Anda di halaman 1dari 5

Nama: Veronica Siwi

NIM: 18101102049

I. Judul : Pengaruh Turgor terhadap Membuka Menutupnya Stomata

II. Pengantar
Stomata akan membuka apabila turgor sel penutup tinggi dan akan menutup
apabila turgor sel penutupnya rendah.

III. Tujuan : Para mahasiswa diharapkan dapat membuktikan bahwa


stomata akan membuka apabila turgor sel penutup tinggi dan
akan menutup apabila turgor sel penutupnya rendah.

IV. Alat dan Bahan


4.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, mikroskop beserta gelas objek
dan gelas penutupnya, pipet Pasteur dan silet.
4.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu daun Rhoeo discolor yang
masih segar, kertas saring dan larutan sukrosa 10%.

V. Cara Kerja
1. Sayatan epidermis bawah daun Rhoeo discolor dibuat dan diletakkan pada
gelas objek dengan setetes air, lalu ditutup dengan gelas penutup.
2. Keadaan stomata diamati di bawah mikroskop, membuka atau menutup.
3. Sambil diamati di bawah mikroskop, larutan sukrosa 10% diteteskan pada
salah satu sisi gelas penutup dan kelebihannya diisap dengan kertas saring
pada sisi yang lain.
4. Stomatanya diperhatikan dan diamati, apakah terjadi perubahan atau tidak.
VI. Hasil dan Pembahasan
4.1. Hasil Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut
:
No. Hasil Pengamatan Keterangan

1. Sayatan daun Rhoeo


discolor sebelum diberi
larutan glukosa 10%

2. Sayatan daun Rhoeo


discolor setelah diberi
larutan glukosa 10%

4.2. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum kali ini
ditemukan bahwasanya pada sel Rhoeo discolor sebelum diberi larutan glukosa
10% berada pada keadaan isotonik, dimana tekanan osmotik larutan di dalam sel
sama dengan larutan di luar sel, sehingga tidak akan terjadi peristiwa plamolisis.
Menurut Tjitrosomo (1987), Plasmolisis merupakan peristiwa lepasnya
plasmalemma atau membran plasma dari dinding sel karena sel kehilangan air atau
dehidrasi ketika sel ditempatkan di larutan dengan konsentrasi tinggi atau hipertonis
terhadap sel atau memiliki potensial osmotik yang lebih tinggi. Pada saat sel
ditempatkan di larutan yang hipertonis, maka air akan keluar dari vakuola, sehingga
membran sitoplasma akan mengkerut dan terlepas dari dinding sel.
Pada sel Rhoeo discolor setelah diberi larutan glukosa 10% terlihat bahwa sel
mengalami plasmolisis dikarnakan membran plasma terlepas dari dinding sel yang
menyebabkan antosianin tertarik ke luar karna adanya perbedaan konsentrasi
larutan dan juga menyebabkan stomata menutup. Menurut Buana (2015),
Plasmolisis merupakan dampak dari peritiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan
pada larutan hipertonik. Sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang
menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut
layu. Kehilangan air lebih banyak lagi menyebabkan terjadinya plasmolisis, dimana
tekanan harus berkurang sampai di suatu titik dimana sitoplasma mengerut dan
menjauhi dinding sel, sehingga dapat terjadi cytorhysis, contohnya pada dinding
sel.

Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh
perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial
larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan
lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila
kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan
menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang
dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel.
Sel epidermis daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa
mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak
sel yang mengalami plasmolisis. Menurut Tjitrosomo (1987),

VII. Pertanyaan
1. Apa yang terjadi jika sayatan daun Rhoe discolor diberi larutan glukosa 10%?
Jawab :
Pada sel Rhoeo discolor yang diberi larutan glukosa 10% memiliki potensial
larutan lebih rendah yang menyebabkan larutan di dalam sel Rhoeo discolor
bergerak dari dalam keluar sel yang akan menyebabkan terjadinya plasmolisis
(membran plasma terlepas dari dinding sel yang menyebabkan antosianin
tertarik ke luar karna adanya perbedaan konsentrasi larutan), selain itu juga
tekanan turgor pada sel akan semakin rendah yang menyebabkan stomata
akan menutup dikarnakan pada sel tetangga sudah tidak memiliki flexibilitas
dan mendorong sel penjaga atau sel penutup, sehingga stomata tertutup.
VIII. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktiukum yang telah dilakukan ini, sebagai
berikut :
1. Pada sel Rhoeo discolor setelah diberi larutan glukosa 10% terlihat bahwa
sel mengalami plasmolisis dikarnakan membran plasma terlepas dari
dinding sel yang menyebabkan antosianin tertarik ke luar karna adanya
perbedaan konsentrasi larutan dan juga menyebabkan stomata menutup.
2. Jika pada sel epidermis daun Rhoeo discolor diteteskan larutan glukosa yang
memiliki konsentrasi lebih tinggi atau hipertonis terhadap sel atau memiliki
potensial osmotik yang lebih tinggi, maka akan terjadi plasmolisis.
3. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang
mengalami plasmolisis.
4. pada sel Rhoeo discolor sebelum diberi larutan glukosa 10% berada pada
keadaan isotonik, dimana tekanan osmotik larutan di dalam sel sama dengan
larutan di luar sel, sehingga tidak akan terjadi peristiwa plamolisis.
DAFTAR PUSTAKA

Buana, Eqi. 2015. Struktur dan Inti Sel Rhoeo Discolor saat Normal dan Plasmolisis.
Bogor : Regina.
Tjitrosomo, Siti. Sutami. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai