Object 1
Object 2
A. DEFINISI
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg, atau bila pasien
menggunakan obat anti hipertensi.
Perhimpunan nefrologi Indonesia (Pernefri) memilih klasifikasi hipertyensi sesuai WHO/ISH karena sederhan
dan memenuhi kebutuhan, tidak bertentangan dengan strategi terapi, tidak meragukan karena memiliki sebaran
luas dan tidak rumit, serta terdapat pula unsure sistolik yang juga penting dalam penentuan.
Klasifikasi sesuai WHO/ISH
Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan the sixth report of the joint national committee on prevention,
detection, evaluation, and treatment of high blood pressure, 1997.
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg) Rekomendasi
Normal < 130 <85 Periksa ulang dalam 2 tahun
Perbatasan 130-139 85-89 Periksa ulang dalam 1 tahun
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99 Konfirmasi dalam 1 atau 2 bulan
Anjurkan modifikasi gaya hidup
B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga hipertensi
idiopatik. Banyak factor yang mempengaruhinya seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, system rennin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intra seluler,
dan factor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alcohol, merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Penyebab spesifiknya diketahui seperti estrogen, penyakit
ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom chusing, feokromositoma,
koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.
D. DIAGNOSIS
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah 2 kali
atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala
klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5
menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). Tensi meter dengan air raksa
masih tetap dianggap alat pengukur yang terbaik.
Anamnesis yag dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan gejala-gejala
penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantng koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskulerdan lainnya.
Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala penyakit yang berkaitan dengan penyebab
hipertensi, perubahan aktivitas dan kebiasaan seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas,
hasil dan efek samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada, dan factor psikososial lingkungan (keluarga,
pekerjaan, dsb).
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas
serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah
140 mmHg dan tekanan diastolic di bawah 90 mmHg dan mengontrol factor resiko. Hal ini dapat dicapai melalui
modifikasi gaya hidup saja atau dengan obat antihipertensi.
Kelompok resiko dikategorikan menjadi :
A : Pasien dengan tekanan darah perbatasan, atau tingkat 1,2, 3, tanpa gejala penyakit kardiovaskueler,
kerusakan organ, atau factor resiko lainnya. Bila dengan modifikasi gaya hidup tekanan darah belum
dapat diturunkan, maka harus diberikan obat anti hipertensi
B : Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ lainnya tapi memiliki satu atau lebih
factor resikoyang tertera diatas, namun bukan diabetes mellitus. Jika terdapat beberapa factor maka
harus langsung diberikan obat anti hipertensi.
C : Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ yang jelas.
Factor resiko : usia lebih dari 60 tahun, merokok, dislipidemia, diabetes mellitus, jenis kelamin (pria dan wanita
menopause), riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga.
Kerusakan organ atau penyakit kardiovaskuler : penyakit jantung(hipertrofi ventrikel kiri, infark miokard, angina
pectoris, gagal jantung, riwayat revaskularisasi koroner, stroke, transient ischemic attack, nefropati, penyakit
arteri perifer, dan retinopati).
Penatalaksanaan berdasarkan Klasifikasi resiko :
Menurunkan berat badan bila bila terdapat kelebihan (indeks masa tubuh ≥ 27)
Membatasi alcohol
Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan
Penatalaksaan dengan obat anti hipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai dengan dosis rendah kemudian
ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur, kebutuhan, dan usia. Terapi yang optimal harus efektif selama 24
jam dan lebih disukai dalam dosis tunggalkarena kepatuhan lebih baik, lebih murah, dapat mengontrol hipertensi
terus menerus dan lancer dan melindungi pasien terhadap berbagai resiko dan kematian mendadak, serangan
jantung atau stroke akibat peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun tidur.
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
Fluid Management
· Timbang popok/pembalut jika
diperlukan
· Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
· Pasang urin kateter jika diperlukan
· Monitor status hidrasi
( kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan
· Monitor hasil lAb yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin )
· Monitor status hemodinamik
termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
· Monitor vital sign sesuai indikasi
penyakit
· Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (cracles, CVP ,
edema, distensi vena leher, asites)
· Monitor berat pasien sebelum dan
setelah dialisis
· Kaji lokasi dan luas edema
· Monitor masukan makanan / cairan
dan hitung intake kalori harian
· Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi cairan sesuai
program
· Monitor status nutrisi
· Berikan cairan
· Kolaborasi pemberian diuretik
sesuai program
· Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
· Dorong masukan oral
· Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
· Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
· Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
· Batasi masukan cairan pada
keadaan hiponatrermi dilusi dengan
serum Na < 130 mEq/l
· Monitor respon pasien terhadap
terapi elektrolit
· Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk
· Atur kemungkinan tranfusi
· Persiapan untuk tranfusi
Fluid Monitoring
· Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminaSi
· Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidak seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi diuretik, kelainan
renal, gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll )
· Monitor berat badan
· Monitor serum dan elektrolit urine
· Monitor serum dan osmilalitas
urine
· Monitor BP
· Monitor tekanan darah orthostatik
dan perubahan irama jantung
· Monitor parameter hemodinamik
infasif
· Catat secara akutar intake dan
output
· Monitor membran mukosa dan
turgor kulit, serta rasa haus
· Catat monitor warna, jumlah dan
· Monitor adanya distensi leher,
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
· Monitor tanda dan gejala dari
odema
· Beri cairan sesuai keperluan
· Kolaborasi pemberian obat yang
dapat meningkatkan output urin
· Lakukan hemodialisis bila perlu
dan catat respons pasien