Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

PENGETAHUAN DAN HAKIKAT KEBENARAN

Kelompok : 6 (Enam)

Anggota :

1. Dhia Naurah Hasri (06091181924007)


2. Regi Dea Ajeng Yolanda (06091281924017)
3. Zahwa Putri Aliefiah (06091281924034)

Kelompok : 6 (Enam)
Dosen Pengampuh :

1. Dr. Zainal Arifin, M.Si

2. Dr. Rahmi Susanti, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuham YME atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca terapkan dalam kehidupan khususnya kegiatan pembelajaran.

Kami sebagai penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Indralaya, 12 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR...................................................................................................I

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................1

BAB II...............................................................................................................................2

PEMBAHASAN...............................................................................................................2

A. DEFINISI DAN HAKIKAT PENGETAHUAN.......................................................2

B.JENIS-JENIS PENGETAHUAN................................................................................2

C. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN........................................................3

D. DEFINISI KEBENARAN..........................................................................................5

E. TINGKATAN DAN KRITERIA KEBENARAN.....................................................6

F. TEORI KEBENARAN................................................................................................6

BAB III..............................................................................................................................8

A. KESIMPULAN............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyaknya ilmu pengetahuan yang telah kita dapat dan yang berada di
sekeliling kita. Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini pesat. Tidak jarang
pengetahuan, kemajuan ilmu dan teknologi serta yang kita dapat terus berlangsung
hingga saat ini, membuat banyak manusia khawatir, bingung dan banyak terjadi
terhadap sebuah ilmu dan pengetahuan yang kita peroleh dari berbagai sumber.
Manusia takut dan khawatir akan dampak negatifnya suatu pengetahuan dan ilmu.
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan manusia. Sebagai
nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi selalu
berusaha mencari atau berada pada kebenaran. Dalam dunia filsafat ilmu,
kebenaran berkaitan erat dengan pengetahuan (ilmu). Pengetahuan dan kebenaran
adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Pengetahuan merupakan hasil dari
pencarian sebuah kebenaran. Kebenaran adalah hasil dari rasa ingin tahu. Jadi
antara pengetahuan dan kebenaran selalu bersama-sama. Banyak pendapat tentang
pengetahuan maupun kebenaran yang mengatakan keduanya saling terkait. Akan
tetapi banyak orang masih bingung tentang apa itu pengetahuan dan kebenaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pengetahuan?
2. Apa saja jenis-jenis pengetahuan?
3. Apa hakikat dan sumber teori pengetahuan?
4. Apa definisi hakikat kebenaran?
5. Apa sumber-sumber teori hakikat kebenaran?
6. Bagaimana tingkatan dan kriteria kebenaran?
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI DAN HAKIKAT PENGETAHUAN

Pengetahuan dalam pandangan filsafat memiliki 3 teori, yakni teori


pengetahuan yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan yang disebut
epistemologi. Kedua teori hakikat yang membicarakan pengetahuan itu sendiri
yang disebut ontologi. Ketiga, teori nilai yang membicarakan guna pengetahuan
itu yang disebut aksiologi. Menurut Jujun S. Suriasumantri (1990: 105)
pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang
objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu. Dengan demikian, ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping
berbagai pengetahuan lainnya, seperti seni dan agama. Secara etimologi
pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam
Encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah
keparcayaan yang benar (knowledgw is justified true belief).

Menurut Drs. Sidi Gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui atau
hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf,
mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan
demikian pengetahuan merupakan hasil proses usaha dari manusia untuk tahu.
Menurut kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.
Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek)
didalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun
yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.

