BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
pertama dimulai sejak usia remaja, yaitu 12-13 tahun (Manuaba, 2009).
terkait gejala fisik dan emosional yang ditimbulkan. Gejala menstruasi dialami
75% remaja serta berdampak pada aktivitas dan kualitas hidupnya. Gejala ini
fase luteal dari siklus menstruasi yang ditandai dengan perubahan fisik, psikologis
terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum menstruasi dan mereda
setelah periode menstruasi muncul. Lebih dari 85% wanita usia subur mengalami
(2013) menunjukkan bahwa 66,3% remaja dengan PMS ringan, 31,4% dengan
PMS sedang dan 2,3% dengan PMS berat. Gejala premenstrual dapat
1
2
Premenstruasi syndrome sedang hingga berat lebih banyak dialami oleh wanita
usia remaja dibandingkan wanita usia dewasa yang berada di daerah pasca
bencana gempa (Takeda et al., 2010). Penyebab PMS belum diketahui secara
mudah tersinggung, depresi, mudah marah, cemas atau tegang, perubahan suasana
hati, sedangkan gejala fisik adalah payudara tegang, perut kembung, sakit kepala
dan mudah lelah (Qiao et al., 2012; Attieh et al., 2012; Takeda et al., 2010; Wong
et al., 2011). Dampak dari PMS juga mengganggu hubungan keluarga, kerja,
aktivitas sosial. Wanita yang mengalami PMS melaporkan bahwa gejala PMS
minimal satu hari (43,5%) dan 22% mengalami kegagalan dalam ujian. PMS juga
konsentrasi (60,4%) (Takeda et al., 2010; Kitamura et al., 2012). Remaja dengan
3
PMS memiliki prestasi belajar lebih rendah dibandingkan yang tidak mengalami
PMS. Hal ini disebabkan karena faktor nyeri saat menjelang haid, guru yang
berada pada area yang tidak mengalami kerusakan, ada hubungan signifikan
antara daerah bencana dengan prevalensi PMS (Takeda et al., 2013). Bencana
alam yang pernah terjadi di Indonesia adalah erupsi Merapi tahun 2010, yang
termasuk salah satu gunung api paling aktif di dunia. Hasil penelitian Cahyanti
Merapi. Prevalensi PMS dan PMDD meningkat 2 kali lipat dibandingkan daerah
terkait gejala yang dialaminya sehingga diperlukan deteksi dini sehingga dapat
behavior therapy dan terapi relaksasi (Douglas, 2002; Bendich, 2000; Canning,
relaksasi merupakan salah satu self-monitoring therapy yang sederhana dan efektif
dalam mengurangi stres yang berdampak pada kondisi fisik seperti nyeri, maupun
progresif adalah terapi perilaku yang menghubungkan antara tubuh dan pikiran
untuk melakukan penyembuhan sendiri dengan cara yang tepat. Terapi ini mudah
Terapi lain untuk menurunkan kondisi fisik dan mental adalah meditasi,
kompres hangat, teknik stimulasi kulit (massage), yoga dan akupuntur, terapi
suplemen (Wong et al., 2010; Morse et al., 1991). Dari beberapa terapi tersebut,
terapi relaksasi terbukti lebih efektif dalam menurunkan baik gejala fisik seperti
nyeri, dan mental seperti kecemasan. Penelitian yang dilakukan oleh Song (2013)
fisik seperti nyeri punggung, mual, kehilangan nafsu makan dan kekurangan
energi pada pasien kanker payudara selama kemoterapi. Pengaruh terapi relaksasi
juga dapat mengatasi gejala insomnia pada lansia, lansia yang diberikan terapi
(2008) menunjukkan adanya penurunan nadi, tekanan darah sistolik dan diastolik,
bencana. Bencana menjadi salah satu faktor yang dapat memperngaruhi kesehatan
mental dan reproduksi wanita, khususnya pada remaja. Masalah yang muncul saat
atau pasca bencana terjadi pada remaja seperti gangguan menstruasi (PMS,
remaja, yaitu masalah kesehatan reproduksi dan masalah psikologis. Dampak ini
wilayah yang beresiko terjadinya bencana alam dan seperti gempa dan erupsi, dan
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung yang aktif dan telah
ini, belum pernah dilakukan suatu pengobatan untuk mengatasi gejala tersebut,
sehingga diperlukan pengobatan yang efektif dan efisien untuk mengatasi PMS.
B. Rumusan Masalah
Prevalensi PMS pada daerah pasca bencana menunjukkan bahwa remaja dengan
PMS meningkat dua kali lipat dibandingkan daerah normal (Cahyanti, 2012)
Takeda et al., 2013). Hal ini memerlukan perhatian untuk mengatasi gejala
masalah dalam penelitian ini adalah ”Adakah pengaruh terapi relaksasi dalam
Yogyakarta?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
2. Tujuan khusus:
Yogyakarta.
Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Klinis
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu data mengenai
akademik.
b. Bagi Perawat
syndrome.
terapi lain.
9
E. Keaslian Penelitian
pernah dilakukan. Beberapa artikel yang mirip dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
dibagi dalam tiga kelompok, yaitu kelompok charting, reading dan relaksasi
assessment form dan Daily rating form. Hasil menunjukkan ketiga kelompok
equivalent control group design dan dilakukan pada remaja dengan PMS di
coping skill training and relaxation for the relief of premenstrual syndrome”.
10
kali sehari. Coping skill training dilakukan oleh terapis dalam 10 minggu
pada gejala fisik dan pada kelompok relaksasi selama dua bulan pertama
yang dievaluasi dengan mengukur nadi, tekanan darah sistolik dan diastolik,
lebih baik setelah relaksasi. Pada kelompok PMS, setelah 10 menit relaksasi
11
perbedaan dua mean sebelum dan sesudah intervensi pada stres dan
progresif.
(p<0,0001) dan skor stres (p<0,0001) pada kelompok intervensi dan kontrol.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel terikat dan bebas, populasi
posttest design dan dilakukan pada pasien dengan cancer prostat sedangkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
a. Definisi
PMS terjadi secara siklis selama fase luteal dari siklus haid.
sakit kepala, mudah lelah dan kram. Gejala afektif yang muncul adalah
b. Prevalensi
Prevalensi dari gejala PMS ringan banyak diderita oleh wanita dewasa
13