Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Teori peluang menyangkut dengan cara menentukan hubungan antara sejumlah
kejadian khusus dengan jumlah kejadian sebarang.Misalnya pada kasus pelemparan uang
sebanyak seratus kali, berapa kali akan munculnya gambar.
Teori peluang awalnya diinspirasi oleh masalah perjudian. Awalnya dilakukan oleh
matematikawan dan fisikawan Itali yang bernama Girolamo Cardano (1501-1576). Cardano
lahir pada tanggal 24 September 1501. Cardano merupakan seorang penjudi pada waktu itu.
Walaupun judi berpengaruh buruk terhadap keluarganya, namun judi juga memacunya untuk
mempelajari peluang. Dalam bukunya yang berjudul Liber de Ludo Aleae (Book on Games of
Changes) pada tahun 1565,  Cardano banyak membahas konsep dasar dari peluang yang
berisi tentang masalah perjudian. Sayangnya tidak pernah dipublikasikan sampai 1663.
Pascal kemudian menjadi tertarik dengan peluang, dan mulailah dia mempelajari
masalah perjudian. Dia mendiskusikannya dengan matematikawan terkenal yang lain
yaitu Pierre de Fermat (1601-1665). Mereka berdiskusi pada tahun 1654 antara bulan Juni
dan Oktober melalui 7 buah surat yang ditulis oleh Blaise Pascal dan Pierre de Fermat yang
membentuk asal kejadian dari konsep peluang.Berdasarkan pemaparan mengenai teori
peluang di atas maka penulis membuat sebuah makalah yang berjudul ”Peluang”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya seperti berikut:
1. Definisi Peluang
2. Kaidah Pencacahan
3. Peluang Suatu Kejadian
4. Kejadian Majemuk
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Mendeskripsikan definisi peluang.
2. Mendeskripsikan kaidah pencacahan dan menentukan aturan pengisian tempat
yang tersedia.
3. Mendeskripsikan peluang suatu kejadian.
4. Mendeskripsikan kejadian majemuk.

1
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
2.1 Definisi Peluang
a. Definisi Peluang Klasik
Misalkan sebuah peristiwa E dapat terjadi sebanyak n kali diantara N peristiwa yang
saling eksklusif dan masing-masing terjadi dengan kesempatan yang sama, maka peluang
peristiwa E terjadi adalah n/N atau P(E) = n/N
Contoh :
Eksperimen dengan melantunkan koin Rp 100,- sebanyak 1X menghasilkan peristiwa-
peristiwa yang terjadi :
1) muncul angka (G) = 1
2) muncul gambar (A) = 1
N=2
P(G) = ½ ; P(A) = ½
Sifat peluang klasik : saling eksklusif dan kesempatan yang sama
b. Definisi Peluang Empirik
Peluang empirik/frekuensi relatif terjadi apabila eksperimen dilakukan berulang.
Apabil kita perhatikan frekuensi absolut (=m) tentang terjadinya peristiwa E untuk sejumlah
pengamatan (=n), maka peluang peristiwa itu adalah limit dari frekuensi relatif apabila
jumlah pengamatan bertambah sampai tak hingga P(E) = limit m/n
nN
Contoh
Eksperimen melantunkan sebuah dadu (1000X)
Peristiwa yang muncul : - muncul mata dadu 1 hingga
- muncul mata dadu 6

Event M1 M2 M3 M4 M5 M6 total
m 166 169 165 167 169 164 1000
P(M1) = 166/1000 ; P(M6) = 164/1000
c. Definisi Peluang Subjektif
1. Nilai peluang didasarkan kepada preferensi seseorang yang diminta untuk
menilai
2. Pada umumnya yang dinilai adalah peristiwa yang belum terjadi

