Anda di halaman 1dari 5

NAMA = ADELIA PUTRI HERMAYANTI

KELAS = 03FARE005

NIM = 191040400263

MEKANISME KERJA RESEPTOR TERHUBUNG PROTEIN

Reseptor ini bekerja dengan perantara protein G. Saat ligan berikatan dengan reseptor
maka akan terjadi aktivasi dari protein G. Protein ini kemudian akan bekerja mengaktivasi
ataupun menginhibisi suatu enzim, saluran ion atau target lainnya. Reseptor ini merupakan
jenis reseptor permukaan sel yang terbanyak. Protein G memiliki beberapa sub-unit yaitu
sub-unit α, β, dan ᵞ. Dari sub-unit tersebut akan terbentuk beberapa isoform dari protein G ini
yang selanjutnya berfungsi sebagai menstimulasi ataupun menghambat fungsi beebrapa
enzim dan saluran ion tertentu. Sebagian besar hormon dan neurotransmiter berinteraksi
dengan reseptor ini untuk membentuk suatu respon seluler. Respon seluler merupakan yang
dihasilkan seringkali akan menyebabkan suatu perubahan pada potensial membran sel dan
menimbulkan suatu eksitasi neuronal. Terdapat diversitas yang luas dari reseptor ini untuk
ligan yang seperti halnya terdapat banyak reseptor berbeda terhadap katekolamin dan opioid.

G protein-coupled receptors terdiri atas komponen yang terpisah yaitu:


reseptor protein, tiga protein G (α, β, ᵞ) dan efektor. Area pengenalnya berada pada bagian
luar membran sel dimana struktur ini fungsinya untuk memberikan akses terhadap ligan
endogen bersifat hidrofilik serta akses obat-obat ektraseluler untuk masuk. Sedangkan area
katalitik reseptor ini berada di bagian dalam reseptor yaitu membran sel. Terdapat hampir
sekitar 16 protein Gα, 5 protein Gβ dan 11 protein Gᵞ yang menjadikan reseptor ini dapat
menimbulkan efek seluler yang bervariasi. 15 reseptor terhubung protein G terdiri atas
sebuah protein yang tersusun atas 7 domain transmembran yang memutar. Terikatnya ligan
ekstraseluler pada reseptor ini akan menyebabkan terjadinya perubahan pada struktur protein.
Perubahan ini akan mengaktivasi protein Gα sehingga protein Gα mengarah ke bagian dalam
dari reseptor tersebut. Proses aktivasi ini melibatkan pertukaran antara guanin difosfat
menjadi guanin trifosfat yang terikat dengan reseptor. Protein Gα yang teraktivasi akan
dilepas ke sitoplasma dan berfungsi second messenger yang akan berinteraksi dengan protein
lain di dalam sel. Ketika protein Gα ini menemukan targetnya, GTP akan dihidrolisis menjadi
GDP dan energi yang dilepaskan dari proses hidrolisis tersebut akan digunakan sebagai

1
sumber energi untuk menimbulkan suatu efek pada protein targetnya. Protein Gαs dan Gαi
berfungsi memodulasi adenilat siklase sedangkan protein G lainnya memodulasi protein-
protein spesifik lain di dalam sel. Pada beberapa kasus, sinyal ditransmisikan melalui Gβᵞ
bukan Gα.

G protein-coupled receptors ini menyalurkan sinyal dalam hitungan detik hingga


menit. G Protein Coupled Reseptor atau reseptor yang terhubung protein G (GPCRs) adalah
protein yang tertanam di permukaan sel tepat nya pada membran sel. GPCRs tersusun dari
superfamilia terbesar protein di dalam tubuh

G-Protein berada pada membran sel dan memediasi fungsi G-Protein linked receptors
(GPCRs). G-Protein merupakan heterotrimeric karena terdiri dari tiga subunit yang berbeda.
Subunit-subunit tersebut adalah α, β, γ. Subunit α merupakan komponen enzimatik. Subunit
ini mengikat GTP dan menghidrolisisnya menjadi GDP. Subunit β dan γ tetap berikatan satu
sama lain dan berasosiasi dengan subunit α saat berikatan dengan GDP. Tipe G-Protein
linked receptors ini berupa protein membran yang bekerjasama dengan protein G dan protein
lainnya, biasanya sebuah enzim (atau disebut juga efektor). Jika tidak ada molekul sinyal
ekstraseluler spesifik untuk reseptor, protein berada dalam keadaan tidak aktif. Protein G
inaktif memiliki satu molekul GDP yang terikat padanya. Jika molekul sinyal terikat pada
reseptor à reseptor akan berubah bentuk sehingga reseptor ini mengikat dan mengaktifkan G-
Protein. Satu molekul GTP menggantikan GDP pada protein G. Protein G aktif mengikat dan
mengaktifkan enzim dan memicu langkah selanjutnya dalam jalur dan menghasilkan respon
sel. Protein G kemudian mengkatalis hidrolisis GTP dan melepaskannya dari enzim, sehingga
siap digunakan kembali.

