Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada zaman modern seperti saat ini, teknologi yang ada semakin

berkembang. Banyak perusahaan atau industri membutuhkan sumber daya yang

dapat membantu aktivitas kerja untuk mencapai tujuan suatu sistem kerja. Salah

satu sumber daya yang di perlukan sebagai potensi penggerak semua aktivitas

perusahaan adalah sumber daya manusia. Namun disisi lain penggunaan tenaga

manusia dapat menimbulkan gangguan akibat kerja. Salah satu bentuk gangguan

yang dapat timbul akibat kerja atau diperburuk dengan bekerja khususnya di

perusahaan dan industri adalah nyeri punggung bawah atau Low back pain.

Data World Health Organization (WHO), low back pain atau nyeri

punggung bawah adalah ketidaknyamanan yang sering dikeluhkan oleh pegawai

kantoran. Pegawai kantoran memiliki resiko terkena low back pain karena 6 jam

waktu bekerja, melakukan beberapa aktivitas perkantoran antara lain

menggunakan komputer disebagian besar waktu kerja, mengangkat telepon,

memasukan data, mengangkat dan mengangkut beban dengan sikap yang tidak

ergonomis. Aktivitas kerja tersebut mengharuskan pegawai kantoran duduk

dengan waktu lama, membungkuk, menunduk, berdiri, yang lama-kelamaan akan

menjadikan tulang belakang tidak normal (Paliyama, 2016).

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh European Agency for Safety

and Health at Work pada 235 juta pekerja di 31 negara Eropa pada tahun

2015,diperoleh hasil sebanyak 35% pekerja mengalami nyeri punggung bawah

1
2

dan 23% nyeri otot (European Agency for Safety and Health at Work, 2015). Ini

dikarenakan pada era modern seperti saat ini, terdapat adanya transisi

epidemiologi dari penyakit infeksi ke penyakit kronik degeneratif. Nyeri

punggung bawah ini sendiri dapat terjadi pada berbagai situasi kerja, tetapi

risikonya lebih besar apabila duduk lama dalam posisi statis.Untuk

mempertahankan faal kerja normal, diperlukan pengaturan waktu kerja yang pada

umumnya berkisar 6–8 jam, lebih dari itu menimbulkan kelelahan otot.

Di negara maju seperti di Amerika Serikat prevalensinya dalam satu tahun

berkisar antara 20%-25%, sedangkan berdasarkan kunjungan pasien ke dokter

adalah 16,3% (Meliawan, 2016). Dalam satu tahun terdapat lebih dari 600.000

kasus nyeri punggung bagian bawah dan dalam 5 tahun angka insiden naik

sebanyak 69%.Prevalensi pertahun mencapai 20-55% dengan titik prevalensi

40%. Sebanyak 80-90% kasus Low back pain akan sembuh dengan sendirinya

selama 2 minggu. Dari 600.000 kasus tersebut 85% penderitanya adalah usia 18-

56 tahun. Di Swedia, Low back pain adalah penyebab tersering penyakit kronis

pada usia kurang dari 65 tahun dan peringkat kedua setelah penyakit vaskuler

pada usia 65 tahun keatas (Kim, 2016).

Undang-undang ketenagakerjaan juga mengatur waktu kerja yang

menyatakan jumlah jam kerja 1 hari adalah 7–8 jam, dan dalam 1 minggu bekerja

40 jam (Sumekar, 2016). Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri) Persatuan Dokter

Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) melakukan penelitian pada bulan Mei

2015 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasil menunjukkan bahwa jumlah

penderita nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), 1598 orang
3

(35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah

penderita Low back pain (Meliala, 2016). Sementara di Indonesia walaupun data

epidemiologik mengenai LBP belum ada namun diperkirakan 40% penduduk

Jawa Tengah berusia antara 65 tahun pernah menderita nyeri punggung dan

prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan pada perempuan 13,6% (Meliawan,

2016).

Low back pain non-spesifik merupakan keluhan muskuloskeletal yang salah

satu keluhan yang dapat menurunkan produktivitas kerja manusia (Suharto, 2015).

Low back pain jarang fatal namun nyeri yang dirasakan dapat membuat penderita

mengalami penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, problema

kesehatan kerja, dan banyak kehilangan jam kerja pada usia produktif maupun

usia lanjut,sehingga merupakan alasan terbanyak dalam mencari pengobatan

(Yudiyanta, 2017).

Fisioterapi mempunyai peranan penting dalam penanganan low back pain

non soesifik. Pemilihan modalitas terapi yang tepat menjadi suatu keharusan

bagiseorang fisioterapis. Modalitas fisioterapi yang dapat dipilih untuk kasus low

back pain non spesifik antara lain William Flexion, Transcutaneus Electrical

Nerve Stimulation (TENS), Short Wave Diathermy (SWD), Infra Red (IR), Micro

Wave Diathermy (MWD), Ultra Sound (US), serta Exercise dan pemberian

edukasi. Penanganan yang umum dilakukan oleh seorang fisioterapis di klinik

atau rumah sakit adalah dengan pemberian William Flexion.

