Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SISTEM OSMOREGULASI

Disusun Oleh :

Abdul Khalik Adios

(Nim 031200016)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS NUSA NIPA

MAUMERE

2020/2021

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang “ Sistem Osmoregulasi ” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai osmoregulasi. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu,saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................


Daftar Isi ........................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

A.Judul ..........................................................................................................

B.Latar Belakang ..........................................................................................

C.Tujuan .......................................................................................................

BAB 2. PEMBAHASAN

A.Sistem Osmoregulasi Pada Hewan............................................................

B.Prinsip–Prinsip Dasar Osmoregulasi..........................................................

C.Pengaruh Lingkungan Terhadap Osmoregulasi.........................................

D.Osmoregulasi Invertebrata Laut.................................................................

E.Osmoregulasi Vertebrata Laut....................................................................

F.Osmoregulasi Pada Hewan di Lingkungan Air Tawar.................................

G.Osmoregulasi Pada Hewan di Lingkungan Air Payau................................

H.Osmoregulasi Pada Hewan di Lingkungan Darat.......................................

I. Osmoregulasi Pada Hewan Invertebrata.....................................................

J. Osmoregulasi Pada Hewan Vertebrata......................................................

BAB 3. PENUTUP

A.Simpulan ...................................................................................................

B. Saran……………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.

Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk


mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya
melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan
karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan
disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus,
begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati.
Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang
tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.

Hal ini penting dilakukan terutama oleh organisme perairan karena :

1. Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan.


2. Membran sel yang merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang
bergerak cepat.
3. Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan.

Dalam proses inti osmoregulasi, terjadi suatu peristiwa osmosis, dimana


perpindahan cairan yang encer ke cairan yang pekat shingga akan tercipta suatu
kondisi konsentrasi yang sama dan disebut dengan isotonis. Isotonis adalah dua
macam larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama (isoosmotik) Pada kondisi
Osmoregulasi: isotonis adalah tekanan osmotik dua macam cairan misal: tekanan
osmotik antara cairan tubuh dan air laut (lingkungan hidup hewan).

B. Tujuan

1. Mengetahui osmoregulasi pada hewan tingkat rendah dan tingkat tinggi


2. Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap osmoregulasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Osmoregulasi pada Hewan


Alasan utama hewan harus melakukan osmoregulasi adalah karena perubahan
keseimbangan jumlah air dan zat terlarut di dalam tubuh memungkinkan
terjadinya perubahan arah aliran air/zat terlarut menuju ke arah yang tidak
diharapkan. Kriteria Hewan dalam Osmoregulasi:

 Hewan Osmoregulator, yaitu hewan yang mampu melakukan


osmoregulasi dengan baik.

b. Hewan Osmokonformer, yaitu Hewan yang tidak mampu mempertahankan


tekanan osmotik. Hewan osmokonformer harus beradaptasi agar tetap bisa hidup
dengan syarat perubahan lingkungan tidak besar dan dalam kisaran toleransi
tetapi jika perubahan lingkungan terlalu besar maka untuk tetap hidup hewan
osmokonformer harus bermigrasi karena jika tidak hewan tersebut akan mati.

Lingkungan dimana hewan hidup dapat mendukung dan dapat pula mengancam
kehidupan hewan tersebut sehingga diperlukan mekanisme osmoregolasi.
Mekanisme osmoregulasi setiap hewan berbeda-beda denga nvariasi yang sangat
luas tergantung kemampuan dan jenis organ tubuh hewan serta kondisi
lingkunganhewan.

B. Prinsip-prinsip Dasar Osmoregulasi

Terhadap lingkungan hidupnya, ada hewan air yang membiarkan konsentrasi


cairan tubuhnya berubah-ubah menngikuti perubahan mediumnya
(osmokonformer). Kebanyakan invertebrata laut tekanan osmotic cairan tubuhnya
sama dengan tekanan osmotic air laut. Cairan tubuh demikian dikatakan isotonic
atau isosmotik dengan medium tempat hidupnya. Bila terjadi perubahan
konsentrasi dalam mediumnya,maka cairan tubuhnya disesuaikan dengan
perubahan tersebut (osmokonformitas).

