Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
PERBANDINGAN SIFAT SENYAWA ION DAN SENYAWA KOVALEN

WITA AMELIA NATALIA


213010208009

DOSEN PENGAMPU :
Drs. I MADE SADIANA, M.Si

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2021
I. TOPIK PERCOBAAN

Perbandingan Sifat Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen

II. TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan dari praktikum kimia dasar dengan materi Perbandingan Sifat

Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen yaitu :

1. Mengenal perbedaan antara senyawa kovalen dan ionik.


2. Mempelajari jenis ikatan dan struktur molekul yang mempengaruhi senyawa
secara langsung.
3. Membandingkan sifat fisis dan kimia beberapa pasang isomer.
4. Mempersiapkan diri untuk memasuki praktikum kimia organik.

III. DASAR TEORI

I.1. Ikatan kimia

Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik antar partkel
partikel yang berikatan. Atom unsur yang sangat elektropositif dapat melepaskan 1 atau
2 elektron yang terdapat pada kulit terluarnya dan atom unsur yang elektronegatif dapat
menerima 1 atau 2 elektron yang dilepaskan oleh atom unsur yang elektropositif. Istilah
polar kadang – kadang dipergunakan sebagai pengganti istilah elektrovalen. Menurut
Lagmuir, senyawa yang terbentuk karena adanya serah terima elektron pada atom –
atom pembentuknya disebut senyawa elektrovalen atau senyawa ionis, dan ikatan pada
senyawa tersebut dinamakan ikatan elektrovalen, atau ikatan ionis. Pada suhu kamar,
senyawa ionis terdapat dalam bentuk kristal yang disebut kristal ion. Kristal ion tersebut
terdiri dari ion – ion positif dan ion – ion negatif ( Syarifuddin, 1994 ). Menurut Lewis,
Langmuir, Kosel, suatu atom berikatan dengan atom – atom lain dan membentuk
senyawa, maka atom – atom tersebut mengalami perubahan yang sedemikian rupa
sehingga mempunyai konfigurasi elektron yang menyerupai konfigurasi elektron yang
menyerupai elektron gas mulia ( Syarifuddin, 1994 ). Unsur yang cenderung menerima
elektron atau nilai elektronegatif nya ≥ 2,0 disebut unsur elektronegatif. Unsur ini
terletak pada bagian atas dan kanan blok p pada sistem periodik dan ditambah hidrogen.
Kecenderungan unsur elektronegatif menerima elektron disebabkan adanya dorongan
untuk mencapai kestabilan, agar elektron valensinya seperti gas mulia ( Syukri, 1999 ).
I.2. Perbedaan Senyawa ionik dan Senyawa Kovalen

Ikatan ion merupakan ikatan antara ion – ion positif dan ion – ion negatif, yang
terjadi karena partikel yang muatannya saling berlawanan akan mengakibatkan
terjadinya tarik menarik antar ion – ion tersebut. Ion positif dan ion negatif akan
terbentuk apabila terjadi serah terima elektron antar atom (Syarifuddin, 1994 ). Dua
unsur (satu cenderung melepas elektron dan yang lain cenderung menerima), bila
bersentuhan belum tentu menjadi senyawa ion, sebab bergantung pada tingkat energi
sebelum dan sesudah reaksi. Senyawa ion bukanlah sederhana, tetapi merupakan
molekul raksasa yang terbentuk dari ion positif dan negatif yang selang – seling
sedemikian rupa hingga teratur ( Syukri, 1999 ). Kecenderungan ion untuk menarik
elektron lain yang muatannya berlawanan dan menolak ion yang muatannya sama
mengkibatkan penataan ion tiga dimensi menjadi teratur. Tiga pengaruh utama yang
dibentuk senyawa ion adalah sebagai berikut : 1. Muatan ion 2. Ukuran relatif kedua ion
yang terlibat 3. Kemudahan ion tersebut untuk terdistorsi atau terpolarisasi ( Sukardjo,
1990 )

Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan negatif tersusun selang – seling
membentuk molekul raksasa tersebut akan mempunyai sifat tertentu, yaitu:
1. Titik lebur dan titik didih, daya tarik antara ion positif dan negatif dalam senyawa ion
cukup besar, satu ion berikatan dengan beberapa ion yang muatannya
berlawanan. Akibatnya, titik lebur dan titik didih senyawa ion lebih tinggi.
2. Kelarutan, pada umumnya senyawa ion larut dalam pelarut polar (seperti air dan
amonia), karena sebagian molekul pelarut menghadapkan kutub negatifnya ke ion
positif, dan sebagian lagi menghadapkan kutub positifnya ke ion negatif, akhirnya ion
– ion terpisah satu sama lain )
3. Hantaran listrik, hantaran listrik terjadi bila medium mengandung partikel bermuatan
yang dapat bergerak bebas, seperti elektron dalam sebatang logam, senyawa ion
berwujud padat, tidak menghantarkan listrik, karena ion posittif dan negatif terikat
kuat satu sama lain. Akan tetapi cairan senyawa ion akan menghantarkan lisrik karena
ion – ionnya menjadi lepas dan bebas. Senyawa ion juga dapat menghantarkan listrik,
bila larut dalam pelarut polar (misalnya air) karena terionisasi.
4. Kekerasan, Karena kuatnya ikatan antara ion positif dan negatif, maka senyawa ion
berupa padatan keras dan berbentuk kristal, permukaan kristal itu tidak mudah digores
atau digeser ( Syukri, 1999 ).

Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi antara dua atom dengan pemakaian
bersama – sama. Brom, karbon dioksida, Heksana, Amoia, dan etil alohol merupakan
contoh dari senyawa – semnyawa kovalen. Titik leleh dan titik didih senyawa kovalen
cenderung lebih rendah daripada senyawa ion. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa
untuk melelehkan dan manguapkan suatu zat padat maupun cairan molekul hanya
membutuhkan energi secukupnya untuk mengalahkan energi gaya tarik Van der waals
antar molekul (Audrey,1991).

Sebagai syarat pembentukan molekul menurut teori orbital molekul adalah bahwa
orbial yang terlibat dalam pembentukan ikatan harus hanya berisi satu elektron. Dua
atom yang akan terikat harus mempunyai kedudukan sedemikian rupa hingga satu
orbital yang terisi satu elektron mengalami overlap atau saling tindih dengan orbital
yang lain. Bila hal ini terjadi, maka dua orbital bergabung untuk membentuk orbital
ikatan tunggal yang ditempati oleh dua elektron. Dua buah elektron yang menempati
orbital harus mempunyai arah spin yang berlawan, yaitu berpasangan. Makin besar
overlap orbital – orbital atom, makin kuat ikatan yang terbentuk. Ikatan inilah yang
seing disebut ikatan kovalen ( Hardjono, 1987).

Satu atau lebih pasangan elektron diserap oleh kedua atom. Ketika elektron –
elektron ini megelilingi atom – atom tersebut, elektron menghabiskan waktu lebih lama
diantara kedua atom itu, dibandingkan dengan tempat lainnya, sehingga menghasilkan
gaya tarik. Jika proton berdekatan, akan tetapi repulsinya menjadi dominan dan
molekulnya tidak stabil ( Arthur,1987 ).

Menurut Petrucci, 1990. Perbedaan antara senyawa ion dan senyawa kovalen
terletak pada :
Senyawa ion Senyawa kovalen
Titik leleh rendah Titik leleh tinggi
Larut dalam air (hanya sebagian yang Larut dalam pelarut non polar (hanya
larut dalam pelarut non polar sebagian yang larut dalam air)
Pada suhu kamar berupa padatan Pada suhu kamar berupa gas atau cairan
Menghantar arus listrik Hanya sebagian yang dapat menghantar
arus listrik
Dapat terbakar dan tidak berbau Dapat terbakar dan berbau

IV. ALAT DAN BAHAN

ALAT :

1. Tabung Reaksi

2. Termometer

3. Elektroda karbon

4. Lampu spiritus

5. Sudip kaca

6. Pipet tetes

BAHAN :

1. Urea

2. Naftalena

3. Kristal NaCl

4. Kl

5. MgSO₄
6. Isopropil alkohol

V. PROSEDUR KERJA

a. Perbandingan Titik Leleh


1. Sejumlah urea kecil ( 1-2 sudip) dimasukkan kedalam tabung
reaksi dan dimasukkan pula termometer didalamnya
2. Tabung reaksi dipanaskan menggunakan lampu spritus dan amati
perubahannya
3. Suhu pada saat urea mulai meleleh dan saat seluruh sampel urea
dalam tabung reaksi meleleh dicatat
4. Percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali
5. Dilakukan prosedur yang sama untuk senyawa naftalena, kecuali
NaCl, KI, dan MgSO4 langsing dicari data titik lelehnya
berdasarkan buk referensi.
b. Perbandingan Kelarutan
1. Tabung reaksi 1 diisi dengan air dan tabung reaksi 2 didisi dengan
karbontetraklorida
2. Sedikit urea ditambahkan pada setiap tabung reaksi dan kocok
3. Diamati urea dalam tabng 1 dan 2, apakah larut?
4. Dilakukan prosedur yang sama untuk neftalena, isoprofil alcohol,
NaCl, KI dan MgSO4
5. Diamati kelarutan dari setiap senyawa dalam masing-masing
tabung.
c. Perbandingan Daya Hantar
1. Gelas piala diisi dengan 50 ml akuades
2. Elektroda karbon dihubungkan dengan arus listrik dan lampu
3. Elektroda yang telah dihubungkan, dimasukkan kedalam gelas piala
berisi akuades dan diamati perubahan yang terjadi
4. Diulangi prosedur 1–3, dengan menambahkan beberapa tetes
isoprofil alkohol dan diamati perubahan yang terjadi
5. Dilakukan prosedur yang sama, masing-masing dengan
menambahkan urea, naftalena, NaCl, KI dan MgSO4.

