Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PSIKOLOGI

KONSEP PERILAKU MANUSIA

Kelompok 2:

1. Intan Permata Sari


2. Intan Yuni Sari
3. Laura Lorenza
4. Midali Sakinah
5. Mutiara Astri

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D3 KEPERAWATAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Perilaku Manusia”. Keberhasilan dalam pembuatan makalah ini juga tidak lepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna bagi orang
yang membacanya. Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini belum
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Serta semoga makalah ini tercatat menjadi motivator bagi penulis untuk
penulisan makalah yang lebih baik dan bermanfaat.

Padang,19 November 2020

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB I..............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................4
1.3 TUJUAN..........................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................6
ISI....................................................................................................................................6
2.1 DEFENISI PERILAKU MANUSIA................................................................6
2.2 CIRI-CIRI PERILAKU MANUSIA...............................................................9
2.3 PROSES PEMBENTUKAN PERILAKU MANUSIA.................................11
2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MANUSIA.................13
2.5 MACAM-MACAM PERILAKU MANUSIA...............................................16
2.6 DOMAIN PERILAKU MANUSIA...............................................................18
2.7 PERILAKU SEHAT SAKIT.........................................................................19
BAB III.........................................................................................................................23
PENUTUP.....................................................................................................................23
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................24

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sesuai dari katanya bahwa psikologi terdiri dari dua kata yang
mempunyai arti. Psikologi ini merupakan sebuah ilmu yang mempelajari
tentang jiwa. Perhatian pada psikologi terutama tertuju pada masalah
bagaimana tiap-tiap individu diperngaruhi dan dibimbing oleh maksud-
maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman
mereka sendiri.
Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku
dikatakan wajar apabilam ada penyesuaian diri yang harus diselaraskandengan
peran manusia sebagai individu, social, dan berketuhanan. Perilaku adalah
sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik
sepeda, dll. Untuk aktivitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misal : kaki
yang satu diletakkan pada kaki yang lain.
Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia
dikatakan sedang berperilaku ia sedang membaca, sekalipun pengamatan dari
luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam
tubuh manusia itu sendiri. Perilaku terdiri dari aktivitas- aktivitas yang
berlangsung, baik didalam maupun diluar.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang didapat yaitu:


1. Apa definisi dari perilaku manusia?
2. Apa ciri-ciri dari perilaku manusia?
3. Bagaimana proses pembentukan perilaku manusia?
4. Apa saja factor yang mempengaruhi perilaku manusia?

4
5. Bagaimana domain perilaku manusia?
6. Bagaimana sehat dan sakit pada perilaku manusia?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:


1. Untuk mengetahui definisi dari perilaku manusia.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri perilaku manusia.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan perilaku manusia.
4. Untuk factor yang mempengaruhi perilaku manusia.
5. Untuk mengetahui bagaimana domain perilaku manusia.
6. Untuk sehat dan sakit pada perilaku manusia.

5
BAB II

ISI

2.1 PENGERTIAN PERILAKU MANUSIA.

Manusia atau individu yang termasuk di antaranya kaum perawat dan


para medis diseluruh dunia ini, perilakunya dapat di formulasikan atau
dirumuskan dalam suatu pola prilaku/konsep prilaku yang akan di skapkan
dalam bahasan psikologi,oleh karena itu sebaiknya kita mengenal lebih dahulu
psikologi tersebut. Psikologi tertulis dalam bahasa inggris Psychology berasal
dari bahasa yunani Psychos dan logos yang artinya jiwa/mental/psike dan
ilmu.
Dahulu kala sebelum masehi psikologi memang ilmu jiwa. Pada
jamannya plato kurang lebih 427SM, psikologi masih menginduk pada ilmu
filsafat yaitu ilmu yang berorientasi cinta akan kebenaran (philos:cinta,
Sophos: kebenaran). Pada saait itu belum terpikirkan tentang makna jiwa,
semakin kearang perkembangan waktu dengan bertambahnya tahun ilmu jiwa
mengalami kesulitan untuk mencari dan mendeteksi kebenaran jiwa itu
sendiri.

