Pekerjaan Struktur
BAGIAN 2
PEKERJAAN STRUKTUR
BAGIAN 2.1.
PEKERJAAN TANAH, PEKERJAAN PENGGALIAN DAN PENGURUGAN
menimbun dan memadatkannya kembali dengan pasir urug, dan semua biaya
tambahan yang diakibatkannya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
Konstruksi.
2.6. Bila kondisi dari tanah pada kedalaman yang ditentukan di dalam Gambar
ternyata meragukan, Penyedia Jasa Konstruksi harus secepatnya melaporkan
hasil tersebut kepada Konsultan Pengawas secara tertulis, agar dapat diambil
langkah-langkah yang dianggap perlu, semua biaya yang diakibatkan oleh
keadaan tersebut akan dibayar oleh Pemilik Bangunan melalui penerbitan
“Perintah Perubahan Pekerjaan”.
2.7. Permukaan tanah yang sudah selesai digali dan telah mencapai kedalaman
rencana harus dipadatkan kembali untuk mendapatkan permukaan yang
padat rata. Pemadatan tanah digunakan alat pemadat tanah yang
sebelumnya disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2.8. Penyedia Jasa Konstruksi harus melaporkan hasil pekerjaan galian tanah yang
telah selesai dan menurut pendapatnya sudah dapat digunakan untuk
pemasangan pondasi/pekerjaan berikutnya kepada Konsultan Pengawas
untuk dimintakan persetujuannya.
2.9. Semua kelebihan tanah galian harus dikeluarkan dari lapangan ke lokasi yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung
jawab untuk mendapatkan tempat pembuangan dan membayar ongkos-
ongkos yang diperlukan.
2.10. Air yang tergenang dilapangan, atau dalam saluran dan galian selama
pelaksanaan pekerjaan dari mata air, hujan atau kebocoran pipapipa harus
dipompa keluar atau biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
2.11. Hambatan yang Dijumpai Waktu Penggalian
a. Semua akarakar pohon, batangbatang pohon terpendam, beton-beton tak
terpakai atau pondasipondasi bata, septicktank bekas, pipa drainase yang
tak terpakai, batubatu besar yang dijumpai pada waktu penggalian harus
dikeluarkan atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi. Tanah yang berlubang
akibat hambatan yang dijumpai harus diperbaiki kembali dengan pasir
beton : semen dengan perbandingan 1 : 10
b. Instalasi umum yang tertanam dan masih berfungsi seperti pipa drainase,
pipa air minum, pipa gas, kabel listrik yang dijumpai pada waktu
penggalian diusahakan tidak terganggu atau menjadi rusak.
Bilamana hal ini dijumpai maka Konsultan Pengawas dan pihak pihak yang
berwenang harus segera diberitahu dan mendapatkan instruksi selanjutnya
BAGIAN 2.2.
PEKERJAAN URUGAN PASIR
3.5. Tebal dan peil urugan pasir harus sesuai dengan gambar, jika tidak
dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal urugan pasir minimal =
10 cm.
BAGIAN 2.3.
PEKERJAAN LANTAI KERJA
BAGIAN 2.4.
PEKERJAAN PENDAHULUAN KONSTRUKSI
BAGIAN 2.5.
PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
Lingkup Pekerjaan dalam bagian ini meliputi pekerjaan Pondasi Batu kali, Pondasi Tiang
Pancang, Pondasi Plat setempat, Poer/Pile Cap dan Tie Beam/sloof.
biaya tambahan, meskipun bila diperlukan tiang dengan ukuran yang berbeda
sebagai akibat kesalahan tersebut diatas.
2. Keutuhan Tiang
Kerusakan pada fondasi tiang dapat terjadi karena beberapa hal antara
lain pada saat pengangkatan tiang atau selamapemancangan tiang. Kerusakan
ini dapat dideteksi dengan ‘PDA’.
Berdasarkan ‘F’ (gaya) dan ‘V’ (kecepatan) yang terekam dari gelombang
selama perambatannya sepanjang tiang, lokasi dari kerusakan dapat dideteksi dan
luas penampang sisa dari tiang dapat diperkirakan.
Jika hanya keutuhan tiang saja yang dibutuhkan, sebuah subsistem dari ‘PDA’ yang
disebut ‘PileIntegrity Tester‘ lebih ekonomis untuk digunakan dari pada ‘PDA’.
4. Kabel Penghubung.
Jika terjadi kegagalan dalam loading test, maka kontraktor harus melakukan load test
ulang yang berhasil sebanyak 2 kali lipat dari yang disyaratkan atas biaya kontraktor.
Hal yang harus diperhatikan oleh kontraktor pelaksana adalah semua kerusakan
yang ditimbulkan oleh pekerjaan tiang pancang akan menjadi tanggung jawab
kontraktor pelaksana
BAGIAN 2.6.
PEKERJAAN BETON
3.1. Semen
a. Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement sesuai
dengan persyaratan standar Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau
ASTM C-150 dan produksi dari satu merk.
b. Penyedia Jasa Konstruksi harus mengirimkan surat pernyataan pabrik
yang menyebutkan type, kualitas dari semen yang digunakan dan
“Manufacturer’s Test Certificate” yang menyatakan memenuhi
persyaratan tersebut diatas.
c. Penyedia Jasa Konstruksi harus menempatkan semen tersebut dalam
gudang yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang
menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena air/lembab
tidak diijinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari proyek.
d. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
3.2. Agregat Kasar
a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan
spesifikasi sesuai menurut ASTM C-33 dan mempunyai ukuran terbesar
2,5 cm
b. Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir
yang pipih maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak
boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat
menurut test mesin Los Angeles Abration (LAA).
c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau
substansi yang merusak beton dan mempunyai gradasi sebagai berikut :
b. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari
partikel-partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi seperti
tabel berikut :
3.4. Air
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau
garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
3.5. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan PBI NI-2 1971,
dengan tegangan leleh karakteristik (σ au) = 2400 kg/cm2 atau baja U24 dan
baja dengan tegangan leleh karakteristik (σ au) = 3900 kg/cm2 atau baja U39
Pemberi tugas atau Direksi/Konsultan Pengawas akan melakukan pengujian
test tarik-putus dan “Bending” untuk setiap 10 ton baja tulangan, atas biaya
Penyedia Jasa Konstruksi.
3.6. Bahan Pencampur
a. Penggunaan bahan pencampur (Admixture) tidak diijinkan tanpa
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
b. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Penyedia Jasa Konstruksi
harus mengadakan percobaan-percobaan perbandingan berat dan W/C
ratio dari penambahan bahan pencampur (Admixture) tersebut. Hasil
“Crushing test” dari Laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus
beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
3.7. Cetakan Beton
Dapat menggunakan kayu kelas II, multipleks dengan tebal minimal 9 mm
atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut
dalam PBI NI-2 1971. Untuk beton ecpose harus memalai Pnol Film dengan
tebal minimal 12 mm. Konstruksi rencana cetakan beton harus diajukan oleh
Slump Slump
Jenis Konstruksi
maks. (mm) min. (mm)
4.3. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi, maka
harga tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50% dengan catatan tidak
melebihi 150 mm dan harus di-back up dengan percobaan adukan beton (trial
mix).
Pasal 2. 6.5 Percobaan Pendahuluan ( Trial Mix )
5.1. Untuk mendapatkan mutu beton seperti yang diminta, Penyedia Jasa
Konstruksi harus mengadakan percobaan-percobaan di Laboratorium yang
“Independent” yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas, sebagai persiapan dari
percobaan pendahuluan di lapangan sampai didapatkan suatu perbandingan
tertentu untuk mutu beton yang akan digunakan.
5.2. Setiap ada perubahan dari jenis bahan yang digunakan, Penyedia Jasa
Konstruksi harus mengadakan percobaan di Laboratorium untuk mendapatkan
mutu beton yang diperlukan.
5.3. Benda uji yang dibuat dan prosedur dalam percobaan ini harus mengikuti
ketentuan-ketentuan dalam PBI NI-2 1971.
5.4. Bila hasil percobaan dilaboratorium dan slump test belum menunjukkan mutu
yang sesuai dengan permintaan, maka pekerjaan beton tidak boleh
dilaksanakan.
5.5. Hasil percobaan pendahuluan di lapangan harus sesuai dengan hasil
percobaan di laboratorium.
Pasal 2. 6.6 Pengadukan dan Peralatannya
6.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan peralatan dan perlengkapan
yang mempunyai keteliatian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah
takaran dari masing-masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan
Konsultan Konsultan Pengawas/Pengawas.
6.2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari
material-material harus dengan persetujuan Konsultan Konsultan Pengawas/
Pengawas dan seluruh operasi harus dikontrol dan diawasi terus-menerus
oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan bertanggung jawab.