2
2.2 Kaidah Pencacahan
Kaidah pencacahan adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan menentukan banyaknya
cara suatu percobaan dapat terjadi. Menentukan banyakya cara suatu percobaan dapat terjadi
dilakukan dengan: aturan penjumlahan, aturan perkalian.
a. Aturan Penjumlahan
Jika ada sebanyak a benda pada himpunan pertama dan ada sebanyak b benda pada
himpuan kedua, dan kedua himpuan itu tidak beririsan, maka jumlah total anggota di kedua
himpuan adalah a + b.
Contoh :
Jika seseorang akan membeli sebuah sepeda motor di sebuah dealer. Di dealer itu
tersedia 5 jeis Honda, 3 jenis Yamaha, dan 2 jenis Suzuki. Dengan demikian orang tersebut
mempunyai pilihan sebanyak 5 + 3 + 2 = 10 jenis sepeda motor.
b. Aturan Perkalian
Pada aturan perkalian ini dapat diperinci menjadi dua, namun keduanya saling
melengkapi dan memperjelas. Kedua kaidah itu adalah menyebutkan kejadian satu persatu
dan aturan pengisian tempat yang tersedia.
 Menyebutkan kejadian satu persatu
Contoh :
Sebuah dadu dan sebuah uang logam dilempar secara bersamaan. Berapa hasil yang berlainan
dapat terjadi ?

Penyelesaian :
Dengan diagram pohon diperoleh:

Hasil yang mungkin : G1, G2, G3, G5, G6, A1, A2, A3, A4, A5, A6

3
Catatan : G1 artinya uang menunjukkan gambar dan dadu menunjukkan angka 1.
Dengan demikian banyaknya cara hasil yang berkaitan dapat terjadi adalah 12 cara.
Contoh : 2
Dari kota A ke kota B dapat ditempuh dengan 2 cara, dari kota B ke kota C dapat ditempuh
dengan 4 cara. Berapa cara yang dapat ditempuh dari kota A ke kota C ?
Penyelesaianya :
Dari keterangan di atas, jaringan jalan yang menghubugkan kota A, kota B dan C dapat
dibuat diagram sebagai berikut:

Hasil yang mungkin adalah : 11, 12, 13, 14, 21, 22, 23, 24. Jadi banyaknya ada 8 cara.
 Aturan pengisian tempat yang tersedia
Menentukan banyaknya cara suatu percobaan selalu dapat diselesaikan dengan
meyebutkan kejadian satu persatu. Akan tetapi, akan mengalami kesulitan kejadiannya cukup
banyak. Hal ini akan lebih cepat jika diselesaikan dengan menggunakan aturan pengisian
tempat yang tersedia atau dengan mengalikan.
Contoh 1 :
Alya mempunyai 5 baju dan 3 celana. Berapa cara Alya dapat memakai baju dan celana?
Peyelesaian :
Misalkan kelima baju itu B1, B2, B3, B4, B5 dan ketiga celana itu C1, C2, C3. Hasil yang
mungkin terjadi adalah….
B1 B2 B3 B4 B5
C1 C1B1 C1B2 C1B3 C1B4 C1B5
C2 C2B1 C2B2 C2B3 C2B4 C2B5
C3 C3B1 C3B2 C3B3 C3B4 C3B5
Jadi banyaknya cara Alya dapat memakai baju da celana = 15 cara
Langkah diatas dapat diselesaikan dengan:

Jadi, ada 5  3 cara = 15 cara

4
Contoh 2:
Salma mempunyai 5 baju, 3 celana, 2 sepatu dan 4 topi. Tentukan berapa cara Salma dapat
memakainya ?

Jadi, ada 5  3  2  4 cara = 120 cara.


Secara umum dapat dirumuskan:
Bila tempat pertama dapat diisi n1 cara, tempat kedua dengan n2 cara,…,
tempat k dapat diisi nk cara, maka banyakya cara mengisi k tempat yang
tersedia adalah: n1 n2…nkcara.