A. PERILAKU
Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk
menimbulkan reaksi, yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu
akan menghasilkan perilaku tertentu (Sunaryo, 2004). Perilaku individu
tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat adanya rangsangan
(stimulus) baik dari dalam dirinya sendiri (internal) maupun dari luar
individu (eksternal). Pada hakekatnya perilaku individu mencakup
perilaku yang tampak (overt behaviour) dan perilaku yang tidak tampak
(inert behavior atau covert behavior). Perilaku yang tampak adalah
perilaku yang dapat diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat

6
sedangkan bantu, sedangkan perilaku yang tidak tampak adalah perilaku
yang hanya dapat dimengerti dengan menggunakan alat atau metode
tertentu, misalnya berpikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut (Purwanto,
1999).

Perilaku manusia itu didorong oleh mtif tertentu sehingga manusia itu
berprilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori, diantara teori-teori tersebur
dapat dikemukakan:

1. Teori Instirng
Teori ini dikemukakan oleh McDougall ebagai pelopor dari
psikologi social, yang menerbitkan buku psikologi social yang
pertama kali dan mulai saat itu psikologi sosia menjadi pembicaraan
yang cukup menarik(Iih. Baron dan Byrne, 1984; Crider, 1983).
Menurut McDougall perilaku itu deisebabkan karena instirng dan
McDougall mengajukan suatu daftar insting. Insting merupakan
perilaku yang innate, perilau yang bawaan, dan isnting akan
mengalami perubahan karena pengalama, pendapat McDougall ini
mendapat tanggapan yang cukuo tajam dari F. Allport yang
menertbitkan buku Psikologi Sosial pada tahun 1924, yang
berpendapat bahwa perilaku manusia itu disebabakan karena banyak
factor, termasuk orang-orang yang ada disekitarnya dengan
perilakunya (Iih. Baron dan Byrne, 1984).

2. Teori dorongan (drive theory)


Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu
mempunyai dorongan-dorongan atau drieve tertentu dorongan-
dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebututuhan organisme
yang mendorong organism berprilaku. Bila organisme ini mempunyai
kebutuhan, dan organism ingin memenuhi kebutuhannya maka akan
terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organism berprilaku

7
dan dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan
atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut.. karena teori ini
menurut Hull (Iih. Crider, 1983; Hergenhahn, 1976) juga disebut teori
drive reduction.

3. Teori insentif (incentive theory)


Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organize
itu disebabkan karena adanya intensif. Dengan intensif mendorong
organism berbuat atau berprilaku. Insentif atau juga disebut juga
sebagai reinforcement ada yang positif ada yang negative.
Reinforcement yang positif adalah yang berkaitan dengan hadiah.,
sedang reinforcement yang negative berkaitan dengan hukuman.
Reinforcement yang positif akan mendororng organism dalam
berbuat, sedang reinforcement yang negative akan dapat menghambat
organism dala berprilaku. Ini berarti bahwa perilaku timbul darena
adanya insentif atau reinforcement. Perilaki semacam ini dikupas
secara tajam dala psikologo belajar.

4. Teori atribusi
Teori ini ingin menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku
orang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal (misal
motif, sikap, dsb.) ataukah oleh keadaan eksternal. Teori ini
dikemukakan oleh Fritz Heider (Iih. Baron dan Byrne, 1984) dan
teori ini manusia itu dapat atribusi internak, tetapi juga dapat atribusi
eksternal. Mengenai hal ini lebih lanjut akan dibicarakan dalam
psikologi social.

