Anda di halaman 1dari 50

BAGIAN 2

Pekerjaan Struktur

BAGIAN 2
PEKERJAAN STRUKTUR

BAGIAN 2.1.
PEKERJAAN TANAH, PEKERJAAN PENGGALIAN DAN PENGURUGAN

Pasal 2.1.1 Lingkup Pekerjaan


1.1. Pekerjaan ini meliputi Pekerjaan Penggalian dan Pengurugan/Penimbunan
tanah dan pasir ( sesuai gambar ), seperti galian tanah untuk pondasi tapak
beton, poer, tie beam/sloof serta penggalian dan pengurugan/penimbunan
lain untuk pekerjaan drainage dan Mekanikal / Elektrikal.
1.2. Semua penggalian tanah dan pengurugan tanah kembali harus dilaksanakan
sesuai dengan Gambar dan semua petunjuk yang disampaikan oleh Konsultan
Pengawas, selama berlangsungnya pekerjaan.
1.3. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna.
Pasal 2.1.2 Syarat pelaksanaan penggalian
2.1. Pekerjaan penggalian pondasi, sloof dan poer dan lain lain, dapat
dilaksanakan secara konvensional dan semua peralatan yang dibutuhkan
harus disediakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi, baik yang menyangkut
peralatan untuk pekerjaan persiapan maupun peralatan untuk pekerjaan
penggaliannya sendiri dan alat-alat bantu yang diperlukannya.
2.2. Sebelum pekerjaan penggalian dapat dilaksanakan, Penyedia Jasa Konstruksi
wajib untuk mengajukan permohonan tertulis kepada Konsultan Pengawas
yang menyebutkan tanggal akan dimulainya pekerjaan penggalian, uraian
teknis tentang cara-cara penggalian yang akan dilaksanakan.
2.3. Dalam melaksanakan pekerjaan penggalian ini, Penyedia Jasa Konstruksi
wajib melaksanakan pekerjaan pencegahan atau kelongsoran tanah,
pekerjaan penanggulangan air tanah yang menggenang, pekerjaan perbaikan
bila terjadi kelongsoran dan lain sejenisnya.
2.4. Semua galian harus dilaksanakan sampai diperoleh panjang galian,
kedalaman, kemiringan dan lengkungan yag sesuai dengan yang tertera di
dalam Gambar Perencanaan.
2.5. Bila kedalaman penggalian terlampaui kedalaman yang dibutuhkan
sebagaimana yang tertera di dalam Gambar, Penyedia Jasa Konstruksi harus

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -1
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

menimbun dan memadatkannya kembali dengan pasir urug, dan semua biaya
tambahan yang diakibatkannya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
Konstruksi.
2.6. Bila kondisi dari tanah pada kedalaman yang ditentukan di dalam Gambar
ternyata meragukan, Penyedia Jasa Konstruksi harus secepatnya melaporkan
hasil tersebut kepada Konsultan Pengawas secara tertulis, agar dapat diambil
langkah-langkah yang dianggap perlu, semua biaya yang diakibatkan oleh
keadaan tersebut akan dibayar oleh Pemilik Bangunan melalui penerbitan
“Perintah Perubahan Pekerjaan”.
2.7. Permukaan tanah yang sudah selesai digali dan telah mencapai kedalaman
rencana harus dipadatkan kembali untuk mendapatkan permukaan yang
padat rata. Pemadatan tanah digunakan alat pemadat tanah yang
sebelumnya disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2.8. Penyedia Jasa Konstruksi harus melaporkan hasil pekerjaan galian tanah yang
telah selesai dan menurut pendapatnya sudah dapat digunakan untuk
pemasangan pondasi/pekerjaan berikutnya kepada Konsultan Pengawas
untuk dimintakan persetujuannya.
2.9. Semua kelebihan tanah galian harus dikeluarkan dari lapangan ke lokasi yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung
jawab untuk mendapatkan tempat pembuangan dan membayar ongkos-
ongkos yang diperlukan.
2.10. Air yang tergenang dilapangan, atau dalam saluran dan galian selama
pelaksanaan pekerjaan dari mata air, hujan atau kebocoran pipapipa harus
dipompa keluar atau biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
2.11. Hambatan yang Dijumpai Waktu Penggalian
a. Semua akarakar pohon, batangbatang pohon terpendam, beton-beton tak
terpakai atau pondasipondasi bata, septicktank bekas, pipa drainase yang
tak terpakai, batubatu besar yang dijumpai pada waktu penggalian harus
dikeluarkan atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi. Tanah yang berlubang
akibat hambatan yang dijumpai harus diperbaiki kembali dengan pasir
beton : semen dengan perbandingan 1 : 10
b. Instalasi umum yang tertanam dan masih berfungsi seperti pipa drainase,
pipa air minum, pipa gas, kabel listrik yang dijumpai pada waktu
penggalian diusahakan tidak terganggu atau menjadi rusak.
Bilamana hal ini dijumpai maka Konsultan Pengawas dan pihak pihak yang
berwenang harus segera diberitahu dan mendapatkan instruksi selanjutnya

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -2
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

untuk mengeluarkan instalasi tersebut sebelum penggalian yang


berdekatan diteruskan.
c. Bilamana terjadi kerusakankerusakan pada instalasi tersebut diatas, maka
Konsultan Pengawas dan pihakpihak yang berwenang harus segera
diberitahu dan semua kerusakankerusakan harus diperbaiki atas biaya
Penyedia Jasa Konstruksi.
Pasal 2.1.3 Syarat pekerjaan pengurugan/penimbunan tanah
3.1. Yang dimaksud disini ialah pekerjaan pengurugan/timbunan yaitu
dimana permukaan tanah yang direncanakan lebih tinggi dari permukaan
tanah asli, sebagaimana tertera dalam gambar rencana.
3.2. Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak, akar
pohon, sampah, puing bangunan dan lainlain sebelum pengurugan dimulai.
3.3. Tanah yang digunakan untuk mengurug harus bersih dari bahan organis, sisa-
sisa tanaman, sampah dan lainlain.Tanah yang digunakan untuk timbunan
dan subgrade harus memenuhi standard spesifikasi AASHTO-M 57-64 dan
harus diperiksa terlebih dahulu di laboratorium tanah yang disetujui oleh
Konsultan Konsultan Pengawas.
3.4. Pengurugan/penimbunan harusdilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan
maksimum 25 cm untuk masingmasing lapisan, kemudian dipadatkan sampai
permukaan tanah yang direncanakan.
3.5. Pelaksanaan pengurugan/penimbunan dapat menggunakan mesin gilas dan
pada daerah yang oleh Konsultan Mannajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas dianggap berbahaya atau dengan jarak lebih kurang 45 cm dari
saluran atau batasbatas atau pekerjaanpekerjaan yang mungkin menjadi
rusak digunakan Stamper.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -3
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

BAGIAN 2.2.
PEKERJAAN URUGAN PASIR

Pasal 2.2.1 . Lingkup pekerjaan


1.1. Pasal ini menguraikan semua pekerjaan urugan pasir yang harus dilaksanakan
oleh Penyedia Jasa Konstruksi, seperti pengurugan pasir dibawah Pile Cap,
Sloof, lantai, dibawah perkerasan-perkerasan dan lain-lain sebagainya serta
pekerjaan pemadatan urugan pasir tersebut, sebagaimana yang tertera
pada Gambar Perencanaan.
1.2. Pengurugan Pasir harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang
tercantum di dalam PUBI 1979 (NII-3) ayat 12.1.
1.3. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna.

Pasal 2.2.2 . Persyaratan Bahan


Pasir urug yang akan dipakai harus bersih dan cukup keras, sesuai dengan
persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1971 ayat 12.1.

Pasal 2.2. 3. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan


3.1. Sebelum pengurugan pasir dilaksanakan Penyedia Jasa Konstruksi wajib
untuk memeriksa ketinggian dari tanah atau konstruksi dibawahnya untuk
meyakinkan bahwa ketinggian yang ada telah sesuai dengan gambar, dan
bahwa tanah dibawahnya telah dipadatkan sehingga didapat permukaan yang
rata dan padat.
3.2. Hasil pemeriksaannya ini harus dilaporkan kepada Konsultan Manajeman
Konstruksi/Konsultan Pengawas, yang akan segera melakukan pemeriksaan.
berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut. Konsultan Pengawas akan menolak
atau memberikan persetujuannya untuk pelaksanaan pekerjaan pengurugan
pasir.
3.3. Pengurugan pasir harus dilaksanakan dengan cara menebarkan, meratakan
dan memadatkan secara mekanik sampai diperoleh ketebalan dan ketinggian
yang sesuai dengan gambar perencanaan.
3.4. Urugan pasir tidak boleh ditutup oleh konstruksi atau pekerjaan lain sebelum
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak untuk
membongkar pekerjaan diatasnya, bilamana urugan pasir tersebut belum
disetujui olehnya.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -4
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

3.5. Tebal dan peil urugan pasir harus sesuai dengan gambar, jika tidak
dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal urugan pasir minimal =
10 cm.

BAGIAN 2.3.
PEKERJAAN LANTAI KERJA

Pasal 2.3.1 Umum


Pasal ini menguraikan semua pekerjaan lantai kerja, seperti dibawah pekerjaan
pondasi, sloof dan sejenisnya sebagaimana yang tercantum dalam gambar
perencanaan.
Pasal 2.3.2 Persyaratan Bahan
Lantai kerja harus dibuat dari campuran semen, pasir, kerikil bila tidak disebutkan
secara khusus didalam gambar harus dibuat dengan perbandingan semen : pasir :
kerikil = 1 : 3 : 5 atau kualitas setara B – 0.
Pasal 2.3.3 Syarat Pelaksanaan Pekerjaan
3.1. Sebelum lantai kerja dibuat lapisan tanah dibawahnya harus dipadatkan dan
diratakan dengan alat pemadat serta diurug lapisan pasir.
3.2. Lantai kerja, sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Konsultan
Pengawas/ Konsultan Pengawas tidak boleh ditutup oleh pekerjaan lainnya.
Konsultan Pengawas berhak membongkar pekerjaan diatasnya bilamana
lantai kerjá tersebut belum disetujui olehnya.
3.3. Tebal dan peil lantai kerja harus sesuai dengan gambar, jika tidak dinyatakan
secara khusus dalam gambar, maka tebal lantai kerja minimal = 5 cm.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -5
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