Contoh 3:
Dari angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, berapa banyaknya bilangan yang terdiri dari 4 angka
yang dapat disusun?
a) Tanpa pengulangan
b) Boleh berulang
Penyelesaian :
a) Tanpa pengulangan
Empat angka berarti ribuan, sehingga diperlukan empat tempat

Angka nol (0) tidak mungkin menempati urutan pertama sehingga yang mungkin
angka 1, 2, 3, 4, 5, 6 atau 6 cara dan tanpa pengulangan maka :

Jadi banyaknya bilangan yang dapat disusun adalah:


6  6  5  4 = 720 bilangan
b) Pengulangan
Angka nol tidak mungkin menempati urutan pertama sehingga ada 6 cara, untuk
urutan kedua dan seterusnya masing-masing tujuh cara sebab semua angka memungkinkan
karena berulang maka diperoleh:

Jadi banyaknya bilangan yang dapat disusun adalah:


6  7  7  7 = 2058 bilangan

5
 Permutasi dan Kombinasi
A. Permutasi
Permutasi adalah susunan objek-objek dengan memperlihatkan urutan tertentu.
a. Permutasi n objek berbeda yang setiap kali diambil seluruhnya (nPn)

Contoh1:
Diketahui 3 abjad pertama yaitu A, B dan C. Berapa banyak susunan yang mungkin dari 3
huruf yang berbeda itu ?
Jawab:
P = 3! = 3.2.1 = 6 cara
3 3

Contoh2:
Diketahui 4 siswa : Ary, Ani, Ali dan Asih akan ditempatkan pada 4 buah kursi. Ada berapa
cara untuk menempatkan siswa itu pada kursi yang berbeda ?
Jawab:

Kursi I dapat diisi oleh salah satu siswa dalam 4 cara.


Kursi II dapat diisi oleh salah satu siswa dalam 3 cara.
Kursi III dapat diisi oleh salah satu siswa dalam 2 cara.
Kursi IV dapat diisi oleh salah satu siswa dalam 1 cara.
Sehingga dengan prinsip dasar probabilitas, keempat kursi dapat ditempati oleh keempat
siswa dengan : 4 x 3 x 2 x 1 = 24 cara.

Atau
P = 4P4 = 4! = 4.3.2.1 = 24 cara.
n n

b. Permutasi n objek berbeda yang setiap kali diambil sebagian (nPr)


Banyak permutasi n objek yang diambil r objek (0 < r < n) dinotasikan nPr atau P(n, r) atau
n
Pr (dibacaPermutasi r dari n) adalah :

P = n(n – 1)(n – 2) … (n – r + 1) atau


n r

n!
P =
n r
(n−r)!
Contoh:

6
Berapa banyak permutasi yang terdiri atas 2 huruf yang berbeda dari 4 huruf: A, I, U, E.
Jawab:
4! 4! 4.3.2.1
= =
4P2 =
(4−2)! 2! 2.1 = 4.3 = 12 cara
Ke-12 permutasi itu adalah:

c. Permutasi n objek yang tidak semua berbeda


Banyaknya cara menyusun unsur dalam suatu baris, jika ada p unsur yang sama dari
satu jenis, q unsur dari jenis lain, dan seterusnya adalah :

n!

P(n; n1,n2,....) = n ! Χ n ! Χ .. . ..
1 2
Contoh:
Berapa carakah 5 huruf dari kata CUACA dapat disusun dalam suatu baris !
Jawab:
Unsur-unsur yang sama : huruf C ada 2, huruf A ada 2.
5! 5.4.3.2.1

P = 2!.2! 2.1.2.1 = 30
Jadi susunan yang mungkin ada 30 buah.
d. Permutasi Siklis
Banyaknya cara menyusun n objek berlainan dalam suatu lingkaran, dengan
memandang susunan yang searah putaran jarum jam dan berlawanan arah putaran jarum jam
adalah :

Ps(n) =
n!
=(n−1)!
n
Contoh:
Terdapat berapa carakah empat anak A, B, C, D yang duduk melingkar dapat disusun dalam
lingkaran ?
Jawab:
Cara I

7
Ambil seorang anak untuk diletakkan pada posisi yang tetap, kemudian menyusun
tiga anak yang lain dalam tempat yang berbeda, maka cara ini dapat dilakukan dalam 3! =
3.2.1 = 6 cara.
Cara II
Perhatikan gambar !

