Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASKEP PADA LANSIA DENGAN PERUBAHAN

PSIKOLOGIS, SOSIAL DAN SPRITUAL

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4

1. JIHAN TULI
2. RANTIKA S. KADIR
3. MUTHIAH NUR HIDAYAH MUSA
4. FRENGKI IGIRIS
5. ALWI IBRAHIM
6. WELI SANTOSO

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Maksud akan tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai sarana pembahasan dan pemahaman dalam mata kuliah Keperawtan
Gerontik, materi yang kami bahas mengenai “Asuhan Keperawatan pada Lansia
dengan perubahan psiko, social dan spritual”.Kami harap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen dan teman-teman yang serta
membantu dalam kelancaran penulisan makalah ini.Dalam penulisan makalah ini
terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisan, maka kepada para
pembaca kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, semoga dengan adanya
pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang
baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Gorontalo, 29 Oktober 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISIY
KATA PENGANTAR..................................................................................................I
DAFTAR ISI...............................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1 Pengertian..........................................................................................................3
2.1 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Proses Menua..........................5
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................8
3.1 Asuhan keperawatan umum pada lansia dengan perubahan psiko, sosial,
dan spiritual.....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap


keterbatasannya akan di alami oleh seseorang bila berumur panjang. Di Indonesia
istilah untuk kelompok lanjut usia belum baku, orang memiliki sebutan yang berbeda-
beda. Ada yang menyebutnya lanjut usia (lansia), ada yang menyebutnya golongan
lanjut umur (glamur), bahkan di inggris orang biasa menyebutnya warga Negara
senior (Tamher, dkk, 2009).
Keberadaan usia lanjut di tandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta
peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, dan
produktif (Maryam, dkk, 2008). Menurut nugroho (2000) pertambahan penduduk di
seluruh dunia semakin cepat, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia akan
meningkat sekitar 11% pada tahun 2020 dengan akan harapan hidup 70-75 tahun.
Pada tahun 2025 di perkirakan jumlah lanjut usia di Indonesia akan mencapai 1,2
miliar.
Seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup, jumlah lansia di Indonesia
cenderung meningkat. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk
lanjut usia di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 14.439.967 jiwa.

1.2 Rumusan Masalah


Makalah ini dimasukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa, dosen dan
masyarakat mengetahui tentang perubahan-perubahan yang lazim terjadi pada proses
menua baik dari segi psikologis (mental), psikososial dan spiritual.

1
1.3 Tujuan
Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut.
1. Mampu mengetahui pengertian usia lanjut dan proses menua.
2. Mampu memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada proses
menua.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti di dalam undang-undang
No. 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan
nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi social
masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga
jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak di antara lanjut usia yang masih
produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur
tubuh yang tidak proforsional (Nugroho, 2008).

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami. Menua


bukanlah suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam maupun luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit

3
yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Lanjut usia akan selalu bergandengan
dengan perubahan fisiologi maupun psikologi (Nugroho, 2000).

Dalam buku keperawatan gerontik dan geriatric, Wahyudi Nugroho (2008)


mengatakan bahwa menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan dari jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang di derita. Pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan
fungsi organ. Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa proses menua itu merupakan
kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling berkaitan yang dapat
mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan
seksualnya.

Proses menua merupakan proses yang terus menerus/berkelanjutan secara


alamiah dan umumnya di alami oleh semua makhluk hidup, misalnya, dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga
tubuh mati sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ
tubuh tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia/masih
muda, tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok. Adapula orang yang
sudah lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar, dan badan tegap.
Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami
lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan terhadap
infeksi dan akan menempuh semakin banyak penyakit degeneratif (mis: hipertensi,
arteriosklerosis, diabetes militus dan kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya
hidup dengan episode terminal yang dramatis, misalnya stroke, infark miokard, koma
asidotik, kanker metastatis dan sebagainya.

Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling


berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses

4
menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan sebagai
perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan
detrimental.Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup.

2.1 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Proses Menua


1. Perubahan-perubahan Psikologis (Mental)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Pertama-tama peruabahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
2. Perubahan Kepribadian
Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Lebih sering
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekuatan mungkin karena faktor
lain seperti penyakit-penyakit.
a. Kenangan (Memory)
1) Kemampuan jangka panjang :
Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa
perubahan.
b. IQ (Intellgentia Quantion)
1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
2) Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor:
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-
tekanan dari faktor waktu.

5
3. Perubahan-perubahan sosial
a. Pensiun
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna
tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain:
1) Kehilangan finansial (income berkurang).
2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak
lebih sempit.
d. Ekonomi menurun akibat pemberhentian dari jabatan (economic
deprivation. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, dan
bertambahnya biaya pengobatan.
e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan
f. Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-
teman dan family.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan kosep diri.
4. Perubahan Spiritual

Perubahan spiritual pada lansia di tandai dengan semakin matangnya kehidupan


keagamaan lansia agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan yang terlihat
dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual yang matang

6
akan membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan,
maupun merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan.

a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya


(Maslow, 1970).
b. Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,
1970).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler:
Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai
dan keadilan.