BAGIAN 2.4.
PEKERJAAN PENDAHULUAN KONSTRUKSI

Pasal 2.4.1 Umum


Pekerjaan Pendahuluan Konstruksi meliputi kegiatan pembongkaran konstruksi
eksisting berupa gudang penyimpanan.
Pasal 2.4.2 Persyaratan Peralatan dan Tenaga Kerja
1. Fasilitas dan Peralatan kerja berupa :
 Elektrikal Jack Hammer/ Demolition hammer
 Palu Pemecah Beton
 Chissel/Pahat Beton
 Gerinda Pemotong Besi
 Kacamata Kerja (Google)
 Sarung Tangan
 Helmet Safety
 Safety Shoes
 Baju Kerja
harus disediakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi dalam jumlah yang mencukupi.
Kekurangan dan ketidak tersediaan peralatan dilapangan tidak dapat dijadikan
alasan untuk penambahan waktu pekerjaan.
2. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan tenaga khusus yang cakap dan
trampil dalam jumlah yang mencukupi untuk melaksanakannya. Kekurangan dan
ketidak tersediaan tenaga kerja trampil dilapangan tidak dapat dijadikan alasan
untuk penambahan waktu pekerjaan
Pasal 2.4.3 Syarat Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pembongkaran Ruang Chazanah eks ruang penyimpan Data lantai 3.
a. Sebelum melaksanakan kegiatan pembongkaran, pelaksana dari penyedia
jasa konstruksi harus mengajukan ijin tertulis dan mengajukan nama tenaga
pembongkaran. Setiap kegiatan pembongkaran harus diawasi dan
didampingi oleh pelaksana dan pengawas dari Konsultan Pengawas
b. Tenaga Kerja pelaksana pembongkaran harus tenaga terampil dan cakap
yang disediakan khusus untuk pelaksanaan kegiatan pembongkaran ini dan
harus menggunakan pakaian dan perlengkapan keselamatan kerja sesuai
persyaratan K3 konstruksi yang berlaku
c. Pada area pembongkaran harus disediakan pemadam kebakaran portable
yang layak fungsi dan mudah dijangkau

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -6
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

d. Pemotongan besi menggunakan alat gerinda listrik harus dilakukan oleh


tenaga yang terlatih dan cakap dan dihindari percikan api yang berlebihan.
e. Pembongkaran/Pemotongan bangunan lama harus tidak mengganggu
aktifitas yang ada/berlangsung disekitarnya, Penyedia Jasa Konstruksi harus
memasang penutup, sehingga debu/kotoran dan suara tidak menganggu
lingkungan sekitar.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -7
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

BAGIAN 2.5.
PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH

Lingkup Pekerjaan dalam bagian ini meliputi pekerjaan Pondasi Batu kali, Pondasi Tiang
Pancang, Pondasi Plat setempat, Poer/Pile Cap dan Tie Beam/sloof.

Pasal 2. 5.1 Pekerjaan Pondasi batu kali


1.1. Umum
Pasal ini menguraikan semua pekerjaan pasangan batu kali, yang dimaksud sebagai
pondasi, sebagaimana tertera didalam gambar.
Pasangan batu kali harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang tercantum
dalam PBI 1971.
1.2. Persyaratan bahan
1.2.1. Batu kali yang dipakai harus merupakan batu kali belah yang keras, padat
dan memiliki struktur yang kompak dengan warna yang cerah dan bebas dari
cacat, serta harus memenuhi syarat. Batu kali bulat tidak boleh dipakai.
1.2.2. Semen portland yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus memenuhi
ketentuan yang tercantum pada RKS ini.
1.2.3. Pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi
persyaratan
1.2.4. Air yang akan dipakai untuk pasangan batu kali harus memenuhi ketentuan
yang tercantum pada RKS ini.
1.3. Pelaksanaan Pekerjaan
1.3.1 Pondasi batu kali harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan 1 bagian
Semen Portland : 5 bagian Pasir Pasang atau sesuai yang disebutkan
didalam gambar dan harus dipasang dan dibentuk sampai diperoleh dimensi
dan ketinggian yang dibutuhkan, sebagaimana yang tertera dalam Gambar.
1.3.2. Batu kali harus dipasang sedemikian rupa, sehingga didapatkan gigitan yang
memadai diantara batu-batu, dengan ruang kosong sekecil mungkin.
Sebelum dipasang, bagian luar dibasahi secukupnya. Setelah dipasang,
bagian luar dari batu kali harus di tutup dengan adukan yang sama sampai
semua permukaan batu tertutup. Sebelum pemasangan dapat dilaksanakan,
Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat dan memasang kayu-kayu
pembantu (kayu profil) dan merentangkan benang pembantu dengan bentuk
sesuai dengan bentuk pondasi yang akan dipasang.Benang-benang yang
direntangkan harus sipat datar. Kayu pembantu dan benang-benang ini

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -8
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

harus disetujui oleh Konsultan Konsultan Pengawas/Konsultan Pengawas


sebelum pasangan batu kali dapat dimulai.
1.3.3. Pasangan batu kali exposes harus dipasang secara acak dengan
menggunakan adukan dan harus dilaksanakan oleh tukang batu khusus yang
berpengalaman.
Selama pemasangan batu mungkin perlu dibentuk untuk memperoleh nat
yang tipis dan rata.
Pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan semen pasir
dengan campuran 1 bagian semen portland : 5 bagian pasir pasang.
Sebelum dipasang, batu harus dibasahi secukupnya, dan nat antar batu yang
diexposed harus dikorek dengan cara yang memadai.
Selama pemasangan, batu kali yang telah terpasang harus sering dicuci,
untuk menghindarkannya dari kotoran dan adukan yang menempel.
Pasal 2. 5.2 Pondasi Spun Pile
2.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan pondasi ini meliputi, penyediaan tenaga, bahan-
bahan material dan peralatan-peralatan yang diperlukan sehingga secara
keseluruhan pekerjaan pondasi ini dapat terselesaikan.
Sebagai pondasi utama bangunan gedung ini adalah pondasi tiang
pancang Diameter 40 cm dengan mutu beton K-250, sedangkan sebagai
pondasi penunjang/ringan dipakai pondasi type lain sebagaimana ditunjuk
dalam gambar rencana.
2.1.1. Pedoman Pelaksanaan.
a. Sebelum dilaksanakan pekerjaan pondasi maka Pemborong harus
mengadakan pengukuran untuk as-as pondasi sesuai dengan
jarak/notasi yang tercantum dalam gambar rencana pondasi dan harus
dimintakan persetujuan lebih lanjut kepada Direksi/Pengawas.
b. Pemborong diwajibkan memberi laporan kepada Direksi/Pengawas,
bila ada perbedaan antara gambar detail/konstruksi dengan gambar
arsitektur atau adanya notasi yang kurang jelas untuk mendapatkan
keputusan/penjelasan.
2.1.2. Tiang pancang dapat dipancang dengan menggunakan alat hidraulic pile
Injection dengan kapasitas 100ton,asalkan tiang pancang tersebut dapat
menembus masuk pada kedalaman yang telah ditentukan atau mencapai
daya dukung yang telah ditentukan dengan tanpa menyebabkan kerusakan.
Mutu Beton Tiang Pancang adalah K–250 dengan menggunakan tulangan

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -9
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

prestress. Produsen/Pabrik dari tiang pancang adalah produsen/pabrik yang


sudah memilik sertifikat ISO. Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang
berada di bawah permukaan tanah asli, maka galian harus dilaksanakan
terlebih dahulu sebelum pemancangan. Kepala tiang pancang harus
dilindungi dengan bantalan kayu. Tiang pancang termasuk tiang miring
harus dipancang secara sentris dan diarahkan agar berada pada posisi yang
tepat Teleransi-toleransi.
Toleransi Lokasi
Tidak lebih dari 8.00 cm dari lokasi yang ditentukan dan jarak antara
tiang pancang tidak bertambah/berkurang lebih dari 15.00 cm
(tambahannya/pengurangannya).
- Toleransi Vertikal
Tidak lebih dari 1:80
1.1. Standart
Seluruh pekerjaan sehubungan dengan pondasi tiang pancang ini harus
dilaksanakan sepenuhnya mengikuti persyaratan serta standart-standart yang
disebutkan dalam :
P.U.B.B.......... 1982
P.B.I. ......... 1971
- SNI 03-2847-2002
- SNI 03-1726-2002
- SNI 03-1727-2002
- SNI 03-1729-2002
A.C.I. ......... 318-02
Persyaratan teknik (pekerjaan beton) dan keputusan-keputusan
Konsultan Pengawas/ Direksi

2.2. MATERIAL/ BAHAN


Beton pratekan pracetak produksi pabrik, spesifikasi teknik mengikuti persyaratan
produsen. Untuk mendapatkan kualitas produksi yang baik sesuai dengan
persyaratan teknis, pengadaan tiang pancang pracetak pihak fabrikan harus
mempunyai sertifikat ISO 9002 tahun 2000 dan bersertifikat K3. Pihak kontraktor
harus menyampaikan/menunjukkan copy kedua sertifikat tersebut kepada pihak
Pengawas/Direksi sebelum mengadakan pemesanan.
Produsen Tiang Pancang Yang Digunakan Metro pile, Wika Beton, Jaya Abadi
Sejahtera.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -10
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

2.3. METODE PELAKSANAAN


2.3.1. Pengenalan Lapangan/ Site.
a. Kontraktor harus mengenal lapangan sebaik-baiknya sebelum memulai
pekerjaannya yang antara lain :
- Peil existing dihubungkan dengan peil dalam gambar rencana.
- Keadaan/kondisi lapisan tanah
- Bangunan-bangunan/ fasilitas-fasilitas yang ada dan atau berdekatan
dengan site
- Kedalaman muka air tanah
- Peralatan dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan guna kelancaran pekerjaan
- Hal-hal lain yang mungkin berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan.
b. Kontraktor juga harus mengenal kondisi jalan-jalan umum,batasan-batasan
beban jalan dan batasan/ketentuan-ketentuan lainnya yang mungkin
mempengaruhi lancarnya transportasi/alat-alat dari dan ke site.
c. Kontraktor wajib untuk mencocokkan kondisi lapangan dengan gambar
rencana dan wajib untuk melaporkan secara tertulis kepada Direksi/
Pengawas.

2.3.2. Pengukuran Lapangan/Setting Site


a. Kontraktor sebelum memulai pekerjaan, harus melakukan pengukuran layout
dengan menggunakan surveyor yang teliti serta berpengalaman.
b. Kontraktor wajib untuk melaporkan secara tertulis kepada Direksi/Pengawas,
apabila ditemukan perbedaan elevasi/ukuran lapangan dengan yang tercantum
dalam gambar rencana.
c. Kontraktor wajib untuk mengukur/menentukan fasilitas/utilitas yang ada
dilapangan serta melaporkannya secara tertulis kepada Direksi/Pengawas
d. Segala biaya yang diperlukan untuk melindungi/memelihara fasilitas/utilitas yang
ada, termasuk memasang kembali yang rusak karena kesalahan Kontraktor,
memjadi tanggung jawab Kontraktor.

2.3.3. Penetrasian Tiang Pancang.


a. Pada waktu pemancangan, penetrasi dari tiang pancang harus dicatat dengan
baik sesuai dengan pengarahan dari konstruktor/perencana untuk menentukan
daya dukung tiang.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -11
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

2.3.4. Pemancangan Tiang


a. Pemborong diwajibkan mengadakan pengukuran lokasi untuk menentukan
letak tiang pancang dengan menggunakan alat ukur Theodolith.
b. Pemancangan harus dilakukan betul-betul vertikal tegak lurus seperti yang
disyaratkan dan pada waktu pemancangan harus dicegah terjadinya gerakan-
gerakan lateral horizontal.
c. Tiang-tiang yang dipancang secara tidak baik menurut garis vertikal dan
dianggap bisa membahayakan atau mengurangi kegunaan tiang pancang,
maka tiang pancang tersebut harus diperbaiki atau harus ditambahkan tiang
pancang lain.
d. Tiang-tiang pancang yang rusak/dianggap rusak sehingga mengurangi
kegunaannya, maka tiang tiang tersebut harus diganti dengan yang baik/baru
atau diperbaiki pada bagian-bagian yang rusak dimana biaya keseluruhan
ditanggung Pemborong.

