Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENUGASAN INDIVIDU

1. Definisi Penyakit
Apendiks adalah embel-embel kecil seperti jari sekitar 10 cm (4 in) panjang yang melekat
pada sekum tepat di bawah katup ileo cecal. Apendiks terisi dengan makanan dan
bermuara secara teratur ke dalam sekum. Karena itu apendiks rentan terhadap obstruksi
dan sangat rentan terhadap infeksi (yaitu, Apendiksitis).

Appendiksitis merupakan peradangan pada appendiks vermiformis dan menjadi


penyebab penyakit abdomen akut yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat
menyerang semua umur dan semua jenis kelamin namun sering menyerang laki - laki
pada usia 10 hingga 30 tahun. (NIH, 2007).
Apendisitis perforasi adalah pecahnya apendiks yang sudah gangrene atau infeksi yang
menyebabkan pus masuk ke rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada
dinding apendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik.

2. Penyebab/Etiologi
Etiologi terjadinya appendiksitis diantaranya : Hiperplasi jaringan limfoid, Fekalit,
Tumor apendiks, Cacing askaris, Entamoeba histolitica, Makanan rendah serat dan
konstipasi. Diantara beberapa etiologi, kebiasaan makan makanan rendah serat akan
mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan appendiksitis. Hal tersebut akan
meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan
meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon.
3. Patofisiologi
Secara patofisiologi, appendiksitis terjadi akibat peradangan dan edema karena sumbatan
dari fekalit (massa tinja yang mengeras, tumor, ataupun benda asing). Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama
mukus tersebut semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen, memicu nyeri yang
progresif parah, menyeluruh, atau periumbilikal yang terlokalisir di kuadran kanan bawah
perut dalam beberapa jam akhirnya, usus buntu yang meradang terisi dengan nanah.
4. Gejala/Manifestasi Klinis
Gejala appendiksitis antara lain: nyeri kuadran kanan bawah abdomen disertai demam
ringan, mual, muntah dan anoreksia. Nyeri tekan terjadi pada bagian titik Mc. Burney
(antara umbilicus dan spinalis iliaka superior anterior. Derajat nyeri tekan, spasme otot
dan keluhan konstipasi atau diare tergantung tingkat keparahan infeksi dan lokasi. Bila
terjadi di belakang sekum maka nyeri terjadi daerah lumbal, bila pada rujung ectum maka
nyeri saat defekasi umum terjadi, jika ujung appendiks berada dekat ureter maka
manifestasi yang terjadi adalah nyeri berkemih. Tanda lain berupa rovsing sign’s yaitu
saat palpasi kuadran kiri bawah secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa
dikuadran kanan bawah. Pada kondisi rupture atau perforasi maka nyeri akan menyebar.
5. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fokalit
b. Ultrasonografi (USG)
c. CT-Scan
6. Pemeriksaan Diagnostik
Film x-ray perut, studi ultrasound, dan CT scan mungkin mengungkapkan kepadatan
kuadran kanan bawah atau distensi lokal dari usus. Tes kehamilan dapat dilakukan untuk
wanita usia subur untuk menyingkirkan kehamilan ektopik dan sebelum sinar-x
diperoleh. Laparoskopi diagnostik dapat digunakan untuk menyingkirkan apendisitis akut
dalam kasus samar-samar.
7. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan appendiksitis terdiri dari tindakan konservatif dan operatif. Tindakan
konservatif diberikan pada pasien yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah
berupa pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita apendisitis
perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit serta pemberian
antibiotik sistemik. Sedangkan, tindakan pembedahan indikasi jika diagnosa sudah tepat
dan jelas ditemukan apendisitis maka tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang
apendiks, penundaan dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi, pada abses apendiks dilakukan drainage.
8. Farmakologi
Analgetik non-narkotik dan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID)
Analgesik narkotik atau opiate
Obat tambahan (Adjuvan) seperti sedatif, anticemas, dan relaksasi otot meningkatkan
kontrol nyeri atau menghilangkan gejala lain terkait dengan nyeri seperti mual muntah.
9. Nonfarmakologi/ Keperawatan
- Distraksi
Distraksi visual / penglihatan
Distraksi Audio/ Pendengaran
Distraksi intelektual
- Relaksasi
- Stimulasi saraf elektris transkutan (TENS)
- Akupuntur
- Guided imagery
Guided imagery adalah proses yang menggunakan kekuatan pikiran dengan
menggerakkan tubuh untuk menyembuhkan diri dan memelihara kesehatan atau rileks
melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra meliputi sentuhan,
penciuman, penglihatan, dan pendengaran (Potter & Perry, 2005). Teknik relaksasi
guided imagery termasuk teknik non-farmakologi dalam penanganan nyeri karena
dengan imajinasi seseorang maka akan membentuk bayangan yang indah, senang,
suka dan akan diterima sebagai rangsangan oleh berbagai indra.