Jika keempat anak itu diletakkan pada posisi 1,2,3 dan 4 bergantian searah putaran
jarum jam dalam sebuah lingkaran, maka mereka tetap membentuk susunan yang sama.
Karena itu, penyusunannya harus menempatkan seorang anak kepada posisi yang tetap dan
menggerak-gerakkan posisi tiga orang anak lain.

Menyusunnya seperti berikut:

Jadi banyaknya susunan melingkar = (4 – 1)! = 3!


= 6 cara.
B. Kombinasi
Kombinasi adalah susunan dari unsur-unsur yang berbeda tanpa memperhatikan urutan
unsur-unsur itu.Kombinasi dari n objek yang diambil r objek dinotasikan nCr atau C(n, r) atau

Crn atau
[ nr ] adalah :

C=
n r

n!
r!(n−r )!

8
Melalui contoh berikut ini, dapat dibedakan antara permutasi dan kombinasi.
 Pengambilan 3 huruf dari 4 huruf yang ada (A, B, C, D).
Kombinasi (4C3) : ABC, ABD, ACD, BCD
Permutasi (4P3) : ABC, ACB, BAC, BCA, CAB, CBA
ABD, ADB, BAD, BDA, DAB, DBA
ACD, ADC, CAD, CDA, DAC, DCA
BCD, BDC, CBD, CDB, DBC, DCB
P3 4

Jadi, 4C3 . 3! = 4P3 atau 4C3 = 3!

Pr n!
n

Sehingga kita peroleh: nCr = r! = r!(n−r )!


Contoh:
Ada berapa cara dapat dilakukan jika 5 pemain bola basket diambil dari tim yang terdiri 12
pemain untuk berpartisipasi dalam pertandingan persahabatan ?
Jawab:
12! 12! 12.11 .10.9.8.7!
 
C
12 5 = 5! (12  5)! 5!.7! 5.4.3.2.1.7! = 792
Jadi, banyaknya cara memilih 5 pemain dari 12 pemain ada 792 cara.
Contoh:
Ada berapa cara 2 bola merah, 3 bola biru, dan 4 bola putih dapat dipilih dari suatu kotak
yang berisi 4 bola merah, 6 bola biru, dan 5 bola putih ?
Jawab:
2 bola merah dapat dipilih dari 4 bola dalam 4C2 cara.
3 bola biru dapat dipilih dari 6 bola dalam 6C3 cara.
4 bola putih dapat dipilih dari 5 bola dalam 5C4 cara.

Dengan prinsip perkalian, banyaknya cara memilih bola yang diminta :


4! 6! 5!
x x
4C2 x 6C3 x 5C4 =
2!.2! 3!.3! 4!.1!
4. 3.2! 6.5.4. 3! 5. 4!
x x
= 2.1.2! 3.2.1.3! 4 !.1
= 6 x 20 x 5
= 600 cara

2.3 Peluang Suatu Kejadian

9
a. Pengertian Peluang Suatu Kejadian
Setiap proses yang menghasilkan suatu kejadian disebut percobaan. Misalnya kita
melemparkan sebuah dadu sebanyak satu kali, maka hasil yang keluar adalah angka 1, 2, 3, 4,
5 atau 6. Semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel, biasanya
dinyatakan dengan S, dan setiap hasil dalam ruang sampel disebut titik sampel. Banyaknya
anggota dalam S dinyatakan dengan n(S).
Misalnya, dari percobaan pelemparan sebuah dadu, maka S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan
n(S) = 6. Jika dalam pelemparan dadu tersebut muncul angka {2}, maka bilangan itu disebut
kejadian. Jadi, kejadian adalah himpunan bagian dari ruang sampel.
Jika ruang sampel S mempunyai anggota yang berhingga banyaknya dan setiap titik
sampel mempunyai kesempatan untuk muncul yang sama, dan A suatu kejadian munculnya
percobaan tersebut, maka peluang kejadian A dinyatakan dengan :

