Anda di halaman 1dari 8

Laporan praktikum : Fitokimia II

Percobaan 2
“ KROMATOGRAFI CAIR VAKUM (KCV)”

OLEH :

HIZRAH
917312906201.010

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA
KENDARI
2021
Percobaan 2
“ KROMATOGRAFI CAIR VAKUM (KCV)”

A. Alokasi waktu : 160 menit

B. Tujuan praktikum :

1. Memahami prinsip kromatografi cair

C. Landasan Teori

Suatu analisis kimia menjadi meragukan jika pengukuran sifat tidak

berhubungan dengan sifat spesifik senyawa. Analisis meliputi pengambilan

cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa yang

dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan

pengukuran. Banyak teknik pemisahan tetapi kromatografi merupakan teknik

paling banyak digunakan. Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michael

Tswett, seorang ahli botani Rusia, pada tahun 1906. Kromatografi berasal dari

bahasa Yunani ‘Kromatos’ yang berarti warna dan ‘Graphos’ yang berarti

menulis. Kromatografi mencakup berbagai proses yang berdasarkan pada

perbedaan distribusi dari penyusun cuplikan antara dua fasa. Satu fasa tinggal

pada sistem dan dinamakan fasa diam. Fasa lainnya, dinamakan fasa gerak,

memperkolasi melalui celah-celah fasa diam. Gerakan fasa menyebabkan

perbedaan migrasi dari penyusun cuplikan.

Umumnya telah diketahui bahwa proses isolasi biasanya dilakukan

dengan cara kromatografi. Kromatografi merupakan salah satu metode


pemisahan komponen-komponen campuran dimana cuplikan

berkesetimbangan di antara dua fasa, fasa gerak yang membawa cuplikan dan

fasa diam yang menahan cuplikan secara selektif. Bila fasa gerak berupa gas,

disebut kromatografi gas, dan sebaliknya kalau fasa gerak berupa zat cair,

disebut kromatografi cair. (Harris, 1982).

Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode

fraksinasi yaitu dengan memisahkan crude extract menjadi fraksi-fraksinya

yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan kolom yang berisi

fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu dengan pompa vakum.Fasa diam

yang digunakan dapat berupa silika gel atau alumunium oksida (Ghisalberti,

2008).

Kromatografi kolom cair dapat dilakukan pada tekanan atmosfer atau

pada tekanan lebih besar dari atmosfer dengan menggunakan bantuan tekanan

luar misalnya gas nitrogen.Untuk keberhasilan praktikan di dalam bekerja

dengan menggunakan kromatografi kolom vakum cair, oleh karena itu syarat

utama adalah mengetahui gambaran pemisahan cuplikan pada kromatografi

lapis tipis (Harris, 1982). Kromatografi vakum cair dilakukan untuk

memisahkan golongan senyawa metabolit sekunder secara kasar dengan

menggunakan silika gel sebagai absorben dan berbagai perbandingan pelarut

n-heksana : etil asetat : metanol (elusi gradien) dan menggunakan pompa

vakum untuk memudahkan penarikan eluen (Hefttman, 1983).


Kromatografi vakum cair merupakan salah satu jenis dari kromatografi

kolom.Kromatografi kolom merupakan suatu metode pemisahan campuran

larutan dengan perbandingan pelarut dan kerapatan dengan menggunakan

bahan kolom.Kromatografi kolom lazim digunakan untuk pemisahan dan

pemurnian senyawa (Schill, 1978).

Prinsipnya yaitu adsorpsi dan partisi yang dipercepat bantuan pompa

vakum.Keuntungan dari metode ini adalah prosesnya cepat dan senyawa

tertarik secara sempurna. Kerugiannya adalah pemisahanya tidak sempurna

karena senyawa yang ditampung bercampur dalam suatu penampungan tidak

seperti pada kolom konvensional yang dipisahkan berdasarkan warna,

sehingga pemisahannya lebih maksimal. (Helfman,1983).

a. Jahe (Zingiber officinale Rosc.)


Jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk dalam ordo Zingiberales,

famili Zingiberaceae, dan genus Zingiber (Simpson, 2006). Kedudukan

tanaman jahe dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Rosc. (Rukmana, 2000).
Tanaman jahe merupakan terna tahunan, berbatang semu dengan tinggi antara

30 cm - 75 cm. Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15 cm

– 23 cm, lebar lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur dua baris berseling. Tanaman

jahe hidup merumpun, beranak-pinak, menghasilkan rimpang dan berbunga.

Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi 3 jenis,

yaitu: jahe besar (jahe gajah) yang ditandai dengan ukuran rimpang yang besar,

berwarna muda atau kuning, berserat halus dan sedikit beraroma maupun berasa

kurang tajam; jahe putih kecil (jahe emprit) yang ditandai dengan ukuran rimpang

yang termasuk kategori sedang, dengan bentuk agak pipih, berwarna putih, berserat

lembut, dan beraroma serta berasa tajam; jahe merah yang ditandai dengan ukuran

rimpang yang kecil, berwarna merah jingga, berserat kasar, beraroma serta berasa

sangat tajam (Rukmana, 2000).

Jahe diperkirakan merupakan tumbuhan pribumi Asia Tenggara.

Penyebarannya diperkirakan mengikuti migrasi yang dilakukan oleh Suku Bangsa


Austronesia pada abad ke-4 SM menyeberangi Kepulauan Melayu dari CIna

Tenggara sampai ke Taiwan. Jahe pun menjadi tumbuhan khas wilayah tersebut

bersamaan dengan lengkuas, temu putih dan lempuyang.

Tumbuhan jahe dikategorikan sebagai tumbuhan kultigen dan tidak tersedia

lagi dalam bentuk liar di alam. Hal ini disebabkan karena jahe telah kehilangan

kemampuannya tumbuh melalui biji seperti kebanyakan jenis rempah-rempah

lainnya dan hanya bisa berkembang biak melalui reproduksi vegetatif menggunakan

akarnya yang merupakan akibat dari seleksi buatan yang dilakukan manusia

tumbuhan ini telah lama didomestikasi di India dan Tiongkok.


A. Alat dan Bahan
a. Alat
 Seperangkat alat kromatografi cair vakum
 Mangkuk/bejana ekstrak
 Botol
 Gelas kimia
 Gelas ukur
 Tabung reaksi
 Pensil
 Cutter
 Chamber KLT
b. Bahan
 Silika halus
 Heksan
 Etil asetat
 Kloroform
 Lempeng KLT
c. Prosedur kerja
a. Pengerjaan sampel
1. Metode basah
 5 g sampel ekstrak dilarutkan dengan pelarut yang mudah
menguap
 Cairan ekstrak yang telah larut ditambahkan sedikit demi
sedikit dengan silica sampai homogen
 Campuran ekstrak dan silica dihomogenkan sampai pelarut
menguap dan sampel menjadi kering
2. Metode kering
 5 g ekstrak ditambahkan dengan sejumlah silica
 Campuran ekstrak dan silica digerus hingga homogeny
b. Pembuatan eluen
Pembuatan eluen dilakukan dengan derajat kepolaran dari pelarut yang
bersifat non polar sampai polar. Eluen yang digunakan adalah heksan,
perbandingan konsentrasi eksan : asetat : etil, 9:1, 9-1, 8:2, 8:2, 7:3,
7:3, 6:4, 6:4, 5:5, 5:5, 4:6, 4:6, 7:3, 7:3, 8:2, 8:2, 9:1, 9:1 etil, asetat,
methanol,. Masing-masing eluen dibuat sebanyak 100 ml
c. Proses kromatografi vakum cair
1. Sebanyak 50 g silica (fase diam) dikemas kering dalam kolom kcv
dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan kemasan
maksimum
2. Vakum dihentikan, pelarut yang kepolaranya rendah (n-heksan)
dituangkan kedalam silica lalu divakum lagi
3. Sampel yang telah dihomogenkan dengan silica diatas fase diam
dalam keadaan vakum
4. Kolom dielusii dengan eluen mulai dari nonpolar sampai polar
5. Setiap hasil fraksi ditampung dalam wadah sesuai
6. Hasil masing-masing fraksi di KLT, fraksi dengan KLT yang
sama digabung menjadi satu fraksi

Anda mungkin juga menyukai