Tugas Paper - Landasan Ontologi Dalam Filsafat Pendidikan - Indralaya (2) - Dikonversi
Tugas Paper - Landasan Ontologi Dalam Filsafat Pendidikan - Indralaya (2) - Dikonversi
PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPUH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Landasan Ontologis
Dalam Filsafat Pendidikan” tepat waktu.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. kami menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
sifatnya membangun, yang dapat membuat makalah ini menjadi sempurna dimasa yang
akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 4
1.1. Latar belakang ............................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
1.3. Tujuan ........................................................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 6
2.1. Pengertian Ontologi............................................................................................................ 6
2.2. Objek kajian ontologi ......................................................................................................... 7
2.3. Aliran – aliran ontologi ...................................................................................................... 7
2.4. Fungsi dan manfaat ontologi ............................................................................................ 10
2.5. Landasan ontologi bagi dunia keilmuan........................................................................... 11
2.6. Hubungan ontologi dengan filsafat pendidikan................................................................ 11
BAB III........................................................................................................................................ 13
PENUTUP ................................................................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................................... 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat merupakan sikap atau pandangan hidup dan sebuah bidang terapan
untuk membantu individu untuk mengevaluasi keberadaannya dengan cara yang
lebih memuaskan. Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman
bahwa kita kepada tindakan yang layak, filsafat perlu pehaman bagi seseorang yang
berkecimpungan dalam dunia pendidikan karena ia menentukan pikiran dan
pengarahan tindakan seseorang untuk mencapai tujuan.
Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pebahasan topik atau bagian
yaitu, epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita
memperoleh pengetahuan, ontologi atau taori hakikat yang mebahas bagaimana kita
memperoleh pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai yang membahasa tentang
guna pengetahuan. Sehingga, mempelajarai ketiga cabang tersebut sangatlah penting
dalam memahami filsafat yang begitu luas ruang lingkup dan pembahasannya.
4
1.3. Tujuan
1. Untung mengetahui apa itu ontologi
2. Untuk mengetahui apa saja objek kajian ontologi
3. Untuk mengetahui apa saja aliran – aliran ontologi
4. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat ontologi
5. Untuk mengetahui landasan ontologi bagi dunia keilmuan
6. Untuk mengetahui kaitannya ontologi dengan filsafat pendidikan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut bahasa ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu on/ ontos
artinya ada dan logos artinya logic atau ilmu. Jadi ontologi diartikan sebagai
ilmu tentang yang ada. Secara istilah ontologi adalah ilmu yang membahas
hakikat yang ada yang merupakan realita baik berbentuk jasmani atau konkit
maupun rohani atau abstrak.
Dalam rumusan Lorens bagus, ontologi adalah hakikat yang ada yang
merupakan asumsi dasar bagi apa yang dimaksud sebagai kenyataan dan
kebenaran. Ontologi menurut Anton Bakker (1992) merupakan ilmu
pengetahuan yang paling universal dan paling menyeluruh, ontologi adalah
bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat kebenaran segala sesuatu
yang ada. Menurut tata hubungan sistematik berdasarkan hukum sebab – akibat
yaitu, ada manusia, ada alam, dan ada causa prima dalam suatu hubungan
menyeluruh, teratur dan tertib dalam keharmonisan. Jadi aspek ontologi adalah
segala sesuatu yang ada berada dalam tatanan hubungan estetis yang diliputi
dengan warna nilai keindahan.
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan
berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat
konkrit. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologism
dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang
belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal
sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan
substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu.
6
Thales merupakan orang pertama yang berpendirian sangat berbeda di
tengah-tengah pandangan umum yang berlaku saat itu. Di sinilah letak
pentingnya tokoh tersebut. Kecuali dirinya, semua orang waktu itu memandang
segala sesuatu sebagai mana keadaannya yang wajar. Apabila mereka
menjumpai kayu, besi, air, daging, dan sebagainya, hal-hal tersebut dipandang
sebagai substansi-substansi (yang terdiri sendiri-sendiri). Dengan kata lain, bagi
kebanyakan orang tidaklah ada pemilihan antara kenampakan (appearance)
dengan kenyataan (reality). Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa
mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga
sesuatu itu tidak bisa diangga pada berdiri sendiri).
