TINJAUAN PUSTAKA
umumnya, bila suatu unsur logam bersenyawa dengan suatu unsur non logam, elektron-elektron
dilepaskan oleh ato-atom logam dan diterima oleh atom-atom non-logam. Mudah atau sukarnya
senyawa ion terbentuk ditentukan oleh ionisasi potensial afnitas elektron dari atom unsur
pembentuk senyawa ion dan energi kisi senyawa ion tersebut (Syukri, 1999).
Senyawa ion yang berwujud padat tidak menghantarkan listrik karena ion positif dan ion
negatif terikat kuat satu sama lain. Akan tetapi senyawa ion yang yang berupa cairan akan
menghantarkan listrik karena ion-ionnya yang lepas dan bebas.Senyawa ion juga dapat
menghantarkan listrik bila dilarutkan dalam pelarut polar, misalnya air karena terionisasi. Karena
kuatnya ikatan antara ion positif dan ion negatif, maka senyawa ion banyak berupa padatan dan
berbentuk kristal. Permukaan kristal itu tidak mudah digores maupun di geser. Selain itu sifatsifat yang telah disebutkan, senyawa ion juga memiliki sifat hampir tidak terbakar (Syukri,1999).
II.3 Sifat Senyawa Kovalen
Ikatan kovalen terjadi karena adanya pemakaian bersama pasangan elektron antara atommatom yang bergabung. Ikatan kovalen hanya melibatkan sepasang elektron disebut ikatan
kovalen tunggal, sedangkan yang melibatkan lebih dari sepasang elektron disebut ikatan kovalen
rangkap (Keenan, 1984).
Salah satu sifat ikatan kovalen yang penting adalah bervibrasi atau bergetar sehingga jarak
antara kedua atom bertambah dan berkurang secara berulang-ulang. Frekuensi getaran suatu
ikatan berbeda dari ikatan lain bergantung pada jenis atom yang berikatan. Untuk atom yang
sejenis, frekuensi dipengaruhi oleh ordenya. Molekul di atom hanya ada gerakan lurus,
sedangkan molekul triatom akan mempunyai gerakan lurus dan membengkok. Frekuensi vibrasi
senyawa ini berguna dalam analisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif, yang dibicarakan
dalam kimia analisis sifat-sifat senyawa kovalen antara lain menunjukkan titik leleh rendah, pada
suhu kamar berbentuk cairan atau gas, larut dalam pelarut non polar dan sedikit larut dalam air,
sedikit menghantarkan listrik, mudah terbakar dan banyak yang berbau (Syukri, 1999).
Natrium Chlorida merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan oleh masyarakat
dalam pengolahan makanan dan bahan baku dalam berbagai industri kimia. Industri kimia yang
paling banyak menggunakan Natrium Chlorida sebagai bahan bakunya adalah industri Chlor
Alkali. Produk utama dari industri ini adalah chlorine (Cl2) dan Natrium Hidroksida (NaOH),
yang banyak dibutuhkan oleh industri lain, seperti industri pulp dan kertas, tekstil, deterjen,
sabun dan pengolahan air limbah (Dina dan Istikomah, 2009).
III.
A.
B.
Bahan bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah urea, naftalena, krista NaCl, KI,
MgSO4 dan isopropil alkohol.
IV.
PROSEDUR KERJA
A.
1. Sejumlah kecil urea ( 1-2 sudip) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dimasukkan termometer
ke dalam tabung reaksi tersebut.
2. Tabung reaksi dipanaskan dengan menggunakan lampu spritus, diamati perubahan yang terjadi
pada sampel urea di dalam tabung reaksi.
3. Suhu tepat pada saat urea mulai meleleh dicatat, dan dicatat suhu pada saat seluruh sampel urea
dalam tabung reaksi meleleh. Kisaran suhu ini merupakan kisaran titik l eleh dari sampel urea.
4. Dilakukan percobaan ini sebanyak 3 kali.
5. Dilakukan prosedur yang sama untuk senyawa naftalena.
6. Prosedur diatas tidak dapat dilakukan untuk senyawa NaCl, Kl, dan MgSO 4. Cari data titik leleh
dari senyawa-senyawa tersebut berdasarkan buku refrensi.