6.3. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Batch Mixer
atau Portable Continous Mixer). Mesin pengaduk harus benar-benar kosong
sebelum menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci
bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
6.4. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah,
bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m 3 dan Konsultan Pengawas
berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan
bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan
kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus
seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan.
6.5. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama
pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan
yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki.
6.6. Penyedia Jasa Konstruksi diperbolehkan menempatkan satu “Mixing Plant”
atau memperoleh beton dari satu “Ready Mix Plant” asalkan dapat
membuktikan bahwa mutu beton tersebut sesuai dengan semua ketentuan
dalam persyaratan ini. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan
spesifikasi beton ready mix yang akan digunakan sesuai dengan mutu beton
yang diinginkan, sebelum pekerjaan dimulai.
Pasal 2. 6.7 Persiapan Pengecoran
7.1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian
yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk
instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
7.2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu
dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
7.3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut
harus disapu dengan bonding agent dengan aturan sesuai pabrik
pembuatnya.
7.4. Penyedia Jasa Konstruksi harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut
sampai ijin pengecoran diberikan oleh Konsultan Pengawas.
Pasal 2. 6.8 Acuan / Cetakan Beton
8.1. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi
sepenuhnya. Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang
dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup
kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari
penyangga.
8.2. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan
lurus dan rata dalam arah horisontal maupun vertikal.
8.3. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya “overstress”
atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani.
Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang
berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.
9.4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen
dan agregat telah melalui 1,5 jam dan waktu ini dpat berkuran, bila Konsultan
Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
9.5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara
penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan
sebagainya harus mendapat perstujuan Konsultan Pengawas dan alat-alat
tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton pengeras.
9.6. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5
meter. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh
adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
9.7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami
“initiual set” atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan
menjadi plastis karena getaran.
9.8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah
harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan
dengan baik dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah.
9.10. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah menjasi
keras dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari
lapisan air semen dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman
yang cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah
pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat dengan tulangan dan cetakan
harus dibersihkan.
9.11. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan
pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka
sebaiknya tidak dilaksanakan, kesuali atas persetujuan Konsultan Pengawas
dapat dilaksanakan pada malam hari dengan sistem penerangan sudah
disiapkan dan memenuhi syarat.
Pasal 2. 6.10 Pemadatan Beton
10.1. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan
guna pengangkutan dan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya
agar didapat beton yang cukup padat tanpa perlu penggetaran yang
berlebihan.
10.2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan “Mechanical
Vibrator” dan dioperasikan oleh seorang yang berpengalaman. Penggetaran
dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan “over vibration” dan tidak
sedang 3 (tiga) benda uji lainnya akan diuji pada umur 28 hari. Hasil
pengujian adalah hasil rata-rata dari ketiga spesimen tersebut. Batas
kekuatan beton rata-rata harus sama atau lebih dari kekuatan karakteristik
300 kg/cm² untuk mutu beton K-350 (sloof dan pile cap,plat, kolom,balok),
tidak boleh ada satu benda uji yang hasil pengujian kurang dari kekuatan
beton karakteristik tersebut.
16.4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi yang ditinggal
dilapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan
keadaan sebenarnya.
Pasal 2. 6.17 Suhu
17.1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh melebihi 32° C. Bila suhu yang di
taruh berada diantara 27° dan 32° C.
17.2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat
mengakibatkan suhu beton melebihi 32° C, maka Penyedia Jasa Konstruksi
harus mengambil langkah-langkah yang efektif, misalnya mendinginkan
agregat atau melakukan pengecoran pada malam hari.
Pasal 2. 6.18 Beton ready mixed
18.1. Bilamana beton yang digunakan adalah berupa beton ready mixed, maka
beton tersebut harus didapatkan dari sumber yang disetujui oleh Konsultan
Konsultan Pengawas/Pengawas, dengan takaran, adukan serta cara
pengiriman/pengangkutan yang memenuhi syarat-syarat yang tercantum
pada ASTM C94-78a.
18.2. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang
telah diuji di Laboratorium serta secara konsisten harus dikontrol bersama-
sama oleh Konsultan Pengawas dan Supplier beton ready mixed. Kekuatan
beton minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang
diadakan di Laboratorium.