P(A) =
n( A)
n( S)
P(A) = Peluang muncul A
n(A) = banyaknya kejadian A
n(S) = banyaknya kemungkinan kejadian S
Contoh:
Sebuah mata uang logam dilempar satu kali. Berapa peluang munculnya “Angka” ?
Jawab:
Ruang sampel S = {A, G} maka n(S) = 2.
Kejadian A = {A}, maka n(A) = 1
n( A) 1
Jadi, P(A) = n( S) = 2

Contoh:
Sebuah dadu mata enam dilempar satu kali. Berapa peluang munculnya mata dadu ganjil?
Jawab:
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}  n(S) = 6
A = {1, 3, 5}  n(A) = 3
n( A) 3 1
Jadi, P(A) = n( S) = 6 = 2
Contoh:

10
Dalam setumpuk kartu bridge (remi) diambil satu kartu secara random (acak).
Tentukanpeluang yang terambil adalah kartu As !
Jawab:
Banyaknya kartu bridge adalah 52, berarti n(S) = 52
n(As) = 4
n( As ) 4 1
Jadi, P(As) = n( S) = 52 = 13
b. Tafsiran Peluang Kejadian
Jika kejadian K dalam ruang sampul 5 selalu terjadi, maka n (K) = n (5). Sehingga
besar peluang kejadian K adalah:
n( K )
=1
P (K) = n(5)
Kejadian K yang selalu terjadi dalam ruang sampul 5 disebut kepastian.
Kemustahilan Kepastian
 
0 0  P (K)  1 1
Sedangkan kejadian K dalam ruang sampul 5 tidak pernah terjadi maka n (K) = 0,
yang dinamakan kemustahilan, sehingga :
n( K )
=0
P (K) = n(5 )
Oleh karena itu nilai peluang itu terbatas yaitu 0  P (K)  1
Contoh :
1. Berapa peluang seekor kuda jantan melahirkan anak?
Karena tidak mungkin, maka dinamakan kemustahilan dan peluangnya 0.

2. Berapa peluang setiap orang akan meninggal?


Karena setiap orang pasti meninggal, maka dinamakan kepastian dan peluangnya 1.
3. Berapa peluang muncul gambar jika sebuah uang logam dilempar sekali?
n (S) = 2
n(G) 1
=
n (G) = 1 maka P (G) = n( S) 2
1
Jadi peluang muncul gambar adalah 2
c. Frekuensi Harapan

11
Frekuensi harapan adalah harapan yang nilai kemungkinan terjadinya paling besar. Jika
suatu percobaan dilakukan sebanyak n kali dan nilai kemungkinan terjadinya kejadian K
setiap percobaan adalah P(K), maka frekuensi harapan dari kejadian K adalah:

F(K) = n  P (K)

Contoh :
Bila kita melemparkan sebuah dadu sebanyak 480 kali, berapakah kita harapkan muncul
angka 4?
Penyelesaian :
1
P(K) = 6 dan n = 480
F(K) = n P(K)
1
480× =80
= 6 Jadi harapannya 80 kali.

