Anda di halaman 1dari 8

PERCOBAAN II

PERBANDINGAN SIFAT SENYAWA ION DAN SENYAWA KOVALEN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah dapat mengetahui dan menjelaskan
pengaruh jenis ikatan suatu senyawa sifat fisis dan sifat kimia dari senyawa tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Ikatan kimia adalah daya tarik-menarik antara atom yang menyebabkan suatu
senyawa kimia dapat bersatu. Kekuatan daya tarik-menarik ini menentukan sifat-sifat
kimia dari satu zat dan cara ikatan kima berubah jika suatu zat bereaksi digunakan
untuk mengetahui jumlah energi yang dilepas atau diabsorsi selama terjadinya reaksi.
Macam-macam ikatan kimia yang dibentuk oleh atom bergantung dari struktur
elektron atom. Misalnya : energi ionisasi dan kontrol afinitas elekton dimana atom
menerima atau melepaskan elektron. Ikatan kimia dapat dibagi menjadi dua kategori
besar yaitu ikatan ion dan ikatan kovalen (Brady, 1998).
Teori mengenai ikatan ion yang sampai sekarang diterima adalah yang
dikemukakan oleh KÖSSEL pada tahun 1916. Ia mengemukakan bahwa atom unsur
yang sangat elektropositif dapat melepaskan 1 atau 2 elektron yang dilepaskan oleh
atom unsur yang elektopositif. Disebut ikatan ion karena terjadinya perpindahan
elektron diantara atom untuk membentuk partikel yang bermuatan listrik dan
mempunyai daya tarik-menarik. Daya tarik-menarik diantara ion-ion yang bermuatan
berlawanan merupakan suatu ikatan ion (Syarifuddin,1994).
Pembentukan ikatan ion dapat terjadi dari reaksi atom yang memiliki afinitas
elektron tinggi. Misalnya: Barium bereaksi dengan Klor, maka setiap Barium
melepaskan 2 elektron valensi (6S2) untuk membentuk Ba2+. Jadi, 2 atom Klor dan
setiap atom Klor menerima 1 elektron, dibutuhkan untuk mengimbangi. Karena pada
umumnya, unsur-unsur disebelah kiri dari daftar periodic mempunyai potensial
ionisasi yang rendah dan unsur-unsur disebelah kanan mempunyai afinitas elektron
yang tinggi, maka ikatan ion dapat terbentuk bila antara unsur-unsur tersebut
bereaksi (Sastrohamidjojo, 2001).

1
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi,
termometer, gelas piala, elektroda karbon, lampu spritus, sudip kaca dan pipet
tetes.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah urea, naftalena,
kristal NaCl, KI, MgSO4 dan isopropil alkohol.

IV. PROSEDUR KERJA

A. Perbandingan Titik Leleh


1. Sejumlah urea kecil ( 1-2 sudip) dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
dimasukkan pula termometer didalamnya
2. Tabung reaksi dipanaskan menggunakan lampu spritus dan amati
perubahannya
3. Suhu pada saat urea mulai meleleh dan saat seluruh sampel urea dalam
tabung reaksi meleleh dicatat
4. Percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali
5. Dilakukan prosedur yang sama untuk senyawa naftalena, kecuali NaCl,
KI, dan MgSO4 langsing dicari data titik lelehnya berdasarkan buk
referensi.
B. Perbandingan Kelarutan
1. Tabung reaksi 1 diisi dengan air dan tabung reaksi 2 didisi dengan
karbontetraklorida
2. Sedikit urea ditambahkan pada setiap tabung reaksi dan kocok
3. Diamati urea dalam tabng 1 dan 2, apakah larut?
4. Dilakukan prosedur yang sama untuk neftalena, isoprofil alcohol, NaCl,
KI dan MgSO4
5. Diamati kelarutan dari setiap senyawa dalam masing-masing tabung.
C. Perbandingan Daya Hantar
1. Gelas piala diisi dengan 50 ml akuades
2. Elektroda karbon dihubungkan dengan arus listrik dan lampu

2
3. Elektroda yang telah dihubungkan, dimasukkan kedalam
gelas piala berisi akuades dan diamati perubahan yang terjadi
4. Diulangi prosedur 1–3, dengan menambahkan beberapa tetes
isoprofil alkohol dan diamati perubahan yang terjadi
5. Dilakukan prosedur yang sama, masing-masing dengan
menambahkan urea, naftalena, NaCl, KI dan MgSO4.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Perbandingan Titik Leleh
No Percobaan Pengamatan
1. Percobaan Sampel Urea
Dimasukkan urea ke dalam tabung Berubah dari padat menjadi
reaksi. cair (meleleh)
Dipanaskan tabung reaksi yang Tawal = 570 C
berisi urea dan dicatat suhunya. Takhir = 650 C
2. Percobaan Naftalena
Dimasukkan Naftalena ke dalam Berubah dari padat menjadi
tabung reaksi. cair (meleleh)
Dipanaskan tabung reaksi yang
berisi naftalena dan dicatat Tawal = 390 C
suhunya. Takhir = 550 C