18.3. Syarat-syarat Beton Ready Mixed :
a. Temperatur beton ready mixed sebelum dicorkan tidak boleh lebih dari
30° C.
b. Penambahan additive dalam proses pembuatan beton ready mixed harus
sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat additive tersebut dan dengan
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Bilamana diperlukan dua atau lebih
jenis bahan additive, maka pelaksanaannya harus dikerjakan secara
terpisah. Dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan
ACI 212.1R-63.
BAGIAN 2.7.
PEKERJAAN BETON NON STRUKTUR
b. Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan
organis, Lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta
kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.
c. Koral Beton/Split :
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai
gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971.
Penyimpanan/Penimbunan pasir koral beton harus dipisahkan satu dengan
yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak tercampur
untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.
d. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam, alkali dan bahanbahan organis/bahan lain yang dapat
merusak beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10. Apabila dipandang perlu
Konaultan Konsultan Pengawas/Pengawas dapat minta kepada Penyedia
Jasa Konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Penyedia Jasa
Konstruksi.
e. Besi Beton
Digunakan mutu U-24, besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan
bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi bulat serta
memenuhi persyaratan (PBI 1971). Bila dipandang perlu Penyedia Jasa
Konstruksi diwajibkan untuk memeriksa mutu besi beton ke laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Penyedia Jasa
Konstruksi.
f. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa Konstruksi harus
memberikan contoh-contoh material, misalnya : besi, koral, pasir PC untuk
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
g. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, akan dipakai
sebagai standard/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang
dikirim oleh Penyedia Jasa Konstruksi ke site.
2.2. Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan
a. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan
tidak bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam
kotak/kemasan aslinya yang masih tersegel dan berlabel pabriknya.
b. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak
lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.
c. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi
sesuai dengan jenisnya.
d. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab terhadap kerusakan selama
pengiriman dan penyimpanan.Bila ada kerusakan, Penyedia Jasa Konstruksi
wajib mengganti atas beban Penyedia Jasa Konstruksi.
Pasal 2. 7.3 Pelaksanaan
3.1. Mutu Beton
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah fc' = 15 Mpa
dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam PBI-1971.
3.2. Pembesian
a. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,
sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratannya harus
sesuai PBI-1971.
b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton. harus disesuaikan dengan
gambar konstruksi.
c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut
tidak berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan
atau lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan
dalam PBI 1971.
d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari
Konsultan Pengawas.
3.3. Cara Pengadukan
a. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
b. Takaran untuk Semen Portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih
dahulu oleh Konsultan Pengawas.
c. Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan
memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump, minimum 5
cm dan maksimum 10 cm.
3.4. Pengecoran Beton
a. Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan
dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh,
pemeriksaan ukuranukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan
penempatan penahan jarak.
b. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Konsultan
Pengawas.
c. Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan
terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split
yang dapat memperlemah konstruksi.
d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
3.5. Pekerjaan Acuan / Bekisting
a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
b. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan,
sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya
selama pengecoran dilakukan.
c. Acuan harus rapat (tidak bocor), pemiukaannya licin, bebas dari kotoran-
kotoran (tahi gergaji), potongan kayu, tanah/Lumpur dan sebagainya,
sebelum pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak
pemiukaan beton.
d. Penyedia Jasa Konstruksi harus memberikan contoh-contoh material (besi,
koral/split, pasir dan Semen Portland) kepada Konsultan Pengawas, untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan.
e. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan
yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap terjamin sesuai
persyaratan.
f. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebh besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat
pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam NI-2 (PBI 1971).
g. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.
h. Beton harus dibasahi paling sedikit selama tujuh hari setelah pengecoran.
3.6. Pekerjaan Pembongkaran Acuan/Bekisting
Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari
Konsultan Pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan
BAGIAN 2.8.
PEKERJAAN BAJA
1.2. Semua Pekerjaan Fabrikasi Baja dan Pemodelan (Mock Up) harus
dilaksanakan di Workshop dengan peralatan yang memadai, minimal terdiri
dari :
a. Chain hoist 5 ton/Crane
b. Skid Rail
c. Notching Machine
d. Beam Driling Machine
e. Magnetic Driling Machine
f. Plate Driling Machine
g. Beam Welding Processing Line System
untuk menjamin bahwa seluruh bagian dapat cocok satu dengan lainnya
pada waktu pemasangan.