2.3.5. Toleransi Posisi Tiang


a. Deviasi maksimum terhadap posisi dari tiang pondasi harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
- Deviasi horizontal tidak lebih dari 7.5 cm dari lokasi yang ditentukan dan
jarak antara dua pancang tidak bertambah/berkurang lebih dari 15 cm
(simpangannya).
- Toleransi sumbu vertical tidak lebih dari 1:8
b. Semua biaya tambahan yang timbul karena perubahan pada jumlah tiang,
disain dari pada kepala tiang, waktu maupun biaya perencanaan ulang yang
diakibatkan oleh kesalahan/kegagalan dari Kontraktor dalam melaksanakan
pembuatan tiang pancang, seluruhnya menjadi beban Kontraktor.

2.3.6. Persiapan Tulangan


Selama masa perataan sisi atau dari tiang, Kontraktor harus merapikan serta
meluruskan tulangan-tulangan tiang pondasi yang dipersiapkan keperluan
penyambungan dengan pile cap/poer.

2.3.7. Penolakan Tiang.


Tiang yang dilaksanakan tidak benar serta tidak memenuhi spesifikasi ini akan
ditolak oleh Direksi/Pengawas. Kontraktor wajib membuat tiang pengganti tanpa

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -12
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

biaya tambahan, meskipun bila diperlukan tiang dengan ukuran yang berbeda
sebagai akibat kesalahan tersebut diatas.

2.4. PEKERJAAN TAMBAH KURANG


Pekerjaan tambah kurang akan dilaksanakan sesuai dengan
penambahan/pengurangan jumlah tiang dan perubahan panjang tiang. Perubahan
mengenai jumlah dan panjang tiang akan diketahui setelah selesai dilaksanakan.
Bila terjadi penambahan/pengurangan jumlah maupun panjang tiang pada tempat-
tempat tertentu karena keadáan setempat yang diluar dugaan, maka hal tersebut
akan diperhitungkan sebagai tambah/kurang dan penambahan/ pengurangan
jumlah maupun panjang tiang tersebut harus atas perintah tertulis dari pihak
Pemberi Tugas lewat Konsultan Pengawas.

2.5. LOADING TEST


Tujuan pengujian tiang dengan Pile Driving Analyzer (PDA) adalah untuk
mendapatkan data tentang :
1. Daya dukung aksial tiang.
2. Keutuhan/integritas tiang.
3. Efisiensi enerji yang ditransfer.
Jumlah loading test sebanyak 3 titik.

1. Daya  Dukung  Aksial  Tiang

Penentuan daya dukung aksial tiang didasarkan pada karakteristik dari


pantulan gelombang yang diberikan oleh reaksi tanah (lengketan dan tahanan 
ujung).
Korelasi yang baik antara daya dukung tiang yang diberikan dari hasil ‘PDA’
dengan cara statis yang konvensional telah diakui, yang membawa pada pengakuan
‘PDA’ sebagai metode yang sah dalam  ASTM  D-4945-1996.
Meski demikian, harus dicatat korelasi yang ditujukan dalam grafik didasar-kan
pada hasil pengujian jika daya dukung batas (ultimate) dicapai baik dengan 
‘PDA’ maupun dengan pengujian statis yang konvensional.

2. Keutuhan  Tiang

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -13
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

Kerusakan  pada  fondasi  tiang  dapat  terjadi  karena  beberapa  hal  antara 
lain pada saat pengangkatan tiang atau selamapemancangan tiang. Kerusakan 
ini dapat dideteksi dengan ‘PDA’.
Berdasarkan ‘F’ (gaya) dan ‘V’ (kecepatan) yang terekam dari gelombang 
selama perambatannya sepanjang tiang, lokasi dari kerusakan dapat dideteksi dan
luas penampang sisa dari tiang dapat diperkirakan.

Jika hanya keutuhan tiang saja yang dibutuhkan, sebuah subsistem dari ‘PDA’ yang 
disebut ‘PileIntegrity Tester‘ lebih ekonomis untuk digunakan dari pada  ‘PDA’.

3. Peralatan PDA TEST


Peralatan untuk pengujian ‘PDA’ terdiri dari :

1.   Pile Driving  Analyzer (PDA),

2.   Dua  (2)  strain  transducer.

3.   Dua  (2)  accelerometer

4.   Kabel  Penghubung.

4. Prosedur  Pengujian PDA TEST


Pengujian dinamis tiang didasarkan pada analisis gelombang satu dimensi yang
terjadi ketika tiang dipukul oleh palu. Regangan dan percepatan selama pemancangan
diukur menggunakan straintransducer dan accelerometer. Dua buah strain  transducer 
dan dua buahaccelerometer  dipasang  pada  bagian  atas  dari  tiang  yang  diuji  (kira-
kira 1,5- x diameter dari kepala tiang).
Pemasangan kedua instrument pada setiap pengukuran dimaksudkan untuk
menjamin hasilrekaman yang baik dan pengukuran tambahan jika salah satu instrument 
tidak bekerja dengan baik. Pengukuran  direkam  oleh  ‘PDA’  dan  dianalisis  dengan 
Case Method’ yang  sudah umum dikenal, berdasarkan teori gelombang satu dimensi.
Pengujian  ‘PDA’  dilaksanakan  berdasarkan  prosedur  yang  tercantum  dalam ASTMD-
4945-1996  

5. Waktu Pengujian PDA test


Pengujian ‘PDA’  dapat  dilakukan  selama  pemancangan  untuk  memonitori
perkembangan daya dukung tiang  sejalan  dengan  tiang  masuk  makin  dalam,

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -14
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

kenerja  dari  sistem   pemancangan  atau  memonitor  tegangan  pada  saat


pemancanganyang ekstrim. Tetapi  umumnya  ‘PDA’  digunakan  untuk  menentukan 
daya  dukung jangka  panjang  tiang  fondasi.  Untuk  tujuan  ini,  pengujian  ‘PDA’ 
sebaiknya  dilakukan  beberapa  hari  setelah  pemancangan,  setelah  gaya  lengketan 
tanah  mulai  bekerja.

Informasi  yang  diperlukan dalam PDA test.

1.    Gambar  yang  menunjukan  lokasi  dan  identifikasi  tiang.

2.    Tanggal  pemancangan.

3.    Panjang  tiang  dan  luas  penampang tiang.

4.    Panjang  tiang  tertanam

Jika terjadi kegagalan dalam loading test, maka kontraktor harus melakukan load test
ulang yang berhasil sebanyak 2 kali lipat dari yang disyaratkan atas biaya kontraktor.

Hal yang harus diperhatikan oleh kontraktor pelaksana adalah semua kerusakan
yang ditimbulkan oleh pekerjaan tiang pancang akan menjadi tanggung jawab
kontraktor pelaksana

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -15
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

BAGIAN 2.6.
PEKERJAAN BETON

Pasal 2. 6.1 Umum


1.1. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan syarat-syarat
pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian
persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan teknis ini,
maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan standard di bawah ini :
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971 NI-2).
 Standart Beton Indonesia 1991.
 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung Tahun 1983.
 American Society of Testing Materials (ASTM).
Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut di atas
maka peraturan-peraturan Indonesia yang menentukan.
1.2. Penyedia Jasa Konstruksi harus melaksanakan pekerjaan ini dengan
ketepatan dan kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini,
gambar rencana, dan instruksu-instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan
Pengawas. Semua pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan harus
dibongkar dan diganti atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi sendiri.
1.3. Semua material harus dalam keadaan baru dengan kualitas yang terbaik
sesuai persyaratan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, dan Konsultan
Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan-bahan tersebut
dan Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab atas segala biayanya.
Semua material yang tidak disetujui oleh Konsultan Pengawas dalam waktu 2
x 24 jam harus dikeluarkan dari Proyek.
Pasal 2. 6.2 Lingkup Pekerjaan
2.1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
beton sesuai dengan gambar rencana termasuk pengadaan bahan, upah,
pengujian, dan peralatan pembantu.
2.2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan
bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.
2.3. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian
dan pemeliharaan beton dan semua jenis pekerjaan yang menunjang
pekerjaan beton.

Pasal 2. 6.3 Material

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -16
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

3.1. Semen
a. Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement sesuai
dengan persyaratan standar Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau
ASTM C-150 dan produksi dari satu merk.
b. Penyedia Jasa Konstruksi harus mengirimkan surat pernyataan pabrik
yang menyebutkan type, kualitas dari semen yang digunakan dan
“Manufacturer’s Test Certificate” yang menyatakan memenuhi
persyaratan tersebut diatas.
c. Penyedia Jasa Konstruksi harus menempatkan semen tersebut dalam
gudang yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang
menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena air/lembab
tidak diijinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari proyek.
d. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
3.2. Agregat Kasar
a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan
spesifikasi sesuai menurut ASTM C-33 dan mempunyai ukuran terbesar
2,5 cm
b. Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir
yang pipih maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak
boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat
menurut test mesin Los Angeles Abration (LAA).
c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau
substansi yang merusak beton dan mempunyai gradasi sebagai berikut :

Saringan Ukuran % Lewat Saringan


1” 25,00 mm 100
3/4” 20,00 mm 90 – 100
3/8” 95,00 mm 20 – 55
No. 4 4,76 mm 0-1

3.3. Agregat Halus


a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari pemecah
batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak
mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -17
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

b. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari
partikel-partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi seperti
tabel berikut :

Saringan Ukuran % Lewat Saringan


3/8” 9,50 mm 100
No. 4 4,76 mm 90 – 100
No. 8 2,38 mm 80 – 100
No. 16 1,19 mm 50 – 85
No. 30 0,19 mm 25 – 65
No. 50 0,297 mm 10 – 30
No. 100 0,149 mm 5 - 10
No. 200 0,074 mm a. - 5

3.4. Air
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau
garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
3.5. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan PBI NI-2 1971,
dengan tegangan leleh karakteristik (σ au) = 2400 kg/cm2 atau baja U24 dan
baja dengan tegangan leleh karakteristik (σ au) = 3900 kg/cm2 atau baja U39
Pemberi tugas atau Direksi/Konsultan Pengawas akan melakukan pengujian
test tarik-putus dan “Bending” untuk setiap 10 ton baja tulangan, atas biaya
Penyedia Jasa Konstruksi.
3.6. Bahan Pencampur
a. Penggunaan bahan pencampur (Admixture) tidak diijinkan tanpa
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
b. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Penyedia Jasa Konstruksi
harus mengadakan percobaan-percobaan perbandingan berat dan W/C
ratio dari penambahan bahan pencampur (Admixture) tersebut. Hasil
“Crushing test” dari Laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus
beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
3.7. Cetakan Beton
Dapat menggunakan kayu kelas II, multipleks dengan tebal minimal 9 mm
atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut
dalam PBI NI-2 1971. Untuk beton ecpose harus memalai Pnol Film dengan
tebal minimal 12 mm. Konstruksi rencana cetakan beton harus diajukan oleh

