Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PANCASILA

KONSEPSI , URGENSI DAN PENTINGNYA PANCASILA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila

Yang dibina oleh I Nyoman Sudama , SIK, M.Si

Oleh:

FAHRUL ROSYID

46118120076

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERCUBUANA

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
dengan rahmat-Nyalah saya akhirnya bisa menyelesaikan tugas individu perkuliahan Mata
kuliah Pancasila yang berjudul “Konsepsi, Urgensi dan Pentinya Pancasila ”ini dengan baik
tepat pada waktunya.

Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pengampu kami,
Bapak I Nyoman Sudama , SIK, M.Si , yang telah memberikan banyak bimbingan serta
masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah perkuliahan ini. Rasa terima
kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan
kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah perkuliahan ini
bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.

Meskipun saya sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan


makalah perkuliahan ini, namun saya menyadari bahwa di dalam tugas individu yang telah
tersusun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga saya
mengharapkan masukan, kritikan serta saran dari semua pihak agar makalah ini bisa menjadi
lebih sempurna dan bermanfaat bagi kita semua, terima kasih.

Jakarta, 18 April 2020

Fahrul Rosyid

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................1


DAFTAR ISI .....................................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 3
1.1  Latar Belakang............................................................................... 3
1.2  Rumusan Masalah.......................................................................... 5
1.3  Tujuan............................................................................................ 5
BAB II. LANDASAN KONSEPTUAL........................................................... 6
2.1  Deskripsi Teori............................................................................... 6
2.1.1  Fungsi dan Kedudukan Pancasila.................................... 6
2.1.2  Butir-Butir Pengamalan Pancasila................................... 8
2.1.3  Butir-Butir Pancasila Menurut Ketetapan MPR.............10
2.2 Pengertian Pancasila Dari Historis dan Terminologis....................13
2.2.1 Pengertian Pancasila Dari Historis................................. 13
2.2.2 Pengertian Pancasila Dari Terminologis ....................... 14
2.2.3 Pancasila Sebagai Sumber Hukum ,Cita-cita Dan Ideology
Bangsa ........................................................................... 14
2.3 Landasan Pendidikan Pancasila ................................................... 15
2.3.1 Landasan Historis .......................................................... 15
2.3.2 Landasan Kultural ..........................................................16
2.3.3 Landasan Yuridis .......................................................... 16
2.3.4 Landasan Filosofis .........................................................16
BAB III. PEMBAHASAN................................................................................17
3.1 Konsep Pendidikan Pancasila .......................................................17
3.2 Tujuan Pendidikan Pancasila ........................................................19
3.3 Pentingnya Pendidikan Pancasila .................................................20
3.4 Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila Untuk Masa Depan ....20
BAB IV. PENUTUP .........................................................................................22
4.1  Kesimpulan.................................................................................. 22
4.2  Saran............................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 23

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Derasnya arus globalisasi dan teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di era
idustri 4.0 tidak hanya menimbulkan dampak positif, akan tetapi juga dapat memicu dampak
yang negatif.. Namun, di sisi lain dapat menebar keresahan masyarakat. Media yang awal
kemunculannya hanya berfungsi satu arah, kini dengan kecanggihannya dapat berfungsi
multi-arah. Siapa saja dapat menjadi pelopor, penyimak, distributor, maupun hanya sekedar
penikmat. Luasnya jangkauan media canggih dan kemampuannya sebagai wadah umpan
balik serta tanggapan telah menjadi trend tersendiri yang mampu merubah gaya hidup
masyarakat , termasuk ideologi.