3.1.2. Konsultan Pengawas mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk setiap
waktu melakukan pemeriksaan pekerjaan. Tidak satu pekerjaanpun
dibongkar atau disiapkan untuk dikirim sebelum diperiksa dan disetujui.
3.1.3. Setiap pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan gambar rencana
atau spesifikasi ini akan ditolak dan harus segera diperbaiki.
3.1.4. Pelaksana Pekerjaan pabrikasi harus menyediakan atas biaya sendiri
semua pekerjaan, alat-alat perancah dan sebagainya yang diperlukan
dalam hubungan pemeriksaan pekerjaan.
3.1.5. Pelaksana Pekerjaan pabrikasi harus memperkenalkan Pelaksana
Pekerjaan Montase untuk sewaktu-waktu memeriksa pekerjaan dan
untuk mendapatkan keterangan mengenai cara-cara dan lain-lain yang
berhubungan dengan waktu pemasangan di tempat pekerjaan.
3.1.6. Pelaksana Pekerjaan Montase tidak mempunyai wewenang untuk
memberikan instruksi-instruksi mengenai cara penyelenggaraan
pabrikasi.
3.2. Pola Pengukuran
Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk
menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Pelaksana Pekerjaan
Pabrikasi. Semua pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita
baja yang telah disetujui.ukuran-ukuran dari pekerjaan baja yang tertera pada
gambar rencana dianggap ukuran pada 25° C.
3.2.1. Meluruskan
Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka semua pelat harus
diperiksa kerataannya, semua batang-batang diperiksa kelurusannya,
harus bebas dari puntiran, bila perlu harus diperbaiki sehingga bila pelat-
pelat disusun akan terlihat rapat seluruhnya.
3.2.2. Pemotongan
a. Pekerjaan baja dapat dipotong dengan menggunting, menggergaji
atau dengan las pemotong.
b. Permukaan yang diperoleh dari hasil pemotongan harus diselesaikan
siku terhadap bidang yang dipotong, tepat dan rata menurut ukuran
yang diperlukan.
3.2.3. Pekerjaan Mesin Perkakas dan Gerinda yang diperkenankan
a. Semua lubang harus di bor untuk seluruh tebal dari material. Bila
memungkinkan, maka semua pelat, potongan-potongan dan
sebagainya harus dijepit bersama-sama untuk membuat lubang dan
di bor menembus seluruh tebal sekaligus
b. Bila menggunakan baut pas pada salah satu lubang maka lubang ini
di bor lebih kecil dan kemudian baru diperbesar untuk mencapai
ukuran sebenarnya.
c. Cara lain ialah bahwa batang-batang dapat dilubangi tersendiri
dengan menggunakan mal. Setelah mengebor, seluruh kotoran besi
harus disingkirkan dan pelat-pelat dan sebagainya dapat dilepas bila
perlu.
d. Diameter lubang untuk baut, kecuali baut pas, adalah 1.50 mm lebih
besar dari pada diameter yang tertera pada gambar rencana.
e. Diameter lubang-lubang untuk baut pas harus dalam toleransi yang
diberikan.
f. Dalam hal ini menggunakan pas lubang yang tidak di bor menembus
sekaligus seluruh tebal elemen-elemennya, maka lubang dapat di bor
dengan ukuran yang lebih kecil dahulu dan kemudian pada saat
montase percobaan.
3.2.7. Memberi Tanda untuk Pemasangan Akhir
a. Setelah montase percobaan serta setelah mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas, tetapi belum dilepas, setiap bagian harus diberi
tanda yang jelas (dengan pahatan dan cat).Cat dari warna yang
berbeda digunakan untuk membedakan bagian-bagian yang sama.
b. Dua copy dari gambar rencana yang menyatakan dengan tepat,
tanda-tanda itu, oleh Pelaksana Pekerjaan Pabrikasi diberikan dengan
cuma-cuma kepada Konsultan Pengawas dan Pelaksana pekerjaan
Montase dari bangunan itu, pada saat pengiriman-pengiriman
pekerjaan baja itu.
3.2.8. Pengecatan di Bengkel
a. Setelah dibongkar, sebagai kelanjutan berhasil baiknya montase
percobaan, maka permukaan dari seluruh pekerjaan baja, kecuali
pada bagian yang dikerjakan dengan mesin perkakas dan pada
perletakan, harus dibersihkan seluruhnya sehingga menjadi logam
yang bersih dengan menggunakan penyemprot pasir (sand blasting)
atau dengan cara lain yang disetujui.
bila ditemukan hal-hal yang meragukan, maka bagian tersebut harus diuji
dengan standar AWS.D.1.0.
b. Khusus untuk las tumpul bila dianggap perlu oleh MK atau Konsultan harus
dilakukan test ultrasonic atau radiographic.
