Karya Tulis Ilmiah BAB 1-Dikonversi
Karya Tulis Ilmiah BAB 1-Dikonversi
MULTIKULTURAL
Oleh:
AGIL MUHARRAM
NIM. 22122096
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehingga dalam hal ini, Moeslim Abdurrahman berujar, bangsa ini bukan
dibangun oleh imigran, namun dari suku-suku bangsa, tetapi juga bukan seluruh
suku bangsa yang lebih dari tiga ratus memiliki tempat yang sama dalam proses
membangun bangsa.1
terlepas dari perbedaan asal-usul etnis, keyakinan, kepercayaan dan agama yang
ini dapat
1
Moeslim Abdurrahman, Suara Tuhan Suara Pemerdekaan; Menuju Demokrasi dan
Kesadaran Bernegara, IMPULSE, Yogyakarta: 2009, hlm 114.
Multikulturalisme dalam pandangan antropolog yang diungkapkan oleh
Moeslim Abdurrahman selama ini Indonesia tidak memberi ruang representasi sama
sekali terhadap suku-suku bangsa yang secara historis tidak memiliki tokoh-tokoh
karena merupakan bagaian abtraksi identitas yang diperluas untuk emansipasi dan tidak
hanya sekedar menerima fakta keragaman yang didasarkan pada pertimbangan alami
1998, Indonesia mengalami proses transisi dari corak otoriter menuju masyarakat
sipil demokratis. Reformasi bergulir dengan cita-citanya yang sangat tinggi. Inti
terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat yang menjamin
tersebut, terlebih dalam hal pendidikan. Sehingga dengan sadar bangsa Indonesia
sebutan nusantara. Nusantara adalah gabungan dari dua kata nusa dan antara,
dibaca Nusantara, huruf a dibuang satu, sebuah kaidah yang umum dalam bahasa
Indonesia. Nusa ( bahasa Sanskerta/bahasa Kawi ) berarti pulau, tanah air. Antara
berarti jarak, sela, selang di antara dua benda. 4Secara kebahasaan makna
terletak di dalam silang budaya yang sangat besar karena letaknya yang demikian
strategis, di antara dua samudera yang melambangkan kehidupan masa lalu yaitu
sia tempat bertemunya para pedagang Jika ada daerah yang ingin melepas diri
dari Indonseia karena tidak terakomodasi kearifan lokalya adalah kekhilafan yang
4
Ahmad Syafi’i Ma’arif, Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan.
PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2009, hlm. 49
5
H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme; Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam
Transformasi Pendidikan Nasional, PT. Grasindo, Jakarta, 2004, hlm. XV
bangsa yang besar, secara geografis terletak samudera yang besar. Tentunya
Dibeberapa tempat dalam lingkup ini konflik yang membawa nama agama,
etnis dan budaya telah memakan banyak korban. Dalam hal ini Thomas Santoso
tidak, seharusnya tidak perlu terjadi. Bangsa Indonesia sebagai negara berkem-
bang, memiliki banyak tugas yang belum terselesaikan. Karena itu, konflik antar-
agama tentu saja menambah beban bangsa yang sudah semakin banyak.7 Jika
bangsa ini sadar akan masayarakat yang hiterogen, maka konflik tidak terjadi.
Akan tetapi yang terjadi adalah saling kerjasama antar kepercayaan ( interfaith )
keragaman dijadikan kekuatan pemersatu bangsa ini. Sehingga salah satu jalan
yang ditempuh untuk mewujudakan cita-cita ini adalah melalui jalan pendidikan.