B. JENIS-JENIS PENGETAHUAN

Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah


pengetahuan, maka didalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai
pengetahuan dan kebenaran. Burhanuddin salam, menjelaskan bahwa pengetahuan
yang dimiliki manusia ada empat yaitu:
a. Pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan
dengan istilah common sense, dan yang diartikan dengan good sense,
karena sesorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik.
Pengetahuan ini diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
b. Pengetahuan ilmu (science), yaitu ilmu dalam pengertian yang sempit
diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya
kuantitatif dan obyektif. Ilmu pada hakikatnya merupakan usaha untuk
mengorganisasikan commons sense, suatu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun,
dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan
menggunakan berbagai metode.

c. Pengetahuan filsafat, yakni diperoleh lewat pemikiran rasional yang


didasarkan pada pemahaman, spekulasi, penilaian kritis dan penafsiran.
Filsafat membahas segala hal dengan kritis sehingga dapat diketahui secara
mendalam tentang apa yang sedang dikaji.

d. Pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan


lewat utusan-Nya, sehingga pengetahuan ini bersifat mutlak dan wajib
diyakini oleh para pemeluk agama.

C. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN

Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas
manusia karena manusia adalah makhluk yang mengembangkan pengetahuan
secara sungguh-sungguh. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk
mengatasi kebutuhan-kebutuhan hidup ini. Dia memikirkan hal-hal baru, karena
dia hidup bukan sekedar untuk hidup, namun lebih dari itu manusia mmpunyai
tujuan tertentu dalam hidupnya yang lebih tinggi dari hidup untuk hidup. Inilah
yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya, dan pengetahuan
ini jugalah yang mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di muka
bumi.

Ada dua teori untuk dapat mengetahui hakikat dari sebuah pengetahuan, yaitu
teori Realisme dan Idealisme.
a. Teori realisme mengatakan bahwa pengetahuan adalah kebenaran yang
sesuai dengan fakta. Apa yang ada dalam fakta itu dapat dikatakan benar.
Dengan teori ini dapat diketahui bahwa kebenaran obyektif juga di butuhkan
bukan hanya mengakui kebenaran subyektif. Contoh kita mengetahui bahwa
pohon itu memang tertancap ditanah karena kenyataannya memang begitu
dan obyeknya terlihat sangat nyata. Jadi teori ini mengakui adanya apa yang
mengetahui dan apa yang diketahui.
b. Teori idealisme memiliki perbedaan pendapat dengan realisme. Pada teori
ini dijelaskan bahwa pengetahuan itu bersifat subyaktif. Oleh karena itu
pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran,
yang diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau
penglihatan orang yang mengatahui (subjek).

Kalau realisme mempertajam perbedaan antara yang mengatahui dan


yang diketahui, idealisme adalah sebaliknya. Bagi idealisme dunia dan bagian-
bagiannya harus dipandang sebagai hal-hal yang mempunyai hubungan seperti
organ tubuh dengan bagian-bagiannya. Sebenarnya realisme dan idealisme
memiliki kelemahan-kelamahan tertentu. Realisme ekstrim bisa sampai pada
materialistik atau dualisme. Dengan adanya kedua teori tersebut dapat
dikatakan semua orang memiliki pengetahuhan walaupun dasar yang mereka
pakai berbeda-beda. Selain itu pengetahuan diperoleh pula dari sumber yang
lebih dari satu. Yaitu sumber empirisme, rasionalisme, intuisi dan wahyu.

a. Empirisme menyatakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan


pengalaman yang dialaminya. Teori ini bersifat inderawi jadi antara satu
dengan yang lain memiliki perbedaan. Akal dalam teori ini hanyalah
mengelola konsep gagasan inderawi saja dan tidak dikedepankan. Teori ini
menjadi lemah karena indera manusia memiliki keterbatasan.
b. Rasionalisme menjelaskan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.
Pengetahuan yang benar diukur dan diperoleh dari akal. Teori ini
membenarkan pemakaian indera untuk memperoleh pengetahuan akan tetapi
harus di olah dengan akal. Jadi sumber kebenarannya adalah akal.
c. Intuisi menerangkan bahwa pengetahuan diperoleh dari pemikiran tingkat
tinggi. Kegiatan intuisi dan analisis bisa saling membantu untuk
menemukan kebenaran. Mereka yang menggunakan intuisi biasanya
memperoleh pengetahuan dengan perantara hati bukan indera maupun akal.
d. Sumber yang terakhir adalah wahyu yang menjelaskan bahwa pengetahuan
di peroleh langsung dari Tuhan melalui perantara Nabi. Pengetahuan yang
seperti ini tidak memerlukan waktu untuk berfikir ataupun merenung.
D. DEFINISI KEBENARAN
Adapun kebenaran dapat didefinisikan sebagai kesetiaan pada realitas
objektif, yaitu suatu pernyataan yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang
selaras dengan situasi. Kebenaran adalah persesuaian (Agreement) antara
pernyataan (statement) mengenai fakta dengan fakta aktual; atau antara putusan
(judgement) dengan situasi seputar (environmental situation) yang diberi
interpretasi. Dalam tradisi Yunani kebenaran dibahas dari segi hakikat dan
sifatnya. Kaum sofis berpendapat bahwa kebanaran relatif dan subjektif. Setiap
orang memiliki kebenaran sendiri-sendiri. Phrotagoras salah satu tokoh Sufis
mengatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran segala sesuatu.