5. Teori kognitif

8
Apabila seseorang harus mememilih perilaku mana yang mesti
dilakukan, maka pada uunya yang bersangkutan. Ini yang disebut
sebagai moel subjective expected utiity (SEU) (Iih. Fishbein dan
Ajzen, 1975. Dengan kemampuan memilih ini berarti fakor berpikir
berperan dalam menentukan pilihannya. Dengan kemampuan berpikir
seseorang akan dapat melihat apa yang terjadi sebgai bahan
pertimbangannya disamping melihat apa yang dihadapi pada waktu
sekarang dan juga dapat elihat ke depan apa yang akan terjadi dalam
seseorang bertindak. Dalam model SEU kepentingan pribadi yang
menonjol. Tetapi dalam seseorang berprilaku kadang-kadang
kepentingan pribadi dapat disingkirkan.

2.2 CIRI-CIRI PERILAKU MANUSIA.

Tiap individu adalah unik, dimana mengandung arti bahwa manusia


yang satu berbeda dengan manusia yang lain dan tidak ada dua manusia
yang sama persis di muka bumi ini, walaupun ia dilahirkan kembar.
Manusia mempunyai ciri-ciri, sifat, watak, tabiat, kepribadian, dan
motivasi tersendiri yang membedakannya dari manusia lainnya.
Perbedaan pengalaman yang dialami individu pada masa silam dan cita-
citanya kelak dikemudian hari, menentukan perilaku individu di masa kini
yang berbeda-beda pula (Sunaryo, 2004; Purwanto, 1999).
Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut
Maslow, manusia memiliki 5 kebutuhan dasar, yaitu: kebutuhan
fisiologis/biologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan mencintai dan
dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Sunaryo,
2004).
Menurut Sarkito Wirawan Sarwino (1983) dalam bukunya pengantar
umum psikologi ,ciri-ciri prilaku manusia yang membedakan dari
makhluk lain adalah kepekaan sosial,kelangsungan prilaku,orientasi pada

9
tugas, usaha dan perjuangan,tiap individu adalah unik. Secara singkat
dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Kepekaan sosial
Artinya kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan
prilakunya sesuai pandangan da harapan orang lain. Manusia adalah
makhluk sosial yang dalam hidupnya perlu kawan dan bekerja sama
dengan orang lain. Prilaku manusia adalah situsional, artinya prilaku
manusia akan berbeda pada situasi yang berbeda.
Contoh: prilaku manusia pada saat membesuk orang yang
sedang sakit di rumah sakit,berbeda dengan prilaku pada saat
menghadiri resepsi.

2. Kelangsungan prilaku
Artinya antara prilaku yang satu ada kaitanya dengan prilaku
yang lain, prilaku sekarang adalah kelanjutan prilaku yang baru
lalu ,dan seterusnya. Dalam kata lain bahwa prilaku manusia terjadi
secara berkesinambungan bakan secra serta merta.
Contoh.seorang mahasiswa D IV keperawatan yang setiap hari
mengikuti kuliah,akhirnya lulus dan memiliki kepandaian serta
keterampilan di bidang keperawatn , kemudian mendapat
pekerjaan,memperoleh penghasilan,berumah tangga,memiliki
keturunan, mendapatkan cucu,dan seterusnya.

3. Orientasi pada tugas


Artinya bahwa setiap prilaku manusia selalu memiliki orientasi
pada suatu tugas tertentu. Seorang mahasiswa yang rajin belajar
menuntut ilmu, orientasinya adalah untuk dapat menguasai ilmu
pengetahuan tertentu. Demikian juga individu yang
bekerja,berorientasi untuk menghasilkan sesuatu.

10
Contoh :seorang mahasiswa yanga sedang giat-giatnya belajar
untuk menghadapi ujian semester,pada malam hari perlu tidur agar
besok paginya badan terasa segar dan mampu mengerjakan soal
dengan baik

4. Usaha dan perjuangan


Usaha dan perjuangan pada manusia tekah di pilih dan di
tentukan sendiri,serta tidak akan memperjuangkan sesuatu yang
memang tidak ingin di perjuangkan. Jadi, sebenarnya manusia
memiliki cita-cita yang ingin di perjuangkan ,sedangkan hewan hanya
berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang sudah tersedia di alam.

