kelompok 3
FAKULTAS KESEHATAN
2020/2021
Pembentukan Nilai, dan Moral dalam Etika Profesi Keperawatan
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, realitas keadaan ekonomi yang ada,
perbedaan dalam masyarakat, dan adanya perkembangan global membuat perawat tidak bisa
menghindari akan adanya isu etis saat berhubungan dengan individu, komunitas, masyarakat,
tempat kerja dan lainnya (Rich and Butts, 2010). Saat ini masalah yang berkaitan dengan etika
(ethical dilemmas) telah menjadi masalah utama disamping masalah hukum, baik bagi pasien,
masyarakat maupun pemberi layanan kesehatan. Setiap dilema membutuhkan jawaban dimana
dinyatakan bahwa sesuatu hal itu baik dikerjakan untuk pasien atau baik untuk keluarga atau
benar sesuai kaidah etik (Suhaemi, M.E.,2004). Berhadapan dengan dilema etis bertambah pelik
dengan adanya dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses
pengambilan keputusan rasional (Tappen, 2005). Penting bagi semua kalangan keperawatan
bukan hanya perawat di klinik, tapi juga pendidik di institusi pendidikan untuk mengerti,
mengetahui dan memahami lebih jelas etika profesi keperawatan.
Awal mula keperawatan profesional dimulai oleh Florence nightingle pada abad ke 19.
Sebuah sekolah keperawatan di Inggris yang didirikannya adalah tempat pertama dimana
pembentukan nilai dan etik dalam keperawatan mulai dibicarakan (Kuhse and Singer, 2001).
International Council o Nurses (ICN) yang menjadi penggagas pertama dalam mengembangkan
kode etik keperawatan didirikan pada tahun 1899. Pada tahun 1990, buku pertama etika
keperawatan berjudul “Nursing Ethic:for hospital and private use” ditulis oleh perawat senior
Amerika bernama Isabel Hampton Robb. Pada awalnya di tahun 1960-an, kode etik keperawatan
masih terfokus kepada aspek ‘physician’ yang mana memang keadaan waktu itu perawat adalah
perempuan dan kedokteran didominasi laki-laki. Pada 1973, kode etik telah keperawatan berubah
pandangan menjadi lebih fokus kepada pasien (Butts, 2006).
Kode etik merupakan panduan yang sistematis bagi perawat untuk membentuk perilaku
etik yang akan menjawab pertanyan normatif akan nilai dan kepercayaan apakah yang
seharusnya diterima secara moral. Walaupun tidak ada kode etik yang dapat memberikan
jawaban penuh, kode etik dapat memberikan pendekatan yang lebih baik untuk dapat
memecahkan dilema atau kasus etik (Beauchamp and Childress, 2001). Kode etik keperawatan
ada kerena perawat sebagai profesi mengakui prinsip dan standart manusia untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang optimal.
Australia Council of Nursing menyatakan bahwa Perawat menerima hak universal
manusia dan tanggung jawab moral untuk menjaga perbedaan dan kesamaan hak dari semua
orang. Ini mencakup adanya pengakuan, penghormatan dan melindungi perbedaan masyarakat,
budaya, nilai, ekonomi hak sosial dan politik serta moral etika yang ada dan melekat pada setiap
diri manusia (ACN, 2009). Hal ini memunculkan pandangan bahwa kode etik tidak lepas dari
adanya nilai, norma dan budaya yang ada di individu dan masyarakat sebagai dasar timbulnya
kode etik itu sendiri.
Canadian Nurse Association (CNA) membagi kewajiban etik ke dalam 7 nilai utama
sebagai dasar hubungan profesional antara perawat dengan individu, keluarga, grup, komunitas
dan masyarakat. Kode etik dari persatuan perawat di Kanada ini akan diperbaharui secara berkala
untuk memastikan bahwa kode etik ini akan memenuhi kebutuhan perawat dengan
mencerminkan perubahan dalam nilai sosial dan kondisi yang ada di masyarakat (CNA, 2008).
Hal ini menegaskan bahwa kode etik merupakan panduan etika yang akan terus berkembang.
Perkembangan yang sejalan dengan perubahan konteks sosial masyarakat yang dapat memiliki
pengaruhi signifikan terhadap praktik keperawatan.
Menurut Gunarsa (2004), proses pembentukan perilaku moral pada seseorang dapat dilakukan
melalui hal-hal sebagai berikut:
1. Menginterpretasikan situasi dalam rangka memahami dan menemukan tindakan apa yang
mungkin untuk dilakukan dan bagaimana efeknya terhadap keseluruhan masalah yang
ada.
2. Menggambarkan apa yang harus dilakukan dengan nilai moral pada situasi tertentu
dengan tujuan untuk menetapkan suatu perilaku moral.
3. Memilih diantara nilai-nilai moral untuk memutuskan apa yang secara aktual akan
dilakukan,.
4. Melakukan tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi moralitas seseorang yaitu sebagai berikut
(Santrock, 2003):
a. Modeling
Seseorang yang dihadapkan pada model yang bertingkah laku secara moral, mereka cenderung
meniru tingkah laku model tersebut. Selain itu, efektivitas meniru model tergantung pada
karakteristik model itu sendiri, misalnya kekuasaan, kehangatan, keunikan dan lain-lain.
Kehadiran proses kognitif, seperti kode simbolik dan perumpamaan untuk meningkatkan ingatan
mengenai tingkah laku moral.
b. Situasional
Moral dan tingkah laku seseorang tergantung pada situasinya, seperti faktor lingkungan dan
kesenjangan antara pemikiran moral dan tindakan moral. Seseorang cenderung tidak
menunjukkan tingkah laku yang konsisten dalam situasi sosial yang berbeda-beda.
c. Lingkungan
Kepribadian seorang individu tidak dapat berkembang, demikian pula halnya dengan moral
dimana nilai-nilai moral yang dimiliki seseorang merupakan sesuatu yang diperoleh dari luar
dirinya. Seseorang diajarkan oleh lingkungannya mengenai bagaimana ia harus bertingkah laku
yang baik dan tingkah laku yang tidak baik atau salah. Lingkungan ini dapat berarti orang tua,
saudara, teman-teman, guru dan sebagainya.
d. Diri
Landasan motivasional bagi perilaku moral berada pada tuntutan internal untuk perealisasian
konsistensi diri secara psikologis. Self atau diri adalah pengorganisasian mengenai informasi
keterhubungan diri dimana terdapat banyak elemen yang tergabung di dalamnya dan membentuk
beberapa konsistensi psikologis.
Daftar Pustaka
1. merican Nurse Association (ANA). 2001. Code o Ethic for Nurse with Interpretive
statement. Silver Spring, MD :Author
2. Angeles, Peter A, 1981. Dictionary of Philosophy. New York: Barnes & Noble Books.
3. Australian College of Nusring (ACN), 2009. Code o Ethic for Nurses in Australia.
Australia Nursing Federation : Australia
4. Beauchamp T and Childress J (2001) Principles of Biomedical Ethics, Oxford University
Press, New York.
5. Bertens. K,1993.etika, Jakarta :PT.Gramedia Pustaka Utama
6. Broadie (2002). Comparison o sales people in multiple vs single level direct selling.
Journal of Selling and Management, Volume XXII, number 2, 67-75.
7. Butts, Jaeni B, 2006. Ethic in professional nursing practice. Joanett and Abarlett
Publisher.
8. Canadian Nurse Association (CNA), 2008. Code of Ethic for Registred Nurse. CNA :
Ottawa
9. Nico S Kalangie, (1994). Kebudayaan dan Kesehatan Pengembangan Pelayan-an
Kesehatan Primer Melalui Pen-dekatan Sosiobudaya. Jakarta : PT. Kesaint Blanc Indah
Corp.
10. International Council of Nurses (1999–2006) Position Statements, ICN, Geneva.
Available at: www.icn.ch.
11. Johnstone M and Kanitsaki O (2007) ‘An exploration of the notion and nature of the
construct of cultural safety and its applicability to the Australian health care context’,
Journal of Transcultural Nursing, 18(3), pp. 247–56
12. Membentuk Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional dan Sosial
Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara.
13. Mini, Rose. 2008. Perilaku anak usia dini kasus dan pemecahannya. Yogyakarta:
Kansius.