Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

LANDASAN ONTOLOGIS DALAM FILSAFAT

PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :

1. NABILA RIZKY LYANDINI (06091281924013)

2. RISMALA DEWI (06091181924003)

3. RENITA YULIA PUTRI (06091281924031)

DOSEN PENGAMPUH :

1. Dr. Zainal Arifin, M.Si

2. Dr. Rahmi Susanti,M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Landasan Ontologis
Dalam Filsafat Pendidikan” tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Zainal


Arifin, M.Si dan Ibu Dr. Rahmi Susanti, M.Si selaku dosen pada mata kuliah Filsafat
Pendidikan. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. kami menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
sifatnya membangun, yang dapat membuat makalah ini menjadi sempurna dimasa yang
akan datang.

Palembang, 13 Agustus 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 4
1.1. Latar belakang ............................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
1.3. Tujuan ........................................................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 6
2.1. Pengertian Ontologi............................................................................................................ 6
2.2. Objek kajian ontologi ......................................................................................................... 7
2.3. Aliran – aliran ontologi ...................................................................................................... 7
2.4. Fungsi dan manfaat ontologi ............................................................................................ 10
2.5. Landasan ontologi bagi dunia keilmuan........................................................................... 11
2.6. Hubungan ontologi dengan filsafat pendidikan................................................................ 11
BAB III........................................................................................................................................ 13
PENUTUP ................................................................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Filsafat merupakan sikap atau pandangan hidup dan sebuah bidang terapan
untuk membantu individu untuk mengevaluasi keberadaannya dengan cara yang
lebih memuaskan. Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman
bahwa kita kepada tindakan yang layak, filsafat perlu pehaman bagi seseorang yang
berkecimpungan dalam dunia pendidikan karena ia menentukan pikiran dan
pengarahan tindakan seseorang untuk mencapai tujuan.

Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pebahasan topik atau bagian
yaitu, epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita
memperoleh pengetahuan, ontologi atau taori hakikat yang mebahas bagaimana kita
memperoleh pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai yang membahasa tentang
guna pengetahuan. Sehingga, mempelajarai ketiga cabang tersebut sangatlah penting
dalam memahami filsafat yang begitu luas ruang lingkup dan pembahasannya.

Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut membahas


keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Ontologi membahas apa adanya.
Pembahasan menegnai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk
mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas
tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk proses tersebut memrlukan dasar pola
berfikir. Ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin
tahu

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan ontologi?
2. Apa saja objek kajian ontologi?
3. Apa saja aliran – aliran ontologi?
4. Apa fungsi dan manfaat ontologi?
5. Apa landasan ontologi bagi dunia keilmuan ?
6. Apa kaitannya ontologi dengan filsafat pendidikan ?

4
1.3. Tujuan
1. Untung mengetahui apa itu ontologi
2. Untuk mengetahui apa saja objek kajian ontologi
3. Untuk mengetahui apa saja aliran – aliran ontologi
4. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat ontologi
5. Untuk mengetahui landasan ontologi bagi dunia keilmuan
6. Untuk mengetahui kaitannya ontologi dengan filsafat pendidikan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ontologi

Menurut bahasa ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu on/ ontos
artinya ada dan logos artinya logic atau ilmu. Jadi ontologi diartikan sebagai
ilmu tentang yang ada. Secara istilah ontologi adalah ilmu yang membahas
hakikat yang ada yang merupakan realita baik berbentuk jasmani atau konkit
maupun rohani atau abstrak.

Istilah ontology pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada


tahun 1936M, untuk menamai hakikat yang ada bersifat metafisis. Dalam
perkembangannya Christian Wolf (1679 – 1754) membagi metafisika menjadi
dua yaitu metafisika umum dan khusus. Metafisika umum adalah istilah lain dari
ontologi. Dengan demikian, metafisika atau ontologi adalah cabang filsafat yang
membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala
sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih terbagi lagi menjadi
Kosmologi, Psikologi dan Teologi.

Dalam rumusan Lorens bagus, ontologi adalah hakikat yang ada yang
merupakan asumsi dasar bagi apa yang dimaksud sebagai kenyataan dan
kebenaran. Ontologi menurut Anton Bakker (1992) merupakan ilmu
pengetahuan yang paling universal dan paling menyeluruh, ontologi adalah
bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat kebenaran segala sesuatu
yang ada. Menurut tata hubungan sistematik berdasarkan hukum sebab – akibat
yaitu, ada manusia, ada alam, dan ada causa prima dalam suatu hubungan
menyeluruh, teratur dan tertib dalam keharmonisan. Jadi aspek ontologi adalah
segala sesuatu yang ada berada dalam tatanan hubungan estetis yang diliputi
dengan warna nilai keindahan.

Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan
berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat
konkrit. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologism
dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang
belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal
sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan
substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu.

6
Thales merupakan orang pertama yang berpendirian sangat berbeda di
tengah-tengah pandangan umum yang berlaku saat itu. Di sinilah letak
pentingnya tokoh tersebut. Kecuali dirinya, semua orang waktu itu memandang
segala sesuatu sebagai mana keadaannya yang wajar. Apabila mereka
menjumpai kayu, besi, air, daging, dan sebagainya, hal-hal tersebut dipandang
sebagai substansi-substansi (yang terdiri sendiri-sendiri). Dengan kata lain, bagi
kebanyakan orang tidaklah ada pemilihan antara kenampakan (appearance)
dengan kenyataan (reality). Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa
mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga
sesuatu itu tidak bisa diangga pada berdiri sendiri).

2.2. Objek kajian ontologi

Dalam ontologi terdapat dua kajian objek yang bisa dikaji sebagai berikut:
a. Objek material, adalah yang ada, meliputi yang ada wujud konkrit dan
abstrak.
b. Objek formal adalah memberikan dasar yang paling umum tiap masalah
yang menyangkut manusia, dunia dan tuhan.

Titik tolak dan dasar ontologi adalah refleksi kenyataan yang paling dekat
yaitu manusia sendiri dan dunianya. Objek telaah ontologi adalah yang ada.
Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya di lakukan
oleh filsafat metaphisika.

2.3. Aliran – aliran ontologi

Terdapat lima aliran ontologi sebagai berikut:

1. Aliran Monoisme dalam filsafat.

Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin
dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal
berupa materi ataupun berupa rohani. Aliran monoisme terbagi menjadi dua
yaitu:

a. Aliran materialisme (naturalisme)

Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu materi, bukan

7
rohani. Menurutnya zat mati merupakan kenyataan dan satu – satunya
cara fakta.

Aliran pemikiran ini dipelopori oleh bapak filsafat yaitu Thales


(624-546 SM). Ia berpendapat bahwa unsur asal adalah air, karena
pentingnya bagi kehidupan. Anaximander (585-528 SM) berpendapat
bahwa unsur asal itu adalah udara, dengan alasan bahwa udara
merupakan sumber dari segala kehidupan. Demokritos (460-370 SM)
berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak
jumlahnya, tak dapat dihitung dan amat halus. Atom-atom itulah yang
merupakanasalkejadianalam.

b. Aliran idealisme (supranaturalisme )

Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka


raga mini berasal dari ruh, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan
menempati ruang. Materi atau zat itu hanya satu bentuk dari penjelmaan
ruhani.

Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui dalam ajaran Plato


(428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di
dalam mesti ada idenya yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam
nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari
alam ide itu. Jadi, idelah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar
wujud sesuatu.

2. Aliran dualisme

Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai
aal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan
spirit. Kedua macam hakikat itu masing – masing bebas dn berdiri sendiri, sama
– sama azali dan abadi. Hubunngan keduanya menciptakan kehidupan dalam
alam ini.
Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai
bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia
kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini tercantum dalam bukunya
Discours de la Methode (1637) dan Meditations de Prima Philosophia (1641).
Dalam bukunya ini pula, Ia menerangkan metodenya yang terkenal dengan
Cogito Descartes (metode keraguan Descartes/Cartesian Doubt). Disamping
Descartes, ada juga Benedictus de Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried
Wilhelm von Leibniz (1646-1716 M).

8
3. Aliran Pluralisme

Aliran ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan


kenyataaan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa
segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary of
Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang enyatakan bahwa
kenyataan ala ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua
dimensi.

Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan
Empedocles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan
terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern
alirani ni adalah William James (18 42-1910 M), yang mengemukakan
bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat
tetap, yang berdiri sendiri, dan lepas dari akal yang mengenal.

4. Aliran nihilisme

Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada.
Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah
nihilism diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev pada tahun 1862 di Rusia.
Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani
Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (485-360 SM) yang memberikan tiga
proposisitent angrealitas. Pertama, tidak ada sesuatu pun yang eksis. Kedua,
bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui. Ketiga, sekali punrealitas itu
dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M). Dalam
pandangannya dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Mata
manusia tidak lagi diarahkan pada suatu dunia di belakang atau di atas dunia
di mana ia hidup.
5. Aliran agnostisisme

Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat


benda. Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata agnostisisme
berasal dari bahasa Grik Agnostos, yang berarti unknown. Artinya not,
gnoartinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang
mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan
yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.

Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-
tokohnya seperti,Soren Kierkegaar (1813-1855 M) yang terkenal dengan
julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme, yang menyatakan bahwa
manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku

9
individual yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkanke dalams esuatu
orang lain. Berbeda dengan pendapat Martin Heidegger (1889-1976 M),
yang mengatakan bahwa satu-satunya yang ada itu ialah manusia, karena
hanya manusia lah yang dapat memahami dirinya sendiri. Tokoh lainnya
adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M), yang mengatakan bahwa manusia
selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia bukan entre (ada),
melainkana entre (akan atau sedang). Jadi, agnostisisme adalah paham
pengingkaran / penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengetahui
hakikat benda, baik materi maupun ruhani.

2.4. Fungsi dan manfaat ontologi

1. Berfungsi sebagai regleksi kritis atas objek atau bidang garapan konsep –
konsep, asumsi – asumsi dan postulat – postulat ilmu. Asumsi dasar
keilmuan antara lain :
a. Dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar – benar
ada.
b. Dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia dengan panca indra.
c. Fenomena yang terdapat di dunia ini berhubungan satu dengan lainnya
secara kausal.

2. Ontologi membantu ilmu untuk menyusun pandangan dunia yang itegral,


komphrehensif dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya mengkaji hal – hal
yang khusus untuk dikaji ecara tuntasyang pada akhirnya diharapkan dapat
memperoleh gambaran tentang objek telaahannya, namun pada
kenyataannya kadang hasil teuan ilmiah berhenti pada simpulan – simpulan
yang parsial dan terpisah – pisah. Jika terjadi seperti itu ilmuwan berarti
tidak mampu mengintegrasikan pengetahuan tersebut dengan pengetahuan
lain.

3. Ontologis memberikan masukan informasi untuk mengatasi permasalahan


yang tidak mampu dipecahkan oleh ilmu – ilmu khusus. Pembagian objek
kajian ilmu yang satu dengan lainnya kadang menimbulkan berbagai
permasalahan di antaranya ada kemungkinan terjadinya konflik perebutan
bidang kajian, misalnya imu bioetika itu masukdisiplin etika atau disiplin
biologi. Kemungkinan lain adalah justru terbukanya bidang kajian yang
sama sekali belum dikaji oleh ilmuapa pun. Dalam hal ini ontologi berfungsi
membantu memetakan batas – batas kajian ilmu. Dengan demikian
berkembanglah ilmu – ilmu yang dapat diketahui manuasia itu dari tahun ke
tahun atau dari abad ke abad.

10
2.5. Landasan ontologi bagi dunia keilmuan

Secara umum relevansi ontology bagi ilmu adalah bahwa ontology dapat
dijadikan dasar merumuskan hipotesis-hipotesis baru untuk memperbaharui
asumsi-asumsi dasar yang pernah digunakan. Ontologi juga merupakan sarana
ilmiah menemukan jalan untuk menangani suatu masalah secara ilmiah.

Landasan ontology relevan bagi dunia keilmuan dewasa ini antara


memberikan landasan bagi asumsi keilmuan dan membantu terciptanya
implikasi inter disipliner atau multi disipliner. Artinya ontology membantu
kenyataan. Misalnya fenomena krisis moneter yang melanda Indonesia dewasa
ini yang tidak dapat ditangani oleh ekonomi saja.

Ontologi menyadarkan bahwa ada kenyataan lain yang tidak mampu


dijangkau oleh ekonomi. Refleksi dalam hal ini membantu kita memahami
kenyataan yang tidak semata-mataseperti yang digambarkan oleh positivism
tersebut.Dapat disimpulkan bahwa dimensi ontology merupakan bagian dari
kajian ilmu pengetahuan tentang eksistensi ilmu pengetahuan. Dimensi ontology
memberikan dasar yang fundamental terhadap konsistensi pengembangan dan
penerapan ilmu pengetahuan. Landasan ontology membawa implikasi bagi
landasan Epistemologi dan Aksiologi. Ketiga landasan ini senantiasa terkait dan
saling mempengaruhi.