6.5. Pengujian secara Radiographic
a. Pengujian secara “Radiographic” harus sesuai dengan lampiran B dari
AWS.D.1.0. Pengelasan dan operator pengelasan harus memberi tanda
pengenal pada baja seperti ditentukan dengan tanda-tanda yang lengkap dan
sempurna.
b. Kontraktor sebaiknya menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan pengujian
secara “Radiographic” termasuk sumber tenaga dari utilitas lainnya tanpa
adanya tambahan biaya pada Pemberi Tugas.
c. Perbaikan bagian las yang rusak : Daerah las yang diketahui rusak melebihi
standar yang ditentukan pada “AWS.D.1.0” dinyatakan oleh “Radiographic”
harus diperbaiki dibawah Pengawasan Konsultan Pengawas dan tambahan
“Radiographic” dari daerah yang diperbaiki harus dibuat atas biaya
Kontraktor.
6.6. Pemeriksaan dengan “Ultrasonic” untuk las dan teknik serta standar yang dipakai
harus sesuai dengan lampiran C dari AWS.D.1.0 atau – 75 : Ultrasonic Contact
Examination or Weldments : E273-68 : Ultrasonic Inspection of Longitudinal and
Spiral Welds or Welded Pipe and Tubing (1974).
6.7. Cara pemeriksaan dengan “Partikel Magnetic” harus sesuai dengan ASTM E109.
6.8. Cara pemeriksaan dengan “Liquid Penetrant” harus sesuai dengan E109.
6.9. Pemeriksaan visual pengelasan harus dilakukan ketika operator membuat las dan
setelah pekerjaan diselesaikan. Setelah pengelasan diselesaikan, las harus disikat
dengan sikat kawat dan dibersihkan merata sebelum Konsultan Pengawas
membuat pemeriksaannya. Konsultan atau Konsultan Pengawas akan
memberikan perhatian khusus pada permukaan yang pecah-pecah, permukaan
yang porous, masuknya kerak-kerak las pada permukaan, potongan bawah,
lewatan atau overlap, kantong udara dan ukuran lasnya. Pengelasan yang rusak
harus diperbaiki sesuai dengan persyaratan AWS.D.1.0.
6.10. Hasil pengujian dari laboratorium atau lapangan diserahkan pada Konsultan
Pengawas secepatnya.
6.11. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan atau las dan
sebagainya, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Pasal 2. 8.7. Pengecatan baja
7.1. Umum
Semua konstruksi baja yang akan dipasang perlu dicat dipabrik dengan cat dasar
yang telah disetujui kecuali pada bidang-bidang yang dikerjakan dengan mesin
perkakas misalnya pada perletakan.
Cat lapangan terdiri dari :
a. Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-bidang yang telah
dicat bengkel, seperti diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, yang telah
rusak pada saat transport atau pemasangan oleh bidang-bidang lain
seperti yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, dimana cat dasarnya
telah rusak.
b. Pemakaian cat dasar dan bahan sejenis seperti yang disyaratkan dalan
“pengecatan di bengkel” pada bidang-bidang yang tertera pada 1 diatas.
c. Pemakaian cat akhir seperti yang disyaratkan pada pekerjaan tertentu,
untuk seluruh bidang terbuka pekerjaan besi itu.
7.2. Pembersihan
Pembersihan permukaan dari pekerjaan besi bangunan harus bersih dan dikupas
dengan sand blasting atatu cara lain yang disetujui, agar menjadi logam yang
bersih, dengan menyingkirkan seluruh gemuk, olie, karatan, lumpur atau lain-
lain yang melengket padanya. Luas bidang permukaan yang dibersihkan
haruslah dapat sekaligus ditutup dengan cat dasar dan dicat segera setelah
pembersihan, sebelum terjadi oksidasi.
Bila terjadi oksidasi (karatan), permukaan harus dibersihkan kembali sebelum
pengecatan dasar dilakukan.
7.3. Pengecatan
7.3.1. Cat dapat digunakan dengan kwas tangan yang disetujui atau dengan
cara yang -disyaratkan oleh Konsultan Pengawas.