2.4 Kejadian Majemuk


Apabila dua kejadian atau lebih dioperasikan sehingga menghasilkan kejadian baru,
maka kejadian baru itu disebut kejadian majemuk.
1) Dua kejadian A dan B sembarang

Jenis Operasi Notasi


Tidak A atau komplemen A A1 = Ac
A dan B AB
A atau B AB
Untuk sembarang kejadian A dan B berlaku:
n (A  B) = n (A) + n (B) – n (A  B)
kedua ruas dibagi dengan n (S) maka:
n( A∪B ) n( A ) n (B ) n ( A∩B)
= + −
n( S ) n( S) n( S ) n( S )

12
P (A  B) = P(A) + P(B) – P (A B)

2) Tiga kejadian A, B dan C sembarang:

Contoh 1: P (A  B  C) = P (A) + P (B) + P (c) – P (A  B) – P (A  C)

– P (B 
Sebuah dadu dilambungkan sekali, tentukan peluang  B  C)mata dadu genap atau
C) + P (Amuncul
prima.
Penyelesaian :
Ruang sampul S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
n (S) = 6
muncul mata genap A = {2, 4, 6}  n (A) = 3
muncul mata prima B = {2, 3, 5}  n (B) = 3
muncul mata genap dan prima = {2}  n (A  B ) = 1
muncul mata genap atau prima:
P (A  B) = P (A) + P (B) – P (A A  B)
3 3 1
+ −
= 6 6 6
5
= 6
Contoh :
Dari 45 siswa pada suatu kelas, diketahui 28 siswa senang matematika, 22 siswa
bahasa inggris, dan 10 siswa suka kedua-duanya. Jika seorang siswa dipilih secara acak,
tentukan peluang yang terpilih siswa yang menyukai matematika atau bahasa Inggris!
Penyelesaian :

13
Peluang terpilih yang suka matematika atau bahasa Inggris ialah :
P (M  B) = P (M) + ( P (B) – P (M  B)
28 22 10
+ −
= 45 45 45
30
= 45
6
= 7
3
Jadi peluang yang terpilih siswa yang menyukai matematika atau bahasa Inggris adalah 4
.Kejadian majemuk dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Komplemen suatu kejadian

n−a
P (Ac) = n
n a

= n n
a
=1– n
P (Ac) = 1 – P (A)

Contoh 1 :
Sebuah dadu dilempar sekaliu, tentukan peluang munculnya mata dadu lebih dari dua.
Penyelesaian :

14
Cara I 
Sebuah dadu dilempar sekali, maka U (S) = 6
Jika A = {mata dadu kurang dari sama dengan 2}
Maka Ac = {mata dadu lebih dari 2}
Sehingga :
Ac = {3, 4, 5, 6}
n (Ac) = 4
n( A c ) 4 2
= =
P(Ac) = n(S ) 6 3
2
Jadi peluang munculnya mata dadu lebih dari 2 adalah 3
Cara II
Sebuah dadu dilempar sekali, maka n (S) = 6
Jika A = {mata dadu kurang dari sama dengan 2}
= {1, 2}
n(A) = 2
n( A ) 2 1
= =
P(A) = n( S ) 6 3
Sehingga :
P (Ac) = 1 – P (A)
1
=1– 3
2
= 3
2
Jadi peluang munculnya mata dadu lebih dari 2 adalah 3
Contoh 2:
Dua buah dadu dilambungkan bersama-sama, tentukan peluang bahwa jumlah mata kedua
dadu lebih dari 3!
Penyelesaian :
Dua buah dadu dilambungkan bersama, maka n (S) = 6  6 = 36
Jika A = {jumlah mata kedua dadu  3}
= {(1,1), (1,2), (2,1)}
n(A) = 3

15
n( A ) 3 1
= =
P (A) = n( S ) 36 12
1
P (Ac) = 1 – 12
11
= 12
11
Jadi peluang bahwa jumlah mata kedua dadu > 3 adalah 12

Contoh 3:
Jika peluang hari esok akan hujan adalah 0,35, berapa peluang bahwa cuaca akan cerah esok
hari?
Penyelesaiannya :
A = {esok hari akan turun hujan)
P (A) = 0,35
P (Ac) = 1 – P(A
= 1 – 0,35
= 0,65
Jadi peluang bawah cuaca akan cerah hari esok adalah 0,65.
 Dua kejadian saling lepas

Kejadian A dan B dikatakan saling lepas


Jika A  B =  atau P (A  B) = 0
Jika P (A  B) = 0 maka P (A  B) = P(A) + P (B)
Kesimpulan :

Jika A dan B kejadiansalinglepas, maka:

P (A  B) = P(A) + P (B)

Contoh 1 :
Dari satu set kartu bridge diambil 1 kartu secara acak.
Berapa peluang untuk mendapatkan kartu As atau king?