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -18
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

Penyedia Jasa Konstruksi kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat


persetujuan.
3.8. Contoh yang harus disediakan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus memberikan contoh
material : koral, split pasir, besi beton, PC untuk mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas/Konsultan Pengawas.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Konsultan Pengawas/
Pengawas akan dipakai sebagai standart / pedoman untuk memeriksa /
menerima material yang dikirim oleh Pemborong ke lapangan.
c. Pemborong diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-
contoh yang telah disetujui Konsultan Konsultan Pengawas/Pengawas.
Pasal 2. 6.4 Mutu Beton
4.1. Mutu beton untuk konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan
kekuatan tekan karakteristik σbk = 350 kg/cm2 untuk sloof dan pile cap, dan
σbk = 350 kg/cm2 untuk kolom, balok dan plat lantai.
4.2. Slump ( Kekentalan Beton ) untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian
dengan standar ASTM C-143 adalah sebagai berikut :

Slump Slump
Jenis Konstruksi
maks. (mm) min. (mm)

Kaki Dan Dinding Pondasi 100 50


Pelat, Balok Dan Dinding 120 50
Kolom 100 50
Pelat Di Atas Tanah 120 100

4.3. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi, maka
harga tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50% dengan catatan tidak
melebihi 150 mm dan harus di-back up dengan percobaan adukan beton (trial
mix).
Pasal 2. 6.5 Percobaan Pendahuluan ( Trial Mix )
5.1. Untuk mendapatkan mutu beton seperti yang diminta, Penyedia Jasa
Konstruksi harus mengadakan percobaan-percobaan di Laboratorium yang
“Independent” yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas, sebagai persiapan dari
percobaan pendahuluan di lapangan sampai didapatkan suatu perbandingan
tertentu untuk mutu beton yang akan digunakan.
5.2. Setiap ada perubahan dari jenis bahan yang digunakan, Penyedia Jasa
Konstruksi harus mengadakan percobaan di Laboratorium untuk mendapatkan
mutu beton yang diperlukan.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -19
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

5.3. Benda uji yang dibuat dan prosedur dalam percobaan ini harus mengikuti
ketentuan-ketentuan dalam PBI NI-2 1971.
5.4. Bila hasil percobaan dilaboratorium dan slump test belum menunjukkan mutu
yang sesuai dengan permintaan, maka pekerjaan beton tidak boleh
dilaksanakan.
5.5. Hasil percobaan pendahuluan di lapangan harus sesuai dengan hasil
percobaan di laboratorium.
Pasal 2. 6.6 Pengadukan dan Peralatannya
6.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan peralatan dan perlengkapan
yang mempunyai keteliatian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah
takaran dari masing-masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan
Konsultan Konsultan Pengawas/Pengawas.
6.2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari
material-material harus dengan persetujuan Konsultan Konsultan Pengawas/
Pengawas dan seluruh operasi harus dikontrol dan diawasi terus-menerus
oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan bertanggung jawab.
6.3. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Batch Mixer
atau Portable Continous Mixer). Mesin pengaduk harus benar-benar kosong
sebelum menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci
bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
6.4. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah,
bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m 3 dan Konsultan Pengawas
berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan
bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan
kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus
seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan.
6.5. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama
pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan
yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki.
6.6. Penyedia Jasa Konstruksi diperbolehkan menempatkan satu “Mixing Plant”
atau memperoleh beton dari satu “Ready Mix Plant” asalkan dapat
membuktikan bahwa mutu beton tersebut sesuai dengan semua ketentuan
dalam persyaratan ini. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -20
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

spesifikasi beton ready mix yang akan digunakan sesuai dengan mutu beton
yang diinginkan, sebelum pekerjaan dimulai.
Pasal 2. 6.7 Persiapan Pengecoran
7.1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian
yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk
instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
7.2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu
dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
7.3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut
harus disapu dengan bonding agent dengan aturan sesuai pabrik
pembuatnya.
7.4. Penyedia Jasa Konstruksi harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut
sampai ijin pengecoran diberikan oleh Konsultan Pengawas.
Pasal 2. 6.8 Acuan / Cetakan Beton
8.1. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi
sepenuhnya. Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang
dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup
kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari
penyangga.
8.2. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan
lurus dan rata dalam arah horisontal maupun vertikal.
8.3. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya “overstress”
atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani.
Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang
berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.

8.4. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran


letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan
pada a\saat beton dituang.
8.5. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi
“Mould release agent” untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -21
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja


tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.
8.6. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas, atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
Bagian sisi balok : 48 jam
Balok tanpa beban konstruksi : 7 hari
Balok dengan beban konstruksi : 21 hari
Pelat lantai / atap / tangga : 21 hari
8.7. Dengan persetujuan Konsultan Pengawas, cetakan dapat dibongkar lebih awal
apabila hasil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan
beton sebenarnya, telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28
hari. Segala ijin yang diberikan oleh Konsultan Pengawas, tidak mengurangi
atau membebaskan tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi terhadap
kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan.
8.8. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton
yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa Konstruksi wajib
mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.
8.9. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan
dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.
Pasal 2. 6.9 Pengangkutan dan Pengecoran
9.1. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu
antara pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam atau tidak
terjadi perbedaan pengikatan yang mencolok anatara beton yang sudah dicor
dan yang akan dicor.
9.2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang
ditentukan, maka harus dipakai bahan penghambat pengikatan (retarder)
dengan persetujuan Konsultan Konsultan Pengawas/Pengawas.
9.3. Penyedia Jasa Konstruksi harus memberitahu Konsultan Pengawas selambat-
lambatnya 2 (dua) hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan
untuk melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa
Penyedia Jasa Konstruksi akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa tanpa
gangguan.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -22
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

9.4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen
dan agregat telah melalui 1,5 jam dan waktu ini dpat berkuran, bila Konsultan
Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
9.5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara
penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan
sebagainya harus mendapat perstujuan Konsultan Pengawas dan alat-alat
tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton pengeras.
9.6. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5
meter. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh
adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
9.7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami
“initiual set” atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan
menjadi plastis karena getaran.
9.8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah
harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan
dengan baik dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah.
9.10. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah menjasi
keras dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari
lapisan air semen dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman
yang cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah
pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat dengan tulangan dan cetakan
harus dibersihkan.
9.11. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan
pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka
sebaiknya tidak dilaksanakan, kesuali atas persetujuan Konsultan Pengawas
dapat dilaksanakan pada malam hari dengan sistem penerangan sudah
disiapkan dan memenuhi syarat.
Pasal 2. 6.10 Pemadatan Beton
10.1. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan
guna pengangkutan dan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya
agar didapat beton yang cukup padat tanpa perlu penggetaran yang
berlebihan.
10.2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan “Mechanical
Vibrator” dan dioperasikan oleh seorang yang berpengalaman. Penggetaran
dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan “over vibration” dan tidak

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -23
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan


beton.
10.3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat
penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton
dan pemadatan yang baik. Alat penggetar tidak boleh menyentuh tulangan-
tulangan, terutama pada tulangan yang telah masuk pada beton yan telah
mulai mengeras.
Pasal 2. 6.11 Sambungan Konstruksi ( Construction Joints )
11.1. Rencana atau schedul pengecoran harus disiapkan untuk penyelesaian satu
konstruksi secara menyeluruh, termasuk persetujuan letak “construction
joints”. Dalam keadaan tertentu dan mendesak, Direksi/Konsultan Pengawas
dapat merubah letak “construction joints” tersebut.
11.2. Permukaan “construction joints” harus bersih dan dibuat kasar dengan
mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat.
11.3.“Construction Joints” harus diusahakan berbentuk garis miring. Sedapat
mungkin dihindarkan adanya “construction joints” tegak, kalaupun diperlukan
maka harus dimintakan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
11.4. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi
lapisan “Grout/bonding agent” segera sebelum beton dituang.
Pasal 2. 6.12 Baja Tulangan
12.1. Semua baja tulangan yang dipakai harus bersih, dari segala macam kotoran,
karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan merusak mutu beton.
Ukuran lebih kecil atau sama dengan dari  10 mm menggunakan BJTP 24
atau U24 (Polos)
Ukuran D > 12 mm menggunakan BJTD 40 atau U39 (Ulir)
12.2. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan
harus sesuai dengan persyaratan dalam PBI NI-1971.
12.3. Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut :
a. Beton tanpa cetakan, berhubungan langsung dengan tanah = 40 mm
b. Beton dengan cetakan berhubungan langsung dengan tanah = 50 mm
c. Balok dan kolom tidak berhubungan langsung dengan tanah = 40 mm
Pasal 2. 6.13 Benda- benda yang tertanam dalam beton
13.1. Penempatan saluran/pemipaan, sleeve harus sedemikian rupa, sehingga tidak
mengurangi kekuatan struktur dengan memperhatikan PBI-1971, NI-2 pasal
5.7.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -24
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

13.2. Tidak diperkenankan menanam saluran-saluran/pipa kebagian struktur beton


bila ditunjukkan pada gambar.
13.3. Apabila pemasangan terhalang oleh baja tulangan yang terpasang, maka
Penyedia Jasa Konstruksi harus segera mengadakan konsultasi dengan
Konsultan Konsultan Pengawas/ Pengawas.
13.4. Baja tulangan tidak diperkenankan untuk digeser maupun dibengkokkan
untuk memudahkan pemasangan tanpa seijin Konsultan Pengawas.
Pasal 2. 6.14 Benda- benda yang ditanam dalam beton
14.1. Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton, seperti angkur, kait
dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan pekerjaan beton, harus sudah
terpasang sebelum pengecoran beton dilakukan.
14.2. Bagian atau peralatan tersebut harus tertambat kuat pada posisinya agar
tidak tergeser pada saat pengecoran beton.
14.3. Penyedia Jasa Konstruksi utama harus memberitahukan kepada pihak lain
untuk melakukan pekerjaan tersebut sebelum pengecoran dilakukan.
14.4. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada
benda atau peralatan yang akan ditanam dalam beton tidak diisi pada saat
pengecoran, harus ditutup dengan bahan atau ukuran sesuai kebutuhan yang
mudah dilepas setelah pelaksanaan pengecoran.
Pasal 2. 6.15 Cacat-cacat pekerjaan
15.1. Bila penyelesaian pekerjaan, bahan atau keahlian dalam setiap bagian
pekerjaan ternyata tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan persyaratan
teknis, maka bagian tersebut harus digolongkan sebagai cacat pekerjaan.
15.2. Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan diganti
sesuai dengan yang dikehendaki. Seluruh pembongkaran dan pemulihan
pekerjaan yang digolongkan cacat tersebut serta seluruh biaya yang timbul
seluruhnya ditanggung oleh Penyedia Jasa Konstruksi.
Pasal 2. 6.16 Pengujia n beton
16.1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam PBI NI-2
1971 dalam minimum memenuhi persyaratan seperti tersebut dalam ayat
berikut.
16.2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat suatu pengujian, yang dikerjakan dalam
satu hari dengan volume sampai dengan volume sampai dengan jumlah 5 m 3.
16.3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji berbentuk kubus
ukuran 15x15x15 cm atau silinder. Satu benda uji akan diuji pada umur 7
(tujuh) hari dan hasilnya segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas,