VI. DATA HASIL PENGAMATAN

1. Perbandingan Titik Leleh

No Percobaan Pengamatan
1. Percobaan Sampel Urea

Dimasukkan urea ke dalam tabung Berubah dari padat menjadi


reaksi. cair (meleleh)

Dipanaskan tabung reaksi yang Tawal = 570 C


berisi urea dan dicatat suhunya.
Takhir = 650 C
Percobaan Naftalena

2.
Dimasukkan Naftalena ke dalam
Berubah dari padat menjadi
tabung reaksi.
cair (meleleh)
Dipanaskan tabung reaksi yang
berisi naftalena dan dicatat
suhunya.
Tawal = 390 C

Takhir = 550 C

2. Perbandingan Kelarutan
Kelarutan
Senyawa
Dalam air Dalam CCl4
Urea Larut Larut
Naftalena Tidak larut Larut
Isopropil alkohol Larut Larut
NaCl Larut Tidak larut
KI Larut Larut
MgSO4 Larut Tidak larut

3. Perbandingan Daya Hantar

No Senyawa Hasil Pengamatan


1 Akuades Tidak ada gelembung, lampu tidak menyala
2 Akuades + Urea Tidak ada gelembung, lampu tidak menyala
3 Akuades + Naftalena Tidak ada gelembung, lampu tidak menyala
4 Akuades + NaCl Ada banyak gelembung, lampu menyala
5 Akuades + KI Ada banyak gelembung, lampu menyala
6 Akuades + MgSO4 Ada sedikit gelembung, lampu tidak menyala

VII. PERHITUNGAN, PEMBAHASAN, DAN PERTANYAAN

A. Pembahasan
1. Perbandingan Titik Leleh

Dalam percobaan ini terdapat perbedaan titik leleh antara yang


diperoleh dari buku referensi dengan hasil percobaan. Titik leleh untuk
setiap senyawa yang diketahui dari buku referensi adalah sebagai
berikut : Urea 1330C, Naftalena 800C, NaCl 8000C, KI 7230C dan MgSO4
11850C. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
pada Urea percobaan 1 dengan suhu awal 57 0C akan menghasilkan
kisaran titik leleh sebesar 65 0C. Untuk senyawa Naftalena pada
percobaan 1 suhu awal 39 0C akan menghasilkan kisaran titik leleh sebesar
55 0C (Sukardjo,1990)
Dari data diatas perbedaan titik leleh setiap senyawa pada
buku referensi dengan hasil percobaan sangat berbeda jauh, misalnya
pada urea dimana hasil percobaan titik leleh yang diperoleh dengan
kisaran 65 0C sedangkan pada buku referensi titik lelehnya sebesar 1330C.
Hal ini berarti bahwa titik leleh suatu senyawa dipengaruhi pada temperatur
awal senyawa tersebut sebelum dipanaskan dengan temperatur ruangan dan
pada senyawa tersebut hanya mengalami ikatan kovalen saja, dimana nilai
kisaran yang diperoleh < 3500C.

Selain itu, perbedaan titik leleh pada tiap-tiap senyawa dikarenakan


diantara senyawa–senyawa tersebut ada yang hanya bisa mengalami ikatan
ion dimana jika senyawa itu memiliki nilai kisaran > 350 0C sampai 10000C
dan ada pula senyawa yang dapat mengalami ikatan kovalen dimana nilai
kisaran yang diperoleh < 3500C. Seperti halnya pada senyawa NaCl, KI dan
MgSO4 yang tidak dapat dilakukan secara langsung karena memiliki titik
leleh senyawa ion yang sangat tinggi dibandingkan titik leleh senyawa
kovalen yang ada pada senyawa urea dan naftalena.