6
Thomas Santoso yang dikutip oleh Syamsul Arifin dalam Naskah Pidato Guru Besar di
Universitas Muhammadiyah Malang pada 2009, Syamsul Arifin, Silang Sengkarut Agama di Ra-
nah Sosial: Tentang Konflik, Kekerasan Agama, dan Nalar Multikulturalisme (
7
Ismail hanafi, Peneliti Senior Setara Institut, lima provinsi dengan pelanggaran terberat
adalah Jawa Barat ( 91 peristiwa ), Jawa Timur( 28 ), DKI Jakarta ( 16 ), Sumatera Utara ( 15 ),
dan Jawa Tengah ( 10 ). “Jika tahun sebelumnya, pelanggaran terjadi lebih banyak pada Jamaah
Ahmadiyah tahun 2010 pelanggaran terbanyak terjadi umat kristianai. Kompas 25 Januari 2011.
Formalisasi tentang pengaturan pendidikan sebagai corak kehidupan yang
dapat menjadi solusi nyata bagi konflik dan disharmonisasi yang terjadi di
agar tidak tercabut dari nilai akar budaya yang ia miliki sebelumnya, ketika
tersebut tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa setiap anak Indonesia
berhak untuk belajar. Selanjutnya dalam Undang – Undang No. 2 tentang sistem
Pendidikan Nasional ( Sisdiknas ) dinyatakan bahwa setiap anak diberi hak untuk
memperoleh pendidikan dan pengajaran. Ini berarti, bahwa secara legal sistem
Berdasarkan nilai yang terkandung dalam filsafat, maka setiap daerah mempunyai
yang melatar belakangi pada penelitian ini. Bahwa Indonesia bangsa yang besar
lebih utama daripada setelah terjadinya perpecahan. Dalam hal ini Tilaar
Pendidikan awal yang pernah dirintis oleh Ahmad Dahlan adalah berusaha
ekstrim pada kutub religiusitas yang sempit disatu sisi keduniawian yang sekuler
disisi lain.10 Sistem pendidikan diatas berada dalam kutub ekstrim, sehingga out-
zaman.
beberapa amal usaha yang tersebar di Indoneia. Diantara amal usaha tersebut
seperti, panti asuhan, panti jumpo, rumah sakit dan lembaga pendidikan, dengan
data sebagai berikut: sekolah dasar (SD) berjumlah 1.128, madrasah ibtidaiyah
(MI) 1.768, sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) 1.179, madrasah tsanawiyah
(MTS) 534, sekolah menegah umum (SMU) 509, sekolah menegah kejuruan
(SMK) 249, dan madrasah aliyah (MA) 171. Perguruan tinggi Muhammadiyah
10
Khozin, 2005. Menggugat Pendidikan Muhammadiyah, Malang, UMM Press, hlm. 4
berjumlah (PTM) berjumlah 143.11 Dengan kuantitas yang signifikan besar,
Data yang dimiliki oleh Muhammadiyah diatas cukup banyak jika diukur
amal usaha bidang pendidikan yang akhir-akhir ini banyak yang jatuh bangun dan
maupun swasta lainya.12 Kritikan tersebut, seharusnya membuat para praktisi yang
era kompetisi global (global copetitiveness) yang ditandai dan dimulai dengan
AFTA (Asean Free Trade Area) dan perdagangan bebas dunia (2010),
kerja keras. Mulai dari filosofi pendidikan sampai pilihan-pilihan paradigma yang
11
M. Amin Abdullah, Pendidikan Agama Era Multikultural, Multireligius, Jakarta: 2005
PSAP (Muahammadiyah) hlm. 161.
12
13
M. Amin Abdullah, Pendidikan Agama Era Multikultural..,hlm.163
Pendidikan multikultural menurut beberapa pengamat diatas, adalah
konsep pendidikan yang bisa menjadi tindakan prefentif dari kerusuhan masal
yang mengakibatkan korban. Kerusuhan yang terjadi mulai dari berbagai daerah
dan ketimpangan sosial yang ada dalam masyarakat. Maka dengan demikian,
dakwah amar ma’ruf nahi munkar ( menyeru kepada kebaikan dan mencegah
diperdebatkan.
gerakanya. Sehingga yang diharapakan dari penelitian ini, mencari titik temu
Dengan latar belakang diatas, pada studi ini maka diajukkanlah dua pertanyaan.