2.6. Hubungan ontologi dengan filsafat pendidikan

Telah kita ketahui bersama bahwasanya ontologi ialah suatu kajian


keilmuan yang berpusat pada pembahasan tentang hakikat. Ketika ontologi
dikaitkan dengan filsafat pendidikan, maka akan munculah suatu hubungan
mengenai ontologi filsafat pendidikan.Pendidikan adalah suatu kegiatan yang
sadar akan tujuan. Disini bermakna bahwa adanya pendidikan bermaksud untuk
mencapai tujuan, maka dengan ini tujuan menjadi hal penting dalam
penyelenggaraan pendidikan.Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan
dapat membawa anak menuju kepada kedewasaan, dewasa baik dari segi
jasmani maupun rohani.Dengan mengetahui makna pendidikan maka makna
ontologi dalam pendidikan itu sendiri merupakan analisis tentang objek materi
dari ilmu pengetahuan. Berisi mengenai hal-hal yang bersifat empiris serta
mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia dan objek apa yang
diteliti ilmu. Dasar ontologi pendidikan adalah objek materi pendidikan dimana
sisi yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan.Jadi hubungan ontologi
dengan pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar dari fondasi ilmu
dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya dunia ilmu.

11
Diatas telah disebutkan bahwa pendidikan ditinjau dari sisi ontologi
berarti persoalan tentang hakikat keberadaan pendidikan.Fakta menunjukkan
bahwa pendidikan selalu berada dalam hubungannya dengan eksistensi
kehidupan manusia.Tanpa pendidikan, manusia tidak mungkin bisa menjalankan
tugas dan kewajibannya di dalam kehidupan, pendidikan secara khusus
difungsikan untuk menumbuh kembangkan segala potensi kodrat (bawaan) yang
ada dalam diri manusia.Oleh sebab itu, dapat dipahami bahwa ontologi
pendidikan berarti pendidikan dalam hubungannya dengan asal-mula, eksistensi,
dan tujuan kehidupan manusia.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Ontology adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat kebenaran


segala sesuatu yang ada. Secara istilah ontology adalah ilmu yang membahas
hakikat yang ada yang merupakan realita baik berbentuk jasmani atau konkrit
maupun rohani atau abstrak.Ontology membahas tentang yang ada, yang tidak
terikat oleh satu perwujudan tertentu.Dalam kaitan dengan ilmu, aspek
ontologismempertahankan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu.
2. Ontologi memiliki dua kajian objek yang biasa dikaji yaitu, objek material dan
objek formal.
3. Ontologi memiliki beberapa aliran diantaranya yaitu, aliran monoisme,
dualisme, Plurlisme, nihilisme dan agnostisime.
4. Fungsi dan manfaat mempelajari ontology yaitu :
a. Sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang garapan,
konsep-konsep, asumsi-asumsi dan postulat-postulat ilmu.
b. Ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia yang
integral, komphrehensif dan koheren.
c. Ontologi memberikan masukan informasi untuk mengatasi permasalahan
yang tidak mampu dipecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.
5. Dengan mengetahui makna pendidikan maka makna ontologi dalam pendidikan
itu sendiri merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan. Jadi
hubungan ontologi dengan pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar
dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya dunia ilmu.

13
Daftar Pustaka

Bukhari, Sayid. (2016). Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi.


(online).
https://www.slideshare.net/sayidbukhari/makalah-kajian-ontologi-epistimologi-
dan-aksionlogi-ilmu. (Diakses pada tanggal 15 Agustus 2021).
Praja, MINayaka. ( 2018). Ontologi - Makalah. (online).
https://www.academia.edu/29462686/Ontologi_Makalah ( Diakses pada tanggal
15
Aguatus 2021).
Saepudin, Asep AHMAD. ( 2018). ONTOLOGI ILMU PENGETAHUAN (OBJEK
ILMU
PENGETAHUAN). (online).
https://www.academia.edu/38078005/ONTOLOGI_ILMU_PENGETAHUAN_
OBJEK_ILMU_PENGETAHUAN. (Diakses pada tanggal 15 Agustus 2021)
Wulandari, Windi Sri. (2018). MAKALAH FILSAFAT TENTANG LANDASAN
PENELAAH ILMU ONTOLOGI, EPISTOMOLOGI DAN AKSIOLOGI.
(online).
https://www.academia.edu/37990912/MAKALAH_FILSAFAT_TENTANG_L
ANDASAN_PENELAAH_ILMU_ONTOLOGI_EPISTEMOLIGO_DAN_AKS
IOLOGI.
(Diakses pada tanggal 15 Agustus 2021)

14

Anda mungkin juga menyukai