16
Penyelesaian :
Jika A = kejadian mendapatkan kartu A  n (A) = 4
B= kejadian mendapatkan kartu king  n (B) = 4
n(A  B) = 
Maka : P (A  B) = P(A) + P (B)
4 4
+
= 52 52
2
= 13
2
Jadi peluang untuk mendapatkan kartu As atau king adalah 13

Contoh 2:
Dua buah dadu dilambungkan bersama-sama. Berapa peluang jumlah angka kedua dadu sama
dengan 5 atau 10.
Penyelesaian :
n (S) = 6  6 = 36
jika A = {jumlah angka sama dengan 5}
= {(1, 4), (4, 1), (2, 3) (3, 2)}
n (A) = 4
jika B = {jumlah angka sama dengan 10}
= {(4, 6), (6, 4), (5, 5)}
n (B) = 3
AB=
n (A  B) = 0
Maka : P (A B) = P (a) + P(B)
4 3
+
= 36 36
7
= 36
7
Jadi nilai kemungkinan jumlah angka kedua mata dadu 5 atau 10 adalah 36
Contoh 3:
Di dalam sebuah kotak terdapat 5 bola merah dan 4 bola putih. Dari dalam kotak tersebut
diambil dua bola sekaligus. Berapa peluang kedua boila itu berwarna sama?

17
Penyelesaian :
n (S) = 9C2 = 36
Dua bola berwarna sama, berarti dua merah atau dua putih
A = {dua merah}, n (a) = nC2 = 10
n( A ) 10
=
P(A) = n( S ) 36
B = {dua putih}, n (B) = 4C2 = 6
n(B ) 6
=
P(B) = n (S ) 36
Karena A dan B saling lepas maka:
P (A  B) = P (A) + (P (B)
10 6
+
= 36 36
16
= 36
4
= 9
4
Jadi peluang kedua bola itu berwarna sama adalah 9
 Dua kejadian yang saling bebas
Kejadian A dan B dikatakan saling bebas jika kejadian A tidak mempengaruhi
kejadian B. Jika dua buah dadu ditos, maka angka yang muncul pada dadu pertama jika
mempengaruhi angka yang muncul pada dadu kedua. Dalam hal ini dikatakan kedua dadu
saling bebas.
Contoh 1 :
Dadu merah dan dadu putih ditos. Tentukan peluang :
a. Pada dadu merah muncul angka satu.
b. Pada dadu putih muncul angka enam.
c. Pada dadu merah muncul angka satu dan pada dadu putih muncul angka enam.
Penyelesaian :
Dua dadu ditos, maka n(S) = 6 x 6 = 36
A = {dadu merah muncul angka satu}
= {(1,1), (1,2),(1,3),(1,4),(1,5),(1,6)}, n(A) = 6
n( A) 6 1
P(A) = = =
n (S) 36 6

18
1
Jadi, peluang pada dadu merah muncul angka satu adalah
6
B = {dadu putih muncul angka enam}
= {(1,6), (2,6), (3,6), (4,6), (5,6), (6,6)}, n(B) = 6
n(B) 6 1
P(B) = = =
n( S) 36 6
1
Jadi, peluang pada dadu putih muncul angka enam adalah
6
a. A ∩ B= { (1,6 ) } ,n ( A ∩ B )=1
n( A ∩ B) 1
P ( A ∩ B )= =
n( S) 6
1
P ( A ∩ B )= dapat ditulis menjadi :
6
1 1
P ( A ∩ B )= x
6 6
P ( A ∩ B )=P ( A ) x P (B)
Jadi, peluang pada dadu merah muncul angka satu dan pada dadu putih muncul angka