Sedang menurut Abbas Hamami, adanya kebenaran itu selalu dihubungkan


dengan pengetahuan manusia (subyek yang mengetahui) mengenai obyek. Jadi,
kebenaran ada pada seberapa jauh subjek mempunyai pengetahuan mengenai
objek. Sedangkan, pengetahuan berasal mula dari banyak sumber. Sumber-sumber
itu kemudian sekaligus berfungsi sebagai ukuran kebenaran.

E. TINGKATAN DAN KRITERIA KEBENARAN

Kebenaran bersifat relatif sehingga semua orang memiliki kriteria kebenaran


yang berbeda-beda. Tingkatan kebenaran dari yang terendah ke pemahaman yang
tertinggi adalah sebagai berikut. Pertama, adalah kebenaran inderawi. Inderawi
merupakan kebenaran yang paling sederhana. Sesuatau dikatakan benar jika dapat
dilihat dengan indera tanpa berfikir lebih lanjut. Kedua, adalah kebenaran ilmiah
(sains). Kebenaran pada tingkatan ini didasarkan pada indera dan diolah
menggunakan rasio. Sehingga kebenaran dapat diakui jika dapat dirasio dan di
lihat atau dirasakan dengan indera. Ketiga, adalah kebenaran filsafat. Kebenaran
pada tingkatan ini diperoleh dari rasio dan pemikiran lebih mendalam
(perenungan) tentang suatu hal. Sehingga dapat diketahui kebenaran yang lebih
mendalam. Yang terakhir kebenaran religius. Kebenaran ini bisa juga dikatakan
kebenaran yang mistis karena tidak dapat dilihat dengan indera dan di rasio.
Kebenaran ini bersifat mutlak karena kebenaran ini bersumber dari tuhan.

F. TEORI KEBENARAN

Ada beberapa teori yang muncul tentang kebenaran, antara lain :

1. Teori Korespondensi (Correspondence theory of truth)


Sesuatu dikatakan benar apabila sesuai dengan objek yang dituju. Kebenaran
atau keadaan benar itu apabila ada kesuaian (correspondence) antara arti yang
dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju oleh
pernyaan atau pendapat tersebut. Contoh ibu kota Indonesia adalah Jakarta,
maka pernyataan ini adalah benar sebab pernyataan itu dengan obyek yang
bersifat faktual yakni Jakarta memang menjadi Ibu Kota Republik Indonesia.

2. Teori Koherensi (Coherence theory of truth)

Koherensi merupakan teori kebenaran yang menegaskan bahwa suatu


proposisi (pernyataan suatu pengetahuan, pendapat, kejadian, atau imformasi)
akan diakui shahih/dianggap benar pabila memiliki hubungan dengan gagasan
dari proposisi sebelumnya yang juga shahih dan dapat dibuktikan secara logis
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan logika. Misalnya semua makhluk hidup
akan mati, pohon termasuk makhluk hidup jadi suatu saat pohon akan mati.