2. Perbandingan Kelarutan
Kelarutan
Senyawa
Dalam air Dalam CCl4
Urea Larut Larut
Naftalena Tidak larut Larut
Isopropil alkohol Larut Larut
NaCl Larut Tidak larut
KI Larut Larut
MgSO4 Larut Tidak larut
3. Perbandingan Daya Hantar
No Senyawa Hasil Pengamatan
1 Akuades Tidak ada gelembung, lampu tidak menyala
2 Akuades + Urea Tidak ada gelembung, lampu tidak menyala

3
3 Akuades + Naftalena Tidak ada gelembung, lampu tidak menyala
4 Akuades + NaCl Ada banyak gelembung, lampu menyala
5 Akuades + KI Ada banyak gelembung, lampu menyala
6 Akuades + MgSO4 Ada sedikit gelembung, lampu tidak menyala

B. Pembahasan
1. Perbandingan Titik Leleh
Dalam percobaan ini terdapat perbedaan titik leleh antara yang
diperoleh dari buku referensi dengan hasil percobaan. Titik leleh untuk
setiap senyawa yang diketahui dari buku referensi adalah sebagai
berikut : Urea 1330C, Naftalena 800C, NaCl 8000C, KI 7230C dan MgSO4
11850C. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
pada Urea percobaan 1 dengan suhu awal 57 0C akan menghasilkan
kisaran titik leleh sebesar 65 0C. Untuk senyawa Naftalena pada
percobaan 1 suhu awal 39 0C akan menghasilkan kisaran titik leleh
sebesar 55 0C (Sukardjo,1990)
Dari data diatas perbedaan titik leleh setiap senyawa pada
buku referensi dengan hasil percobaan sangat berbeda jauh,
misalnya pada urea dimana hasil percobaan titik leleh yang diperoleh
dengan kisaran 65 0C sedangkan pada buku referensi titik lelehnya
sebesar 1330C. Hal ini berarti bahwa titik leleh suatu senyawa
dipengaruhi pada temperatur awal senyawa tersebut sebelum dipanaskan
dengan temperatur ruangan dan pada senyawa tersebut hanya mengalami
ikatan kovalen saja, dimana nilai kisaran yang diperoleh < 3500C.
Selain itu, perbedaan titik leleh pada tiap-tiap senyawa dikarenakan
diantara senyawa–senyawa tersebut ada yang hanya bisa mengalami ikatan
ion dimana jika senyawa itu memiliki nilai kisaran > 350 0C sampai 10000C
dan ada pula senyawa yang dapat mengalami ikatan kovalen dimana nilai
kisaran yang diperoleh < 3500C. Seperti halnya pada senyawa NaCl, KI
dan MgSO4 yang tidak dapat dilakukan secara langsung karena memiliki
titik leleh senyawa ion yang sangat tinggi dibandingkan titik leleh senyawa
kovalen yang ada pada senyawa urea dan naftalena.
2. Perbandingan Kelarutan