ASUHAN KEPERAWATAN
10. Data wawancara
Pengkajian Keperawatan yang fokus mengkaji masalah appendiksitis antara lain :
1. Identitas klien. Apendisitis dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (Mansjoer,
2010).
2. Keluhan utama. Pada anak dengan apendisitis biasanya memiliki keluhan Nyeri terasa
pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah
dan hilangnya nafsu makan.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang. Yang harus dikaji adalah nyeri, mual muntah dan
penurunan nafsu makan
b. Riwayat kesehatan dahulu. Yang harus dikaji antara lain penyakit anak sebelumnya,
apakah pernah dirawat di RS sebelumnya, obat-obatan yang digunakan sebelumnya,
riwayat alergi, riwayat operasi sebelumnya atau kecelakaan dan imunisasi dasar.
c. Riwayat kesehatan keluarga. Yang harus dikaji adalah riwayat penyakit apendisitis
dalam keluarga dan penyakit keturunan dalam keluarga sperti DM, Hipertensi dan lain –
lain.
d. Riwayat psikososial
Pada pasien post operasi appendiktomi didapatkan kecemasan akan nyeri hebat atau
akibat respond pembedahan. Pada beberapa pasien juga didapatkan mengalami
ketidakefektifan koping berhubungan dengan perubahan peran dalam keluarga.
e . Riwayat Spiritual
11. Pemeriksaan fisik fokus sesuai sistem
a. Keadaan umum
b. Tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan kepala : kebersihan kepala, warna rambut, tidak ada kelainan bentuk
kepala , tidak ada nyeri tekan.
2. Pemeriksaan Muka : pasien nampak meringis menahan nyeri pada luka bekas
operasi
3. Pemeriksaan mata : Keadaan pupil isokor, palperbra, dan refleks cahaya, tidak ada
gangguan, konjungtiva tidak anemis
4. Pemeriksaan hidung
Bersih, tidak terdapat polip, tidak ada nyeri tekan, tidak
terdapat nafas cuping hidung
5. Pemeriksaan Mulut
Mukosa bibir kering karena adanya pembatasan masukan oral, mengamati bibir
ada tidaknya kelainan kogenital (bibir sumbing), sianosis atau tidak,
pembengkakkan atau tidak, lesi atau tidak, amati adanya stomatitis pada mulut
atau tidak, amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan
kebersihan gigi.mengkaji terdapat nyeri tekan atau tidak pada pipi dan mulut
bagian dalam
6. Pemeriksaan Telinga
Pada klien post operasi apendiktomi fungsi pendengaran tidak mengalami
gangguan, inspeksi bentuk dan kesimetrisan telinga, kebersihan telinga.
7. Pemeriksaan Thoraks
a) Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, Pasien post operasi apendiktomi akan
mengalami penurunan dan peningkatan frekuensi nafas
Palpasi : Kaji ada tidaknya nyeri tekan, vokal fremitus sama antara kanan dan kiri.
Perkusi : Terdengar sonor
Auskultasi : Normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru, tidak terdapat suara
tambahan
b) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 4 & 5 mid
clavicula sinistra.
Perkusi : Normalnya terdengar pekak
Auskultasi : Normalnya terdengar tunggal suara jantung pertama dan suara
jantung kedua.
8) Abdomen
Inspeksi :Terdapat luka bekas operasi tertutup kasa, bentuk dan ukuran luka,
terlihat mengencang (distensi).
Auskultasi : Bising usus menurun
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada abdomen bekas operasi
Perkusi : Kaji suara apakah timpani atau hipertimpani
9) Ekstremitas
Secara umum klien post operasi apendiktomi dapat mengalami kelemahan karena
tirah baring pasca operasi. Kekakuan otot akan berangsur membaik seiring
dengan peningkatan toleransi aktivitas klien.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan
leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.
b. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi
pasca pembedahan

12. Masalah keperawatan


- Ketidakseimbangan cairan
- Resiko infeksi
- Defisit nutrisi

Anda mungkin juga menyukai