5. Tiap-tiap individu manusia adalah unik


Unik disni mengandung arti bahwa manusia yang satu berbeda
dengan manusia yang lain dan tidak ada duanya manusia yang sama
persis dimuka bumi ini ,walaupun ia di lahirkan kembar. Manusia
mempunyai ciri-ciri , watak ,tabiat ,kepribadian, motivasi tersendiri
yang membedakannya dari manusia lain. Perbedaan pengalaman yang
dialami individu pada masa silam dan cita-citanya kelak di kemudian
hari, menentukan prilaku individu di masa kini yang berbeda-beda
pula.

2.3 PROSES PEMBENTUKAN PERILAKU MANUSIA.

1.1 PROSES PEMBENTUKAN


Seperti telah dipaparkan di depan bahwa prilaku manusia
sebagaian besar ialah berupa perilaku yang dibentuk, perilaku yang
dipelajari berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu persoalan
ialah bagaimana cara membentuk perilaku itu sesuai engan yang
diharapkan

11
1. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau
kebiasaan
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan
kondisionig atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk
berprilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah
perilaku tersebut. Misal anak dibiasakan bangun pagi, atau menggosok
gigi sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh
orang lain, membiasakan untuk tidak datang terlambat disekolah dan
sebagainya. Cara ini didasarkan atas teori belajar kondisioning baik
yang dikemukakan oleh Pavlov maupun Thorndike dan Skinner (lih.
Hergenhahn, 1976). Walaupun anatara Pavlov, Thorndike dan Skinner
terdapat pendapat yang tidak seratus persen sama, namun para ahli
tersebut mempunyai dasar pandangan yang tidak jauh berbeda satu
edngan yang lain. Kondisioning Thorndike dan Skinner dikenal
sebagai kondisioning klasik, sedangkan kondisioning Pavlov dikenal
dengan kondisioning operan. Walau demikian ada yang menyebut
kondisioning Thorndike sebagai kondisioning instrumental, dan
kondisioning Skinner sebagai kondisioning operan. Seperti telah
dipaparkan didepan atas dasar pandangan ini untuk pembentukan
perilaku dilaksanakan dengan kondisioning atau kebiasaan.

2. Pebentukan perilaku dengan pengertian (insight)


Di samping pembentukan perilaku dengan kondisioning ata
kebiasaan, pembentukan dapat ditepuh dengan pengertian atau
insight. Misal datang kuliah jangan sampai terlambat, karena hal
tersebut dapat menganggu teman-teman yang lain. Bila naik motor
harus pake helm, karena hem tersebut ntuk keamanan diri, dan masih
banyak contoh untuk mengambarkan hal tersebut. Cara ini
berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai

12
adanya pengertian. Bila dala eksperimen Thorndike dalam belajar
yang dipentingkan adalah soal latihan, maka eksperimen Kohler dala
belajar yang penting adalah pengertian atau insight. Kohler adalah
salah seorang tokoh dala psikologi Gestalt dan termasuk dalam aliran
kognitif (Iih. Hergenhahn, 1976).

3. Pembentukan prilaku dengan menggunakan model.


Di samping cara-cara pembentukan prilaku seperti tersebut
diatas, pembentukan perilaku masih dapat ditempuh dengan
menggunakan model atau contoh. Kalau orang bicara bahwa orang
tua sebagai cntoh anak-anaknya, pemimpin sebagai panutan
dipimpinannya, hak tersebut menunjukan pembentukan prilaku
dengan menggunkan model atau contoh olrh yang dipimpinnya. Cara
ini didasarkan atas teori belajar social (social learning theory) atau
learning theory yang dikemkakan oleh Bandura (1977).

2.1 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU


Menurut Green (2000), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama
yaitu: faktor predisposisi ( predisposing factor), faktor pemungkin
(enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing factor) (Notoatmodjo,
2003; Green, 2000).

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) terwujud dalam:


a Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses
sensori khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbetuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang
didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng (Sunaryo, 2004;
Notoatmodjo, 2003).