2. Perbandingan Kelarutan

Pada percobaan ini kelarutan air dan karbon tetraklorida apabila


ditambahkan dengan beberapa senyawa seperti urea, naftalena, KI, MgSO4,
Isoprofil alkohol dan NaCl akan mengalami perbedaan . Hal ini dapat dilihat
pada urea dan isopropil alkohol akan larut jika diberi akuades dan karbon
tetraklorida. Sedangkan untuk senyawa KI, MgSO4 dan NaCl akan larut jika
diberi akuades, tapi jika diberi karbon tetraklorida hanya senyawa KI yang
larut sedangkan yang lainnya seperti MgSO4 dan NaCl tidak larut. Untuk
Naftalena akan larut jika diberi karbon tetraklorida dan tidak akan larut
apabila diberi akudes. Seperti yang kita ketahui, bahwa salah satu sifat
senyawa ion adalah larut dalam larutan polar, pada percobaan ini praktikan
menggunakan air sebagai larutan polar tersebut. Dari percobaan tersebut
dapat dikatakan bahwa, senyawa ion akan larut dalam air, karena ion – ion
akan terpisah satu sama lain apabila dilarutkan dalam air. Pada percobaan ini
urea, NaCl, KI, MgSO4 dan isopropil alkohol akan larut bila dilarutkan dalam
air. Dalam percobaan ini senyawa ion adalah NaCl, KI, dan MgSO4.

Senyawa yang dapat larut baik pada pelarut air maupun karbon
tetraklorida disebabkan karena senyawa tersebut menjadi bersifat ionik
terhadap pelarutnya dimana pelarut tersebut termasuk dalam pelarut polar.
Sedangkan senyawa yang tidak dapat larut dengan pelarut tersebut karena
senyawa tersebut menjadi bersifat kovalen sehingga sangat sulit untuk
senyawa tersebut berinteraksi dengan pelarut yang sifatnya polar. Jadi, larut
tidaknya suatu senyawa tergantung pada sifat dari senyawa yang akan
dilarutkan dengan sifat pelarutnya (polar dan non polar).

3. Perbandingan Daya Hantar

Dalam percobaan ini digunakan 6 senyawa sebagai bahan percobaannya


yaitu : senyawa KI, NaCl, MgSO 4, Urea, Naftalena, dan Isoprofil alkohol.
Percobaan yang pertama dilakukan pada gelas piala yang berisi akuades
kemudian dimasukkan elektroda karbon yang telah dihubungkan dengan
listrik dan lampu. Akhirnya didapatkan data bahwa lampu tidak menyala.
Namun dalam percobaan ini urea dan naftalena lampu tidak menyala,
sedangkan pada NaCl lampu menyala, KI lampu menyala dan MgSO 4 tidak
menyala tetapi ada sedikit gelembung udara. Dari data perbandingan daya
hantar listrik antara senyawa ion dengan senyawa kovalen, diperoleh bahwa
akuades tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga lampu tidak
menyala. Perlakuan diatas juga dilakukan pada naftalena dan menghasilkan
hasil yang sama yaitu lampu tidak menyala. Hal ini menyatakan bahwa
akuades adalah larutan non elektrolit.

Dari hasil percobaan diatas dapat diketahui bahwa larutan yang


termasuk elektrolit yaitu senyawa NaCl, KI dan MgSO 4 karena zat-zat
tersebut terurai menjadi ion positif dan ion negatif sehingga dapat menjadi
penghantar yang baik. Sedangkan senyawa urea dan naftalena tidak dapat
dikatakan sebagai penghantar yang baik karena senyawa tersebut tidak dapat
terionisai secara sempurna.

VIII. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Jenis ikatan yang dimiliki suatu senyawa akan mempengaruhi sifat fisis dan
kimia yang terjadi pada senyawa tersebut seperti titik leleh, larut-tidaknya
senyawa tersebut terhadap senyawa pelarutnya serta polar-nonpolarnya
senyawa tersebut.
2. Larut dan tidaknya suatu senyawa tergantung dengan sifat dari senyawa yang
akan dilarutkan tehadap pelarutnya.
3. Senyawa kovalen bukan merupakan penghantar yang baik dan sebagian kecil
saja yang dapat larut terhadap air. Sedangkan senyawa ionik merupakan
penghantar yang baik dan umum dapat larut dengan baik terhadap air.
4. Urea, naftalena dan isopropril alokohol merupakan senyawa kovalen. Sedangkan
NaCl, KI, dan MgSO4 merupakan senyawa ion.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. E. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Penerbit : Bina rupa Aksara.
Jakarta Barat
Fahrurrozie, A. 2010. Efesiensi Inhibisi Cairan Ionik Turunan Imidazolin Sebagai
Inhibitor Korosi Baja Karbon Dalam Larutan Elektrolit Jenuh Karbon Dioksida.

http://jurnal_sains_dan_teknologi_kimia.html

Diakses pada tanggal 26 Oktober 2012

Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Penerbit : Erlangga.
Jakarta.

Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Dasar. Penerbit : Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Sukardjo, 1990. Ikatan kimia. Penerbit : Rineka Cipta.Yogyakarta.

Syarifuddin, N. 1994. Ikatan Kimia. Penerbit : Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai