Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian isi media...................................................................................................3


2. Hakikat pesan.............................................................................................................3
3. Pengertian content/isi informasi (pesan) kesehatan...................................................4
4. Kategori fungsi isi pesan............................................................................................4
5. Teknik pengelolaan pesan..........................................................................................4
6. Pesan (kode verbal dan non verbal)...........................................................................6

BAB III KESIMPULAN

Kesimpulan...........................................................................................................................12

Saran.....................................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk social. Ia hanya dapat hidup berkembang dan berperan sebagai
manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu cara
terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia adalah komunikasi.

Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan
manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia
lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki
peran yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu kita harus memberikan perhatian
yang seksama terhadap komunikasi.

Setiap orang selalu berupaya memahami setiap peristiwa yang dialaminya. Orang
memberikan makna terhadap apa yang terjadi di dalam dirinya sendiri atau lingkungan
sekitarnya. Terkadang makna yang diberikan itu sangat jelas dan mudah dipahami orang lain,
namun terkadang makna itu buram, tidak dapat dipahami dan bahkan bertentangan dengan
makna sebelumnya. Dengan memahami komunikasi maka orang dapat menafsirkan peristiwa
secara lebih fleksibel dan bermanfaat.

Jika anda ditanya, apakah komunikasi itu? Apa yang terjadi jika sejumlah orang bertemu
dan berinteraksi? Ketika anda mencoba menjawab kedua pertanyaan itu, maka sebenarnya
anda tengah menyusun sebuah komunikasi. Kedua pertanyaan itu tampak mudah, bahkan
orang awam yang bukan ahli pun dapat memberikan jawaban menurut sudut pandangnya.

Walaupun orang telah mempelajari komunikasi sejak zaman purbakala, namun perhatian
terhadap pentingnya komunikasi baru muncul belakangan, yaitu pada awal abad ke-20.
Barnett Pearce (1989) menyebutkan, munculnya peran komunikasi sebagai penemuan
revolusioner (revolutionary discovery) yang sebagian besar disebabkan oleh penemuan
teknologi komunikasi, seperti radio, televisi, telepon, handphone, satelit, dan jaringan
computer.

Lalu apa itu komunikasi? Komunikasi adalah proses social di mana individu-individu
menggunakan symbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam
lingkungan mereka. Komunikasi tak lain adalah proses take and give berbagai makna

1
diantara dua person. Dan seperti apa komunikasi kesehatan itu sendiri? Maka kita akan
membahas secara singkat dan spesifik dalam pembahasan “Pengelolaan Pesan dalam
Komunikasi Pesan”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu isi media ?
2. Bagaimana hakikat pesan ?
3. Apa yang dimaksud dengan content/isi informasi (pesan) kesehatan ?
4. Apa kategori fungsi isi pesan ?
5. Bagaimana teknik pengelolaan pesan ?
6. Bagaimana pesan (kode verbal dan non verbal) ?

C. Tujuan
1. Mengetahui isi media
2. Mengetahui hakikat pesan
3. Mengetahui isi informasi (pesan) kesehatan
4. Mengetahui kategori fungsi isi pesan
5. Mengetahui teknik pengelolaan pesan
6. Mengetahui pesan (kode verbal dan non verbal)

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Apa itu isi media?

Jika kita mengikuti (mendengar, membaca, menonton) pesan atau informasi kesehahtan
yang ditampilkan melalui media massa maka muncul satu pernyataan pokok sekitar pola isi.
Memang harus diakui bahwa ada perbedaan tanggapan atas pesan dan komunikator.
Masyarakat kira lebih suka atau percaya pada siapa yang mengatakan pesan, dan bukan pesan
itu sendiri. Di sini sebenarnya menunjukkan bahwa pesan berhubungan dengan komunikator.

Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Dalam bahasa Inggris
pesan biasanya diterjemahkan dengan Message, content, atau information.

Isi pesan dapat berupa ide/gagasan, perintah, informasi, dan ungkapan perasaan. Pesan
yang efektif adalah pesan yang dapat dipahami (decodable) oleh komunikan secara utuh dan
tidak menimbulkan bias atau distorsi pesan. Pesan yang disampaikan pada proses komunikasi
mungkin tidak dapat ditangkap dengan utuh oleh komunikan, dipersepsikan secara keliru oleh
komunikan (terdistorsi) atatau bahkan tidak dapat ditangkap sama sekali oleh komunikan
(Tamsuri;2005).

2. Hakikat pesan

Hakikat pesan adalah sifatnya yang abstrak. Anda tidak tahu apa yang ada di benak
seseorang sampai dia mewujudkan pesan yang abstrak itu menjadi konkrit. Untuk
mewujudkan pesan yang abstrak menjadi konkrit, manusia dengan akal budi menciptakan
sejumlah lambang komunikasi.

a. Isi (content) pesan (message) merupakan basis dari pengaruh komunikator (juga
media). Inilah yang paling penting untuk dipelajari.
b. Isi pesan dirancang secara cermat oleh perancang, produser, penulis, editor untuk
mempengaruhi audiens.
c. Isi pesan tidak selalu terikat pada hal yang benar tetapi juga pada isu yang tidak
benar.
d. Studi tentang isi pesan menolong kita untuk meramalkan dampak terhadap
audiens.

3
3. Content /isi informasi (pesan) kesehatan
 Content/isi adalah kelengkapan jumlah (kuantitas) dan kualitas informasi
verbal dan visual mengenai kesehatan yg didistribusikan oleh komunikator
atau media.
 Jumlah/kuantitas isi itu merujuk pada jumlah waktu yg digunakan dalam detik,
menit, jam utk memuat berita, film dan lain2. Atau jumlah kolom surat
kabar/majalah yg memuat berita, opini, gambar, cerpen, berita daerah, kolom,
feature, dalam satu kali terbitan.
 Kualitatif merujuk pada mutu,kualitas isi, penampilan faktual, pemerolehan
berita, daya guna sebuah berita, fakta, keabsahan, metode dan tehnik
pengolahan.

4. Kategori fungsi isi pesan

Ada beberapa kategori dari fungsi/ isi pesan yang disampaikan dalam komunikasi
kesehatan, yang antara lain sebagai berikut ini :

a. Fungsi mengawasi lingkungan, memperingatkan ancaman dan bahaya tentang dunia


sekeliling kita, memperingatkan bahaya penyakit menular, bahasa PMS, bahasa
HIV/AIDS, dan lain-lain.
b. Fungsi korelasi, melalui tajuk dan propaganda sehingga membuat audiens
menghubungkan peringatan tersebut dengan pengawasan lingkungan di atas.
c. Transmisi, isi mengalihkan norma masyarakat dalam perlbagai cara.
d. Hiburan, manusia normal berpikir bahwa mereka butuh hiburan, santai, humor. Isi
pesan biasa dirancang sedemikian rupa untuk menampilkan juga aspek hiburan agar
audiens juga menikmati. Hiburan berisi kenyataan, pengalaman manusia, kehidupan
nyata, banyak media tidak memanfaatkan aspek sehingga mereka gagal menjalankan
fungsi.

5. Teknik pengelolaan pesan.


 Penyusunan pesan bersifat informatif.
Model penyusunan pesan yang bersifat informatif lebih banyak ditujukan pada
perluasan wawasan dan kesadaran khalayak. Prosesnya lebih banyak bersifat difusi,

4
sederhana, jelas dan tidak banyak menggunakan jargon yang kurang populer di
kalangan masyarakat. Ada 4 macam penyusunan pesan bersifat informatif:
a) Space Order, Penyusunan pesan yang melihat kondisi tempat atau ruang,
seperti: Internasional, Nasional dan Daerah.
b) Time Order, Penyusunan pesan berdasarkan waktu atau periode yang disusun
secara kronologis.
c) Deductive Order, Penyusunan pesan mulai dari hal-hal yang bersifat umum
kepada yang khusus, misalnya: Penyusunan GBHN
d) Inductive Order, Kebalikan dari Deductive Order, Penyusunan pesan yang
dimulai dari hal-hal khusus kepada yang bersifat umum.

Model penyusunan pesan informatif biasanya banyak dilakukan dalam layanan iklan
masyarakat ketika ada program pemerintah baru yang ingin masyrakat sekedar tahu saja dulu,
sebelum kemudian pesan tersebut akan berlanjut dalam proses tuntutan untuk seperti dalam
pesan tersebut. Contoh misalnya, program kartu jakarta sehat kemarin di Jakart, sebelum
jakarta sehat diberlakukan, pemerintah giat dalam memperkenalkan Kartu Jakarta Sehat.

 Penyusunan pesan bersifat persuasif

Model penyusunan pesan yang bersifat persuasif memiliki tujuan untuk mengubah
persepsi, sikap dan pendapat khalayak. Oleh karena itu penyusunan pesan yang bersifat
persuasif mrmiliki sebuah proposisi. Proposisi disini ialah apa yang dikehendaki sumber
terhadap penerima sebagai hasil pesan yang disampaikannya, artinya setiap pesan yang dibuat
diinginkan adanya perubahan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam penyusunan
pesan yang memakai teknik persuasi, antara lain:

a) Fear Appeal, Metode penyusunan atau penyampaian pesan dengan


menimbulkan rasa ketakutan pada khalayak.
b) Emotional Appeal, Cara penyusunan atau penyampaian pesan
dengan berusaha menggugah emosional khalayak. Bentuk lain dari
emotional appeal ialah propoganda.
c) Reward Appeal, Cara penyusunan atau penyampaian pesan dengan
menawarkan janji-janji pada khalayak. Mengenai metode reward
appeal, Heilman dan Garner (1975) dalam risetnya menemukan
bahwa khalayak cenderung menerima pesan atau ide yang penuh
janji-janji daripada pesan yang disertai ancaman.

5
d) Motivational Appeal, Teknik penyusunan atau penyampaian pesan
yang dibuat bukan karena janji-janji, tetapi disusun untuk
menumbuhkan internal psikologis khalayak sehingga mereka dapat
mengikuti pesan-pesan itu.
e) Humorious Appeal, Teknik penyusunan atau penyampaian pesan
yang disertai dengan gaya humor, sehingga dalam penerimaan pesan
khalayak tidak merasa jenuh. Pesan yang disertai humor mudah
diterima, enak dan menyegarkan tetapi diusahakan jangan sampai
terjadi humor yang lebih dominan daripada materi yang ingin
disampaikan.

Penyusunan bersifat persuasif ini sangat efektif untuk membujuk masyrakat dalam
penyampaian pesan kesehatan. Sebagai komunikator atau sumber pesan akan sangat terbantu
dalam bentuk penyusunan seperti ini, karena masyrakat akan lebih cepat meresap pesan dan
menerapkannya dalam kehiudpan sehari-hari.

6. Pesan verbal dan non verbal

Pesan yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima dapat dikemas secara verbal
dengan kata-kata atau nonverbal tanpa kata-kata. Komunikasi yang pesannya dikemas secara
verbal disebut komunikasi verbal, sedangkan komunikasi yang pesannya dikemas secara
nonverbal disebut komunikasi nonverbal. Jadi, komunikasi verbal adalah penyampaian
makna dengan menggunakan kata-kata. Sedang komunikasi nonverbal tidak menggunakan
kata-kata. Dalam komunikasi sehari-hari 35% berupa komunikasi verbal dan 65% berupa
komunikasi nonverbal.

1) Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan


maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia.
Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau
maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling
bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal
itu bahasa memegang peranan penting.

Terutama dalam konsep komunikasi kesehatan, komunikasi verbal yang palig banyak
membantu dalam proses komunikasi kesehatan, karena kebanyakan masyrakat selalu ingin

6
tahu terhadap hal baru, sehingga mereka akan menyimak dengan baik jika hanya sekedar
ingin tahu tentang informasi terbaru, apalagi yang berkaitan dengan kesehatan. Ada beberapa
unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu:

 Bahasa

Pada dasarnya bahasa adalah suatu system lambang yang memungkinkan orang berbagi
makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa verbal
entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku berasal
dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain. Bahasa memiliki banyak fungsi,
namun sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan
komunikasi yang efektif. Ketiga fungsi itu adalah:

 Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita


 Untuk membina hubungan yang baik di antara sesama manusia
 Untuk menciptaakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.

Teori pertama disebut Operant Conditioning yang dikembangkan oleh seorang ahli
psikologi behavioristik yang bernama B. F. Skinner (1957). Teori ini menekankan unsur
rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response) atau lebih dikenal dengan istilah S-R. teori
ini menyatakan bahwa jika satu organism dirangsang oleh stimuli dari luar, orang cenderung
akan member reaksi. Anak-anak mengetahui bahasa karena ia diajar oleh orang tuanya atau
meniru apa yang diucapkan oleh orang lain.

Teori kedua ialah teori kognitif yang dikembangkan oleh Noam Chomsky.
Menurutnya kemampuan berbahasa yang ada pada manusia adalah pembawaan biologis yang
dibawa dari lahir.

Teori ketiga disebut Mediating theory atau teori penengah. Dikembangkan oleh
Charles Osgood. Teori ini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan
kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap rangsangan (stimuli) yang diterima
dari luar, tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya.

 Kata

Kata merupakan lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambang yang
melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan. Jadi,
kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri. Makna kata tidak ada pada

7
pikiran orang. Tidak ada hubungan langsung antara kata dan hal. Yang berhubungan
langsung hanyalah kata dan pikiran orang.

2) Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk


nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak
dipakai daripada komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi
nonverbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada.
Komunikasi nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena
spontan. Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan/perbuatan
(action) atau objek (object).

 Bahasa Tubuh, Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak tangan,
gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi pikiran, kehendak,
dan sikap orang.
 Tanda, Dalam komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya, bendera,
rambu-rambu lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam olahraga.
 Tindakan/perbuatan, Ini sebenarnya tidak khusus dimaksudkan mengganti kata-kata,
tetapi dapat menghantarkan makna. Misalnya, melayani pasien tanpa senyum,
menutup pintu dengan kasar. Semua itu mengandung makna tersendiri.
 Objek, Objek sebagai bentuk komunikasi nonverbal juga tidak mengganti kata, tetapi
dapat menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesori dandan, rumah,
perabot rumah, harta benda, kendaraan, hadiah.

Hal menarik dari komunikasi nonverbal ialah studi Albert Mahrabian (1971) yang
menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% berasal dari
bahasa verbal, 38% dari vocal suara, dan 55% dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan
bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya,
orang lain cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat nonverbal. Oleh sebab itu, Mark
knapp (1978) menyebut bahwa penggunaan kode nonverbal dalam berkomunikasi memiliki
fungsi untuk:

 Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition)


 Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata
(substitution)

8
 Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)
 Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna.

3) Fungsi Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Meskipun komunikasi verbal dan nonverbal memiliki perbedaan-perbedaan, namun


keduanya dibutuhkan untuk berlangsungnya tindak komunikasi yang efektif. Fungsi dari
lambang-lambang verbal maupun nonverbal adalah untuk memproduksi makna yang
komunikatif. Secara historis, kode nonverbal sebagai suatu multi saluran akan mengubah
pesan verbal melalui enam fungsi: pengulangan (repetition), berlawanan (contradiction),
pengganti (substitution), pengaturan (regulation), penekanan (accentuation) dan pelengkap
(complementation). Dalam tahun 1965, Paul Ekman menjelaskan bahwa pesan nonverbal
akan mengulang atau meneguhkan pesan verbal. Misalnya dalam suatu lelang, kita
mengacungkan satu jari untuk menunjukkan jumlah tawaran yang kita minta, sementara
secara verbal kila mengatakan "satu'.

Pesan-pesan nonverbal juga berfungsi untuk mengkontradiksikan atau menegaskan pesan


verbal seperti dalam sarkasme atau sindirian-sindiran tajam. Kadang-kadang, komunikasi
nonverbal mengganti pesan verbal. Misalnya, kita tidak perlu secara verbal menyatakan kata
"menang", namun cukup hanya mengacungkan dua jari kita membentuk huruf `V' (victory)
yang bermakna kemenangan.

Fungsi lain dari komunikasi nonverbal adalah mengatur pesan verbal. Pesan-pesan
nonverbal berfungsi untuk mengendalikan sebuah interaksi dalam suatu cara yang sesuai dan
halus, seperti misalnya anggukan kepala selama percakapan berlangsung. Selain itu,
komunikasi nonverbal juga memberi penekanan kepada pesan verbal, seperti mengacungkan
kepalan tangan. Dan akhirnya fungsi komunikasi nonverbal adalah pelengkap pesan verbal
dengan mengubah pesan verbal, seperti tersenyum untuk menunjukkan rasa bahagia kita.
Pemikiran yang sama juga diungkapkan oleh Samovar (Ilya Sunarwinadi, Komunikasi
Antar Budaya), bahwa dalam suatu peristiwa komunikasi, perilaku nonverbal digunakan
secara bersama-sama dengan Bahasa verbal:

Perilaku nonverbal memberi aksen atau penekanan pada pesan verbal.Misalnya


menyatakan terima kasih dengan tersenyum.
Perilaku nonverbal sebagai pengulangan dari bahasa verbal. Misalnya menyatakan
tempat yang harus diberi injeksi oleh dokter kepada pasien dengan menjelaskan "saya

9
akan menyuntik sekali lagi dilengan anda", kemudian mengulang pesan yang sama
dengan menunjuk posisi yang akan diinjeksi.
Tindak komunikasi nonverbal melengkapi pernyataan verbal, misalnya menjelaskan
akan pentingnya menjaga kesehatan dengan tidak merokok dengan memperlihatkan
gambar atau foto penderita penyakit akibat merokok.
Perilaku nonverbal sebagai pengganti dari komunikasi verbal. misalnya menyatakan
rasa senang dengan memeluk anggota keluarga yang sembuh dari penyakit dan akan
segera keluar dari ruang perawatan.

Dalam perkembangannya sekarang ini, fungsi komunikasi nonverbal dipandang sebagai


pesan-pesan yang holistik, lebih dari pada sebagai sebuah fungsi pemrosesan informasi yang
sederhana. Fungsi-fungsi holistik mencakup identifikasi, pembentukan dan manajemen
kesan, muslihat, emosi dan struktur percakapan. Karenanya, komunikasi nonverbal terutama
berfungsi mengendalikan (controlling), dalam arti kita berusaha supaya orang lain dapat
melakukan apa yang kita perintahkan. Hickson dan Stacks menegaskan bahwa fungsi-fungsi
holistik tersebut dapat diturunkan dalam 8 fungsi, yaitu pengendalian terhadap percakapan,
kontrol terhadap perilaku orang lain, ketertarikan atau kesenangan, penolakan atau
ketidaksenangan, peragaan informasi kognitif, peragaan informasi afektif, penipuan diri (self-
deception) dan muslihat terhadap orang lain.

Sehingga komunikasi nonverbal begitu berpengaruh dalam pengambilan keputusan oleh


masyrakat. Pengelolaan pesan dalam komunikasi kesehatan dikhususkan agar bagaimana
caranya aagar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau
efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut
kadarnya (Prof. Drs. Onong Uchjana E, MA; Dinamika Komunikasi. 2008:7), yakni :

 Dampak kognitif

Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi
tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di sinipesan yang disampaikan komunikator
ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan lain perkataan, tujuan komunikator hanyalah
berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan.

 Dampak afektif

Dampak afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Di sini tujuan
komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya;

10
menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, takut
dan sebagainya.

 Dampak behavioral

Yang paling tinggi kadarnya adalah dampak behavioral, yakni dampak yang timbul pada
komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.

Untuk contoh mengenai ketiga jenis dampak di atas dapat diambil dari sebuah iklan
bahaya rokok. Foto dan informasi tentang bahaya rokok yang ditampilkan disebuah billboard
lengkap dengan foto hasil bedah seorang perokok yang menampilkan isi dan bagian-bagian
tubuh yang rusak akibat dari rokok. Iklan tersebut dapat menimbulkan berbagai efek. Jika
seseorang hanya tertarik untuk membacanya saja dan kemudian menjadi tahu, maka
dampaknya hanay berkadar kognitif saja. Apabila ia merasa takut atau ngeri dengan efek
yang ditimbulkan rokok tersebut, maka iklan tersebut menimbulkan dampak afektif. Tetapi
kalau pembaca yang takut dan ngeri itu tersadar akan bahaya rokok dan mulai berhenti
merokok maka pesan kesehatan tadi menimbulkan efek behavioral.

11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara


positif, perilaku kesehatan masyrakat dengan menggunakan berbagai prinsip & metode
komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, kelompok massa dan lain-lain.

Isi pesan dapat berupa ide/gagasan, perintah, informasi, dan ungkapan perasaan.
Pesan yang efektif adalah pesan yang dapat dipahami (decodable) oleh komunikan secara
utuh dan tidak menimbulkan bias atau distorsi pesan.

Hakikat pesan adalah sifatnya yang abstrak. Anda tidak tahu apa yang ada di benak
seseorang sampai dia mewujudkan pesan yang abstrak itu menjadi konkrit.

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan


maupun tulisan. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya
dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata, lebih ke ekspresi. Dalam komunikasi
verbal terdapat dua unsur penting, yaitu bahasa dan kata. Dalam komunikasi nonverbal
terdapat beberapa unsur penting, yaitu: bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan/perbuatan
(action) atau objek (object).

Kritik dan Saran

Penyusun makalah ini adalah manusia biasa yang tak akan pernah luput dari salah,
sehingga penyusun sangat berharap kritikan dan saran dari pembaca untuk perbaikan dan
kesempurnaan makalah berikutnya.

12

Anda mungkin juga menyukai