Multikulturalisme?
Muhammadiyah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Muhammadiyah.
D. Manfaat Penelitian
informasi baik bagi khalayak umum atau khususnya bagi kalangan akademisi,
E. Defenisi Operasional
Judul dari penelitian ini, untuk mendapatkan arti yang tetap dan menganti-
budaya lain namun mengharuskan adanya dialog dengan budaya lain, yang
duduk sama tinggi dan berdiri sama rendah dengan budaya lain.14
2. Multikulturalisme adalah sebuah ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk
14
H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme; Tantangan-tantangan...hlm 179.
15
Parsudi Suparlan, Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural (Online)
http://www.scripps.ohiou.edu/news/cmdd/artikel_ps.htm. diakses, 20 Juli 2010.
mengabdi di amal usaha Muhammadiyah di Malang, baik yang sedang,
F. Sistematika Pembahasan
BAB II
1. Pengertian Multikultural
10
Azyumardi Azra, Pendidikan Agama: Membangun Multikulturalisme Indonesia, dalam
Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2005), vii.
11
H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam
Transformasi Pendidikan Nasional (Jakarta: Grasindo, 2004), 82.
12
Ibid., 83.
Kemudian Cris Barker pada tahap perkembangan selanjutnya
sebagaimana berikut:
13
Ibid., 179.
14
Chris Barker, Cultural Studies ( Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2000), 379.
mengungkap kembali nilai-nilai indigenous di dalam budaya sendiri
asing.
monokultural.
15
Ibid., 83-84.
Mengingat pentingnya pemahaman mengenai multikulturalisme
majemuk. Sebaliknya, tidak ada satu negara pun yang mengandung hanya
sunnatullah yang tidak dapat ditolak bagi setiap negara atau bangsa di
dunia ini.
multikultural yang baik maka kelak mereka tidak hanya mampu untuk
16
Malik Fajar,” Kembangkan Pendidikan Multikulturalisme”, http://www.gatra.com/2004-08-
11/artikel.php?id=43305, diakses 25 April 2015.
nilai-nilai pluralisme, humanisme dan demokrasi secara langsung di
Yaqin adalah peserta didik tidak hanya mampu memahami dan menguasai
para peserta didik akan mempunyai karakter yang kuat untuk selalu
berwawasan multikultural.
17
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural., 26.
pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan pendidikan
para guru, murid dan keluarga serta keseluruhan suasana belajar mengajar.
from ethnocentric prejudices and biases, and freedom to explore and learn
Dari beberapa dua defini diatas, hal yang harus digarisbawahi dari
18
James A. Bank,” Handbook of Research on Multicultural Education”, http://www.education
world.com, diakses tanggal 12 Maret 2015.
19
Bikhu Parekh,” Rethingking Multiculturalism: Cultural Diversity and Political Theory”,
http://www.educationworld.com, diakses tanggal 12 Maret 2015.
empowerment) dan pedagogik kesetaraan dalam kebudayaan yang
mewujudkan visi Indonesia masa depan serta etika bangsa. Pendidikan ini
belajar”. Terkait dengan praktik dan prosedur ini ada 3 (tiga) faktor dalam
lingkungan fisik dan sosial yang aman dan nyaman. Untuk menciptakan
20
H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme., 185-190.
aspek pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, dan
Sementara itu, lingkungan sosial yang aman dan nyaman dapat diciptakan
oleh guru melalui bahasa yang dipilih, hubungan simpatik antar siswa, dan
peluang kepada siswa untuk saling berbagi pendapat. Apa yang diajarkan
guru kepada siswa ditentukan sendiri oleh sang guru. Sebaliknya, gaya
21
Linda Star,” Creating a Climate for Learning: Effective Classroom Management Technique”,
http://www.educationworld.com/a_curr/curr155.shtml, diakses tanggal 18 April 2015.