7.3.2. Pengecatan tidak dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembab atau
berdebu atau pada cuaca yang lain yang jelek, kecuali diusahakan
tindakan-tindakan seperlunya yang sesuai dengan pendapat Konsultan
Konsultan Pengawas/ Pengawas, untuk melawan pengaruh-pengaruh
cuaca tersebut terhadap pekerjaan.
7.3.3. Permukaan yang akan dicat harus kering dan tak berdebu. Lapisan
berikutnya tidak diberikan sebelum lapisan cat terdahulu telah kering
betul. Lapisan penutup diberikan diatas cat dasar dalam tempo kurang
lebih enam bulan tetapi tidak boleh lebih cepat dari 48 jam setelah
BAGIAN 2.9.
WATER PROOFING
dengan arah meyilang. Pastikan tidak ada pori-pori setelah kering. Bila
terdapat pori-pori setelah kering maka harus diulang lagi dengan arah
menyilang sampai tidak ada pori-pori setelah kering.
3.4. Pengujian
Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan melakukan percobaan – percobaan dengan
cara merendam minimal selama 3 x 24 jam di atas permukaan yang diberi
lapisan kedap air pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan dari konsultan Manajemen Konstruksi.
BAGIAN 2.11.
PEKERJAAN LAINLAIN
3.3. Apabila Penyedia Jasa Konstruksi menghendaki kerja lembur, sedangkan Pemberi
Tugas beranggapan pekerjaan tersebut tidak perlu diawasi secara fisik oleh
Konsultan Konsultan Pengawas, maka Penyedia Jasa Konstruksi wajib membuat
laporan tertulis kepada Pemberi Tugas mengenai bagianbagian yang dikerjakan,
serta bertanggung jawab sepenuhnya pada pekerjaan yang dimaksud.
3.4. Jika pekerjaan lembur dilakukan sampai malam hari, maka Penyedia Jasa
Konstruksi wajib mengadakan sistim penerangan khusus yang memadai, agar
supaya pekerja dapat bekerja dengan baik.
Pasal 2.11.4 Tanggungjawab Penyedia Jasa Konstruksi terhadap lingkungan sekitar
proyek
4.1. Sebelum melaksanakan kegiatan pemncangan tiang pancang, Penyedia Jasa
Konstruksi dianjurkan mendata terlebih dahulu kondisi bangunan dilingkungan
sekitarnya.
4.2. Dalam melaksanakan pemancangan tiang pancang Penyedia Jasa Konstruksi
harus melakukannya secara berhatihati agar tidak merusak bangunan, pagar
atau bagian lainnya disekitar proyek.
4.3. Segala kerusakan yang timbul akibat pekerjaan pemancangan serta claim
lainnya dari penduduk disekitar proyek menjadi resiko Penyedia Jasa Konstruksi
dan Penyedia Jasa Konstruksi berkewajiban menyelesaikannya secara tuntas.
4.4. Selama pelaksanaan Penyedia Jasa Konstruksi berkewajiban menjaga kebersihan
jalan, saluran disekitar proyek dan untuk itu Penyedia Jasa Konstruksi harus
membuat tempat pencucian truk dilokasi pekerjaan.
Pasal 2.11.5 Pekerjaan Joint Sealant
5.1.Pekerjaan ini meliputi pengadaan, persiapan, pelaksanaan dan pemasangan
pada celah beton di lantai yang akan disambung menjadi satu.
5.2. Pekerjaan ini harus menjamin tidak akan terjadi kebocoran pada batas-batas
sambungan beton yang termaksud di atas.
5.3. Ukuran sesuai dengan detail gambar, Merk dan bahan joint sealant yang
digunakan adalah GE Silicone.
Pasal 2.11.6 Pekerjaan pemasangan bahan-bahan pelindung dan pengawet
6.1. Pekerjaan pelindung (curing) dan pengawet meliputi pekerjaan terakhir
yang biasanya dilakukan untuk menjaga agar pekerjaan struktur atas
yang telah diselesaikan dapat lebih tahan lama dan bebas dari pengaruh-
pengaruh yang tidak dikehendaki dikemudian hari.
6.2. Pekerjaan Pelindung (curing) dan pengawet meliputi semua jenis pekerjaan
finishing berdasarkan petunjuk-petunjuk dari pabrik dan dengan persetujuan
Lubang (opening) :
Penyimpangan maksimum terhadap ukuran nominal dan lokasinya pada
lantai dan dinding : 6 mm.