Pancasila di era industry 4.0 saat ini harus dikembalikan fungsinya menjadi dasar
falsafah negara, pandangan hidup, ideologi nasional, dan juga pemersatu (ligatur) dalam
nafas kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti halnya yang diyakini Presiden Ir Sukarno
(1958) terhadap pentingnya Pancasila sebagai alat pemersatu yang mampu menghilangkan
berbagai penyakit bangsa serta menjadi alat perjuangan bangsa Indonesia dari masa ke
masa.Dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman pokok dalam pergaulan di dunia maya
melalui internalisasi nilai-nilai luhurnya. Maka, Pancasila akan menjadi ideologi tangguh.
Bangsa Indonesia juga tak akan dengan mudahnya terprovokasi oleh tindakan radikalisme,
malah justru akan berusaha sekuat tenaga memberantas tindakan radikalisme atau terorisme,
baik di dunia nyata maupun maya. Hal ini dapat diupayakan melalui pendidikan literasi
media berbasis Pancasila.
Melalui pendidikan literasi berbasis Pancasila dalam keluarga, orang tua harus bisa
menjadi kontrol bagi anak-anaknya dalam berselancar mengakses internet maupun media
sosial lainnya. memberi pemahaman kepada mereka antara konten yang baik dan yang
kurang baik. Nilai-nilai luhur Pancasila juga dipahami melalui situs website yang baik di
internet. Pendidikan ramah anak dan anti-kekerasan juga perlu ditanamkan sejak dini pada
anak.
Sementara itu, pendidikan literasi di sekolah bisa dilakukan dengan cara menggencarkan
budaya literasi media berwawasan Pancasila dan juga gerakan sadar-nasionalisme yang
terwujud nyata. Mapel seperti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) tidak

3
hanya dipelajari saja, akan tetapi juga diaktualisasikan dan diinternalisasikan dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pergaulan atau berselancar di dunia maya melalui
internet.

Lemahnya pendidikan berwawasan Pancasila yang diajarkan masyarakat turut serta


menjadi kelemahan akan pembentukan karakter generasi muda di era industry 4.0  ini. Di
mana sikap individualis lebih didahulukan dari pada gotong royong dan bermusyawarah,
dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Apalagi, masyarakat sibuk memberikan
penilaian negatif tanpa melakukan proses pendidikan berbasis Pancasila. Dalam Pancasila
Academy 4.0, visi-misi berlandaskan Pancasila. Untuk mewujudkan hal ini, Pancasila harus
diaktualisasikan secara praksis terutama nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kelima
silanya. Nilai-nilai yang dimiliki Pancasila harus mengakar kuat dan menjadi nafas serta
dijiwai segenap warga negara sebelum terlibat dalam pergaulan yang lebih luas (Latif, 2011:
44).

Hal itu dapat dilakukan dengan lima langkah yakni, 1) mengembalikan Pancasila
sebagai ideologi utama bangsa; 2) mengembangkan Pancasila sebagai ideologi menjadi
Pancasila sebagai ilmu atau epistemologi Pancasila; 3) mengusahakan Pancasila memiliki
konsistensi dengan produk-produk perundangan, koherensi antar-sila, dan korespondensi
dengan realitas sosial; 4) Pancasila haruslah mampu mengakomodasi kepentingan secara
horisontal (rakyat), tidak hanya secara vertikal (negara); dan, 5) menjadikan Pancasila
sebagai sarana dan pondasi kritik kebijakan bangsa. Kesemuanya juga perlu
diinternalisasikan melalui Pancasila Academy 4.0

Hal tersebut penting untuk diketahui karena berlakunya pendidikan Pancasila di


perguruan tinggi mengalami pasang surut. Selain itu, kebijakan penyelenggaraan pendidikan
Pancasila di perguruan tinggi tidak serta merta diimplementasikan baik di perguruan tinggi
negeri maupun di perguruan tinggi swasta. Keadaan tersebut terjadi karena dasar hukum yang
mengatur berlakunya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi selalu mengalami perubahan
dan persepsi pengembang kurikulum di masing-masing perguruan tinggi berganti-ganti.
Lahirnya ketentuan dalam pasal 35 ayat (5) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 yang
menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah agama,
Pancasila, kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia menunjukkan bahwa negara berkehendak
agar pendidikan Pancasila dilaksanakan dan wajib dimuat dalam kurikulum perguruan tinggi

4
sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri. Dengan demikian, mata kuliah Pancasila dapat lebih
fokus dalam membina pemahaman dan penghayatan mahasiswa mengenai ideologi bangsa
Indonesia.