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -25
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

sedang 3 (tiga) benda uji lainnya akan diuji pada umur 28 hari. Hasil
pengujian adalah hasil rata-rata dari ketiga spesimen tersebut. Batas
kekuatan beton rata-rata harus sama atau lebih dari kekuatan karakteristik
300 kg/cm² untuk mutu beton K-350 (sloof dan pile cap,plat, kolom,balok),
tidak boleh ada satu benda uji yang hasil pengujian kurang dari kekuatan
beton karakteristik tersebut.
16.4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi yang ditinggal
dilapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan
keadaan sebenarnya.
Pasal 2. 6.17 Suhu
17.1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh melebihi 32° C. Bila suhu yang di
taruh berada diantara 27° dan 32° C.
17.2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat
mengakibatkan suhu beton melebihi 32° C, maka Penyedia Jasa Konstruksi
harus mengambil langkah-langkah yang efektif, misalnya mendinginkan
agregat atau melakukan pengecoran pada malam hari.
Pasal 2. 6.18 Beton ready mixed
18.1. Bilamana beton yang digunakan adalah berupa beton ready mixed, maka
beton tersebut harus didapatkan dari sumber yang disetujui oleh Konsultan
Konsultan Pengawas/Pengawas, dengan takaran, adukan serta cara
pengiriman/pengangkutan yang memenuhi syarat-syarat yang tercantum
pada ASTM C94-78a.
18.2. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang
telah diuji di Laboratorium serta secara konsisten harus dikontrol bersama-
sama oleh Konsultan Pengawas dan Supplier beton ready mixed. Kekuatan
beton minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang
diadakan di Laboratorium.
18.3. Syarat-syarat Beton Ready Mixed :
a. Temperatur beton ready mixed sebelum dicorkan tidak boleh lebih dari
30° C.
b. Penambahan additive dalam proses pembuatan beton ready mixed harus
sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat additive tersebut dan dengan
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Bilamana diperlukan dua atau lebih
jenis bahan additive, maka pelaksanaannya harus dikerjakan secara
terpisah. Dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan
ACI 212.1R-63.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -26
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

c. Setelah temperatur di dalam beton mencapai malsimum, maka


permukaan beton harus ditutupi dengan kanvas atau bahan penyekat
lainnya, untuk mempertahankan panas sedemikian rupa, sehingga tidak
timbul perbedaan panas yang mencolok antara bagian dalam dan luar
atau penurunan temperatur yang mendadak dibagian dalam beton.
Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut di atas dibuka, permukaan
beton tetap harus dilindungi terhadap pengertian yang mendadak.
Pasal 2. 6.19 Pemeliharaan beton ( curing beton )
19.1. Untuk mencegah pengeringan bidang bidang beton. Selama paling dua
minggu beton harus dibasahi terus menerus , antara lain dengan
menutupinya dengan karung karung basah . Pada pelat pelat atap
pembasahan terus menerus ini harus dilakukan dengan merendamnya
(menggenanginya) dengan air. Pada hari hari pertama sesudah selesai
pengecoran , proses pengerasan tidak boleh diganggu Sangat dilarang
untuk mempergunakan lantai yang belum cukup mengeras sebagai tempat
penimbunan bahan-bahan atau sebagai jalan untuk mengangkut bahan-
bahan yang berat.
19.2. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi , uap bertekanan udara luar ,
pemanasan atau proses-proses lainuntuk mempersingkat waktu pengerasan
dapat dipakai. Cara-cara ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas
Ahli.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -27
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

BAGIAN 2.7.
PEKERJAAN BETON NON STRUKTUR

Pasal 2. 7.1 Umum


1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar,
dengan hasil yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi beton kolom praktis, beton ring balok untuk bangunan
yang dimaksudkan termasuk pekerjaan besi beton dan pekerjaan
bekisting/acuan, dan semua pekerjaan beton yang bukan struktur, sesuai
yang ditunjukkan di dalam gambar.
1.2. Standard
a. Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.
b. Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI - 2.
c. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI- 5.
d. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972, NI - 8.
e. Peraturan Pembangunan PemerintrTh Daerah Setempat.
f. Ketentuan-ketentuan Umum untuk pelaksanaan
g. Pemborong Pekerjaan Umum (AV) No. 9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan
Lembaran Negara No. 1457.
h. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan Perencana/MK.
i. Standar Normalisasi Jerman ( DIN )
j. American Society for Testing and Material ( ASTM )
k. American Concrete Institute ( ACI ).
Pasal 2. 7.2 Bahan dan Produksi
2.1. Persyaratan Bahan
a. Semen Portland
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merk
dan atas persetujuan Perencana dan Konsultan Pengawas dan harus
memenuhi NI-8. Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak
dibenarkan untuk digunakan. Penyimpanan Semen Portland harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelambaban, bebas dari
air dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat
penumpukan semen.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -28
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

b. Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan
organis, Lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta
kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.
c. Koral Beton/Split :
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai
gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971.
Penyimpanan/Penimbunan pasir koral beton harus dipisahkan satu dengan
yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak tercampur
untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.
d. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam, alkali dan bahanbahan organis/bahan lain yang dapat
merusak beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10. Apabila dipandang perlu
Konaultan Konsultan Pengawas/Pengawas dapat minta kepada Penyedia
Jasa Konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Penyedia Jasa
Konstruksi.
e. Besi Beton
Digunakan mutu U-24, besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan
bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi bulat serta
memenuhi persyaratan (PBI 1971). Bila dipandang perlu Penyedia Jasa
Konstruksi diwajibkan untuk memeriksa mutu besi beton ke laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Penyedia Jasa
Konstruksi.
f. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa Konstruksi harus
memberikan contoh-contoh material, misalnya : besi, koral, pasir PC untuk
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
g. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, akan dipakai
sebagai standard/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang
dikirim oleh Penyedia Jasa Konstruksi ke site.
2.2. Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan
a. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan
tidak bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam
kotak/kemasan aslinya yang masih tersegel dan berlabel pabriknya.
b. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -29
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.
c. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi
sesuai dengan jenisnya.
d. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab terhadap kerusakan selama
pengiriman dan penyimpanan.Bila ada kerusakan, Penyedia Jasa Konstruksi
wajib mengganti atas beban Penyedia Jasa Konstruksi.
Pasal 2. 7.3 Pelaksanaan
3.1. Mutu Beton
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah fc' = 15 Mpa
dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam PBI-1971.
3.2. Pembesian
a. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,
sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratannya harus
sesuai PBI-1971.
b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton. harus disesuaikan dengan
gambar konstruksi.
c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut
tidak berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan
atau lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan
dalam PBI 1971.
d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari
Konsultan Pengawas.
3.3. Cara Pengadukan
a. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
b. Takaran untuk Semen Portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih
dahulu oleh Konsultan Pengawas.
c. Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan
memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump, minimum 5
cm dan maksimum 10 cm.
3.4. Pengecoran Beton
a. Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan
dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh,
pemeriksaan ukuranukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan
penempatan penahan jarak.
b. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Konsultan

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -30
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

Pengawas.
c. Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan
terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split
yang dapat memperlemah konstruksi.
d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
3.5. Pekerjaan Acuan / Bekisting
a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
b. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan,
sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya
selama pengecoran dilakukan.
c. Acuan harus rapat (tidak bocor), pemiukaannya licin, bebas dari kotoran-
kotoran (tahi gergaji), potongan kayu, tanah/Lumpur dan sebagainya,
sebelum pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak
pemiukaan beton.
d. Penyedia Jasa Konstruksi harus memberikan contoh-contoh material (besi,
koral/split, pasir dan Semen Portland) kepada Konsultan Pengawas, untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan.
e. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan
yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap terjamin sesuai
persyaratan.
f. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebh besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat
pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam NI-2 (PBI 1971).
g. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.
h. Beton harus dibasahi paling sedikit selama tujuh hari setelah pengecoran.
3.6. Pekerjaan Pembongkaran Acuan/Bekisting
Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari
Konsultan Pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -31
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan dari Konsultan


Pengawas.
3.7. Pengujian Mutu Pekerjaan
a. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan
untuk memberikan pada Konsultan Pengawas "Certificate Test" bahan besi
dari produsen/pabrik.
b. Bila tidak ada "Certificat Test" maka Penyedia Jasa Konstruksi harus
melakukan pengujian atas besi/kubus di laboratorium yang akan ditunjuk
kemudian.
c. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Penyedia Jasa Konstruksi dengan
mengambil benda uji berupa kubus yang ukurannya sesuai dengan syarat-
syarat/ketentuan dalam PBI Th.1971. Pembuatannya harus disaksikan oleh
Konsultan Pengawas dan diperiksa di laboratorium konstruki beton yang
ditunjuk Konsultan Pengawas.
d. Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan membuat "Trial Mix" terlebih dahulu,
sebelum memulai pekerjaan beton.
e. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Konsultan Pengawas
secepatnya.
f. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian behan tersebut, menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
3.8. Syarat Pengamanan Pekerjaan
a. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24
jam setelah pengecoran.
b. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain.
c. Bila terjadi kerusakan, Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan untuk
memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya
perbaikan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
d. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi
dengan air terus menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih (sesuai
ketentuan dalam PBI Th.1971).

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -32
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

BAGIAN 2.8.
PEKERJAAN BAJA

Pasal 2. 8.1 Umum


1.1. Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi :
a. Kolom H 250.250.9.14
b. Kolom WF 150.75.5.7
c. Balok Casteled 575.175.7.11
d. Balok WF 400.200.8.13
e. Balok WF 300.150.6,5.9
f. Balok WF 250.125.6.9
g. Balok WF 200.100.5,5.8
h. Balok WF 150.75.5.7
i. Kuda-kuda baja WF 200.100.5,5.8
j. Gording baja C 150.65.20.2,3
k. Angker besi Ø 19 mm
l. Plat besi landasan t. 12 mm
m. Plat besi sirip t. 8 mm dan t. 10 mm
n. Plat besi t. 10 mm, t. 12 mm dan t. 16 mm
o. Baut HTB Ø 12 mm dan Ø 16 mm
p. Penahan + pengikat gording besi Ø 16 mm
q. Trekstang Ø 16 mm
r. Walter moor
s. Atap seng galvalume dan aluminium foil

1.2. Semua Pekerjaan Fabrikasi Baja dan Pemodelan (Mock Up) harus
dilaksanakan di Workshop dengan peralatan yang memadai, minimal terdiri
dari :
a. Chain hoist 5 ton/Crane
b. Skid Rail
c. Notching Machine
d. Beam Driling Machine
e. Magnetic Driling Machine
f. Plate Driling Machine
g. Beam Welding Processing Line System

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -33
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

h. Band Saw Cutting Machine


i. Circular Saw Cutting Machine
j. Mesin Potong Api (Flame)
k. Mesin Potong laser (Laser Cutting Machine)
l. Hydraulic Jack
1.3. Pekerjaan Struktur Baja ialah bagian-bagian yang dalam gambar rencana
dinyatakan sebagai struktur baja, juga bagian-bagian yang menurut sifatnya
memakai baja, seperti kolom, balok, rangka atap, rangka dinding dan lain-
lain.
1.4. Untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut Pelaksana Pekerjaan harus membuat
gambar kerja (shop drawing) dari pekerjaan baja gambar kerja meliputi
detail-detail pemasangan, pemotongan, penyambungan, lubang baut, las,
pengaku, ukuran-ukuran dan lain-lain yang secara teknis diperlukan, terutama
untuk fabrikasi dan pemasangan.
1.5. Sub Pelaksana Pekerjaan yang dipakai jika ada harus diketahui dan disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
1.6. Pelaksana Pekerjaan harus melaksanakan pekerjaan baja sesuai dengan
Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983.
Pasal 2. 8.2 Material
 Semua material baja harus baru dan disetujui pengawas walaupun kontraktor
telah menggunakan bahan yang telah disetujui, pasal berikut ini tetap mengikat
kontraktor untuk tetap bertanggung jawab.
 Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru dan
merupakan Hot Rolled Structural Steel
 Baja profil sesuai dengan Fe-360 atau BJ-37 menurut PPBBI atau ASTM A-36,
dengan tegangan leleh sebesar 2400 kg/cm2.
 Baut Baja biasa sesuai ASTM A-307
 Baut Baja tegangan tinggi sesuai dengan ASTM A-325 F (High Strenght Friction
Grip).
 Elektroda las mengikuti AWS E-70XX atau mutu lebih tinggi.