7
8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Asuhan keperawatan umum pada lansia dengan perubahan psiko, sosial,
dan spiritual

1. Pengkajian Keperawatan Sosial


a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian dan alamat
klien.
b. Orang-orang terdekat
Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga
dan fungsi- fungsinya, pengaruh orang terdekat, proses interaksi
dalam keluarga.
c. Kultural

Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan (sistem


rujukan penyakit), nilai-nilai yang berhubungan dengan kesehatan
dan keperawatan, faktor-faktor kultural yang dihubungkan dengan
penyakit secara umum dan respons terhadap rasa sakit, kepercayaan
mengenai perawatan dan pengobatan.

d. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari,
dependen.
e. Faktor predisposisi

9
Kehilangan, perpisahan,harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan /frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya,
perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya
harus dioperasi, kecelakaan, dicerai pasangan, putus sekolah, PHK,
perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang
tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
f. Aspek fisik / biologis
g. Hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
h. Aspek Psikososial
 Genogram yang menggambarkan tiga generasi
i. Konsep diri
 Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima  perubahan tubuh yang
telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolakpenjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif
tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang
hilang, mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.
 Identitasdiri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan
 Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, proses menua,PHK atau pension

10
 Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
 Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial,
merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang
percaya diri.
j. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan
hubungan sosial dengan orang lain terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalammasyarakat.
k. Keyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah
(spritual).
 Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan
kontak mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien
suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan
dengan orang lain, Adanya perasaan keputusasaan dan
kurang berharga dalam hidup.
l. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain ( lebih sering
menggunakan koping menarik diri)
m. Aspek Medik
n. Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi
ECT, Psikomotor,therapy okopasional, TAK, dan rehabilitas.
2. Pengkajian keperawatan spritual
Spritual adalah keyakinan dalam hubungan dengan Yang Maha

11
Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang mempercaya
kepada Allah sebagai pencipta atau sebagai Maha Kuasa.
Kebutuhan spritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi
ini termasuk menemukan arti tujuan, menderita, dan kematian. Kebutuhan
akan harapan keyakinan hidup dan kebutuhan akan keyakinan pada diri
sendiri dan tuhan. Ada 5 dasar spritual manusia yaitu : arti dan tujuan
hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya, dan harapan di waktu
kesusahan (Hawari, 2002)
Spritual merupakan multidimensi, yaitu dimensi estensial dan di
mensi agama. Dimensi estensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan,
sedangkan dimensi agama lebuh berfokus pada seseorang dengan tuhan
yang maha kuasa.
Dimensi spritual menjadi bagian yang konfrehensif dalam
kehidupan manusia karena setiap individu memiliki aspek spritual
walaupun dengan tingkat pengalaman dan pangmalan yang berbeda-beda
berdasarkan dengan keyakinan yang mereka percaya.

3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Nursalam (2008) adalah suatu
pertanyaan yang menjelaskan respon manusia dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan invervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
membatasi, mencegah dan merubah.

12
4. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1. Distres Spritual Setelah dilakukan Dukungan Spiritual
( D.0082) intervensi keperawatan Observasi :
Definisi : selama 1 x 24 jam maka 1. Identifikasi perasaan
Gangguan pada keyakinan status spritual membaik khawatir, kesepian dan
atau system nilai berupa dengan kriteria hasil : ketidakberdayaan
kesulitan merakan makna 1. Verbalisasi makna 2. Identifikasi pandangan
dan tujuan hidup melalui dan tujuan hidup tentang hubungan antara
hubungan dengan diri, meningkat spritual dan kesehatan
orang lain, lingkungan atau 2. Verbalisasi 3. Identifikasi harapan dan
tuhan. kepuasan terhadap kekuatan pasien
Gejala dan Tanda Mayor : makna hidup 4. Identifikasi ketaatan dalam
- Subjektif : meningkat beragama
1. Mempertanyakan 3. Verbalisasi perasaan Terapeutik :
makna/tujuan hidup keberdayaan 5. Berikan kesempatan
2. Menyatakan meningkat mengekpresikan perasaan
hidupnya terasa 4. Perilaku marah pada tentang penyakit dan

13
tidak/kurang tuhan menurun kematian
bermakna 5. Kemampuan 6. Berikan kesempatan
3. Merasa beribadah membaik mengekpresikan dan
menderita/tidak meredakan marah secara
berdaya tepat
- Objektif : 7. Sediakan privasi waktu
1. Tidak mampu tenang untuk aktivitas
beribadah spritual
2. Marah pada tuhan Edukasi :
Gejala dan Tanda Minor : 8. Anjurkan berinteraksi
- Subjektif : dengan keluarga, teman,
1. Menyatakan dan tau orang lain
hidupnya terasa Kolaborasi :
tidak/kurang tenang 9. Atur kunjungan dengan
2. Mengeluh tidak rohaniawan (mis. ustadz)
dapat menerima
(kurang pasrah)
3. Merasa bersalah
4. Merasa tersaing
5. Menyatakan lebih
diabaikan
- Objektif :
1. Menolak
berinteraksi
dengan orang
terdekat/pemimpin
spiritual
2. Tidak mampu

14
berkreativitas (mis,
menyanyi,
mendengarkan
musik, menulis)
3. Koping tidak
efektif
4. Tidak berminat
pada alam/literatur
spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

15

Anda mungkin juga menyukai