13
b Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus
atau obyek baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga
manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut.
Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respon
terhadap stimulus tertentu ( Sunaryo, 2004; Purwanto, 1999 ).
Tingkatan respon adalah menerima (receiving), merespon
(responding), enghargai (valuing), dan bertanggung jawab
(responsible) (Sunaryo, 2004; Purwanto, 1999 ).

c Nilai-nilai
Nilai-nilai atau norma yang berlaku akan membentuk perilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai atau norma yang telah melekat pada
diri seseorang (Green, 2000).

d Kepercayaan
Seseorang yang mempunyai atau meyakini suatu kepercayaan
tertentu akan mempengaruhi perilakunya dalam menghadapi suatu
penyakit yang akan berpengaruh terhadap kesehatannya ( Green,
2000 ).

e Persepsi
Persepsi merupakan proses yang menyatu dalam diri individu
terhadap stimulus yang diterimanya. Persepsi merupakan proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang

14
diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu
yang berarti dan merupakan respon yang menyeluruh dalam diri
individu. Oleh karena itu dalam penginderaan orang akan
mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan
mengaitkan dengan obyek. Persepsi pada individu akan menyadari
tentang keadaan sekitarnya dan juga keadaan dirinya. Orang yang
mempunyai persepsi yang baik tentang sesuatu cenderung akan
berperilaku sesuai dengan persepsi yang dimilikinya (Sunaryo,
2004; Notoatmodjo, 2003 ).

2. Faktor-faktor pendukung(enabling factor)


Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin. Faktor ini
bias sekaligus menjadi penghambat atau mempermudah niat suatu
perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang baik (Green,
2000). Faktor pendukung (enabling factor) mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas. Sarana dan fasilitas ini pada
hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya suatu
perilaku, sehingga disebut sebagai faktor pendukung atau faktor
pemungkin.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor)


Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan
penguat terhadap timbulnya sikap dan niat untuk melakukan sesuatu
atau berperilaku. Suatu pujian, sanjungan dan penilaian yang baik akan
memotivasi, sebaliknya hukuman dan pandangan negatif seseorang
akan menjadi hambatan proses terbentuknya perilaku. Hal yang paling
berpengaruh terhadap perubahan perilaku perawat adalah motivasi.

15
2.4 MACAM-MACAM PERILAKU MANUSIA

Perilaku pada manusia dapat dibedakan antara perilaku reflektif dan


perilaku non reflektif. Perilaku yang reflektif merupakan perilaku yang terjadi
atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme
tersebut. Misalnya reaksi kedip mata bila kena sinar , gerak lutut bila kena
sentuhan palu, menarik jari bila terkena hp dan sebagiannya. Reaksi atau
perilaku reflektif adalah perilaku yang terjadi dengan sendirinya.
Lain halnnya dengan perilaku yang non refleksi. Perilaku ini
dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak. Dalam kaitan ini
stimulus setelah diterima oleh reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai
pusat syaraf, pusat kesadaran., baru kemudian terjadi respon. Proses inilah
yang disebut proses psikologis. Perilaku atau aktivitas atas dasar proses
psikologis inilah yang disebut perilaku psikologis.
Pada perilaku manusia, perilaku psikologis inilah yang
dominan,merupakan perilaku yang banyak pada diri manusia, di samping
adanya perilaku reflektif. Di samping perilaku manusia dapat dikendalikan
atau terkendali, perilaku manusia juga merupakan perilaku yang
terintergrasi,yang berarti bahwa keseluruhan keadaan individu itu terlihat
dalam perilaku yang bersangkutan, bukan bagian demi bagian. Karena begitu
kompleksnya perilaku manusia itu maka psikologi ingin memahami perilaku
tersebut.
Brance (dalam Walgito 2004:12) “Perilaku manusia dapat dibedakan
antara perilaku yang refleksif dan perilaku yang non refleksif”. Perilaku yang
refleksif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap
stimulus yang mengenai organisme tersebut. Misalnya reaksi kedip mata bila
kena sinar, menarik jari bila jari kena api dan sebagainya. Reaksi atau perilaku
reflektif adalah perilaku yang terjadi dengan sendirinya, secara otomatis.
Stimulus yang diterima oleh organisme atau individu tidak sampai ke pusat
susunan syaraf atau otak, sebagai pusat kesadaran, sebagai pusat pengendali