Pancasila sebagai dasar negara,dan sebagai ideologi mempunyai nilai nilai yang harus
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara.mempelajari isi dari
sila-sila pancasila menunjukkan bahwa pancasila mengandung nilai nilai kehidupan
bermasyarakat. Nilai nilai yang terkandung dalam pancasila secara garis besar terbagi atas
beberapa tingkatan.yang pertama adalah nilai dasar,nilai instrumental,dan nilai praktis.selain
nilai yang terkandung di dalam pancasila terdapat juga moral,dan norma.diterimanya
pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa
nilai nilai pancasila harus selalu dijadikan landasan pokok,landasan fundamental bagi
pengaturan serta penyelenggaraan negara.

Selain itu pancasila juga mempunyai fungsi untuk mempersatukan bangsa Indonesia
dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.bangsa Indonesia yang memiliki berbagai
macam suku bangsa,ras,agama,dan berbagai macam kebudayaan sangat membutuhkan sekali
alat atau sarana untuk mengikat keberagaman tersebut.

1.2. Rumusan masalah


1.     Menelusuri konsep dan urgensi pendidikan pancasila?
2.     Bagaimana esensi dan urgensi pancasila sebagai dasar negara?
3.     Apa saja sumber historis, sosiologias, politis pendidikan pancasila?
4.     Apa argument tentang dinamika dan tantangan pendidikan pancasila?
5.     Bagaimana Konsepsi dan urgensi pendidikan pancasila untuk masa depan?

1.3. Tujuan
1.    Untuk mengetahui konsep dan urgensi pendidikan pancasila
2.    Untuk Menetahui esensi dan urgensi pancasila sebagai dasar negara
3.    Untuk Menggali sumber historis, sosiologias, politis pendidikan pancasila
4.    Untuk memberikan Argument tentang dinamika dan tantangan pendidikan pancasila
5.    Untuk Mendiskripsikan essensi dan urgensi pendidikan pancasila untuk masa depan

5
BAB II

LANDASAN KOSEPTUAL

2.1. Deskripsi Teori

2.1.1 Pancasila

Pengamalan Pancasila mempunyai sifat imperatif atau memaksa. Siapapun yang


melanggar Pancasila sebagai dasar negara harus dituntut menurut hukum yang berlaku di
Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila wajib dipelajari oleh seluruh rakyat Indonesia, berikut
ini adalah uraian singkat dari Pancasila:

a. Pengertian Pancasila

1) Secara etimologis, istilah Pancasila berasal dari kata Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana) dan bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin,
dalam bahasa Sangsekerta “Pancasila” memiliki dua macam arti* yaitu

a) Panca artinya lima dan syila artinya batu sendi, azas atau dasar, jadi jika dirangkai menjadi
dasar yang memiliki lima unsur

b) Panca artinya lima dan syiila artinya peraturan tingkah laku, yang penting atau yang
senonoh, jadi jika dirangkai menjadi lima aturan tingkah laku yang penting

Secara historis ada beberapa alur yang meriwayatkan singkat Pancasila baik dari segi
istilah maupun proses perumusan sampai menjadi dasar negara yang sah, berikut ini adalah
prosesnya :

a) Perumusan dari sidang BPUPKI pertama Dr Radjiman Widyoningrat mengajukan


permasalahan rumusan dasar negara Indonesia yang diisi tiga pembicara yaitu Mr Mochamad
Yamin, Dr Soepomo dan Ir Soekarno.

b) Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir Soekarno berpidato secara lisan mengenai rumusan dasar
negara Indonesia yang diberi nama Pancasila.

*Noor Ms Bakry, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hlm. 14

6
c) Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memploklamirkan kemerdekaan

d) Pada tanggal 18 Agustus 1945, Undang-Undang Dasar 1945 disahkan dan pada alinea IV
terdapat rumusan lima prinsip dasar negara.

Meskipun dalam alinea IV pembukaan UUD 1945 tidak menyebutkan istilah Pancasila, akan
tetapi dalam rangkaian pembentukan rumus dasar Negara secara langsung diterima oleh
peserta sidang.