 William Flexion Exercise adalah program latihan yang terdiri atas 7

macam gerak yang menonjolkan pada penurunan lordosis lumbal (terjadi fleksi
4

lumbal). William flexion exercise telah menjadi dasar dalam manajemen nyeri

pinggang bawah selama beberapa tahun untuk mengobati beragam problem nyeri

pinggang bawah berdasarkan temuan diagnosis. Dalam beberapa kasus, program

latihan ini digunakan ketika penyebab gangguan berasal dari facet joint (kapsul-

ligamen), otot, serta degenerasi corpus dan diskus. Tn. William menjelaskan

bahwa posisi posterior pelvic tilting adalah penting untuk memperoleh hasil

terbaik.

Menurut Santosa (2015) melaporkan bahwa pemberian William Flexion

lebih efektif dan nyaman dalam mengurangi nyeri low back pain non spesifikc.

Selain itu William Flexion diberikan selama 15 menit dalam 3 hari selama

seminggu dapat menimbulkan relaksasi otot. Pasien dengan low back pain non

spesifik melaporkan bahwa menggunakan Trancutan neus electrical stimulation

(TENS) dalam waktu lama, efektif dalam menghilangkan nyeri, mereka pun

terbebas dari disabilitas dan dapat kembali bekerja dengan modifikasi jadwal

kerja dan modifikasi lingkungan. Selain itu telah diakui bahwa TENS ini sangat

efektif dalam mengurangi rasa nyeri pada tubuh dengan mengubah mekanisme

nyeri dan melepaskan hormon endorphin untuk mengurangi nyeri. Keuntungan

lain yaitu menggunakannya adalah bahwa tidak seperti menghilangkan rasa sakit

oleh obat, TENS tidak menimbulkan efek ketergantungan, tidak menyebabkan

kantuk atau mual, dan dapat dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan (James et al.

2016). Namun modalitas fisioterapi yang diberikan pada low back pain non

spesifik tersebut biasanya hanya bertujuan untuk mengurangi nyeri dan rileksasi
5

pada pasien, sedangkan untuk meningkatkan aktivitas fungsional belum

didapatkan modalitas yang tepat.

Penelitian yang dilakukan oleh (Pawar et al,2014) membuktikan bahwa

pasien dengan kondisi low back pain non spesifik lebih bermanfaat dan

menguntungkan jika sejak awal diberikan latihan William Flexion secara berulang

untuk menghilangkan nyeri, meningkatkan ROM, dan mengurangi disabilitas

pada subjek dengan low back pain non spesifik dibanding hanya dengan diberikan

program generalexercises saja. Penelitian ini telah dilakukan pada karyawan

Universitas Aisyiyah Yogyakarta yang dalam aktivitas pekerjaannya lebih banyak

didepan komputer lebih dari 8 jam per hari. Bekerja didepan komputer dengan sikap

tubuh salah dan overload ditambah adanya ergonomi kerja yang buruk dalam waktu

lama menimbulkan stabilitas di daerah lumbal terganggu dan menyebabkan

penurunan tingkat aktivitas fungsional.

Pada saat melakukan survey pendahuluan di Poly Fisoterapi Rumah Sakit

Umum dr. Fauriah bireuen. informasi yang didapat bahwa pada bulan oktober

sampai Desember tahun 2020 terdapat 156 kunjungan pasien dengan keluhan

yang berbeda-beda, dimana keluhan Low Back Pain lebih banyak dibandingkan

kasus lainnya. Terdapat 50 pasien dengan keluhan Low Back Pain, 46 pasien

dengan keluhan Oteoartritis, 35 pasien dengan keluhan Stroke dan 25 pasien

keluhan lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah

penelitian yaitu : Apakah ada Pengaruh Pemeberian Trancutaneus Electrical

Nerve Stimulation (TENS) dengan William Flexion Exercise terhadap intensitas


6

nyeri pada penderita Low back pain non spesifik di Rsu. Dr.Fauziah Bireun tahun

2021?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Pemeberian Trancutaneus Electrical Nerve

Stimulation (TENS) dengan William Flexion Exercise terhadap intensitas nyeri

pada penderita Low back pain non spesifik di Rsu. Dr.Fauziah Bireun tahun 2021?

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui intensitas nyeri sebelum dilakukan tindakan

Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dengan William

Flexion Exercise

b. Untuk mengetahui intensitas nyeri setelah dilakukan tindakan

Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dengan William

Flexion Exercise

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Bagi Peneliti Untuk menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan

pengalaman dalam mengembangkan diri dan mengabdikan diri pada dunia

kesehatan, khususnya di bidang fisioterapi dimasa yang akan datang, serta di

akademik khususnya dalam membuat suatu penelitian dan analisa kasus.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Untuk memberi dan menyebarluaskan informasi bagi masyarakat luas

tentang kasus Low Back Pain Non Spesifik serta memperkenalkan peran
7

fisioterapi dalam menangani kasus tersebut, sehingga masyarakat mengetahui

upaya-upaya pencegahannya.

1.4.3 Untuk Tempat Penelitian

Untuk mengaplikasikan ilmu serta referensi bagi fisioterapi di tempat

penelitian dalam melakukan tindakan kepada pasien.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Untuk penambahan, informasi atau data data bagi mahasiswa/i dalam

pengembangan program penelitian selanjutnya dan sebagai sumber kepustakaan

untuk perpustakan Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

Anda mungkin juga menyukai