16
dari perilaku manusia. Lain dengan halnya perilaku non-reflektif. Perilaku ini
di kendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran otak. Dalam kaitan ini stimulus
setelah diterima oleh reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat
syaraf, baru kemudian terjadi respons melalui afektor. Proses yang terjadi
dalam otak atau pusat kesadaran ini disebut proses psikologi. Perilaku atau
aktivitas atas dasar proses psikologis inilah yang disebut aktivitas psikologis
atau perilaku psikologis.
Skinner seorang ahli psikologi (dalam Notoatmodjo, 2010:20)
merumuskan bahwa “perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar)”. Dengan demikian perilaku manusia
terjadi melalui proses stimulus, organisme, respons sehingga teori Skinner ini
disebut dengan teori “ S-O-R” (Stimulus, Organisme, Respons ).
Notoatmodjo (2010:21) berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka
perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behavior) .
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang
masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan
dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable
behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan
dan sikap.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)


Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau
“observable behavior”.
Notoatmodjo (2010:25) mengemukakan bahwa perilaku dapat dibatasi
sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya). Untuk
memberikan respon terhadap situasi di luar objek tersebut. Respon ini

17
dapat bersifat pasif (tanpa tindakan). Bentuk operasional dari perilaku
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi
dan rangsangan.

b. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap


keadaan atau rangsangan dari luar diri si subyek, sehingga alam itu
sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya,
sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan
keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik, tetapi
mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia.
Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi
daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

c. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan


terhadap situasi dan suatu rangsangan dari luar.

2.5 DOMAIN PERILAKU MANUSIA

Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup


yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologis
pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain. Pembagian
ini dilakukan untuk tujuan pendidikan. Bahwa dalam suatu pendidikan
adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku
tersebut, yakni:
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotor

Dalam perkembangannya, Teori Bloom ini dimodifikasi untuk


pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni:

18
1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang
diberikan. (knowledge)
2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang
diberikan. (attitude)
3. Tindakan atau praktek yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan
dengan materi pendidikan yang diberikan. (practice)
4. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa
dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu lebih dahulu
terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya. Oleh
karena itu menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan
selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap si subjek
terhadap objek yang diketahui itu. Pada akhirnya, rangsangan yakni
objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan
menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa
tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau
objek tadi. Akan tetapi, di dalam kenyataan stimulus yang diterima
oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan, artinya, seseorang
dapat bertindak atau berperilaku baru dengan mengetahui terlebih
dahulu terhadap makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain,
tindakan (practice) seseorang tidak harus disadari oleh pengetahuan
atau sikap.

2.6 PERILAKU SEHAT DAN SAKIT.


Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan
merupakan bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia
istilah sehat dan sakit dikenal di semua kebudayaan. Sehat dan sakit
adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk kita artikan meskipun
keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita rasakan dan kita
amati dalam kehidupan sehari-hari hal ini kemudian akan
mempengaruhi pemahaman dan pengertian seseorang terhadap konsep

19
sehat misalnya, orang tidak memiliki keluhan-keluahan fisik
dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga
beranggapan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat
meskipun jika mengacu pada standard gizi kondisinya berada dalam
status gizi lebih atau overweight. Jadi faktor subyektifitas dan kultural
juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian mengenai konsep
sehat yang berlaku dalam masyarakat.

       Kata sehat menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu


keadaan/ kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari
sakit. Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992
sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis.
konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan
dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik
fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas
dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya
belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.

       Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan


suatau keadaan ideal, dari sisi biologis, psiologis, dan sosial sehingga
seseorang dapat melakukan aktifitas secara optimal. Definisi sehat
yang dikemukakan oleh WHO mengandung 3 karakteristik yaitu :

1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia


2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan
ektersnal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan
penyesuaian, dan bukan merupakan suatu keadaan tetapi
merupakan proses dan yang dimaksud dengan proses disini adalah
adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi
terhadap lingkungan sosialnya.

Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi


fisik, mental, dan social,Sedangkan batasan sehat menurut Undang-
undang Kesehatan meliputi fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan
ekonomi. Sehat fisik  yang dimaksud disini adalah tidak merasa sakit
dan memang secara klinis tidak sakit, semua organ tubuh normal dan

20
berfungsi normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh. Sehat mental
(jiwa), mencakup:

1. Sehat Pikiran tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu


berpikir secara logis (masuk akal) atau berpikir runtut
2. Sehat Spiritual tercerimin dari cara seseorang dalam mengekspresikan
rasa syukur, pujian, atau penyembahan terhadap pencinta alam dan
seisinya yang dapat dilihat dari praktek keagamaan dan
kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma
masyarakat.
3. Sehat Emosional tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya atau pengendalian diri yang baik.

Sehat Sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan


orang lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau
kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, atau
kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik.

Sehat dari aspek ekonomi yaitu mempunyai pekerjaan atau


menghasilkan secara ekonomi. Untuk anak dan remaja ataupun bagi yang
sudah tidak bekerja maka sehat dari aspek ekonomi adalah bagaimana
kemampuan seseorang untuk berlaku produktif secara sosial.

Istilah penyakit (disease) dan keadaan sakit (illness) sering tertukar


dalam penggunaannya sehari-hari padahal keduanya memiliki arti yang
berbeda. Penyakit adalah istilah medis yang digambarkansebagai
gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya
kapasitas. Penyakit terjadi ketika keseimbangan dalam tubuh tidak dapat
dipertahankan. Keadaan sakit terjadi pada saat  seseorang tidak lagi
berada dalam kondisi sehat yang normal. Contohnya pada penderita
penyakit asma, ketika tubuhnya mampu beradaptasi dengan penyakitnya
maka orang tersebut tidak berada dalam keadaan sakit. Unsur penting
dalam konsep penyakit adalah pengukuran bahwa penyakit tidak
melibatkan bentuk perkembangan bentuk kehidupan baru secara lengkap
melainkan perluasan dari proses-proses kehidupan normal pada individu.
Dapat dikatakan bahwa penyakit merupakan sejumlah proses fisiologi
yang sudah diubah.

Proses perkembangan penyakit disebut patogenesis. Bila tidak


diketahui dan tidak berhasil ditangani dengan baik, sebagian besar
penyakit akan berlanjut menurut pola gejalanya yang khas. Sebagian
penyakit akan sembuh sendiri (self limiting) atau dapat sembuh cepat
dengan sedikit intervensi atau tanpa intervensi sebagian lainnya menjadi
kronis dan tidak pernah benar-benar sembuh.

21
       Pada umumnya penyakit terdeteksi ketika sudah menimbulkan
perubahan pada metabolisme atau mengakibatkan pembelahan sel yang
menyebabkan munculnya tanda dan gejala. Manifestasi penyakit dapat
meliputi hipofungsi (seperti konstipasi), hiperfungsi (seperti peningkatan
produksi lendir) atau peningkatan fungsi mekanis (seperti kejang)

Secara khas perjalanan penyakit terjadi melalui beberapa tahap :

1. Pajanan atau cedera yang terjadi pada jaringan sasaran


2. Masa latensi atau masa inkubasi (pada stadium ini tidak terlihat
tanda atau gejala
3.   Masa prodormal (tanda dan gejala biasanya tidak khas)
4. Fase akut (pada fase ini penyakit mencapai intensitas penuh dan
kemungkinan menimbulkan komplikasi, fase ini disebut juga
sebagai fase akut subklinis)
5. Remisi (fase laten kedua ini terjadi pada sebagian penyakit dan
biasanya akan diikuti oleh fase akut lain)
6. Konvalesensi (keadaan pasien berlanjut ke arah kesembuhan
sesudah perjalanan berhenti)
7. Kesembuhan (recovery)  pada kondisi ini pasien kembali sehat
dan tubuhnya sudah berfungsi normal kembali serta tidak terlihat
tanda atau gejala penyakit yang tersisa.

