Disusun Oleh:
1. Erina J. Goncalves
2. Hardiyanti Goro
3. Maria G.K Peutulah
4. Mutiara Indira Ramadhani
5. Nurhayati Rambu Upa
6. Teresa D. Bere
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat tentang “Pembuangan Kotoran Manusia”.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak
Dr.Drs. Jefrin Sambara, Apt., M.Si selaku dosen mata kuliah Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami. Kami juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat meberikan manfaat kepada semua
pihak, bagi kami khususnya dan bagi teman-teman mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Kupang pada umumnya. Kami sadar bahwa makalah ini belum
sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang
membaca
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................................
B. Tujuan ........................................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Tinja........................................................................................................
B. Pengelolaan Pembuangan Kotoran Tinja...............................................................
C. Teknik Pembuangan Tinja.......................................................................................
1. Teknik Pembuangan Tinja dengan Sistem Jamban.......................................
2. Teknik Pembuangan Tinja dengan Sistem Aliran Air ...................................
D. Pemeliharaan Sarana Pembuangan Tinja.............................................................
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan
dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feces), air seni (urine), dan CO2 sebagai
hasil dari proses pernapasan.
Saat ini akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban, masih
jauh dari harapan. Berbagai kampanye dan program telah banyak dilakukan,
terakhir dengan pemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM). Berbagai upaya tersebut sebetulnya bermuara pada terpenuhinya akses
sanitasi masyarakat, khususnya jamban. Namun akses tersebut selain berbicara
kuantitas yang terpenting adalah kualitas. Berdasarkan hasil penelitian yang
ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 970
gram dan menghasilkan air seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa
saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta
gram (194.000 ton). Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan
mudah tersebar. Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan
area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari
segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan
masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi.
Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya
pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit
yang ditularkan melalui tinja. Karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang
bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara.
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
pengelolaan tinja di daerah pemukiman.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tinja
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakan salah satu
sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare,
kolera dan infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja
(faeces). Seperti halnya sampah, tinja juga mengundang kedatangan lalat dan
hewan-hewan lainnya.
Lalat yang hinggap di atas tinja (faeces) yang mengandung kuman-kuman
dapat menularkan kuman-kuman itu lewat makanan yang dihinggapinya, dan
manusia lalu memakan makanan tersebut sehingga berakibat sakit. Beberapa
penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia antara lain tipus, disentri,
kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita),
schistosomiasis, dan sebagainya.
1. Sumber Tinja
Manusia sebagai Individu
Manusia sebagai individu dalam hal ini adalah seorang manusia yang hidup
sendiri dalam suatu tempat tinggal terpisah dari individu yang menempati
tempat tinggal lain, atau kelompok manusia yang satu individu dengan
individu lainnya terikat dalam satu hubungan kekeluargaan atau kekerabatan
yang menempati satu tempat tinggal sebagai satu keluarga.
Tinja yang dihasilkan dari sumber ini biasanya ditangani secara perorangan
oleh individu atau keluarga yang bersangkutan dengan menggunakan sarana
pembuangan tinja berupa jamban perorangan atau jamban keluarga.
Manusia sebagai Kelompok
Manusia sebagai kelompok adalah kumpulan manusia yang bertempat tinggal
di satu wilayah geografis dengan batas-batas tertentu. Individu dalam
kelompok terikat oleh satu hubungan kemasyarakatan yang memiliki norma
kelompok yang disepakati bersama.
Masalah penanganan tinja pada kelompok ini sering bersifat sangat kompleks.
Berbagai faktor penyebab, yaitu keterbatasan penyediaan lahan, kepentingan
yang berbeda antara individu, faktor sumber daya, faktor fisibilitas
pengelolaan dan sebagainya sangat menentukan keberhasilan penanganan tinja
dari manusia sebagai kelompok ini.
Penanganan tinja dari manusia sebagai kelompok biasanya dilakukan secara
kolektif dengan menggunakan jamban umum.
2. Dekomposisi Tinja
Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami
penguraian (decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan
yang stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu.
Aktifitas utama dalam proses dekomposisi adalah :
1. Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi
bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil
2. Pengurangan volume dan massa (kadang – kadang sampai 80%) dari bahan
yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbon dioksida,
amoniak, dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer; Bahan – bahan yang
terlarut yang dalam keadaan tertentu meresap kedalam tanah di bawahnya
3. Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu
hidup dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik didalam
massa yang tengah mengalami dekomposisi.
Jamban Air
Jamban air merupakan modifikasi jamban yang menggunakan tangki
pembusukan, yang berasal dari Amerika Serikat kira – kira sembilan puluh
tahun yang lalu. Apabila tangkinya kedap air, maka tanah, air tanah, serta air
permukaan tidak akan terkontaminasi. Lalat tidak akan tertarik pada isi tangki,
tidak ada bau, ataupun kondisi yang tidak sedap dipandang. Jenis jamban itu
dapat dibangun di dekat rumah.
Tinja dan lumpur bersama – sama dengan batu, batang kayu, kain bekas, dan
sampah lain yang mungkin terbuang kedalamnya akan tertumpuk dalam tangki.
Apabila kapasitas tangki cukup besar, penanganan isi tangki dapat diusahakan
minimum. Jamban air memerlukan penambahan air setiap hari agar dapat
beroperasi sebagaimana mestinya. Air itu biasanya berasal dari air yang
digunakan untuk pembersih anus dan untuk pembersih lantai jamban, serta pipa
atau corong pemasukan tinja. Jenis jamban ini memerlukan sedikit
pemeliharaan dan merupakan jenis instalasi yang permanen. Jamban ini lebih
mahal pembuatannya dibandingkan dengan jamban cubluk.
Jamban air terdiri dari sebuah tangki berisi air, di dalamnya terdapat pipa
pemasukan tinja yang tergantung pada lantai jamban. Tinja dan air seni jatuh
melalui pipa pemasukan ke dalam tangki dan mengalami dekomposisi
anaerobik, seperti pada tangki pembusukan. Lumpur hasil dekomposisi, yang
hanya mengandung sekitar 25% dari volume tinja yang dimasukkan, akan
berakumulasi dalam tangki dan harus dipindahkan secara berkala.
Jamban Leher Angsa
Jamban leher angsa atau jamban tuang siram yang menggunakan sekat air
bukanlah jenis instalasi pembuangan tinja yang tersendiri, melainkan lebih
merupakan modifikasi yang penting dari slab atau lantai jamban biasa. Lantai
dengan sekat air dapat dipasang diatas lubang pada jamban cubluk atau diatas
tangki air pada jamban air.
Jamban leher angsa terdiri dari lantai beton biasa yang dilengkapi leher angsa.
Slab itu dapat langsung dipasang diatas lubang galian, lubang hasil pengeboran,
atau tangki pembusukan. Satu sampai tiga liter air cukup untuk menggelontor
tinja kedalam lubang. Dengan adanya sekat air pada leher angsa, lalat tidak
dapat mencapai bahan yang terdapat pada lubang jamban, dan bau tidak dapat
keluar dari lubang itu.
A.Kesimpulan
Tinja berpotensi besar sebagai media penularan penyakit, terutama penyakit
saluran pencernaan. Oleh karena itu, berbagai faktor teknis dan non teknis harus
diperhatikan atau dipertimbangkan dalam perencanaan sarana pembuangan
tinja. Pembuangan tinja dengan sistem jamban banyak digunakan oleh
masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah karena bersifat sederhana
dan bukan merupakan tipe permanen. Teknik pembuangan tinja dengan sistem
aliran air (pengenceran, kolam pembuangan, sumur peresapan, dan tangki
pembusukan) dapat diterapkan di daerah di mana terdapat persediaan air dan
aliran air yang cukup besar.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Pembuangan tinja sebaiknya dilakukan dengan baik dan memperhatikan
kondisi lingkungan sekitar sehingga tidak mencemari lingkungan sekitarnya
seperti badan air dan tanah.
2. Sebaiknya limbah tinja jangan dibuang ke badan air seperti sungai atau
waduk, karena dapat menimbulkan penyakit bagi masyarakat yang
mengkonsumsi air di sungai atau waduk tersebut.
3. Pemeliharaan sarana pembuangan tinja seharusnya dilakukan secara terus
menerus sejak mulai digunakan sampai akhir periode penggunannya.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2004. Masalah Pencemaran. Bandung. PT. Tarsito.
Hindarko,S. 2003. Mengolah Air Limbah Sungai Tidak Mencemari Orang Lain. Jakarta.
ESHA.
Soeparman, H.M. 2001. Pembuangan Tinja Dan Limbah Cair. Jakarta . EGC
Sutisna, 2013. Pembuangan Kotoran Manusia. http://docplayer.info/.2021