Pasal 2. 8.3 Pabrikasi


3.1. Umum
3.1.1. Tukang-tukang yang digunakan harus dari tenaga-tenaga ahli pada
bidangnya dan melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan
petunjuk-petunjuk Konsultan Pengawas dan ketelitian utama diperlukan

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -34
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

untuk menjamin bahwa seluruh bagian dapat cocok satu dengan lainnya
pada waktu pemasangan.
3.1.2. Konsultan Pengawas mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk setiap
waktu melakukan pemeriksaan pekerjaan. Tidak satu pekerjaanpun
dibongkar atau disiapkan untuk dikirim sebelum diperiksa dan disetujui.
3.1.3. Setiap pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan gambar rencana
atau spesifikasi ini akan ditolak dan harus segera diperbaiki.
3.1.4. Pelaksana Pekerjaan pabrikasi harus menyediakan atas biaya sendiri
semua pekerjaan, alat-alat perancah dan sebagainya yang diperlukan
dalam hubungan pemeriksaan pekerjaan.
3.1.5. Pelaksana Pekerjaan pabrikasi harus memperkenalkan Pelaksana
Pekerjaan Montase untuk sewaktu-waktu memeriksa pekerjaan dan
untuk mendapatkan keterangan mengenai cara-cara dan lain-lain yang
berhubungan dengan waktu pemasangan di tempat pekerjaan.
3.1.6. Pelaksana Pekerjaan Montase tidak mempunyai wewenang untuk
memberikan instruksi-instruksi mengenai cara penyelenggaraan
pabrikasi.
3.2. Pola Pengukuran
Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk
menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Pelaksana Pekerjaan
Pabrikasi. Semua pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita
baja yang telah disetujui.ukuran-ukuran dari pekerjaan baja yang tertera pada
gambar rencana dianggap ukuran pada 25° C.
3.2.1. Meluruskan
Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka semua pelat harus
diperiksa kerataannya, semua batang-batang diperiksa kelurusannya,
harus bebas dari puntiran, bila perlu harus diperbaiki sehingga bila pelat-
pelat disusun akan terlihat rapat seluruhnya.
3.2.2. Pemotongan
a. Pekerjaan baja dapat dipotong dengan menggunting, menggergaji
atau dengan las pemotong.
b. Permukaan yang diperoleh dari hasil pemotongan harus diselesaikan
siku terhadap bidang yang dipotong, tepat dan rata menurut ukuran
yang diperlukan.
3.2.3. Pekerjaan Mesin Perkakas dan Gerinda yang diperkenankan

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -35
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

Apabila pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotongan,


maka pada pemotongan diperkenankan terbuangnya metal sebanyak-
banyaknya 3 mm, pada pelat setebal 6 mm pada pelat yang tebalnya
lebih besar dari 12 mm.
3.2.4. Memotong dengan Las Pemotong
a. Las pemotongan digerakkan secara mekanis dan diarahkan dengan
sebuah mal serta bergerak dengan kecepatan tetap.
b. Pinggir yang dihasilkan oleh las pemotong harus bersih serta lurus
dan untuk menghaluskan tepi yang dipotong itu harus digunakan
gerinda.
c. Gerinda bergerak searah dengan arah las pemotong, tepi harus
diselesaikan sedemikian sehingga bebas dari seluruh bekas kotoran
besi.
3.2.5. Pekerjaan Las & Pengawasan Pekerjaan Las
a. Pekerjaan las harus dikerjakan oleh tukang las, dibawah Pengawasan
langsung seorang yang menurut anggapan Konsultan Pengawas
mempunyai training dan pengalaman yang sesuai untuk
penyelenggaraan pekerjaan semacam itu.
b. Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan, maka cara itu tidak akan
diubah tanpa persetujuan lebih lanjut.
c. Detail-detail khusus menyangkut cara persiapan sambungan, cara
pengelasan jenis dan ukuran serta kekuatan arus listrik untuk las
tersebut harus diajukan Penyedia Jasa Konstruksi untuk mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas terlebih dahulu sebelum pekerjaan
las listrik dapat dilakukan.
d. Ukuran elektroda, arus dan tegangan listrik, dan kecepatan busur
listrik, yang digunakan pada listrik, harus seperti yang dinyatakan
oleh pabrik las listrik tersebut dan tidak akan dibuat penyimpangan
tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
e. Pelat-pelat yang akan di las harus bebas dari kotoran-kotoran besi,
minyak, cat, karet atau lapisan lain yang dapat mempengaruhi mutu
las.
f. Las dengan retak susut, retak pada bahan dasar, berlubang dan
kurang tepat letaknya harus disingkirkan.
3.2.6. Mengebor

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -36
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

a. Semua lubang harus di bor untuk seluruh tebal dari material. Bila
memungkinkan, maka semua pelat, potongan-potongan dan
sebagainya harus dijepit bersama-sama untuk membuat lubang dan
di bor menembus seluruh tebal sekaligus
b. Bila menggunakan baut pas pada salah satu lubang maka lubang ini
di bor lebih kecil dan kemudian baru diperbesar untuk mencapai
ukuran sebenarnya.
c. Cara lain ialah bahwa batang-batang dapat dilubangi tersendiri
dengan menggunakan mal. Setelah mengebor, seluruh kotoran besi
harus disingkirkan dan pelat-pelat dan sebagainya dapat dilepas bila
perlu.
d. Diameter lubang untuk baut, kecuali baut pas, adalah 1.50 mm lebih
besar dari pada diameter yang tertera pada gambar rencana.
e. Diameter lubang-lubang untuk baut pas harus dalam toleransi yang
diberikan.
f. Dalam hal ini menggunakan pas lubang yang tidak di bor menembus
sekaligus seluruh tebal elemen-elemennya, maka lubang dapat di bor
dengan ukuran yang lebih kecil dahulu dan kemudian pada saat
montase percobaan.
3.2.7. Memberi Tanda untuk Pemasangan Akhir
a. Setelah montase percobaan serta setelah mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas, tetapi belum dilepas, setiap bagian harus diberi
tanda yang jelas (dengan pahatan dan cat).Cat dari warna yang
berbeda digunakan untuk membedakan bagian-bagian yang sama.
b. Dua copy dari gambar rencana yang menyatakan dengan tepat,
tanda-tanda itu, oleh Pelaksana Pekerjaan Pabrikasi diberikan dengan
cuma-cuma kepada Konsultan Pengawas dan Pelaksana pekerjaan
Montase dari bangunan itu, pada saat pengiriman-pengiriman
pekerjaan baja itu.
3.2.8. Pengecatan di Bengkel
a. Setelah dibongkar, sebagai kelanjutan berhasil baiknya montase
percobaan, maka permukaan dari seluruh pekerjaan baja, kecuali
pada bagian yang dikerjakan dengan mesin perkakas dan pada
perletakan, harus dibersihkan seluruhnya sehingga menjadi logam
yang bersih dengan menggunakan penyemprot pasir (sand blasting)
atau dengan cara lain yang disetujui.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -37
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

b. Setelah semua permukaan dalam keadaan bersih dan kering, atau


bahan-bahan dasar dengan satu lapisan menie, atau bahan-bahan
pelindung lainnya kalau disyaratkan khusus untuk pekerjaan tersebut.
Pasal 2. 8.4 Mock Up di bengkel (Montase Percobaan)
4.1. Sebelum dikirim ke lokasi pekerjaan, pekerjaan baja harus dipasang sementara
(montase percobaan) pada bengkel pemborong Pabrikasi dan terlindung dari
cuaca untuk diperiksa
4.2. Kalau terjadi perbedaan kedudukan, batang yang berdampingan harus
dimontase bersama-sama pada kedudukan yang dikehendaki lengkap dengan
perletakan-perletakannya, gelagar melintang dan seluruh batang-batang
penguat.
4.3. Sambungan sementara harus berhubungan betul menyeluruh dengan
menggunakan cara yang disetujui seperti baut-baut.
4.4. Pengeboran yang dilakukan pada saat montase hanyalah untuk membawa
bagian-bagian itu pada posisi yang dikehendaki dan bukan untuk memperbesar
lubang atau merusak material.
Pasal 2. 8.5 Pemasangan percobaan atau Trial Erection
5.1. Bila dipandang perlu oleh MK, Kontraktor wajib melaksanakan pemasangan
percobaan dari sebagian atau seluruh pekerjaan konstruksi. Komponen yang
tidak cocok atau yang tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi dapat ditolak
oleh MK dan pemasangan percobaan tidak boleh dibongkar tanpa persetujuan
MK.
Pasal 2. 8.6 Pengujian Mutu Pekerjaan

6.1. Sebelum dilaksanakan fabrikasi atau pemasangan, Kontraktor diwajibkan


memberikan pada MK “Certificate Test” bahan baja profil, baut-baut, kawat las,
cat dari produsen atau pabrik.
6.2. Bila tidak ada “Certificate Test”, maka Kintraktor harus melakukan pengujian
atas baja profil, baut, kawat las di laboratorium.
6.3. Pengujian contoh harus disiapkan untuk tiap type dari pengelasan dan tiap type
dari bahan yang akan di las. Pengujian bersifat merusak contoh dari produsen
dan kualifikasi pengelasan harus diadakan sesuai dengan persyaratan ASTM
A370
6.4. Pengujian pengelasan yang tidak bersifat merusak.
a. Khusus untuk bagian-bagian konstruksi dengan ketebalan bagian yang dilas
tidak lebih dari 2 cm, pemeriksaan mutu pengelasan dilakukan secara visual,