B.
Perbandingan Kelarutan
1. Sebuah tabung reaksi diisi dengan air (Tabung 1) dan tabung reaksi lain dengan karbon
tetraklorida (Tabung 2).
2. Ditambahkan sedikit urea kedalam masing-masing tabung, kocok campuran dalam setiap
tabung.
3. Diamati apakah urea larut dalam tabung 1 maupun tabung 2.
4. Dilakukan prosedur yang sama untuk naftalena, isopropil alkohol, NaCl, Kl dan MgSO4.
5. Diamati kelarutan dari setiap senyawa dalam masing-masing tabung.
C. Perbandingan Daya Hantar
1. Gelas piala diisi dengan 50 mL akuades.
A.
Hasil
2.
Langkah Percobaan
Dimasukkan sejumlah urea [NH2)2CO] kedalam
Hasil Pengamatan
Urea
T1 = 380 600
kedalamnya.
Dipanaskan tabung reaksi di atas nyala api spritus.
T2 = 390 580
T3 = 390 540
4.
5.
Naftalena
T1 = 390 590
T2 = 410 580
T3 = 390 620
Percobaan
Hasil Pengamatan
Tabung I
Dalam Air
1.
Aquades + Urea
2.
Aquades + Naftalena
Tidak Larut
3.
Aquades + NaCl
Tidak Larut
4.
Aquades + KI
Tidak Larut
5.
Aquades + MgSO4
6.
Tabung II
Larut
Tidak Larut/Terpisah
Bening
Dalam CCl4
1.
CCl4 + Urea
Tidak Larut
2.
CCl4 + Naftalena
3.
4.
CCl4 + NaCl
5.
CCl4 + KI
Larut
6.
CCl4 + MgSO4
Larut
Larut
Berubah Warna (Putih Susu)
Larut/ Berbusa
B.
Percobaan
Hasil Pengamatan
O
1.
Akuades
2.
Akuades + Isopropil
3.
Akuades + Urea
4.
Akuades + Naftalena
5.
Akuades + NaCl
6.
Akuades + KI
7.
Akuades + MgSO4
Pembahasan
Adapun untuk Naftalena, kisaran titik lelehnya yaitu antara 39 0 590 C. Perbedaan perbandingan
titik leleh hasil percobaan dengan literatur titik leleh disebabkan: ketidaktepatan penelitian yang
dilakukan saat percobaan, ketidaktepatan data hasil percobaan, saat pencucian tabung reaksi
yang akan digunakan masih ada zat yang tersisa (belum benar-benar bersih). Titik leleh senyawa
ion jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan senyawa sangat kuat dengan susunan kristal yang
tertentu dan teratur.
Berdasarkan buku referensi, titik leleh urea sebesar 132 C 133 C, titik leleh naftalena
sebesar 80-82 C, titik leleh NaCl sebesar 801 C, titik leleh KI sebesar 681 C dan titik leleh
MgSO4 sebesar 1124 C. Untuk data titik didihnya yaitu pada urea sebesar 102 C, titik didih
naftalena sebesar 218 C, titik didih NaCl 1465 C (1738 K), titik didih KI sebesar 1330 C ,
dan titik didih MgSO4 sebesar 1100 C .
Walaupun terdapat perbedaan antara data hasil pengamatan dengan titik leleh yang telah
diketahui melalui tinjauan pustaka, perbedaan tersebut tidak terlalu jauh. Perbedaan ini terjadi
kemungkinan disebabkan oleh adanya beberapa faktor, seperti ketidaktepatan penelitian yang
dilakukan saat percobaan, ketidaktepatan data hasil percobaan, saat pencucian tabung reaksi
yang akan digunakan masih ada zat yang tersisa (belum benar-benar bersih). Dari percobaan ini
kita dapat mengetahui bahwa ikatan molekul pada ikatan kovalen lebih lemah dibandingkan
ikatan molekul pada ikatan ionik. Hal ini ditinjau dari titik leleh ikatan kovalen yang lebih kecil
daripada titik leleh pada ikatan ionik. Karena titik leleh ikatan kovalen relatif kecil maka atomatom yang saling berikatan mudah lepas atau terurai, dapat dikatakan bahwa ikatan molekulnya
lemah sehingga mudah meleleh. Sebaliknya ikatan ion yang memiliki titik leleh yang tinggi
dikarenakan ikatan antar atom pada ikatan ion sangat kuat sehingga sulit untuk diuraikan atau
dilelehkan.