Dalam ontologi terdapat dua kajian objek yang bisa dikaji sebagai berikut:
a. Objek material, adalah yang ada, meliputi yang ada wujud konkrit dan
abstrak.
b. Objek formal adalah memberikan dasar yang paling umum tiap masalah
yang menyangkut manusia, dunia dan tuhan.
Titik tolak dan dasar ontologi adalah refleksi kenyataan yang paling dekat
yaitu manusia sendiri dan dunianya. Objek telaah ontologi adalah yang ada.
Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya di lakukan
oleh filsafat metaphisika.
Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin
dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal
berupa materi ataupun berupa rohani. Aliran monoisme terbagi menjadi dua
yaitu:
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu materi, bukan
7
rohani. Menurutnya zat mati merupakan kenyataan dan satu – satunya
cara fakta.
2. Aliran dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai
aal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan
spirit. Kedua macam hakikat itu masing – masing bebas dn berdiri sendiri, sama
– sama azali dan abadi. Hubunngan keduanya menciptakan kehidupan dalam
alam ini.
Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai
bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia
kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini tercantum dalam bukunya
Discours de la Methode (1637) dan Meditations de Prima Philosophia (1641).
Dalam bukunya ini pula, Ia menerangkan metodenya yang terkenal dengan
Cogito Descartes (metode keraguan Descartes/Cartesian Doubt). Disamping
Descartes, ada juga Benedictus de Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried
Wilhelm von Leibniz (1646-1716 M).
8
3. Aliran Pluralisme
Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan
Empedocles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan
terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern
alirani ni adalah William James (18 42-1910 M), yang mengemukakan
bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat
tetap, yang berdiri sendiri, dan lepas dari akal yang mengenal.
4. Aliran nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada.
Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah
nihilism diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev pada tahun 1862 di Rusia.
Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani
Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (485-360 SM) yang memberikan tiga
proposisitent angrealitas. Pertama, tidak ada sesuatu pun yang eksis. Kedua,
bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui. Ketiga, sekali punrealitas itu
dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M). Dalam
pandangannya dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Mata
manusia tidak lagi diarahkan pada suatu dunia di belakang atau di atas dunia
di mana ia hidup.
5. Aliran agnostisisme
Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-
tokohnya seperti,Soren Kierkegaar (1813-1855 M) yang terkenal dengan
julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme, yang menyatakan bahwa
manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku
9
individual yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkanke dalams esuatu
orang lain. Berbeda dengan pendapat Martin Heidegger (1889-1976 M),
yang mengatakan bahwa satu-satunya yang ada itu ialah manusia, karena
hanya manusia lah yang dapat memahami dirinya sendiri. Tokoh lainnya
adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M), yang mengatakan bahwa manusia
selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia bukan entre (ada),
melainkana entre (akan atau sedang). Jadi, agnostisisme adalah paham
pengingkaran / penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengetahui
hakikat benda, baik materi maupun ruhani.
1. Berfungsi sebagai regleksi kritis atas objek atau bidang garapan konsep –
konsep, asumsi – asumsi dan postulat – postulat ilmu. Asumsi dasar
keilmuan antara lain :
a. Dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar – benar
ada.
b. Dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia dengan panca indra.
c. Fenomena yang terdapat di dunia ini berhubungan satu dengan lainnya
secara kausal.
10
2.5. Landasan ontologi bagi dunia keilmuan
Secara umum relevansi ontology bagi ilmu adalah bahwa ontology dapat
dijadikan dasar merumuskan hipotesis-hipotesis baru untuk memperbaharui
asumsi-asumsi dasar yang pernah digunakan. Ontologi juga merupakan sarana
ilmiah menemukan jalan untuk menangani suatu masalah secara ilmiah.
11
Diatas telah disebutkan bahwa pendidikan ditinjau dari sisi ontologi
berarti persoalan tentang hakikat keberadaan pendidikan.Fakta menunjukkan
bahwa pendidikan selalu berada dalam hubungannya dengan eksistensi
kehidupan manusia.Tanpa pendidikan, manusia tidak mungkin bisa menjalankan
tugas dan kewajibannya di dalam kehidupan, pendidikan secara khusus
difungsikan untuk menumbuh kembangkan segala potensi kodrat (bawaan) yang
ada dalam diri manusia.Oleh sebab itu, dapat dipahami bahwa ontologi
pendidikan berarti pendidikan dalam hubungannya dengan asal-mula, eksistensi,
dan tujuan kehidupan manusia.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
13
Daftar Pustaka
14