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -38
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

bila ditemukan hal-hal yang meragukan, maka bagian tersebut harus diuji
dengan standar AWS.D.1.0.
b. Khusus untuk las tumpul bila dianggap perlu oleh MK atau Konsultan harus
dilakukan test ultrasonic atau radiographic.
6.5. Pengujian secara Radiographic
a. Pengujian secara “Radiographic” harus sesuai dengan lampiran B dari
AWS.D.1.0. Pengelasan dan operator pengelasan harus memberi tanda
pengenal pada baja seperti ditentukan dengan tanda-tanda yang lengkap dan
sempurna.
b. Kontraktor sebaiknya menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan pengujian
secara “Radiographic” termasuk sumber tenaga dari utilitas lainnya tanpa
adanya tambahan biaya pada Pemberi Tugas.
c. Perbaikan bagian las yang rusak : Daerah las yang diketahui rusak melebihi
standar yang ditentukan pada “AWS.D.1.0” dinyatakan oleh “Radiographic”
harus diperbaiki dibawah Pengawasan Konsultan Pengawas dan tambahan
“Radiographic” dari daerah yang diperbaiki harus dibuat atas biaya
Kontraktor.
6.6. Pemeriksaan dengan “Ultrasonic” untuk las dan teknik serta standar yang dipakai
harus sesuai dengan lampiran C dari AWS.D.1.0 atau – 75 : Ultrasonic Contact
Examination or Weldments : E273-68 : Ultrasonic Inspection of Longitudinal and
Spiral Welds or Welded Pipe and Tubing (1974).
6.7. Cara pemeriksaan dengan “Partikel Magnetic” harus sesuai dengan ASTM E109.
6.8. Cara pemeriksaan dengan “Liquid Penetrant” harus sesuai dengan E109.
6.9. Pemeriksaan visual pengelasan harus dilakukan ketika operator membuat las dan
setelah pekerjaan diselesaikan. Setelah pengelasan diselesaikan, las harus disikat
dengan sikat kawat dan dibersihkan merata sebelum Konsultan Pengawas
membuat pemeriksaannya. Konsultan atau Konsultan Pengawas akan
memberikan perhatian khusus pada permukaan yang pecah-pecah, permukaan
yang porous, masuknya kerak-kerak las pada permukaan, potongan bawah,
lewatan atau overlap, kantong udara dan ukuran lasnya. Pengelasan yang rusak
harus diperbaiki sesuai dengan persyaratan AWS.D.1.0.
6.10. Hasil pengujian dari laboratorium atau lapangan diserahkan pada Konsultan
Pengawas secepatnya.
6.11. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan atau las dan
sebagainya, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Pasal 2. 8.7. Pengecatan baja

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -39
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

7.1. Umum
Semua konstruksi baja yang akan dipasang perlu dicat dipabrik dengan cat dasar
yang telah disetujui kecuali pada bidang-bidang yang dikerjakan dengan mesin
perkakas misalnya pada perletakan.
Cat lapangan terdiri dari :
a. Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-bidang yang telah
dicat bengkel, seperti diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, yang telah
rusak pada saat transport atau pemasangan oleh bidang-bidang lain
seperti yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, dimana cat dasarnya
telah rusak.
b. Pemakaian cat dasar dan bahan sejenis seperti yang disyaratkan dalan
“pengecatan di bengkel” pada bidang-bidang yang tertera pada 1 diatas.
c. Pemakaian cat akhir seperti yang disyaratkan pada pekerjaan tertentu,
untuk seluruh bidang terbuka pekerjaan besi itu.
7.2. Pembersihan
Pembersihan permukaan dari pekerjaan besi bangunan harus bersih dan dikupas
dengan sand blasting atatu cara lain yang disetujui, agar menjadi logam yang
bersih, dengan menyingkirkan seluruh gemuk, olie, karatan, lumpur atau lain-
lain yang melengket padanya. Luas bidang permukaan yang dibersihkan
haruslah dapat sekaligus ditutup dengan cat dasar dan dicat segera setelah
pembersihan, sebelum terjadi oksidasi.
Bila terjadi oksidasi (karatan), permukaan harus dibersihkan kembali sebelum
pengecatan dasar dilakukan.
7.3. Pengecatan
7.3.1. Cat dapat digunakan dengan kwas tangan yang disetujui atau dengan
cara yang -disyaratkan oleh Konsultan Pengawas.
7.3.2. Pengecatan tidak dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembab atau
berdebu atau pada cuaca yang lain yang jelek, kecuali diusahakan
tindakan-tindakan seperlunya yang sesuai dengan pendapat Konsultan
Konsultan Pengawas/ Pengawas, untuk melawan pengaruh-pengaruh
cuaca tersebut terhadap pekerjaan.
7.3.3. Permukaan yang akan dicat harus kering dan tak berdebu. Lapisan
berikutnya tidak diberikan sebelum lapisan cat terdahulu telah kering
betul. Lapisan penutup diberikan diatas cat dasar dalam tempo kurang
lebih enam bulan tetapi tidak boleh lebih cepat dari 48 jam setelah

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -40
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

pengecatan dasar. Bila terjadi demikian maka permukaan baja perlu


dibersihkan kembali atau dicat dasar lagi seperti diuraikan diatas.
7.3.4. Cat (termasuk penyemprotan bila diperintahkan oleh Konsultan
Pengawas) harus disapu dengan kuat pada permukaan baja, baut-baut
pada setiap sudut-sudut, sambungan pelat, lekuk-lekuk dan sebagainya,
kemudian diratakan dengan baik.
7.3.5. Setiap bagian yang dapat menampung air, atau dapat dirembesi air, diisi
dengan cat yang tebal, atau bila diperintahkan oleh Konsultan Pengawas,
dengan menggunakan semen kedap air atau bahan lain yang disetujui
sebelum penyelesaian cat dasar.
7.3.6. Setiap lapisan yang telah selesai harus tampak sama dan rata.
Pemakaian cat yang rata ialah 12.5 m2 per liter untuk setiap lapisan.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -41
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

BAGIAN 2.9.
WATER PROOFING

Pasal 2.9.1 Umum


1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan
peralatan dan alat-alat bantu lainnya termasuk pengangkutannya yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan
dalam gambar, memenuhi uraian syarat-syarat dibawah ini serta memenuhi
spesifikasi dari pabrik yang bersangkutan.
b. Bagian yang di waterproofing :
 Pelat atap dan overstek
 Bagian-bagian lain yang dinyatakan dalam gambar.
1.2. Pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan waterprofing adalah :
a. Beton Bertulang.
b. Lantai/Ubin Keramik.
c. Plumbing.
1.3. Standard.
a. PUBI : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia-1982 (NI - 3).
b. STM 828.
c. ASTME : TAPP I 803 dan 407.
1.4. Persetujuan
Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan data-data teknis produk dan
spesifikasi untuk persiapan permukaan dan aplikasi untuk diperiksa dan disetujui
Direksi Lapangan/Perencana.
1.5. Gambar Detail Pelaksanaan
a. Penyedia Jasa Konstruksi wajib membuat shop drawing (gambar detail
pelaksanaan) berdasarkan pada gambar dokumen kontrak dan telah
disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
b. Penyedia Jasa Konstruksi wajib membuat shop drawing untuk detail-detail
khusus yang belum tercakup lengkap dalam gambar kerja/dokumen kontrak.
c. Dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan
termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -42
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

yang belum tercakup secara lengkap didalam gambar kerja/dokumen kontrak


sesuai dengan spesifikasi pabrik.
d. Shop drawing sebelum dilaksanakan harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari konsultan Konsultan Pengawas/ Konsultan Pengawas.
1.6. Contoh
a. Penyedia Jasa Konstruksi wajib mengajukan contoh dari semua bahan,
brosur lengkap dan jaminan dari pabrik.
b. Bilamana diperlukan, Penyedia Jasa Konstruksi wajib membuat mock-up
sebelum pekerjaan dimulai.
1.7. Pengangkutan, Penyimpanan dan Penanganan Bahan
a. Material harus disiapkan dalam kemasan yang akan melindunginya dari
kerusakan pada pekerjaan.
b. Dibagian luar tiap kemasan tersebut harus diberi label yang menyebutkan
nama "generic" dan "merk dagang" dari produk, berat bersih dan nama
pabrik, nama Penyedia Jasa Konstruksi dan nama proyek.
c. Dilapangan bahan harus disimpan di dalam kemasan yang masih tertutup,
terlindung dari sinar matahari langsung, dan dilindungi dari percikan api,
panas, dan lain-lain.
d. Jangan keluar-kan material dari gudang ke area pekerjaan lebih dari yang
diperlukan untuk 1 (satu) hari kerja, dan pembukaan kemasan hanya
dilakukan setelah aplikator siap melaksanakan aplikasi bahan tersebut.
1.7. Jaminan Pemeliharaan dan Tenaga Ahli.
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahlinya yang ditunjuk penyalur dan
pekerjaan harus mendapat sertifikat jaminan pemeliharaan secara cuma-cuma
selama 10 (sepuluh) tahun berupa :
a. Jaminan ketepatan pemakaian bahan (Producer's Process Performance
Warranty).
b. Jaminan ketepatan aplikasi (Aplicators Workmanship Warranty).
Pasal 2. 9.2 Bahan
2.1. Waterproofing untuk atap dan Atap Canopy entrance dan KM/WC, Area pot
bunga, kanopi jendela dan KM/WC
a. Menggunakan Waterproof yang digunakan adalah berbahan dasar
cementiuos acrylic polymer yang sangat fleksibel yang diaplikasikan dengan
system coating.
b. Standar mutu bahan berdasarkan : ASTM 828, ASTME, TAPP I 803 DAN 407
c. Penyedia Jasa Konstruksi harus memberikan Garansi Bahan dan

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -43
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

pelaksanaan selama 10 tahun.


d. Sebelum pemasangan dimulai, pemborong harus memastikan bahwa
kemiringan plat beton sudah cukup untuk mengalirkan air hujan ke pipa-pipa
pembuangan (kemiringan minimal 2 %)
e. Semua cara pemasangan, cara-cara pelapisan sampai dengan perlindungan
permukaan setelah pemasangan harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang
dikeluarkan pabrik / produsen.
f. Warna bahan waterproofing akan ditentukan kemudian oleh Perencana, dari
pilihan warna yang tersedia.
2.2. Waterproofing pada Ground tank
a. Waterproofing untuk area ground tank menggunakan type coating +
serat non toxin. Waterproofing berbahan dasar full acrylic polymer yang
diperkuat dengan lembaran fiberglass matt. Konsraktor harus memberikan
Garansi Bahan dan pelaksanaan selama 10 tahun.
b. Spesifikasi produk :
- Lapisan primer/dasar (150 grm/M2)
- Bodycoat (450 grm/M2)
- Finish/Top coat (450 grm/M2)
- Fiberslass 300 g/M2
- Completed system DFT 700 – 800 microns
- Coverage 2,4 kg/M2
- Coverage coating 0,6 kg/M2
c. Pelaksanaan
- Pastikan permukaan telah halus, bersih, bebas dari debu dan minyak
serta tidak ada sisa serpihan benda-benda yang kasar dan tajam.
- Permukaan dibasahi untuk mengurangi suhu permukaan untuk
menghindari pembentukan kantong udara atau terjadinya reaksi sewaktu
proses primer. Aplikasikan lapisan primer/dasar.
- Aplikasikan dengan roll atau kuas satu lapis bodycoat kemudian
bentangkan satu lapis fiberglasspada lapisan dalam kondisi basah, segera
lanjutkan lapisan bodycoat kedua pada fiberglass untuk menekan
fiberglass dan pastikan tidak ada udara yang terperangkap.
- Pastikan tidak ada lagi udara yang terperangkap dalam lapisan, sedang
untuk fiberglass yang berlebih diratakan dengan kapi. Pastikan
permukaan benar-benar kering sebelum proses selanjutnya.
- Aplikasikan lapisan top coat/finish setelah lapisan sebelumnya kering

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -44
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

dengan arah meyilang. Pastikan tidak ada pori-pori setelah kering. Bila
terdapat pori-pori setelah kering maka harus diulang lagi dengan arah
menyilang sampai tidak ada pori-pori setelah kering.