2. Perbandingan Kelarutan
Dari data perbandingan kelarutan antara senyawa ion dengan senyawa kovalen diperoleh
pada urea larut dalam pelarutnya (air) tetapi dalam senyawa CCl 4 tidak larut. Hal ini menandakan
bahwa senyawa-senyawa ion larut dalam pelarut polar karena dipol-dipolnya yang tidak saling
meniadakan dan sukar larut dalam CCl4 sebagai pelarut non polar akibat dari dipol-dipolnya
yang saling meniadakan. Meskipun demikian, ada juga senyawa ion yang larut dalam pelarut non
polar dan sedikit yang larut dalam air, misalnya isopropil alkohol yang tampak keruh seperti
putih susu pada larutan CCl4, NaCl tidak larut dalam air dan larut tetapi berbusa pada pelarut
CCl4. Pada Naftalena dan KI tidak larut dalam air dan larut pada pelarut CCl 4. Senyawa yang
dapat larut pada pelarut air maupun karbon tetraklorida disebabkan karena senyawa tersebut
bersifat ionik
Sedangkan senyawa yang tidak larut pada pelarut tersebut dikarenakan senyawa tersebut menjadi
bersifat kovalen sehingga sangat sulit untuk senyawa tersebut berinteraksi dengan pelarut yang
sifatnya polar. Walaupun begitu, tidak semua senyawa kovalen bersifat non polar, ada beberapa
senyawa kovalen yang bersifat polar sehingga mudah larut dalam pelarut polar. Dengan ini dapat
disimpulakan, larut atau tidaknya suatu senyawa tergantung pada sifat dari senyawa yang akan
dilarutkan dengan sifat pelarutnya (polar dan nonpolar).
3. Perbandingan Daya Hantar Listrik
Dari data perbandingan daya hantar listrik antara senyawa ion dengan senyawa kovalen
diperoleh bahwa air tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga lampu tidak menyala.
Terbukti dalam percobaan yang kami lakukan tidak ada satu pun percobaan terhadap senyawa
yang dapat menghantarkan arus listrik.
VI.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Sifat fisika dan kimia senyawa ion dan kovalen bisa dilihat berdasarkan titik leleh dan titik
leburnya, wujud senyawa, kelarutan, daya hantar listrik, kemudahan terbakar serta dengan
menguji bau dari tiap-tiap senyawa.
2. Senyawa yang dapat larut dalam air adalah urea dan isopropil alkohol.
3. Senyawa yang dapat larut dalam CCl4 adalah naftalena, isopropil alkohol, NaCl, KI dan MgSO4.
4. Titik didih pada MgSO4 adalah 1100 C, titik didih pada KI adalah 1330 C, titik didih pada
NaCl adalah 1465 C (1738 K), titik didih pada Urea adalah 102 C., dan titik didih pada
Naftalena adalah 218 C.
5. Titik leleh pada MgSO4 adalah 1124 C , titik leleh pada KI adalah 681 C, titik leleh pada NaCl
adalah 801 C (1074 K), titik leleh pada Urea adalah 132 133 C (406 K), dan titik leleh pada
Naftalena adalah 80 - 82 C.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara, Jakarta.
Keenan, C. W, dkk. 1984. Kimia Untuk Unuversitas Jilid I. Erlangga, Jakarta.
Lesdantina, D dan Istikomah. 2009. Pemurnian Nacl Dengan Menggunakan Natrium Karbonat.
Siminar Tugas Akhir S1 Teknik Kimia UNDIP, Semarang.
Soemadji. 1981. Zat dan Energi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Syukri, S.1999. Kimia Dasar Jilid I. ITB. Bandung.