Sebaliknya ada hewan yang mempertahankan agar tekanan osmotik cairan


tubuhnya relative konstan lebih rendah dari mediumnya (hipoosmotik)atau lebih
tinggi dari mediumnya (hiperosmotik). Untuk mempertahankan cairan tubuh
relatif konstan, maka hewan melakukan regulasi osmotic(osmoregulasi),
hewannya disebut regulator osmotic atau osmoregulator. Ada dua macam regulasi
osmotic yaitu regulasi hipoosmotik dan regulasi hiperosmotik. Pada regulator
hipoosmotik, misalnya ikan air laut, hewan ini selalu mempertahankan
konsentrasi cairan tubuhnya lebih tinggi daripada mediumnya (air tawar).

C. Pengaruh Lingkungan Terhadap Osmoregulasi

Lingkungan Hidup Hewan


Pada dasarnya lingkungan hidup hewan dapat dibagai menjadi lingkungan air dan
lingkungan darat. Lingkungan air masih dibedakan menjadi lingkungan air laut
dan air tawar. Sedikit sekali hewan darat yang benar-benar telah meninggalkan
lingkungan air. Misalnya serangga dan beberapa hewan darat yang lain, meskipun
dianggap paling berhasil beradaptasi dengan kehidupan didarat, namun hidupnya
sedikit banyak masih berhubungan langsung dengan air tawar. Kebanyakan hewan
selain serangga, hidup didalam air atau sangat tergantung pada air.

Komposisi cairan tubuh kebanyakan hewan, khususnya konsentrasi komponen


utama, mereflesikan komposisi air lautan permulaan,tempat nenek moyang hewan
pertama kali muncul. Air laut mengandung sekitar 3,5% garam. Ion utama adalah
natrium,khlorida,magnesium,sulfat dan kalsium yang berada dalam jumlah yang
besar.

Jumlah kosentrasi garam di lingkungan sangat bervariasi sesuai tempat


geografisnya. Di lautan tengah dimana penguapan tinggi tidak diikuti dengan
jumlah yang sama masuknya air tawar dari sungai, maka lautan tengah memiliki
kandungan garam mendekati 4%. Dilain daerah khussunya di daerah
pesisir,kandungan agak rendah dibandingkan dengan lautan terbuka,tetapi jumlah
relative ion-ion terlarut agak konstan

D. Osmoregulasi Hewan Invertebrata Laut

Hewan osmokonformer invertebrata laut memiliki konsentrasi osmotik cairan


tubuh sama dengan air laut sehingga terjadi keseimbangan osmotik cairan tubuh
hewan dengan lingkungannya tetapi tidak dalam kondisi keseimbangan ionik
sehingga terjadi perbedaan komposisi ion yang menghasilkan gradien konsentrasi.
Oleh karena itu hewan osmokonformer dapat memperoleh masukan berbagai
macam zat yang dibutuhkan dengan cara: ion masuk kedalam tubuh dan
mengakibatkan cairan tubuh menjadi hiperosmotik, keadaan ini menyebabkan air
dan zat-zat yang dibutuhkan tubuh yang terlarut di air laut masuk ke dalam tubuh.
Konsentrasi osmotik berbagai ion dalam tubuh hewan tidak berbeda kecuali
beberapa spesies hewan laut, misalnya ubur-ubur, mempertahankan konsentrasi
ion tetap berbeda dalam rangka pengaturan fisiologis. Konsentrasi ion yang tidak
diatur dengan cara khusus terjadi melalui permukaan tubuh, insang, makanan
yang ditelan, dan dengan menghasilkan zat sisa (misalnya urin)

