Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Pengetahuan Ibu postpartum dengan Pemberian kolostrum

pada Bayi Baru Lahir di Rumah Bersalin Sehati

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ASI (Air Susu Ibu) merupakan nutrisi alami bagi bayi karena di dalam nya mengandung zat-zat
gizi ideal secara optimal mampu membantu pertumbuhan tubuh bayi. ASI (Air Susu Ibu) ialah suatu
emulsi lemak pada larutan protein, laktosa dan garam organik yang diproduksi oleh kedua kelenjar
payudara ibu yang menjadi makanan pokok bagi bayi (Soetjiningsih, 2010). Komposisi gizi didalam
ASI paling baik yang keluar pada tiga hari pertama setelah bayi lahir disebut kolostrum (Widjaja,
2012). Kolostrum merupakan ASI yang dihasilkan oleh kelenjar payudara bewarna sedikit
kekuningan daripada ASI biasa, permukaanya agak kasar karena mengandung butiran lemak.
Kandungan dalam kolostrum lebih banyak dibandingkan ASI biasa.

Menurut American Pregnancy Assosiation (APA) 2018, kolostrum mampu membentuk lapisan
pada perut dan usus bayi untuk mencegah seragan kuman/patogen. Membantu mencegah sakit
kuning pada bayi dengan mengeluarkan zat-zat sisa yang berbahaya bagi tubuh bayi, memberikan
zat gizi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan otak, mata, dan jantung bayi.

Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2010) angka kematian Ibu dan bayi di Indonesia menjadi
yang tertinggi dengan jumlah 450 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global untuk
tahun 2015, diharapkan nanti nya angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi
23 per 1.000 kelahiran 2 hidup (Depkes RI, 2011). Bersadarkan laporan profil kab/kota kesehatan
dari 259.320 bayi lahir terdapat 1.970 bayi meninggal sebelum usia 1 tahun, diperhitungkan angka
kematian bayi di Sumatera Utara hanya 7,6/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Menurut data
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2014, angka kematian bayi di Indonesia
sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup, dan penyebabnya sebagian besar ialah karena faktor nutrisi
yaitu kekurangan gizi sebesar 53%. Angka kematian bayi yang tinggi dapat dicegah dengan
pemberian ASI dini yaitu langsung setelah bayi lahir dan mengikuti program ASI eksklusif
(Departeman Kesehatan Indonesia, 2010).

Penyebab dari beberapa ibu banyak yang tidak memberikan kolostrum pada bayi baru lahir
yaitu : umur, paritas dan pengetahuan (Kodrat, 2010). Proverawati, A (2010) juga mengatakan
bahwa ibu postpartum tidak mengetahui kandungan didalam kolostrum sehingga banyak ibu
postpartum pada saat setelah persalinan tidak memberikan kolostrum pada bayi baru lahir
disebabkan pengetahuan tentang kolostrum kurang atau tidak ada. Ibu postpartum terkadang
mengalami pembengkakan payudara setelah melahirkan dengan hampir 90%, pada hari kedua
hingga hari keempat. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengeluaran ASI dan menjadi alasan
kuat bagi ibu postpartum untuk berhenti menyusui dan memberikan makanan tambahan seperti
susu formula (Nasution S S, et al, 2014).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sari P E, tahun 2017 di Ruangan camar 1 RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru yaitu didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan Ibu
postpartum tentang kolostrum terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir ( Sari P E, 2017).
Penelitian juga dilakukan oleh Mery Krista Simamora di klinik bersalin Martini Kecamatan Medan
Tembung 2009, sebanyak 8 orang responden (26,7%) berpengetahuan baik, 12 orang responden
(40%) berpengetahuan cukup dan 10 orang responden (33,3%) berpengetahuan buruk. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan ibu postpartum dengan
pemberian kolostrum di Rumah Bersalin Sehati.

1.2 Rumusan Masalah

Periode postpartum merupakan masa dimulai saat bayi dan plasenta dilahirkan atau selama
enam minggu setelah persalinan, pada periode ini kolosrtrum keluar. Kolostrum menjadi cairan
yang pertama kali disekresi oleh kedua kelenjar payudara yang banyak mengandung zat kekebalan
tubuh yaitu immunoglobulin (A,D,E,G dan M), maka dari itu kolostrum sangat penting diberikan
pada bayi baru lahir, tapi kenyataannya beberapa dari ibu postpartum banyak yang tidak
memberikan kolostrum pada bayi baru lahir disebabkan karena memiliki pengetahuan yang kurang.
Pengetahuan merupakan tolak ukur dari tahu tentang suatu objek tertentu, dimana pengetahuan
yang dimaksud adalah pengetahuan tentang kolostrum. Berdasarkan uraian dari latar belakang
diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana hubungan pengetahuan ibu
postpartum dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan ibu postpartum dengan
pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.

2. Tujuan Khusus

a. Mengindetifikasi pengetahuan ibu postpartum tentang kolostrum.


b. Mengidentifikasi tentang diberikan atau tidak diberikan kolostrum dan waktu pemberian
pada bayi baru lahir.
c. Menganalisis kekuatan hubungan pengetahuan ibu postpartum tentang kolostrum dengan
pemberian kolosrum pada bayi baru lahir.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Ibu Postpartum
Menambah pengetahuan ibu postpartum (responden) tentang kolostrum sehingga ibu dapat
memberikan kolostrum pada bayi baru lahir.
2. Pendidikan Keperawatan
Hasil dari penelitian ini bisa digunakan menjadi bahan referensi bagi mahasiswa keperawatan
untuk mengkaji terkait hubungan pengetahuan ibu postparum dengan pemberian kolostrum pada
bayi baru lahir.
3. Pelayanan Keperawatan
Sebagai informasi penting untuk tenaga keperawatan terutama dibagian maternitas yang
berperan dalam pemberian pelayanan kepada ibu postpartum. Sehingga peleyanan meningkat
menjadi lebih baik.
4. Penelitian Keperawatan
Sebagai salah satu sumber referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya tentang
pengetahuan hubungan ibu postpartum dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir dan
dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menghubungkan terhadap variabel lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu (ASI)


Air Susu Ibu (ASI) ialah suatu cairan yang diproduksi dari kedua kelenjar payudara yang
merupakan suatu emulsi lemak didalam larutan protein, yang menjadi makanan ideal bagi bayi
(Soetjiningsih, 2010). ASI (Air Susu Ibu) merupakan nutrisi alami dan makanan yang sangat cocok
bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal (Medifoth, 2013).
Pemberian ASI yang cukup sejak bayi dilahirkan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang
sesuai sehingga bayi akan terhindar dari rasa sakit dan kematian. Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) merekomendasikan bahwa setiap bayi yang baru lahir mendapatkan ASI eksklusif
selama enam bulan, tetapi beberapa ibu tidak memberikan ASI eksklusif disebabkan ASI tidak
keluar bahkan sedikit sehingga tidak memenuhi kebutuhan bayi (Nasution S S, et al, 2015).
Kolostrum merupakan ASI yang pertama kali keluar. Kolostrum diberikan sejak bayi
dilahirkan pada saat periode pospartum. Periode postpartum ialah masa setelah persalinan
(nifas) yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali
sesuai pada saat sebelum hamil (saifuddin AB,2002). Agar ibu postpartum berhasil memberikan
kolostrum pada bayi baru lahir diperlukan adanya pengetahuan pada ibu postpartum tentang
kolostrum.

2.1.1 Pengertian Kolostrum

Kolostrum merupakan suatu cairan yang pertama kali diproduksi oleh payudara tiga
hari pertama setelah bayi lahir, yang diberikan sesegera mungkin atau satu jam pertama setelah
bayi lahir (Hapsari, 2006). Roesli (2008) juga mengatakan bahwa kolostrum ialah suatu cairan
yang bewarna kekuningan bertekstur cair, lebih menyerupai darah daripada air susu biasa.
Mahmuda dan Dewi (2011) juga menyebutkan bahwa kolostrum ialah bagian dari ASI yang
dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir, bewarna agak kekuningan
lebih kuning daripada ASI biasa, permukaan sedikit kasar karena mengandung butiran lemak.

2.1.2 Komposisi kolostrum

Menurut Riksani (2012) kolostrum memiliki komposisi atau kandungan yang paling
banyak ditemukan yaitu imunoglobulin (A, D, E, G dan M), berfungsi sebagai faktor kekebalan
tubuh, seperti IgA yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, IgM yang dapat
memusnahkan bakteri, sementara IgD dan IgE sangat antiviral. Presentase protein, lemak,
vitamin, mineral, faktor pertumbuhan dan hormon dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan
ASI (Air Susu Ibu) (Sacerote et al., 2013).
2.1.3 Manfaat Kolostrum

Kolostrum sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi baru lahir, adapun manfaat dari
kolostrum menurut Roesli (2004) yaitu :
1) Kolostrum mampu mengeluarkan mekonium dari usus bayi yang merupakan kotoran yang
bewarna hitam kehijauan sehingga mukosa usus lebih bersih dan siap menerima ASI.
2) Kolostrum mampu melindungi bayi berbagai penyakit terutama diare karena mengandung zat
kekebalan tubuh yaitu IgA 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI.
3) Kolostrum mampu melawan Zat asing yang masuk ditubuh bayi.
4) Kolostrum mampu menghindari bayi dari penyakit jaundice (kuning) karena kolostrum dapat
mengeluarkan kelebihan bilirubin dalam tubuh bayi.
5) Kolostrum berperan aktif dalam pergerakan peristaltik usus (gerakan mendorong makanan).
6) Kolostrum mampu mencegah perkembangan bakteri dan kuman-kuman patogen. 2.1
Pengetahuan

2.1.1 Pengertian pengetahuan

Pengetahuan ialah tolak ukur dari tahu terhadap suatu objek yang merupakan hasil
pengindraan seseorang mencakup lima panca indra (telinga, mata, hidung, dan sebagainya) yang
dimiliki (Notoatmodjo, 2010).

2.1.2 Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan memiliki enam Tingkatan(T), menurut (Notoatmodjo, 2012) yaitu :


a. T-1 Tahu Kata “tahu” dapat diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah diketahui atau
mengingat memori yang telah ada sebelumnya.
b. T-2 Memahami Kata “memahami” atau “paham” dapat diartikan bahwa seseorang memiliki
penguasaan dalam menjelaskan dengan benar tentang objek yang sudah dipahami.
c. T-3 Aplikasi Aplikasi dapat diartikan apabila seseorang telah memahami tentang suatu objek
dan dapat menerapkannya.
d. T-4 Analisa Analisis ialah suatu kemampuan untuk menjabarkan atau menguraikan suatu
objek yang telah diketahui.
e. T-5 Sintesis Sintesis dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghubungkan
atau mengombinasikan kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. T-6 Evaluasi Evaluasi ialah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian atau pandangan
terhadap suatu objek.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang, namun ada banyak
yang mempengaruhi pengetahuan itu sendiri. Notoatmodjo (2012) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan menjadi salah satu faktor penting dalam pengaruhnya terhadap
pengetahuan, dimana diharapkan seseorang dengan penidikan yang tinggi mempunyai
pengetahuan yang luas, namun perlu ditekankan bahwasannya seseorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mempunyai pengetahuan yang rendah pula.
Pengetahuan tidak harus diperoleh dari pendidikan formal, namun bisa juga diperoleh dari
pendidikan nonformal.Pekerjaan
b. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan segala bentuk kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara rutin
setiap hari. Kebanyakan orang yang menghabiskan waktunya diluar rumah cendrung bisa
mendapatkan akses informasi lebih baik dibandingkan dengan orang yang menghabiskan
waktunya dirumah sehingga berdampak bagi pengtahuan yang didapat.
c. Informasi
Informasi yang didapat oleh seseorang akan mempengaruhi pengetahuannya, seseorang
dengan pengetahuan yang kurang kalau memperoleh informasi yang bagus akan meningkatkan
pengetahuan yang dimiliki.

d. Pengalaman

Pengalaman yang didapat seseorang mampu menjadi sumber pengetahuan untuk


memperoleh kebenaran terkait informasi yang didapat, karena seseorang akan belajar dari
pengalaman tersebut.

Anda mungkin juga menyukai