MEKANISME KERJA RESEPTOR TIROSIN-KINASE

2
Reseptor sitokin merupakan reseptor lain yang dimiliki sel, puluhan jenis reseptor
sitokin telah dikarakterisasi, secara umum terdapat dua golongan utama reseptor sitokin, yaitu
: reseptor tirosin kinase dan reseptor yang memicu lintasan JAK (Janus Kinase)-STAT
(Signal Transducer and Activator of Transcription). Reseptor tirosin kinase (RTK)
merupakan reseptor yang bertanggung jawab untuk berbagai respon seluler, terutama yang
terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan sel. Merupakan protein transmembran
dimana bagian luar protein ini berfungsi sebagai reseptor dan bagian dalamnya (di
sitoplasma) berfungsi sebagai efektor. Reseptor ini berespon terhadap berbagai ligand
seperti : insulin, berbagai factor pertumbuhan seperti : endotel vaskuler, trombosit, fibroblast,
epidermis, serta factor pemicu kolonisasi makrofag. Reseptor ini bekerja dengan cara
mengikat ligand pada dua reseptor membentuk dimer yang aktif, dimer aktif ini dikenal
dengan tirosin kinase yang berfungsi melekatkan gugus fosfat pada residu tirosin tertentu dari
protein. Dalam sel banyak sekali protein yang memiliki residu asam amino tirosin, oleh sebab
itu asam amino ini merupakan salah satu asam amino esensial dari 20 asam amino lainnya.
Protein protein tersebut berperan dalam proses reaksi berantai dalam sitoplasma, bahkan
berbagai proses genetik seperti transkripsi dikendalikan oleh enzim ini. Sebagai contoh,
sitoplasma limfosit B memiliki Btk (bruton’s tyrosine kinase) yang penting untuk memicu
proses elspresi gen saat sel B berhadapan dengan antigen. Cacat bawaan yang terjadi pada
gen enzim Btk ini menyebabkan immunodefisiensi yang seolah olah mirip dengan penderita
Acquired Immune deficiency Syndrome (AIDS). Karena banyak reseptor yang terkait dengan
ekspresi gen dan proses mitosis, maka reseptor reseptor tersebutharus bisa di turn off
(menjadi inaktif), dalam hal ini berhenti menerima sinyal dari 7 luar.

Proses inaktivasi bisa dilakukan dengan merusak kompleks ligand-reseptor,biasanya


hal ini dilakukan dengan cara endositosis (receptor-mediated endocytosis). Jika kemampuan
ini mengalami gangguan, maka sel bisa menjaditidak terkendali, terutama proses
pembelahannya. Inilah yang menjadi dasarkemunculan sel asing atau sel tumor. Proses
aktivasi reseptor tirosin kinase adalah sebagai berikut : dua molekul sinyal berikatan dengan
molekul reseptor tirosin kinase, akibat ikatan dengan molekul sinyal ini kedua protein
reseptor saling berdempet membentukdimer. Dimer yang terbentuk ini kemudian berperan
sebagai aktivator fraksi tirosin kinase dari molekul reseptor tersebut. Fraksi yang teraktivasi
tersebut kemudian menyebabkan fosforilasi pada residu asam amino tirosin di molekul
molekul protein pembawa pesan pertama.

3
Protein pembawa pesan yang telah diaktivasi ini kemudian dapat dikenali oleh protein
pembawa pesan selanjutnya (pembawa pesan ke dua). Protein pembawa pesan kedua atau
selanjutnya ini (tergantung dari tingkat rantai suatu 8 reaksi intraseluler) juga akhirnya akan
memicu expresi gen. proses expresi gen inilah yang menentukan protein yang dihasilkan, dan
kesalahan/ miskomunikasi molekuler bisa menyebabkan dihasilkannya protein pemicu
pertumbuhan sel yang abnormal seperti sel kanker. Proses kemunculan sel asing atau sel
tumor bukanlah proses sederhana, karena kemunculan sel tumor harus melalui aktivasi proto
onkogen yang dalam keadaan normal proto onkogen ini ditekan oleh sejenis penghambat
tirosin kinase, dua diantaranya gefitinib dan erlotinib. Kedua zat ini secara experiment cukup
menjanjikan untuk penanganan kanker paru paru. Demikian juga peranan reseptor Tirosin
kinase terhadap kemunculan karsinoma lambung. Tirosin kinase sitoplasmik termasuk
enzim-enzim yang diaktivasi oleh ligan yang terikat dengan reseptor-reseptor sel, dan kinase
tak terikat yang diaktivasi oleh transport ion di sepanjang membrane sel atau di antara fase-
fase siklus sel. Mekanisme aktivasi dari kinase sitoplasmik tak terikat ini sama dengan
reseptor kinase yang memiliki domain katalitik timbal-balik. Setiap domain katalitik pada
tirosin kinase memiliki suatu tempat ikatan ATP tertentu, yang merupakan suatu residu fosfat
dan juga suatu tempat ikatan substrat (yang mentransfer residu fosfat dariATP). Tirosin
kinase termasuk dalam kelas enzim yang lebih besar yang dikenal sebagai protein kinase
yang juga mengikat fosfat ke asam amino lain seperti serin dan treonin. Fosforilasi protein
oleh kinase merupakan mekanisme penting untuk mengkomunikasikan sinyal di dalam sel
( transduksi sinyal ) dan mengatur aktivitas seluler, seperti pembelahan sel

4
DAFTAR PUSTAKA

dr. I Made Agus Kresna Sucandra, S. (2017). Neurofisiologi, 32.

Suharsono, H. (2016). Hubungan CA Lambung Dengan Infeksi Kronis, 67.

Anda mungkin juga menyukai