E. Osmoregulasi Hewan Vertebrata Laut

Kelompok hewan ini dibagi menjadi dua, yaitu:


 Kelompok Konformer Osmotik dan Ionik terdiri atas Siklostomata
(hagfish) dan Vertebrata primitif osmoregulasinya sama seperti
invertebrata laut.
 Kelompok Regulator Osmotik dan Ionik, memiliki ciri regulasi osmotik
dan ionik tidak sama dan memperlihatkan tingkatan; serta konsentrasi
osmotik plasma mendekati sepertiga konsentrasi osmotik air laut.
Kelompok hewan ini disebut hewan Regulator Hipoosmotik.

Teleostei laut memiliki cairan tubuh yang hipoosmotik dan mengakibatkan


kehilangan air sehingga diperlukan mekanisme adaptasi untuk menghindari
kehilangan air dari tubuhnya. Mekanisme untuk menghindari kehilangan air tubuh
dapat dilakukan dengan cara ikan banyak minum air laut yang mengandung
garam, garam masuk ke dalam tubuh hewan kemudian gara dikeluarkan kembali
dari tubuh melalui insang karena di insang terdapat sel khlorid yang berfungsi
mengeluarkan NaCl dari plasma ke air laut secara aktif.

Berbeda halnya dengan Elasmobrankhii, hewan ini memiliki masalahpemasukan


Na+ yang terlalu banyak ke dalam tubuh (melalui insang) dan perolehan air yang
terlalu sedikit. Untuk mengatasi masalah tersebutElasmobrankhii menggunakan
kelenjar rektal untuk mengeluarkan kelebihan Na+secara aktif dan menghasilkan
sedikit urin (urin dimanfaatkan untuk mengeluarkan kelebihan NaCl).

Begitu pula yang terjadi pada mamalia laut, seperti lumba-lumba dan ikan paus.
Mamalia laut memiliki masalah pemasukan garam yang terlalu banyak yang
masuk bersama makanan. Hal ini dapat diatasi dengan organ ginjal yang sangat
efisien yang dapat menghasilkan urin yang kepekatannya 3 – 4 kali dari cairan
plasmanya.

F. Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Air Tawar

Masalah yang dihadapi hewan air tawar kebalikan dari masalah yang dihadapi
hewan laut, yaitu Tekanan Osmotik cairan tubuh hewan air tawar lebih tinggi dari
lingkungannya (hiperosmotik/hipertonis) sehingga dapat memungkinkan
pemasukan air yang berlebihan dan kehilangan garam. Masuknya air ke dalam
tubuh mengakibatkan ion dari tubuh keluar. Hal ini harus dibatasi, oleh karena
itulah hewan memiliki permukaan tubuh yang impermeabel terhadap air sehingga
ion dapat dipertahankan di dalam tubuh. Akan tetapi pada kenyataannya air tetap
masuk ke dalam tubuh melalui insang yang terbuka. Untuk itu antisipasi
kekurangan ion dapat dilakukan dengan cara transpor aktif sehingga ion masuk ke
dalam tubuh dalam bentuk garam sedangkan antisipasi kelebihan ion dapat
dilakukan dengan cara difusi ion keluar tubuh dalam bentuk garam.
G. Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Payau

Hewan akutik tidak selamanya menetap di habitat yang tetap (air laut atau air
tawar)saat tertentu masuk ke daerah payau, misalnya salmon, lamprey, dan belut.
Perpindahan antara air tawar dan air bergaram merupakan bagian dari siklus hidup
yang normal sehingga hewn-hewan tersebut harus memiliki kemampuan adaptasi
yang baik terhadap perubahan kadar garam (kadar garam di daerah payau selalu
berubah). Ketika laju hewan meningkat maka akan masuk ion terlarut dalam
jumlah berlebih dan harus dikeluarkan melalui tubulus malpighi dan rektum atau
papila anal yang berfungsi mengeluarkan kelebihan garam pada medium pekat
dan mengambil ion secara aktif pada medium encer.

H. Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Darat

Keuntungan bagi hewan yang hidup di lingkungan darat adalah mudah


memperoleh oksigen sedangkan kerugiaanya adalah sulitnya menjaga
keseimbangan air dan ion sehingga mudah terancam dehidrasi. Kehilangan air dari
tubuh pada hewan darat dapat terjadi melaui penguapan, dimana penguapan
tersebut dipengaruhi oleh kandungan uap air di atmosfer, tekanan barometrik,
gerakan udara, luas permukaan penguapan, dan suhu. Vertebrata yang berhasil
berkembang di lingkungan darat memperoleh air dari air minum dan makanan.
Untuk menghemat air vertebrata melakukan berbagai cara yang cukup bervariasi,
misalnya memiliki kulit yang kering dan bersisik, menghasilkan feses kering,
menghasilkan asam urat, dan mereabsorbsi urin encer yang di kandung kemih.
Pengaturan keseimbangan air berkaitan erat dengan proses mempertahankan suhu
tubuh. Pada hewan mamalia perolehan air berasal dari minuman, makanan, dan air
metabolik serta dari lingkungan yang berupa uap air sedangkan kehilangan air
dapat terjadi melalui keringat.

I. Osmoregulasi Hewan Invertebrata

Secara umum, organ osmoregulasi invertebrata memakai mekanisme filtrasi,


reabsorbsi, dan sekresi yang prinsipnya sama dengan kerja ginjal pada vertebrata
yang memproduksi urin yang lebih encer dari cairan tubuhnya.

1) Osmoregulasi pada serangga

Kehilangan air pada serangga terutama terjadi melalui proses penguapan. Hal ini
dikarenakan serangga memiliki ratio luas permukaan tubuh dengan masa
tubuhnya sebesar 50 kali, bandingkan dengan mamalia yang mempunyai ratio luas
permukaan tubuh terhadap masa tubuhnya yang hanya ½ kali. Jalan utama
kehilangan air pada serangga adalah melalui spirakulum untuk mengurangi
kehilangan air dari tubuhnya maka kebanyakan serangga akan menutup
spirakelnya pada saat diantara dua gerakan pernapasannya. Cara mengatasi yang
lain adalah dengan meningkatkan impermeabilitas kulitnya, yaitu dengan
memiliki kutikula yang berlilin yang sangat impermeable terhadap air, sehingga
serangga sedikit sekali kehilangan air melalui kulitnya. Sebagai organ ekskretori
serangga memiliki badan Malphigi yang bersama-sama dengan saluran
pencernaan bagian belakang membentuk sistem ekskretori osmoregulatori.

2) Osmoregulasi pada Annelida

Cacing tanah seperti Lumbricus terestris merupakan regulator hiperosmotik yang


efektif. Hewan ini secara aktif mengabsorbsi ion-ion. Urine yang diproduksinya
encer, yang secara esensial bersifat hipoosmotik mendekati isoosmotik terhadap
darahnya. Diduga konsentrasi urinnya disesuaikan menurut kebutuhan
keseimbangan air tubuhnya. Homeostasis regulasi juga dilakukan dengan
pendekatan prilaku yaitu aktif dimalam hari dan menggali tanah lebih dalam bila
permukaan tanah kering.