Pasal 2. 9.3 Pelaksanaan


3.1. Persiapan.
a. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada konsultan
Manajemen Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan
ketentuan / persyaratan pabrik yang bersangkutan.
b. Sebelum pekerjaan ini dimulai permukaan bagian yang akan diberi lapisan
ini harus dibersihkan sampai keadaan yang dapat disetujui oleh konsultan
Pengawas. Peil dan ukuran harus sesuai gambar.
c. Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan
dari pabrik yang bersangkutan, dan atas persetujuan konsultan Pengawas.
d. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antar gambar, spesifikasi dan lainnya,
Penyedia Jasa Konstruksi harus segera melaporkan kepada konsultan
Konsultan Pengawas/ Konsultan pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
e. Penyedia Jasa Konstruksi tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu
tempat dalam hal ada kelainan/perbedaan ditempat itu, sebelum kelainan
tersebut diselesaikan.
3.2. Aplikasi
Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli berpengalaman (ahli dari
pihak pemberi garansi pemasangan) dan terlebih dahulu harus mengajukan
"metode pelaksanaan" sesuai dengan spesifikasi pabrik untuk mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Khusus untuk bahan waterproofing yang
dipasang ditempat yang berhubungan langsung dengan matahari tetapi tidak
mempunyai lapis pelindung terhadap ultra voilet atau apabila disyaratkan dalam
gambar pelaksanaan atau spesifikasi arsitektur, maka dibagian lapisan atas dari
lembar waterproofing ini harus diberi lapisan pelindung sesuai gambar
pelaksanaan, dimana lapisan ini dapat berupa screed maupun material finishing.
3.3. Pengamanan Pekerjaan
a. Penyedia Jasa Konstruksi wajib mengadakan perlindungan terhadap
pemasangan yang telah dilakukan, terhadap kemungkinan pergeseran, lecet
permukaan atau kerusakan lainnya.
b. Kalau terdapat kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik atau
Pemakai pada waktu pekerjaan ini dilakukan dilaksanakan maka Penyedia

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -45
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

Jasa Konstruksi harus memperbaiki/mengganti sampai dinyatakan dapat


diterima oleh Konsultan Pengawas. Biaya yang timbul untuk pekerjaan ini
adalah tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.

3.4. Pengujian
Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan melakukan percobaan – percobaan dengan
cara merendam minimal selama 3 x 24 jam di atas permukaan yang diberi
lapisan kedap air pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan dari konsultan Manajemen Konstruksi.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -46
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

BAGIAN 2.11.
PEKERJAAN LAINLAIN

Pasal 2.11.1 Pengujian bahan


1.1. Semua bahan yang akan dipakai harus diperiksa atau diteliti atau diuji dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
1.2. Apabila diperlukan, Konsultan Konsultan Pengawas berhak membawa contoh
bahan yang akab dipakai untuk diadakan pengujian di Laboratorium atas biaya
Penyedia Jasa Konstruksi.
1.3. Konsultan Konsultan Pengawas berhak menolak bahan yang akan dipakai apabila
sekiranya bahan tersebut tidak memenuhi persyaratan dan untuk itu bahan
tersebut harus disingkirkan dalam waktu 3 x 24 jam dari lokasi proyek.
Pasal 2.11.2 Shop drawing
2.1. Setiap pekerjaan atau bagian pekerjaan, terutama pekerjaan pembesian beton
bertulang, sebelum dilaksanakan Penyedia Jasa Konstruksi diharuskan membuat
gambar kerja atau Shop Drawing.
Shop Drawing harus dibuat rapi, jelas, terperinci dengan format yang baik dan
tetap pada kertas kalkir.
2.2. Shop Drawing diserahkan 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pekerjaaan
dimulai kepada Konsultan Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
2.3. Sebelum Shop Drawing disetujui oleh Konsultan Pengawas atau Konsultan
Perencana, maka Penyedia Jasa Konstruksi tidak diperkenankan untuk memulai
pekerjaan.
Pasal 2.11.3 Kerja lembur
3.1. Jika karena suatu hal atau Penyedia Jasa Konstruksi merasa perlu untuk
mengejar keterlambatan yang terjadi, maka Penyedia Jasa Konstruksi dapat
melaksanakan kerja lembur. Biaya kerja lembur Konsultan Konsultan Pengawas
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
3.2. Sebelum melakukan kerja lembur, Penyedia Jasa Konstruksi harus mengajukan
rencana kerja lembur pada Konsultan Konsultan Pengawas, dilengkapi dengan
lampiran yang mencakup bagianbagian yang akan dilembur, jumlah jam kerja
lembur serta jumlah tenaga kerja.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -47
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

3.3. Apabila Penyedia Jasa Konstruksi menghendaki kerja lembur, sedangkan Pemberi
Tugas beranggapan pekerjaan tersebut tidak perlu diawasi secara fisik oleh
Konsultan Konsultan Pengawas, maka Penyedia Jasa Konstruksi wajib membuat
laporan tertulis kepada Pemberi Tugas mengenai bagianbagian yang dikerjakan,
serta bertanggung jawab sepenuhnya pada pekerjaan yang dimaksud.
3.4. Jika pekerjaan lembur dilakukan sampai malam hari, maka Penyedia Jasa
Konstruksi wajib mengadakan sistim penerangan khusus yang memadai, agar
supaya pekerja dapat bekerja dengan baik.
Pasal 2.11.4 Tanggungjawab Penyedia Jasa Konstruksi terhadap lingkungan sekitar
proyek
4.1. Sebelum melaksanakan kegiatan pemncangan tiang pancang, Penyedia Jasa
Konstruksi dianjurkan mendata terlebih dahulu kondisi bangunan dilingkungan
sekitarnya.
4.2. Dalam melaksanakan pemancangan tiang pancang Penyedia Jasa Konstruksi
harus melakukannya secara berhatihati agar tidak merusak bangunan, pagar
atau bagian lainnya disekitar proyek.
4.3. Segala kerusakan yang timbul akibat pekerjaan pemancangan serta claim
lainnya dari penduduk disekitar proyek menjadi resiko Penyedia Jasa Konstruksi
dan Penyedia Jasa Konstruksi berkewajiban menyelesaikannya secara tuntas.
4.4. Selama pelaksanaan Penyedia Jasa Konstruksi berkewajiban menjaga kebersihan
jalan, saluran disekitar proyek dan untuk itu Penyedia Jasa Konstruksi harus
membuat tempat pencucian truk dilokasi pekerjaan.
Pasal 2.11.5 Pekerjaan Joint Sealant
5.1.Pekerjaan ini meliputi pengadaan, persiapan, pelaksanaan dan pemasangan
pada celah beton di lantai yang akan disambung menjadi satu.
5.2. Pekerjaan ini harus menjamin tidak akan terjadi kebocoran pada batas-batas
sambungan beton yang termaksud di atas.
5.3. Ukuran sesuai dengan detail gambar, Merk dan bahan joint sealant yang
digunakan adalah GE Silicone.
Pasal 2.11.6 Pekerjaan pemasangan bahan-bahan pelindung dan pengawet
6.1. Pekerjaan pelindung (curing) dan pengawet meliputi pekerjaan terakhir
yang biasanya dilakukan untuk menjaga agar pekerjaan struktur atas
yang telah diselesaikan dapat lebih tahan lama dan bebas dari pengaruh-
pengaruh yang tidak dikehendaki dikemudian hari.
6.2. Pekerjaan Pelindung (curing) dan pengawet meliputi semua jenis pekerjaan
finishing berdasarkan petunjuk-petunjuk dari pabrik dan dengan persetujuan

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -48
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

Konsultan Manajemen Kontruksi /Pengawas.


6.3. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi Utama bertanggungjawab
penuh atas terselenggaranya pekerjaan tersebut dengan baik.

Pasal 2.11.7 Alat-alat bantu yang diletakkan pada bangunan


Penggunaan alat-alat bantu pekerjaan seperti tower crane, lift atau alat-alat
lainnya yang akan diletakkan dan mebebani bagian-bagian struktur bangunan,
harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi harus memperbaiki kembali segala kerusakan-
kerusakan akibat penggunaan alat-alat bantu tersebut.
Pasal 2.11.8 Toleransi pelaksanaan
8.1. Penyimpangan dari toleransi seperti tersebut dibawah ini, Penyedia Jasa
Konstruksi harus bertanggung jawab atas perbaikan dan biaya-biayanya.
Perbaikannya harus mendapat persetujuan Konsultan Konsultan
Pengawas /Pengawas. Toleransi ini diberikan atas pekerjaan yang bertalian
dengan setting out, garis as bangunan, kedataran atau ketinggian,
ketegakkan, ukuran dan tebal dari suatu ketinggian struktur dan lain-lain.
8.2. Kedudukan suatu bagian dari bidang bangunan yang ditunjukkan pada
gambar adalah 6 mm per 3 meter panjang bidang bangunan dengan
maksimum 25 mm. Lepas dari ketentuan diatas, bidang bangunan tidak
boleh melampui garis batas pemilikan dan garis bangunan (sempadan).
8.3. Toleransi :
Ketegaklurusan :
Penyimpangan dari bidang tembok dan kolom terhadap garis vertikal tidak
melampui 6mm per meter dengan maksimum 13 mm.
Kedataran :
Tinggi 3 meter dari lantai, penyimpangannya - 6 mm.
Tinggi 6 meter dari lantai, penyimpangannya -13 mm.
Tinggi >12meter dari lantai, penyimpangannya -13 mm.
Penampang :
Penyimpangan maksimum terhadap dimensi penampang nominal dari kolom
balok, pelat dan lain-lain adalah :
- Dimensi < 15 cm, penyimpangannya = + 10 mm
- 13 mm
- Dimensi >15 cm, penyimpangannya = + 13 mm
- 6 mm

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -49
TAHUN ANGGARAN 2019
BAGIAN 2
Pekerjaan Struktur

Lubang (opening) :
Penyimpangan maksimum terhadap ukuran nominal dan lokasinya pada
lantai dan dinding : 6 mm.

PEMBANGUNAN GUDANG ASET KANTOR LINTAS SKPD WILAYAH TENGGULUNAN, SIDOARJO


B -50
TAHUN ANGGARAN 2019

Anda mungkin juga menyukai