4
Pada percobaan ini kelarutan air dan karbon tetraklorida apabila
ditambahkan dengan beberapa senyawa seperti urea, naftalena, KI, MgSO 4-
, Isoprofil alkohol dan NaCl akan mengalami perbedaan . Hal ini dapat
dilihat pada urea dan isopropil alkohol akan larut jika diberi akuades dan
karbon tetraklorida. Sedangkan untuk senyawa KI, MgSO4 dan NaCl akan
larut jika diberi akuades, tapi jika diberi karbon tetraklorida hanya
senyawa KI yang larut sedangkan yang lainnya seperti MgSO 4 dan NaCl
tidak larut. Untuk Naftalena akan larut jika diberi karbon tetraklorida dan
tidak akan larut apabila diberi akudes. Seperti yang kita ketahui, bahwa
salah satu sifat senyawa ion adalah larut dalam larutan polar, pada
percobaan ini praktikan menggunakan air sebagai larutan polar tersebut.
Dari percobaan tersebut dapat dikatakan bahwa, senyawa ion akan larut
dalam air, karena ion – ion akan terpisah satu sama lain apabila dilarutkan
dalam air. Pada percobaan ini urea, NaCl, KI, MgSO4 dan isopropil
alkohol akan larut bila dilarutkan dalam air. Dalam percobaan ini senyawa
ion adalah NaCl, KI, dan MgSO4.
Senyawa yang dapat larut baik pada pelarut air maupun karbon
tetraklorida disebabkan karena senyawa tersebut menjadi bersifat ionik
terhadap pelarutnya dimana pelarut tersebut termasuk dalam pelarut polar.
Sedangkan senyawa yang tidak dapat larut dengan pelarut tersebut karena
senyawa tersebut menjadi bersifat kovalen sehingga sangat sulit untuk
senyawa tersebut berinteraksi dengan pelarut yang sifatnya polar. Jadi,
larut tidaknya suatu senyawa tergantung pada sifat dari senyawa yang akan
dilarutkan dengan sifat pelarutnya (polar dan non polar).
3. Perbandingan Daya Hantar
Dalam percobaan ini digunakan 6 senyawa sebagai bahan
percobaannya yaitu : senyawa KI, NaCl, MgSO4, Urea, Naftalena, dan
Isoprofil alkohol. Percobaan yang pertama dilakukan pada gelas piala yang
berisi akuades kemudian dimasukkan elektroda karbon yang telah
dihubungkan dengan listrik dan lampu. Akhirnya didapatkan data bahwa
lampu tidak menyala. Namun dalam percobaan ini urea dan naftalena
lampu tidak menyala, sedangkan pada NaCl lampu menyala, KI lampu

5
menyala dan MgSO4 tidak menyala tetapi ada sedikit gelembung udara.
Dari data perbandingan daya hantar listrik antara senyawa ion dengan
senyawa kovalen, diperoleh bahwa akuades tidak dapat menghantarkan
arus listrik sehingga lampu tidak menyala. Perlakuan diatas juga dilakukan
pada naftalena dan menghasilkan hasil yang sama yaitu lampu tidak
menyala. Hal ini menyatakan bahwa akuades adalah larutan non elektrolit.
Dari hasil percobaan diatas dapat diketahui bahwa larutan yang
termasuk elektrolit yaitu senyawa NaCl, KI dan MgSO4 karena zat-zat
tersebut terurai menjadi ion positif dan ion negatif sehingga dapat menjadi
penghantar yang baik. Sedangkan senyawa urea dan naftalena tidak dapat
dikatakan sebagai penghantar yang baik karena senyawa tersebut tidak
dapat terionisai secara sempurna.

VI. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Jenis ikatan yang dimiliki suatu senyawa akan mempengaruhi sifat fisis
dan kimia yang terjadi pada senyawa tersebut seperti titik leleh, larut-
tidaknya senyawa tersebut terhadap senyawa pelarutnya serta polar-
nonpolarnya senyawa tersebut.
2. Larut dan tidaknya suatu senyawa tergantung dengan sifat dari senyawa
yang akan dilarutkan tehadap pelarutnya.
3. Senyawa kovalen bukan merupakan penghantar yang baik dan sebagian
kecil saja yang dapat larut terhadap air. Sedangkan senyawa ionik
merupakan penghantar yang baik dan umum dapat larut dengan baik
terhadap air.
4. Urea, naftalena dan isopropril alokohol merupakan senyawa kovalen.
Sedangkan NaCl, KI, dan MgSO4 merupakan senyawa ion.

DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. E. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Penerbit : Bina rupa Aksara.
Jakarta Barat

6
Fahrurrozie, A. 2010. Efesiensi Inhibisi Cairan Ionik Turunan Imidazolin Sebagai
Inhibitor Korosi Baja Karbon Dalam Larutan Elektrolit Jenuh Karbon
Dioksida.
http://jurnal_sains_dan_teknologi_kimia.html
Diakses pada tanggal 26 Oktober 2012

Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Penerbit :


Erlangga. Jakarta.

Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Dasar. Penerbit : Gajah Mada University Press.


Yogyakarta.

Sukardjo, 1990. Ikatan kimia. Penerbit : Rineka Cipta.Yogyakarta.

Syarifuddin, N. 1994. Ikatan Kimia. Penerbit : Gajah Mada University Press.


Yogyakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I

PERCOBAAN II
PERBANDINGAN SIFAT SENYAWA ION DAN SENYAWA KOVALEN

7
OLEH

NAMA : HERLYNEUS PAURANAN


NIM : J1B112034
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : SUSI WAHYUNI

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2012

Anda mungkin juga menyukai