Untuk kelas yang beragam latar belakang budaya siswanya, agaknya, lebih
mendiskusikan sumbangan aneka budaya dan orang dari suku lain dalam
hidup bersama sebagai bangsa. Selain itu, melalui dialog para guru juga
juga menggunakan hasil kerja orang lain dari budaya lain. Sementara itu,
dari berbagai agama, etnik, budaya, dan bahasa yang beragam. Sedangkan
melalui observasi dan penanganan kasus, siswa dan guru difasilitasi untuk
yang ada, sekaligus untuk melakukan mediasi bila ada konflik di antara
mereka.
22
Donna Styles,” Class Meetings: A Democratic Approach to Classroom Management”,
http://www.educationworld.com/a_curr/profdev012.shtml, diakses tanggal 18 April 2015.
mereka akan memiliki pengalaman nyata untuk melibatkan diri dalam
sehari-hari. Sikap dan perilaku yang toleran, simpatik, dan empati pun
psikomotorik sekaligus.23
B. Konsep Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
atau murid.24
23
Aly Abdullah,” Pendidikan Multikultural dalam Tinjauan Pedagogik”, http://www.psbps.org/,
diakses tanggal 18 April 2015.
24
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2003), 61.
25
Hamzah B. Uno, Orientasi dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), 5.
Lebih lanjut Siti Kursini menegaskan, pembelajaran merupakan
terus menerus selama manusia hidup. Isi dan proses pembelajaran perlu
pembelajaran.
26
Siti Kusrini dkk, Keterampilan Dasar Mengajar (PPL 1) Berorientasi Pada Kurikulum Berbasis
Kompetensi (Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2005), 128.
2. Tujuan Pembelajaran
lulusannya dengan penguasaan materi subyek dari bidang studi yang akan
dikaji dan pedagogi bahan kajian atau materi subyek tersebut, diharapkan
UNESCO.27
27
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan
Nilai (Bandung: Remaja Rosdakarya dan Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,
2005), 97-98.
3. Tahapan dalam Proses Pembelajaran
pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Adapun dari ketiganya ini akan dibahas
sebagaimana berikut:
a. Tahap Perencanaan
persiapan mengajar:
28
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 93.
1. Memahami tujuan pendidikan.
Tagihan
3. Menyusun silabus
5. Penilaian pembelajaran.29
b. Tahap Pelaksanaan
29
Siti Kusrini dkk, Keterampilan Dasar Mengajar, 130.
melalui penerapan berbagai strategi metode dan teknik pembelajaran,
lain.
4. Prosedur pembelajaran.
c. Tahap Evaluasi
4. Hasil pembelajaran
5. Strategi Pembelajaran
31
Ibid., 223.
32
Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,
2004), 17.
33
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arloka, 1994), 859.
34
Syaiful Bahri Djamaran dan A.Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 5.
langkah-langkah untuk bertindak untuk mencapai sasaran dan usaha
tertentu.
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-
35
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 157.
36
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), 21.
Sedangkan menurut Abdul Majid dan Dian Andayani,
generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu ketika
kita menyebut pendidikan agama Islam, maka akan mencakup dua hal,
akhlak Islam dan mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran agama
Islam.38
37
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, 93.
38
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam., 75-76.
SWT sebenar-benarnya bakti atau dengan kata lain untuk membentuk
diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia, dalam arti bagaimana Islam
yang diimani kebenarannya itu mampu dipahami, dihayati, dan diamalkan
Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial.
dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan
peserta didik.
dan bernegara.
kerukunan, dan rasa hormat internal agama yang dianut dan terhadap
pendidikan agama.
b. Satuan pendidikan yang tidak dapat menyediakan tempat
peserta didik.
didik.
didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
41
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama Dan Pembangunan Watak Manusia (Jakarta: Raja
Grafindo, 2005), 5.