      Penyakit akan dicetuskan oleh suatu stressor seperti perubahan dalam
kehidupan seseorang. (stressor dapat terjadi melalui salah satu dari dua
mekanisme :

1. Adaptasi yang berhasil baik


2. Kegagalan beradaptasi

Stressor dapat bersifat fisik natau psikologik. Stressor fisik seperti


terkena racun, dapat menimbulkan respon berbahaya yang menyebabkan
terjadinya keadaan sakit atau muncul kumpulan tanda dan gejala yang
dapat dikenali. Stressor psikologik seperti kehilangan orang yang dicintai
ataupun hal lain yang dapat menyebabkan gangguan  yang bersifat
psikologik dapat menimbulkan respon maladaptif. Kondisi ini dapat
menyebabkan terjadinya kekambuhan dari beberapa penyakit kronik.

      Seorang perintis dalam pengkajian tentang stress dan penyakit Hans
Selye, menguraikan stadium adaptasi terhadap kejadian yang
menimbulkan stress, alarm, resistensi dan pemulihan (recovery), atau
kelelahan (exhaustion).

22
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia


merupakan hasil dari segala pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya. Perilaku manusia terdiri dari beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku manusia, sifat-sifat umum dan khusus perilaku
manusia, bentuk-bentuk perubahan perilaku, dan macam-macam perilaku
manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terdiri Faktor Personal,  dan
Faktor Situsional. Sifat-sifat umumnya terdiri dari pengamatan, perhatian,
tanggap, fantasi, ingatan, berfikir, motif. Bentuk-bentuk perilakunya yaitu,
perbahan alamiah, perubahan terencana, kesediaan untuk berubah. Begitu juga
macam-macam perilakunya yaitu perilaku refleks dan perilaku refleks
bersyarat.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa manusia itu unik dan
berbeda, dari perbedaan itu pula yang menyebabkan adanya interaksi sosial
diantara manusia.Teori-teori diatas juga menunjukkan pada kita bahwa
perilaku itu didorong dan diarahkanketujuan. Mereka juga menunjukkan pada
kita bahwa perilaku yang ingin mencapai tujuan cenderung untuk
menetap.Terkadang manusia merasa nyaman dengan perbedan tetapi ada juga
yang tidak merasa nyamandalam perbedaan yang ada dikarenakan lingkungan
tempat manusia tersebut.

23
DAFTAR PUSTAKA

Walgito, bimo.2010.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta.CV.Andi Offset.


Widayatun, Tri Rusmi.1999.Ilmu Perilaku.Jakarta.CV.Sagung Seto.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-afipkhoiru-5471-3-babii.pdf

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2014/03/perilaku-sehat.html

Chandra, Budiman (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC


Darmojo, Boedhi dan Martono (2004). Geriatri. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)
https://uin-alauddin.ac.id/tulisan/detail/konsep-sehat-dan-sakit
http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/523/2/BAB%20II%20Alvin%202017.pdf
https://www.google.com/search?
q=PERILAKU+SEHAT+DAN+SAKIT&source=lmns&bih=689&biw=1263&safe=s
trict&hl=en-
US&sa=X&ved=2ahUKEwiGjsC9koftAhUW1HMBHTcjAKAQ_AUoAHoECAEQ
AA
Potter, Patricia, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan
praktek/Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry; Alih Bahasa, Yasmin Asih et al. Editor
edisi Bahasa indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester. – Ed.4. – Jakarta ; EGC, 2005
http://perawattegal.wordpress.com/2009/08/31/konsep-sehat-sakit/ Sumber-sumber
lain yang relevan.

24

Anda mungkin juga menyukai