Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran keluar
urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis membesar
dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003).

Hidronefrosis adalah pembesaran ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena
aliran air kemih tersumbat.Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal
terhadap kandung kemih yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis
ginjal dan ureter serta atrofi pada parenkim ginjal (Price, 2001).

Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat
rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam
tabungtabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat
pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung
dan menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang
menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan
kehilangan fungsinya.

2.2 Epidemologi

Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung kemih yang
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter serta atrofi
pada parenkim ginjal. Epidemiologi dari penyakit hidronefrosis yaitu di Semarang terdapat
51,9 dari 10.000 penduduk yang menderita atau mengidap hidronefrosis. Sedangkan di
Rumah Sakit dr. Soetomo Surabaya angka kejadiannya yaitu pria : wanita = 5:1, usia yang
terkena hidronefrosis rata-rata pada usia 41,5 tahun.

2.3 Etiologi

Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureteropelvik


(sambungan antara ureter dan pelvis renalis) yaitu :
a. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis
terlalu tinggi
b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah;
c. Batu di dalam pelvis renalis;
d. Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya
abnormal, dan tumor.

Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan


ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih:

a. Batu di dalam ureter;


b. Tumor di dalam atau di dekat ureter;
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaranatau
pembedahan;
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter;
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat
pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid);
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih);
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya;
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra
akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker;
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera;
j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi
kontraksi ureter.
Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim menekan
ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena mengurangi
kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih.
Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun sesudahnya pelvis
renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar. Pelebaran pelvis renalis yang
berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal
mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan
kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang
menetap.

2.4 Tanda dan gejala

Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap.Obstruksiakut dapat


menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja disuria,
menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin
juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul,
seperti:

a. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium);


b. Gagal jantung kongestif;
c. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi);
d. Pruritis (gatal kulit);
e. Butiran uremik (kristal urea pada kulit);
f. Anoreksia, mual, muntah, cegukan;
g. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang;
h. Amenore, atrofi testikuler.(Smeltzer dan Bare, 2002).

2.5 Patofisiologi

Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan
di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya
batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.

Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di
piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya.Obstruksi dapat diakibatkan oleh
tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat
ureter dan menjepit saluran tersebut.Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal
di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau
kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung
kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat
pembesaran uterus.

Adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan kaliks
ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami
kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi
kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan Bare, 2002).

2.6 Komplikasi dan Prognosis

Jika hidronefrosis tetap tidak diobati, peningkatan tekanan di dalam ginjal bisa
menurunkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah, mengeluarkan produk sampah, dan
membuat urin serta mengatur elektrolit dalam tubuh.Hidronefrosis bisa menyebabkan
infeksi ginjal (pyelonephrosis) gagal ginjal, sepsis, dan dalam beberapa kasus, ginjal
kehilangan fungsi atau kematian. Fungsi ginjal akan mulai menurun segera dengan
timbulnya hidronefrosis tetapi reversibel jika tidak menyelesaikan pembengkakan.
Biasanya ginjal sembuh dengan baik bahkan jika ada halangan berlangsung hingga 6
minggu.

2.7 Penatalaksanaan dan Pengobatan


1) Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari
hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi
ginjal. Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi
atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa
urin dalam kaliks akan menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk
pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi ureter).Jika salah
satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka nefrektomi (pengangkatan ginjal)
dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002).

1) Nefrostomi
a. Drainasi Nefrostomi
Selang nefrostomi dimasukkan langsung ke dalam ginjal untuk pengalihan
aliran urin temporer atau permanen secara percutan atau melalui luka insisi.
Sebuah selang tunggal atau selang nefrostomi sirkuler atau U+loop yang
dapat tertahan sendiri dapat digunakan. Drainase nefrostomi diperlukan utuk
drainase cairan dari ginjal sesudah pembedahan, memelihara atau
memulihkan drainase dan memintas obstruksi dalam ureter atau traktus
urinarius inferior. Selang nefrostomi dihubungkan ke sebuah system
drainase tertutup.
b. Nefrostomi Perkutaneus
Pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal. Tindakan
ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari ureter yang tersumbat,
membuat suatu jalur pemasangan stunt ureter, menghancurkan batu ginjal,
melebarkan striktur, menutup fistula, memberikan obat, memungkinkan
penyisipan alat biopsy bentuk sikat dan nefroskop atau untuk melakukan
tindakan bedah tertentu. Daerah kulit yang akan diinsisi dipersiapkan serta
dianestesi, dan pasien diminta untuk menarik nafas serta menahannya pada
saat sebuah jarum spinal ditusukkan ke dalam pelvis ginjal. Urin diaspirasi
untuk pemeriksaan kultur dan media kontras dapat disuntikkan ke dalam
system pielokaliks.Seutas kawat pemandu kateter angiografi disisipkan
lewat jarum tersebut ke dalam ginjal. Jarum dicabut dan saluran dilebarkan
dengan melewatkan selang atau kawat pemandu. Selang nefrostomi
dimasukkan dan diatur posisinya dalam ginjal atau ureter, difiksasi dengan
jahitan kulit serta dihubungkan dengan system drainase tertutup.
Sedangkan menurut jenisnya penatalaksanaan hidronefrosis dibagi menjadi
2 yakni hidronefrosis akut dan hidronefrosisi kronis .
a. Hidronefrosis akut
Jika fungsi telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka
air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan dan
biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit.
Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu,
maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.
b. Hidronefrosis Kronik
i. Dilatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi
penyumbatan air kemih
ii. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui
pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali
iii. Dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan
fibrossa. Jika sambungan ureter dari kandung kemih tersumbat
maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkan kembali disisi kandung kemih yang berbeda .
Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi
a. Terapi hormonal untuk kanker prostat
b. Pembedahan
c. Pelebaran uretra dengan dilator