3) Osmoregulasi pada Molusca

Pada tubuh keong/siput memiliki permukaan tubuh berdaging yang sangat


permeable terhadap air. bila dikeluarkan dari cangkangnya, maka air akan hilang
secepar penguapan air pada seluas permukaan tubuhnya. Semua keoang atau siput
bernapas terutama dengan paru-paru yang terbentuk dari mantel tubuhnya dan
terbuka keluar melalui lubang kecil. Toleransi terhadap air sangat tinggi. Tekanan
osmotik cairan internal bervariasi secara luas tergantung kandungan air
lingkungannya. Untuk menghindari kehilangan air yang berlebih, keong atau siput
lebih aktif dimalam hari dan bila kondisi bertambah kering , keoang akan
berlindung dengan membenamkan diri kedalam tanah serta menutup cangkangnya
dengan semacam operculum yang berasal dari lendir yang dikeluarkannya.
Banyak keong darat yang secara rutin mengeluarkan suatu zat yang mengandung
nitrogen dalam bentuk asam urat yang sulit larut dalam air, yang terbukti bahwa
ternyata zat ini meningkat pada beberapa spesies dalam masa kesulitan
mendapatkan air. Selama masa estivasi (tidur musim panas) asam urat ini
disimpan dalam ginjal dengan maksud mengurangi kehilangan air untuk
menekskresikan nitrogen tersebut. Banyak spesies keong yang menyimpan air
didalam rongga mantelnya yang rupanya digunakan pada liungkungan kering.

J. Osmoregulasi pada Vertebrata

1) Osmoregulasi pada Ikan (pisces)


Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai cairan tubuh yang bersifat
hiperosmotik terhadap lingkungan, sehingga air cenderung masuk ketubuhnya
secara difusi melalui permukaan tubuh yang semipermiable. Bila hal ini tidak
dikendalikan atau diimbangi, maka akan menyebabkan hilangnya garam-garam
tubuh dan mengencernya cairan tubuh, sehingga cairan tubuh tidak dapat
menyokong fungsi-fungsi fisiologis secara normal. Ginjal akan memompa keluar
kelebihan air tersebut sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomerulus dalam
jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat
menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni
sebanyak-banyaknya.

Ikan laut hidup pada lingkungan yang hipertonik terhadap jaringan dan cairan
tubuhnya, sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan
kemasukan garam-garam. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’air laut
sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan garam akan
meningkat dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan
kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi
osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan
dengan ikan air tawar. Tubulus ginjal mampu berfungsi sebagai penahan air.
Jumlah glomerulus ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil
dari pada ikan air tawar

2) Osmoregulasi pada amphibi

Sebagian besar Amphibi adalah hewan air atau semi akuatik. Telurnya
diletakkan dalam air, dan larvanya adalah hewan air yang bernafas dengan insang.
melalui metamorphosis, kebanyakan Amphibi (tidak semua) mengubah
alat pernafasannya dengan paru-paru. Beberapa salamander tetap memiliki insang
dan tetap hidup dalam air setelah dewasa. Dan kebanyakan katak dilain pihak
berubah menjadi hewan darat, meskipun biasanya masih tetap memilih habitat
berair.

Regulasi osmotic Amphibi mirip ikan air tawar, kulitnya berperan sebagai organ
osmoregulasi utama. Pada saat hewan berada dalam air tawar,terdapat aliran
osmotic air ke dalam tubuhnya melalui kulit. Sehingga urin yang
akan dikeluarkan akan menjadi sangat encer. Sebaliknya, apabila tidak sedang
berada di air, katak dapat mereabsorbsi kembali air yang terdapat di kandung
kemih.

Sehingga, urin yang akan dihasilkan akan menadi pekat. Barsama urin ikut
terbuang garam-garam. Selain itu, garam dan mineral juga dapat
dilepaskan melalui kulitnya.
Katak dan salamander umumnya adalah hewan air tawar, akan mati dalam
beberapa jam bila ditaruh dalam air laut, jadi katak dan salamander
adalah regulator hiperosmotik sempit. Namun ada sejenis katak pemakan
kepiting, hidup didaerah rawa mangrove, mencari makan dan berenang dalam air
laut.Pada saat katak berada dalam air laut ia menjadi hewan hiosmotik. Untuk
mencegah kehilangan air osmotic melalui kulitnya, katak menambah umlah urea
dalam darahnya, yang dapat mencapai 480 mmol urea perliter. Mekanisme ini
beralasan, sebab kulit amphibi relative permeable terhadap air, sehinggan secara
sedarhana untuk mencegah kehilangan air dibuat konsentrasi osmotic
darah seperti mediumnya.

