sistem Saraf Simpatik (torakolumbar)

Salah satu sistem saraf otonom ini terdapat pada depan tulang rusuk bagian belakang
yang ada pada pangkal sumsum tulang belakang. Bisa kita sebut jika letak dari sistem saraf
ini berupa medula spinalis yang ada pada bagian dada dan juga pinggang.

Saraf ini juga terkenal dengan sebutan saraf torakolumbar. Hal ini karena saraf
preganglion keluar yang berasal dari tulang belakang pada torak dari pertama hingga ke-12.

Dalam sistem saraf simpatik terdapat 25 pasang ganglion atau simpul sumsum tulang
belakang. Banyak sekali kegunaan atau fungsi dari keberadaan sistem saraf simpatik ini.
Pada umumnya, sistem ini memiliki fungsi dalam memacu kerja organ tubuh kita.
Namun, ada pula yang dapat menghambat kerja dari organ tersebut.

Fungsi sistem saraf otonom simpatik antara lain mampu memperbesar bagian pupil mata,
memperbesar bronkus, menghambat ereksi, menghambat sekresi dari empedu, dan
mempercepat detak jantung.

Lalu, fungsi lainnya yakni memperlambat kerja sistem pencernaan, menurunkan tekanan
darah, meningkatkan sekresi adrenalin, dan menghambat kontraksi dari kantung kemih.

2. Sistem Saraf Parasimpatik (kranosakral)

Sistem saraf parasimpatik merupakan sistem saraf yang mempunyai pangkal pada
sumsum tulang belakang lanjutan atau medula oblongata. Pada sistem ini juga sering kita
sebut dengan sistem saraf kranosakral.

Karena saraf preganglion keluar dari sakral dan juga dari otak. Saraf parasimpatik ini
terdiri atas jaringan yang terhubung dengan ganglion yang tersebar pada seluruh tubuh kita.

Sedangkan, fungsi dari sistem saraf otonom parasimpatik ini berbeda atau berbanding
terbalik dengan sistem saraf simpatik. Jika sistem saraf simpatik pada umumnya
mempercepat kerja organ, maka tidak untuk sistem saraf parasimpatik.

Seperti yang sudah kita ketahui jika sistem ini adalah kebalikannya, yaitu memperlambat
kerja dari organ. Jadi, dengan cara kerja kedua sistem saraf ini, maka kerja organ menjadi
seimbang dan normal.

Fungsi dari sistem saraf parasimpatik diantaranya adalah mengecilkan ukuran pupil mata,
merangsang ereksi, dan memperkecil bronkus.

Kemudian, juga berfungsi sebagai sistem yang meningkatkan tekanan darah, menghambat
sekresi dari adrenalin dan menghambat detak jantung. Selain itu, mampu meningkatkan
sekresi empedu, menghambat pencernaan, serta mempercepat kontraksi dari kantung kemih.

Neurotransmitter
Neurotransmitter adalah senyawa kimiawi dalam tubuh yang bertugas untuk
menyampaikan pesan antara satu sel saraf (neuron) ke sel saraf target. Sel-sel target ini dapat
berada di otot, berbagai kelenjar termasuk yang dapat mempengaruhi hormon, dan bagian
lain dalam tubuh.
Neurotransmiter memainkan peran yang sangat penting untuk otak dalam mengatur
kinerja berbagai sistem tubuh. Sistem tubuh tersebut termasuk:

 Detak jantung
 Pernapasan
 Siklus pengaturan tidur
 Pencernaan
 Suasana hati
 Konsentrasi
 Nafsu makan
 Gerakan otot

Tipe-Tipe Neurotransmitter Berdasarkan Cara Kerjanya:

1. Neurotransmitter eksitasi (excitatory)

Neurotransmitter eksitasi bekerja dengan mendorong neuron target untuk melakukan sebuah
aksi. Beberapa contoh neurotransmitter eksitasi yang terkenal adalah epinephrine dan
norepinephrine.