1
enam adalah .Dari pembahasan contoh 1 diperoleh rumus sebagai berikut :
36
P ( A ∩ B )=P ( A ) x P (B)

 Dua kejadian Bersyarat


Dua kejadian atau lebih yang terjadi secara berurut dikatakan kejadian tak bebas
(kejadian bersyarat) apabila kejadian yang satu mempengaruhi peluang terjadinya kejadian
yang lain.
Rumus :
Jika kejadian A dan B bersyarat, maka :
P ( A ∩ B )=P ( A ) x P (B / A)

P(B/A) artinya peluang B dimana kejadian A sudah terjadi.


Contoh :
Didalam sebuah kotak terdapat 3 bola merah dan 4 bola putih. Dari dalam kotak
tersebut diambil dua bola secara berturut-turut tanpa pengembalian. Tentukan peluang bahwa
kedua bola tersebut berwarna merah.
Pembahasan :

19
Supaya kedua bola tersebut berwarna merah maka pada pengembalian pertama dan
kedua harus berwarna merah.Peluang terambilnya bola merah pada pengambilan pertama

3
adalah P ( A )= . Kejadian A sudah terjadi sehingga di dalam kotak tinggal 2 bola merah dan
7
4 bola putih. Peluang terambilnya bola merah pada pengambilan kedua adalah P(B/A) =

2 1
= .
6 3
3 1 3 1
P ( A ∩ B )=P ( A ) x P (B / A)= × = =
7 3 21 7
1
Jadi, peluang bahwa kedua bola yang terambil berwarna merah adalah .
7

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan didalam makalah ini kita dapat mempelajari matematika tentang peluang.
Pada bab peluang, materinya meliputi kaidah pencacahan, permutasi,kombinasi, ekspansi
binominal, ruang sampel, peluang, frekuensi harapan, komplemen dan kejadian majemuk.
Permutasi adalah susunan yang berbeda yang dapat dibentuk dari n unsur yang
diambil dari n unsur atau sabagai unsur. Kombinasi adalah susunan beberapa unsur yang
diambil dari sebagian atau semua unsur suatu himpunan tanpa memperhatikan urutannya.
Ruang sampel adalah himpunan yang memuat semua hasil yang mungkin dari suatu
percobaan. Peluang kejadiaan adalah himpunan bagian dari ruang sampel. Frekuensi harapan
adalah hasil kali peluang kejadian dengan gabungkan dua atau lebuh kejadian
sederhana.Sifat-sifat peluang, misalnya S suatu ruang sampel dan A suatu kejadian pada
ruang sampel S.
a. Jika A = Ø maka P (A) = O
b. Nilai peluang kejadian A, yaitu P (A) berkisar dari O sampai 1 (O ≤ P (A) ≤ 1).
c. Jika S ruang sampel maka P (S) = 1.

3.2 Saran

20
Demikian makalah yang dapat penulis susun, penulis menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan. Karena itu, keterbatasaan ini kiranya akan dapat diminimalis dengan
partisipasi pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang konstruktif agar makalah
kedepan dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://20matematika/peluang/Mawar%20Berduri%20di%20Tepi%20Jurang
%20%20MAKALAH%20PELUANG.htm
http://genius.smpn1-mgl.sch.id/file.php/1/ANIMASI/matematika/Teori
%20Peluang/materi01.html
http://mtksmampsw.wordpress.com/kelas-xi/kelas-xi-ipa-semester-i/peluang/
http://matematikanet.blogspot.com/2009/01/teori-peluang.html
http://Cara%20Menentukan%20Peluang%20Kejadian%20Majemuk%20dan
%20Kejadian%20Bersyarat%20-%20Rumus%20Matematika.htm

21

Anda mungkin juga menyukai