Karena urea essensial bagi katak untuk hidup normal, maka urea ditahan dalam
tubuh dan tidak diekskresikan bersama urin. Pada hiu, urea ditahan melalui
reabsorbsi aktif dalam tubuli ginjal. Pada katak pemakan kepiting, urea ditahan
dengan mereduksi volume urin pada saat katak berada dalam air laut. Nampaknya
urea tidak direabsorbsi secara aktif, sebab konsentrasi urea dalam urin tetap dalam
keadaan sedikit di atas urea dalam plasma. Katak pemakan kepiting, yang muda
memiliki toleransi lebih besar terhadap salinitas tinggi dari pada yang
dewasa. Pada katak muda, pola regulasi osmotiknya mirip dengan teleostei
sedangkan yang dewasa mirip Elasmobrankhii

3) Osmoregulasi pada Reptil

Hewan dari kelas reptile, meliputi ular, buaya, dan kura-kura memiliki kulit yang
kerimg dan bersisik. Keadaan kulit yang kering dan bersisik tersebut diyakini
merupakan cara beradaptasi yang baik terhadap kehidupan darat, yakni agar tidak
kehilangan banyak air. Untuk lebih menghemat air, hewan tersebut menghasilkan
zat sisa bernitrogen dalam bentuk asam urat, yang pengeluarannya hnya
membutuhkan sedikit air. selain itu, Reptil juga melakukan penghematan air
dengan menghasilkan feses yang kering. Bahkan, Kadal dan kura-kura pada saat
mengalami dehidrasi mampu memanfaatkan urin encer yang dihasilkan dan
disimpan dikandung kemihnya dengan cara mereabsorbsinya.

4) Osmoregulasi pada Aves

Pada burung pengaturan keseimbangan air ternyata berkaitan erat dengan proses
mempertahankan suhu tubuh. Burung yang hidup didaerah pantai dan
memperoleh makanan dari laut (burung laut) menghadapi masalah berupa
pemasukan garam yang berlebihan. Hal ini berarti bahwa burung tersebut harus
berusaha mengeluarkan kelebihan garam dari tubuhnya. Burung mengeluarkan
kelebihan garam tersebut melalui kelenjar garam, yang terdapat pada cekungan
dangkal dikepala bagian atas, disebelah atas setiap matanya, didekat hidung.
Apabila burung laut menghadapi kelebihan garam didalm tubhnya, hewan itu
akan menyekresikan cairan pekat yang banyak mengandung NaCl. Kelenjar
garam ini hanya aktif pada saat tubuh burung dijenuhkan oleh garam.

5) Osmoregulasi pada Mamalia

Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat. Sementara,
cara mereka memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya, yaitu dari air minum
dan makanan. Akan tetapi, untuk mamalia yang hidup dipadang pasir memperoleh
air denga cara minum merupakan hal yang mustahil sebagai contoh kangguru.
Kangguru tidak minum air, tetapi dapat bertahan dengan menggunakan air
metabolic yang dihasilkan dari oksidasi glukosa.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan hewan


air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan
lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose.
2. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi
cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima
terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika
terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati.
3. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-
zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.

B. Saran

Penulis mengetahui bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, kritik, maupun petunjuk
dari segala pihak untuk menyempurnakan laporan yang penulis sajikan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Arsih, Fitri. 2012. Fisiologi Hewan. Padang : UNP Press.

Campbell. 2004. Biologi Jilid Kelima-Jilid 3. Jakarta : Erlangga.

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Malang : IKIP Malang.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius

http://lita-artiyani190.blogspot.co.id/2010/12/posting-3-osmoregulasi.html

http://dokumen.tips/documents/makalah-osmoregulasi-pada-amfibi.html

Anda mungkin juga menyukai