2. Neurotransmitter inhibisi (inhibitory)

Neurotransmiter ini dapat menghambat aktivitas neuron, sehingga berkebalikan dengan cara
kerja neurotransmitter eksitasi. Salah contoh neurotransmitter inhibisi adalah serotonin.
Beberapa neurotransmitter dapat bekerja sebagai eksitasi maupun inhibisi. Contoh dari
neurotransmitter ini yaitu dopamin dan asetilkolin.

3. Neurotransmitter modulator

Neurotransmitter modulator, atau sering disebut sebagai neuromodulator, merupakan


neurotransmitter yang dapat memengaruhi neuron dalam jumlah besar pada satu waktu.
Selain itu, neurotransmitter modulator juga dapat berkomunikasi dengan neurotransmitter
lainnya.

Beberapa neurotransmitter yang terkenal adalah :

1. Asetilkolin
Asetilkolin adalah neurotransmitter yang berperan dalam kontraksi otot, merangsang aktivitas
beberapa hormon, serta mengendalikan detak jantung. Selain itu, neurotransmitter ini
berkontribusi dalam fungsi otak dan daya ingat. Asetilkolin merupakan salah satu contoh
neurotransmitter eksitasi.

Kadar asetilkolin yang rendah telah dikaitkan dengan beragam gangguan medis, seperti
Alzheimer. Hanya saja, level asetilkolin yang terlalu tinggi juga menimbulkan masalah
berupa kontraksi otot berlebihan.

2. Dopamin

Dikenal sebagai neurotransmitter rasa senang, dopamin memainkan peran penting untuk daya
ingat, perilaku, mempelajari sesuatu, hingga koordinasi gerak tubuh. Selain itu,
neurotransmitter ini juga berfungsi dalam pergerakan otot.

Apabila tubuh kekurangan dopamin, risiko penyakit Parkinson pun dapat terjadi. Anda dapat
menjaga kadar dopamin dengan berolahraga secara teratur.

3. Endorfin

Endorfin bekerja dengan menghambat sinyal rasa sakit dan menciptakan suasana diri yang
berenergi dan perasaan euforia. Selain itu, neurotransmitter ini juga dikenal sebagai pereda
nyeri alami tubuh.

Beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kadar endorfin adalah dengan mencari
aktivitas yang memancing tawa, serta melakukan latihan aerobik, seperti bersepeda dan jalan
santai. Hal ini penting dilakukan karena kadar endorfin yang rendah berkaitan dengan
beberapa jenis sakit kepala serta fibromyalgia (nyeri pada tulang dan otot).

4. Epinephrine

Neurotransmitter ini mungkin lebih dikenal sebagai adrenalin. Epinephrine memainkan


fungsi sebagai neurotransmitter sekaligus hormon. Epinephrine dilepaskan tubuh saat Anda
stres dan ketakutan, sehingga memengaruhi detak jantung serta laju pernapasan. Tak hanya
itu, epinephrine memengaruhi otak untuk segera membuat keputusan.

5. Serotonin

Serotonin berperan dalam mengatur suasana hati seseorang. Selain itu, serotonin juga
mengatur pembekuan darah, nafsu makan, aktivitas tidur, serta ritme sirkadian.
Serotonin erat kaitannya dengan antidepresan untuk penanganan depresi. Salah satu golongan
antidepresan, selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), dapat meredakan gejala depresi
dengan meningkatkan kadar serotonin di otak.

Bisakah kadar neurotransmitter serotonin ditingkatkan secara alami? Menurut penelitian


ilmiah, jawabannya bisa. Beberapa aktivitas yang dapat meningkatkan kadar neurotransmitter
ini, yaitu:

Terpapar cahaya, terutama cahaya matahari. Anda bisa mendapatkan paparan sinar mentari
dengan berjemur selama 20-30 menit saat pagi hari.

Beraktivitas fisik.

6. Oksitosin

Oksitosin dihasilkan dalam hipotalamus pada otak dan menjalankan fungsi neurotransmitter
maupun hormon sekaligus. Oksitosin memainkan sejumlah peranan penting, seperti dalam
mengenali lingkungan sosial, menjalin ikatan batin, serta reproduksi seksual.

Oksitosin juga telah dipromosikan dalam penanganan berbagai kondisi psikologis, seperti
depresi pascamelahirkan, fobia sosial, dan autisme.

Anda mungkin juga menyukai