2) Pengobatan
a. Hidronefrosis akut
 Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka
air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya
melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit)
 Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka
bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
b. hidronefrosis kronik
1. Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air
kemih
2. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan
dan ujung-ujungnya disambungkan kembali
3. Dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa.
Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di
sisi kandung kemih yang berbeda
4. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a. terapi hormonal untuk kanker prostat
b. pembedahan
c. pelebaran uretra dengan dilator

2.8 Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika ginjal
sangat membesar.
2. USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih
3. Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal
4. Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung
5. Laboratorium Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea  karena
ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik.

MANIFESTASI KLINIS
1) Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap.
2) Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang.
3) Jika terjadi infeksi maka disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta
piuria akan terjadi.
4) Hematuri dan piuria mungkin juga ada.
5) Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan
muncul, seperti:
a. Hipertensi ( akibat retensi cairan dan natrium )
b. Gagal jantung kongestif
c. Perikarditis ( akibat iritasi oleh toksik uremi)
d. Pruritis ( gatal kulit )
e. Butiran uremik ( Kristal urea pada kulit )
f. Anoreksia , mual , muntah , cegukan .
g. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang
h. Amenore, atrofi testikuler (Smeltzer dan Bare, 2002)

Jika penyumbatan timbul dengan cepat (hidronefrosis akut) , biasanya akan


menyebabkan kolik renalis ( nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang rusuk dan
tulang panggul) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara
(hidronefrosis kronis) , bisa tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah
antara tulang rusuk dan tulang pinggul) .
Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis atau karena
penyumbatan sementara ureter akibat ginjal bergeser kebawah . Air kemih dari 10% penderita
mengandung darah. Sering ditemukan infeksi saluran kemih (terdapat nanah di dalam air kemih),
demam dan rasa nyeri di daerah kandung kemih atau ginjal. Jika aliran air kemih tersumbat, bisa
terbentuk batu (kalkulus ). Hidronefrosis bisa menimbulkan gejala saluran pencernaan yang
samar- samar
seperti mual, muntah dan nyeri perut. Gejala ini kadang terjadi pada penderita
anak- anak akibat cacat bawaan, dimana sambungan ureteropelvik terlalu
sempit. Jika tidak diobati, pada akhirnya hidronefrosis akan menyebabkan
kerusakan ginjal dan bisa dan bisa terjadi gagal ginjal.

Sedangkan menurut Corwin (2009) ,gejala hidronefrosis yakni :

1) Penurunan keluaran urin


2) Nyeri panggul

2.9 Asuhan Keperawatan Pada Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. K
Tanggallahir : Tidak terkaji
Umur : 49 Tahun
JenisKelamin : Perempuan
Alamat : Tidakterkaji
Agama : Tidakterkaji
Pendidikan : Tidakterkaji
Sukubangsa : Tidak terkaji
Tanggal masuk : Tidak terkaji
No.RM : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Tidakterkaji
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidakterkaji
Umur : Tidakterkaji
Jeniskelamin : Tidakterkaji
Alamat : Tidakterkaji
Agama : Tidakterkaji
Pendidikan : Tidakterkaji
Pekerjaan : Tidakterkaji

2. Keluhan Utama
Ny. K, Umur 49 Tahun datang ke IGD Rumah sakit swasta yang berada di
kota jambi, Ny. K datang dengan keluhan nyeri pinggang kanan.

3. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan sekarang
Ny. K datang dengan keluhan nyeri pinggang kanan.Nyeri yang
dirasakan hilang timbul dengan skala nyeri 7 dan menjalar ke daerah perut.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien menjelaskan bahwa dua bulan yang lalu pernah mengalami nyeri
seperti ini dan bisa hilang setelah diberikan obat analgesik oleh dokter.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terkaji

4. Pola Kebutuhan Dasar Manusia


1. Aktivitas dan istirahat : Tidak Terkaji
2.   Integritas ego : Tidak Terkaji
3.   Eliminasi : Urin berwarna keruh
4.   Makanan/cairan : Mual dan muntah
5.   Nyeri/kenyamanan   : Nyeri pinggang kanan dan menjalar ke perut
6.   Interaksi sosial : Tidak Terkaji

5. Pemeriksaan Fisik
Head To Toe
1. Kepala : Tidakterkaji
2. Mata : Tidakterkaji
3. Hidung : Tidakterkaji
4. Mulut : Tidak terkaji
5. Telinga : Tidakterkaji
6. Leher : Tidakterkaji
7. Thorak : Tidakterkaji
8. Abdomen : Nyeri pada daerah perut
9. Genitalia : Tidakterkaji
10. Ekstremitas : Nyeri pinggang kanan

6. Pemeriksaan Penunjang
1. PemeriksaanLaboratorium
a. HB : 14gr/dl
b. Leukosit : 14.000/mm3
c. Ureum 50 mg/dl
d. Creatinin : 1,6/mm3
e. Hasil pemeriksaan USG TUG : Hidronefrosis Dekstra.

7. Penatalaksanaan (Pemberian Terapi/Pengobatan)


Tidak Terkaji

ANALISA DATA
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1. DS : Obstruksi Akut Nyeri Akut
1. Ny. K datang dengan keluhan
nyeri pinggang kanan
2. Nyeri yang dirasakan hilang
timbul dan menjalar ke daerah
perut.
3. Pasien menjelaskan bahwa dua
bulan yang lalu pernah
mengalami nyeri seperti ini dan
bisa hilang setelah diberikan
obat analgesik oleh dokter.
DO :
1. Skala nyeri 7
2. HB : 14gr/dl
3. Leukosit : 14.000/mm3
4. Ureum 50 mg/dl
5. Creatinin : 1,6/mm3
6. Hasil pemeriksaan USG TUG :
Hidronefrosis Dekstra
2. DS : Obstruksi aliran Gangguan
urin Eliminasi Urin
1. urin berawarna keruh

DO :
1. Ureum 50 mg/dl
2. Creatinin : 1,6/mm3
3. DS : Proses penyakit Hipertermi

1. Ny. K mengatakan badan terasa


demam

DO :

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Obstruksi akut
2. Gangguan Eliminasi urin b.d Obstruksi aliran urin
3. Hipertermi b.d Proses penyakit

C. Intervensi Keperawatan
Dx.
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Tujuan : setelah dilakukan a. Kaji tingkat, frekuensi, intensitas,
Obstruksi tindakan keperawatan selama dan reaksi nyeri
akut 3 x 24 jam, diharapkan klien b. Ajarkan teknik distraksi dan
menunjukkan nyeri telah relaksasi nafas dalam
berkurang atau hilang d. Atur posisi pasien senyaman
Kriteria Hasil : mungkin sesuai keinginan pasien
1. Terlihat tenang dan rileks e. Kolaborasi pemberian obat analgetik
serta tidak ada keluhan sesuai indikasi
f. Lakukan pengobatan non
farmakologik.

2. Gangguan Tujuan: Setelah dilakukan a. Monitor intake dan output


eliminasi urin tindakan keperawatan selama b. Monitor derajat distensi bladder
b.d Obstrukti 3 x 24 jam, diharapkan pola c. Sediakan privasi untuk eliminasi
aliran urin eliminasi urin klien kembali d. Stimulasi reflek bladder dengan
normal kompres dingin pada abdomen
Kriteria Hasil : e. Kateterisasi jika perlu
a. Distensi kandung kemih f. Monitor tanda gejala ISK (panas,
menurun hemuturia, perubahan bau dan
b. Balance cairan seimbang konsistensi urin)

3. Hipertermi Tujuan : Setelah dilakukan a. Identifikasi penyebab hipertermi


b.d Proses tindakan keperawatan b. Monitor suhu buh
penyakit diharapkan suhu tubuh berada c. Anjurkan tirah baring
pada rentang normal d. Kolaborasi pemberian cairan dan
Kriteria Hasil : elektrolit jika perlu

Suhu tubuh dalam


rentangnormal.

Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/6144427/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN
_DENGAN_HIDRONEFROSIS_MAKALAH (Diakses pada tanggal 24 Feb
2021)

Anda mungkin juga menyukai