3. Teori Pragmatis (The Pragmatic theory of truth)


Merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri ada kreteria tentang fungsi
atau tidaknya suatu pernyataan atau tidaknya suatu pernyataan dalam ruang
lingkup dan waktu tertentu. Sesuatu dikatakan benar jika memiliki manfaat dan
sudah diuji. Selama belum diuji belum dikatakan benar atau tidak.
4. Teori Performa (The performance theory of truth)
Teori ini berasal dari John Langshaw Austin(1911-1960) dan dianut oleh filsuf
lain seperti Frank Ramsey, dan Peter Strawson.Teori performatif menjelaskan,
suatu pernyataan dianggap benar jika ia menciptakan realitas. Jadi pernyataan
yang benar bukanlah pernyataan yang mengungkapkan realitas, tetapi justru
dengan pernyataan itu tercipta realitas sebagaimana yang diungkapkan dalam
pernyataan itu.
5. Teori Konsensus (The consensus theory of truth)
Teori kebenaran consensus pada awalnya digagas oleh Thomas Kuhn, seorang
ahli sejarah ilmu pengetahuan. Berdasarkan konsepsi Kuhn di atas, sebuah teori
ilmiah dianggap benar sejauh ia mendapat dukungan atau terdapat kesepakatan
(konsensus) dalam masyarakat ilmiah terhadap kebenaran teori tersebut. Teori
ini selanjutnya dikembangkan juga oleh Jurgen Habermas melalui konsep
pemikirannya tentang komunikasi rasional. Senada dengan Kuhn, menurut
Habermas, kebenaran sebuah pernyataan ditentukan oleh ada tidaknya
kesepakatan di antara partisipan rasional komunikatif dalam sebuah diskursus.
6. Agama sebagai Teori Kebenaran (The religious as theory of truth)
Pada hakekatnya, manusia hidup di dunia ini adalah sebagai makhluk yang
suka mencari kebenaran. Dengan demikian, sesuatu hal dianggap benar apabila
sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentuk kebenaran mutlak.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui
tentang objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu. Dengan demikian, ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping
berbagai pengetahuan lainnya, seperti seni dan agama. Hakikat pengetahuan dapat
diketahui melalui dua teori yaitu realisme dan idealisme. Sedangkan sumber
pengetahuan dapat diketahui melalui teori emperisme, rasionalisme, intuisi dan
wahyu. Pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yakni pengetahuan biasa,
penegetahuan ilmu (secience), pengetahuan filsafat, dan pengetahuan agama.
Adapun kebenaran adalah merupakan kesetiaan pada realitas objektif,
yaitu suatu pernyataan yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan
situasi. Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan mengenai fakta dengan
fakta aktual, atau antara putusan dengan situasi seputar yang diberi interpretasi.
Teori yang berkaitan dengan kebenaran diantaranya, teori koherensi, teori
korespondensi, teori pragmatis, tori positivism, teori esensialisme, teori
konstroktivisme dan teori relegiusme. Adapun tingkatan kebenaran meliputi
kebenaran indrawi, kebenaran imiah, kebenaran filsafat, dan kebenaran relegius.
DAFTAR PUSTAKA

Padli, M Syaiful, dan M. Lutfi Mustofa. “Kebenaran dalam Perspektif Filsafat


Serta Aktualisasinya dalam Menyaring Berita”. E-Journal Undiksha. Vol 4,
no.1 (2021) : 81-85. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JFI/article
/download/31892/18187 ( Diakses pada 13 Agustus 2021)
Sahrahman, dan Nazeli Rahmatina. “Makalah Hakikat Pengetahuan”. (Online):
https://www.academia.edu/19085107/5_MAKALAH_HAKIKAT_PENGET
AHUAN_1_(Diakses pada 12 Agustus 2021)
Hikma, Nur. “Makalah Filsafat Kebenaran Ima”. (Online):
https://www.academia.edu/35399593/Makalah_filsafat_kebenaran_ima.
(Diakses pada 12 Agustus 2021)
Septi, Malinda Wani, dan Mila mahara. “Makalah Filsafat Hakikat Pengetahuan”.
(Online):https://www.academia.edu/34937668/Makalah_filsafat_Hakikat_pe
ngetahuan. (Diakses pada 12 Agustus 2021)

Anda mungkin juga menyukai