Secara terminologi atau berdasarkan isi istilahnya, Pancasila dalam pembukaan UUD
1945 alinea IV berisi dasar Negara. Secara yuridis dan dalam Bahasa Indonesia disebutkan
sebagai berikut :

a) Ketuhanan Yang Maha Esa.

b) Kemanusiaan yang adil dan beradab.

c) Persatuan Indonesia.

d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.


e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.1.2. Fungsi dan Kedudukan Pancasila

berikut ini adalah beberapa fungsi dan kedudukan Pancasila bagi negara kesatuan Republik
Indonesia :

1. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia. Sebagai nilai nilai kehidupan dalam


masyarakat bangsa Indonesia melalui penjabaran instrumental sebagai acuan hidup
yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai serta sesuai dengan nafas jiwa bangsa
Indonesia dan karena Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia
2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia. Merupakan bentuk peran dalam
menunjukan adanya kepribadian bangsa Indonesia yang dapat di bedakan dengan
bangsa lain, yaitu sikap mental, tingkah laku, dan amal perbuatan bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Merupakan kristalisasi
pengalaman hidup dalam sejarah bangsa Indonesia yang telah membentuk sikap,
watak, perilaku, tata nilai norma, dan etika yang telah melahirkan pandangan hidup

7
4. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Untuk mengatur tatanan kehidupan bangsa
Indonesia dan negara Indonesia, yang mengatur semua pelaksanaan sistem
ketatanegaraan Indonesia sesuai Pancasila
5. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi negara Republik Indonesia.
Sebagai segala sumber hukum di negara Indonesia karena segala kehidupan negara
Indonesia berdasarkan pancasila, juga harus berlandaskan hukum. Semua Tindakan
kekuasaan dalam masyarakat harus berlandaskan hukum
6. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan
negara. Karena pada waktu mendirikan negara Pancasila adalah perjanjian luhur yang
disepakati oleh para pendiri negara untuk dilaksanakan, pelihara, dan dilestarikan
7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa indonesia. Dalam Pancasila
mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang menjadikan Pancasila
sebagai patokan atau landasan pemersatu bangsa

2.1.3. Butir-Butir Pengamalan Pancasila

Berdasarkan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.

8
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena
itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara


di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta tanah air dan bangsa.
4. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.

4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan


perwakilan

1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.


2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
5. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

9
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai kebenaran dan keadilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan


suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10.Suka bekerja keras.
11.Menghargai hasil karya orang lain.
12.Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

2.1.4 Butir-butir Pancasila menurut ketetapan MPR no. I/MPR/2003


Sila pertama

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan


Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

10
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.

Sila kedua

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya


sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10.Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

Sila ketiga

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa


dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

11
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Sila keempat

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10.Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.

Sila kelima

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

12
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10.Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11.Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

2.2 Pengertian Pancasila dari Historis dan Terminologis

 
2.2.1. Pengertian Pancasila Dari Historis

Perumusan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tidak terlepas dari


sejarah perjuangan para pahlawan bangsa Indonesia untuk merenggut kemerdekaan. Pada
masa pendudukan Jepang tahun 1942, berawal bangsa Indonesia menyambut baik kedatangan
Jepang. Rupanya kedatangan Jepang tidak mengubah nasib bangsa ke arah yang lebih baik,
bahkan sebaliknya, ternyata lebih tragis dari pada pemerintah Hindia Belanda. Maka di
daerah-daerah muncul perlawanan terhadap Jepang Pada tahun 1943 posisi Jepang semakin
genting karena menghadapi gempuran tentara Sekutu.
Di samping itu, mereka juga melawan perlawanan di setiap daerah. Kondisi semacam
ini merupakan keuntungan bagi bangsa Indonesia untuk menindak Jepang agar
mau memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Desakan tersebut ternyata
mendapatkan respon dari pemerintah Jepang. Pada tanggal 7 September 1944 Perdana
Menteri Koyso menjanjikan kemerdekaan nanti di kemudian hari. Untuk meyakinkan bangsa
Indonesia terhadap janji tersebut dibentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoshakai pada 1 Maret 1945.
Anggota BPUPKI ini terdiri dari 60 anggota berasal dari Indonesia, 4 anggota keturunan
Cina, satu anggota keturunan Belanda dan satu anggota dari keturunan Arab. Dalam salah

13
satu sidang BPUPKI, tepatnya tanggal 1 Joni 1945, telah diadakan perbincangan yang
menyinggung dasar negara Indonesia.
Proses Perumusan Pancasila didasari dalam sidang BPUPKI I dr. Radjiman
Widyadiningrat, tiga orang pembicara yaitu Muhammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno memberi nama Pancasila yang artinya 5 dasar pada
pidatonya dan tanggal 17 Agustus 1945 memproklamasikan kemerdekaan, 18 Agustus
dimana tercantum isi rumusan 5 prinsip dasar negara yang diberi nama Pancasila, Dari itulah
sebutan Pancasila menjadi B. Indonesia dan istilah umum.
 
2.2.2. Pengertian Pancasila Dari Terminologis

Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah mengeluarkan negara


Republik Indonesia. Untuk melengkapi instrumen-instrumen perlengkapan negara
sebagaimana mestinya negara-negara yang merdeka, maka Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) segera melangsungkan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945
telah berhasil mengesahkan UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD
1945. Adapun UUD 1945 terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-
pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 Aturan-Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan
1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.

 
2.2.3 Pengertian Pancasila Sebagai Sumber Hukum, Cita-cita Bangsa Dan
Ideologi Bangsa

A. Pancasila sebagai sumber hukum


Sumber hukum berarti sumber yang dijadikan sebagai materi untuk penyusunan
peraturan perundang-undangan, baik berupa sumber hukum tertulis maupun lisan. Ketetapan
MPR No.V/MPR/1973dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di
Indonesia. Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai sumber hukum maka semua
pembentukan hukum, penggunaan, dan pelaksanannya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai
Pancasila. Hal ini menimbulkan setiap perundang-undangan harus berlandaskan Pancasila.
Hal ini diharuskan agar setiap pembentukan peraturan perundang - undangan berperan untuk
mencapai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.Akan tetapi dengan penempatan

14
Pancasila sebagai sumber hukum berarti menempatkannya di atas Undang-undang Dasar.
Apabila demikian, Pancasila tidak termasuk dalam definisi konstitusi , karena berada di atas
konstitusi.

B. Pancasila sebagai cita-cita bangsa

Setiap bangsa harus memiliki cita-cita. Untuk itulah mereka bersatu menjadi satu
bangsa. Cita-cita bangsa ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis. Cita-cita bangsa
Indonesia tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan pencurahan
jiwa-jiwa yang terdapat di dalam Pancasila. Cita-cita tersebut tepatnya berada pada alinea
pertama dan kedua.Pancasila memiliki fungsi penting untuk menciptakan cita-cita tersebut.
Pengamalan terhadap sila-sila Pancasila ialah salah satu cara untuk menciptakan cita-cita
luhur Bangsa Indonesia, yakni Pancasila itu sendiri.

C. Pancasila Sebagai ideology bangsa Indonesia

Sebagai bangsa yang telah merdeka, Indonesia juga memerlukan ideologi nasional. Di
dalam ideologi tersebut memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dan bisa diterima
bagi seluruh rakyatnya. Nilai-nilai dan norma-noma itulah yang dibuat sebagai pedoman
untuk mencapai tujuan hidup bangsa. Bangsa Indonesia sudah setuju bahwa nilai-nilai itu
merupakan nilai-nilai yang tercantum dalam Pancasila. Pancasila adalah ideologi nasional
dari bangsa Indonesia.

2.3 Landasan Pendidikan Pancasila

2.3.1 Landasan Historis

Bangsa Indonesia tercipta dari proses yang panjang dari jaman kerajaan sampai
datangnya para penjajah. Bangsa Indonesia berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai
bangsa yang merdeka dan memiliki suatu asas yang tersimpul dalam paradigma hidup serta
filsafat hidup, di dalamnya terkandung ciri khas, sifat karakter bangsa yang berbeda dengan
bangsa lain. Oleh para pendiri bangsa kita (the founding father) dirumuskan secara sederhana
namun mendalam yang meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.Dalam era
reformasi bangsa Indonesia wajib mempunyai visi dan paradigma hidup yang besar

15
(nasionalisme) agar tidak terkatung-katung di tengah masyarakat internasional. Hal ini dapat
terwujud dengan kesadaran berbangsa yang berasal pada sejarah bangsa.

Landasan Pendidikan Pancasila Secara historis yang berarti nilai-nilai yang tercantum
dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara
Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga awal
nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain ialah dari bangsa Indonesia itu sendiri, atau bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.

2.3.2 Landasan Kultural

Bangsa Indonesia mendasarkan paradigma hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa


dan bernegara pada sebuah asas kultural yang dimiliki dan akrab pada bangsa itu sendiri.
Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang tercantum dalam sila-sila Pancasila
bukanlah merupakan hasil konseptual seseorang saja melainkan ialah sebuah hasil karya
bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki dari proses
refleksi filosofis para pendiri negara. Oleh karena itu generasi penerus terutama kalangan
intelektual kampus sudah seharusnya untuk mendalami serta meneliti karya besar tersebut
dalam usaha untuk mengabdikan secara pantas dalam arti memajukan sesuai dengan tuntutan
jaman.

2.3.3 Landasan Yuridis

Landasan Pendidikan Pancasila khususnya perkuliahan Pendidikan Pancasila di


Perguruan Tinggi secara yuridis diatur dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 39 menyatakan : Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang
pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan

2.3.4 Landasan Filosofis

Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara ialah sebagai bangsa
yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan obyektif bahwa

16
manusia yakni makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Setiap aspek penyelenggaraan negara harus
bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem peraturan perundang-undangan di
Indonesia.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Konsep Pendidikan Pancasila

Pancasila adalah dasar ideologi-ideologi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sanskerta: Panca berarti lima dan Sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, dan tercantum pada alinea ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-Undang
Dasar 1945.

Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945,
tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.Dalam tinjauan pedagogik,
Pendidikan Pancasila merupakan bidang kajian keilmuan, program kurikuler, dan aktivitas
sosial-kultural yang bersifat multidimensional. Sifat multi dimensional ini menyebabkan
Pendidikan Pancasila dapat disikapi sebagai:pendidikan nilai dan moral, pendidikan
kemasyarakatan, pendidikan kebangsaan,pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik,
pendidikan hukum dan hak asasi manusia, serta pendidikan demokrasi.

Di Indonesia, arah pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila tidak


boleh keluar dari landasan ideologi Pancasila, landasan konstitusional Undang-UndangDasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan landasan operasional Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu, tidak boleh juga keluar dari

17
koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan filosofi Bhinneka Tunggal Ika. Hal
ini yang menyebabkan secara terminologi untuk pendidikan kewarganegaraan di Indonesia
digunakan istilah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang


mempunyai misi sebagai pendidikan nilai dan moral Pancasila, penyadaran akan norma dan
konstitusi UUD Negara Republik IndonesiaI Tahun 1945, pengembangan komitmen terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan penghayatan terhadap filosofi Bhinneka
Tunggal Ika. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dimaksudkan sebagai upaya
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air
yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik
Indonesia.Oleh karena itu, secara umum pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan di sekolah adalah upaya mengembangkan kualitas warga Negara secara
utuh dalam berbagai aspek sebagai berikut:

1.Kemelekwacanaan sebagai warga negara (civic literacy), yakni pemahaman peserta didik
sebagai warga negara tentang hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan demokrasi
konstitusional Indonesia serta menyesuaikan perilakunya dengan pemahaman dan kesadaran
itu.

2.Komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement), yakni kemauan dan


kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk melibatkan diri dalam komunikasi
sosial-kultural sesuai dengan hak dan kewajibannya.

3.1. Urgensi Pendidikan Pancasila


Urgensi Pendidikan Pancasila. Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai
falsafah, ideologi, dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan
hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk.Mata kuliah Pendidikan
Pancasila diberikan karena adanya kesadaran akan perlunya pendidikan yang
berkesinambungan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Diharapkan, dengan
pemahaman yang semakin mendalam akan nilai-nilai Pancasila, generasi muda dapat
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari,Pendidikan Pancasila juga diberikan
karena fakta kemerosotan penghayatan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik
individual maupun kolektif sebagai bangsa.

18
Dengan kata lain, mata kuliah ini dihidupkan karena adanya kesenjangan antara
kata/pengetahuan dan perbuatan/tingkah laku.
Kemerosotan penghayatan nilai-nilai Pancasila dapat disaksikan di semua bidang kehidupan,
dari semua kelas sosial, dan di hampir semua profesi. Fakta paling jelas adalah korupsi yang
dilakukan di semua lini, mulai dari pejabat pemerintah maupun institusi pemerintah dan
swasta.Selain kasus korupsi, patut disebutkan beberapa gejala yang mencerminkan
kemerosotan penghayatan nilai-nilai Pancasila, seperti kerusuhan dan sengketa
berlatarbelakang SARA, kekerasan dalam rumah tangga, kesenjangan ekonomi,
ketakmampuan golongan rendah untuk masuk jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi,
berbagai macam dan tingkat kriminalitas, diskriminasi perempuan, dan UU dan peraturan
daerah yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, sekedar menyebut beberapa contoh.
Sistem ekonomi Indonesia yang dalam Pancasila dan UUD 1945 dikenal sebagai
demokrasi ekonomi berlandaskan gotong royong, pada praktiknya lebih condong ke sistem
ekonomi liberal yang makin memarginalkan kelas bawah. Kesenjangan ekonomi tampak
dengan jelas karena dalam sistem liberal seperti ini hanya orang-orang kaya yang tambah
kaya, sebaliknya orang miskin makin terpuruk. Kekayaan tanah tumpah darah Indonesia yang
sebetulnya dikelola untuk kesejahteraan rakyat dikuasai oleh pihak asing dan konco-
konconya orang-orang kaya.
Pendidikan Pancasila diberikan karena kesadaran akan semakin derasnya arus
ideology asing, khususnya kapitalisme dan neoliberalisme, yang berkat sayap raksasa
globalisasi menggempur seluruh pelosok Indonesia tanpa henti. Materialisme, hedonism,
konsumtivisme, serta gaya hidup yang dibentuknya telah dan sedang menerjang sudut-sudut
terpencil Indonesia
UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang diejawantahkan dalam PP
No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan kurikulum tingkat
Satuan Perguruan Tinggi wajib memuat mata kuliah pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia serta bahasa Inggris. Pendidikan kewarganegaraan
memuat pendidikan Pancasila sebagai landasan pengenalan mahasiswa terhadap ideologi
negara.Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) kemudian, dalam SK No.43/DIKTI/Kep/2006
memutuskan tentang rambu-rmbu Pelaksanan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi, termasuk di dalamnya Pendidikan Pancasila.

3.2. Tujuan Pendidikan Pancasila

19
Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan Masyarakat Indonesia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan sikap dan perilaku yang
memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk
menggalang persatuan Indonesia.Tujuan pendidikan pancasila dapat dilacak keterkaitannya
dengan tujuan nasional dan tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan pancasila adalah agar subjek didik memiliki moral yang sesuai
dengan nilai pancasila moralitas itu mampu itu terwujud dalam kehidupan sehari-hari (UU
No.2 Tahun 1989). Perilaku moral adalah perilaku keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan
yang maha esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai agama, perilau kemanusian yang
adil dan beradap, perilaku yang mendukung persatuan bangsa indonesia. Adapun tujuan
pendidikan pancasila diperguruan tinggi adalah agar mahasiswa yaitu dapat memahami dan
mampu melaksanakan jika pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sebagai warga negara
indonesia.

3.3 Pentingnya pendidkan pancasila


Menurut saya, mata kuliah Pendidikan pancasila itu adalah sangat penting dan
berguna untuk mahasiswa/mahasiswi di Perguruan Tinggi, karena mata kuliah tersebut tidak
hanya dididapat atau dipelajari saat kita berada di bangku SD, SMP, & SMA bahkan saat kita
sudah tidak mengenyam pendidikan pun, Pendidikan Pancasila atau Kewarganegaraan
haruslah kita pelajari dan gunakan dalam kehidupan sehari-hari, karena kita harus tahu
tentang hak & kewajiban yang di dapat sebagai warga Negara Indonesia.
Pancasila adalah sebagai sumber nilai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara bagi bangsa Indonesia. Sebab itu seluruh tatanan kehidupan masyarakat , bangsa,
dan Negara menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau norma dan tolak ukur tentang
baik buruk dan benar salahnya sikap, perubahan dan tingkah laku sebagai bangsa Indonesia.

3.4 Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan


Tujuan pendidikan pancasila dapat dilacak keterkaitannya dengan tujuan nasional dan
tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan pancasila adalah agar subjek didik memiliki
moral yang sesuai dengan nilai pancasila moralitas itu mampu itu terwujud dalam kehidupan
sehari-hari (UU No.2 Tahun 1989). Perilaku moral adalah perilaku keimanan dan ketakwaan
terhadap tuhan yang maha esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai agama, perilau
kemanusian yang adil dan beradap, perilaku yang mendukung persatuan bangsa indonesia. 

20
Adapun tujuan pendidikan pancasila untuk masa depan adalah:
a.Dapat memahami dan mampu melaksanakan pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan
sebagai warga negara Indonesia. 
b.Menguasai pengatahuan tentang beragam masalah dasar berkehidupan bermasrakat,
berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan pemikiran yang berlandasan
pancasila dan UUD 1945. 
c.Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma pancasila, sehingga
mampu menanggapi perubahan yang terjadi dalam rangka keterpaduan iptek dan
pembangunan. 
d.Untuk membentuk karakter manusia yang profesional dan bermoral.
e.Kesadaran gaya hidup yang sederhana dan cinta produk dalam negeri.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental
yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan perilaku
yang :
    1.Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati nilai–nilai falsafah
bangsa
     2.Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
     3.Rasional, dinamis, dan sadar akanhak dan kewajiban sebagai warga negara.
     4.Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
  5.Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni untuk kepentingan kemanusiaan,
bangsa dan negara.

Melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, warga negara Republik


Indonesia diharapkan mampu “memahami, menganalisa, dan menjawab masalah–masalah
yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan
berkesinambungan dengan cita–cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam
Pembukaan UUD 1945 “. Dalam perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh nilai–
nilai ini disemua aspek kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan,
kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi, kolusi, dan nepotisme; menguasai IPTEK,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing; memelihara serta
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; dan berpikir obyektif rasional serta mandiri.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Pancasila memiliki nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan pedoman hidup dalam
berbangsa dan bernegara, Penanaman dan penerapan nilai-nilai pancasila sangat penting dan
diperlukan untuk membentuk kepribadian generasi bangsa yang berkarakter dan bermoral
serta mampu bersaing dalam segala bidang.Pendidikan pancasila sangat dibutuhkan dalam
berbagai kalangan untuk mewujudkan suatu bangsa dan Negara yang mampu membanggakan
pancasila sebagai landasan utama dalam kehidupan berbangsaan bernegara pada khususnya.
Oleh karena itu Pancasila dapat sebagai acuan proses pembelajaran dalam menjawab segala
tantangan yang ada.

4.2. Saran
Diharapkan agar semua lapisan masyarakat dapat menerapkan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila , tidak hanya sebatas mengetahui saja namun melaksanakan dan
menerapkan dalam kehidupan, dan penerapan pendidikan karakter harus ditanamkan sejak
dini agar kelak nilai pancasila akan melekat dalam karakter dan kepribadian tiap individu
dalam bermasyarakat serta agar tercipta bangsa Indonesia yang damai.

22
DAFTAR PUSTAKA

Salikun & Lukman Surya (2014). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,. jakarta:


Pusat Kurikulum dan Penerbitan, Balitbang, Kemendikbud. 

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016. Pendidikan Pancasila. Jakarta:


Penerbit Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila

23
24

Anda mungkin juga menyukai