Anda di halaman 1dari 18

PEREMPUAN SEBAGAI PEMIMPIN

Oleh : fatih Akbar Nur 18240028


Abstract
Kepemimpinan perempuan bukanlah isu asing bagi para intelektual, akademisi,
politisi dan praktisi. Ini adalah masalah kontroversial sejak dahulu kala. Pertanyaan
tentang perempuan sebagai pemimpin juga telah memunculkan banyak argumen pro dan
kontra, serta pertanyaan lainnya. Beragamnya argumentasi tersebut memunculkan benih-
benih pertanyaan yang harus ditanggapi untuk menjawab persoalan dari waktu ke waktu.
Sejarah telah mencatat bahwa kepemimpinan Aisyah yang keluar selama perang Jamal
dengan para sahabat Nabi lainnya menjadi bukti kepemimpinan wanita. Namun tidak
hanya didasarkan pada satu fakta sejarah saja, melainkan harus mempertimbangkan
banyak aspek dalam menentukan jawaban atas permasalahan yang ada.

Kata Kunci : Perempuan, pemimpin.

A. Pendahuluan
Islam datang membawa ajaran tanpa diskriminasi. Pada dasarnya, Allah SWT
menciptakan laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk mentaati perintah-Nya. Islam
tidak membeda-bedakan laki-laki dan perempuan dalam hal status, kemampuan dan
sejenisnya. Secara biologis, laki-laki dan perempuan berbeda, tetapi mereka memiliki
hak dan kewajiban yang sama. Kehadiran perempuan tidak hanya sebagai pelengkap
laki-laki, tetapi juga memiliki peran yang setara dalam beberapa hal. Bahkan, sering
terjadi di masyarakat bahwa perempuan dibatasi dalam hal-hal tertentu, meskipun itu sah
untuk dilakukan (Masruroh,2017).

Berbicara tentang peran kepemimpinan perempuan dalam Islam, seringkali masih


menjadi perdebatan yang hangat. Mengingat adanya beberapa faktor, peran perempuan
seringkali lebih rendah daripada laki-laki. Salah satu faktornya, yakni adanya sebuah ayat
dalam Al-Qur'an, secara tekstual menyinggung peran utama kepemimpinan laki-laki.
Sebagian orang masih belum bisa menerima perempuan sebagai pemimpin. Namun di
sisi lain, ada wacana yang ketika memahami teks didasarkan pada model pemikiran yang
lebih longgar dengan mengutamakan esensi atau esensi ajaran Al-Qur'an seperti
kesetaraan dan keadilan tanpa memandang gender (Masruroh, 2017).

B. Ayat-Ayat tentang Pemimpin

Tartib
No JenisKalimat Surat&Ayat Nuzuli
Mushafi
Makki Madani
1. ‫أئمة‬ at-Taubah : 12 9 113
al-Anbiya : 73 21 73
al-Qasas : 5 25 49
al-Qasas : 41 28 49
as-Sajdah : 24 32 75
al-baqarah : 30 2 87
2. ‫خليفة‬
Shad : 26 38 38
ali Imran : 151 3 89
an-Nisa’: 91 4 92
an-Nisa’: 144 4 92
an-Nisa’: 153 4 92
Al-An’am : 81 6 55
al-A’raf : 33 7 39
al-A’raf : 71 7 39
Yunus : 68 10 51
Hud: 96 11 52
Yusuf : 40 12 53
Ibrahim : 10 14 72
3. ‫سلطان‬
Ibrahim : 11 14 72
Ibrahim : 22 14 72
al-Hijr : 42 15 54
an-Nahl : 99 16 70
an-Nahl : 100 16 70
al-Isra’: 33 17 50
al-Isra’: 65 17 50
al-Isra’: 80 17 50
al-Kahfi: 15 18 69
al-Hajj : 71 22 103
al-Mukminun: 45 23 74
an-Naml : 21 27 48
al-Qasas : 35 28 49
ar-Rum : 35 30 84
Saba’ : 21 34 58
ash-Shaffat : 30 37 56
ash-Shaffat : 156 37 56
Ghafir : 23 40 60
Ghafir : 35 40 60
Ghafir : 56 40 60
ad-Dukhon : 19 44 64
adz-Dzariyat : 38 51 67
ath-Thur : 38 52 76
an-Najm : 23 53 23
ar-Rahman : 33 55 97
al-Haqqah : 29 69 78
4. ‫امام‬ al-Baqarah: 124 2 87
Hud: 17 11 52
al- Hijr: 79 15 54
al-Isra’: 71 17 50
al-Furqan: 74 25 42
Yasin: 12 36 41
al-Ahqaf: 12 46 66
5. ‫نقيب‬ al-Maidah : 12 5 112
al-A’raf : 18 7 39
al-A’raf : 60 7 39
al-A’raf : 66 7 39
al-A’raf : 75 7 39
al-A’raf : 88 7 39
al-A’raf : 90 7 39
al-A’raf : 109 7 39
al-A’raf : 127 7 39
Yunus : 88 10 51
Hud : 27 11 52
Hud : 38 11 52
6. ‫مأل‬ Hud : 119 11 52
Yusuf : 43 12 53
al-Mu’minun : 24 23 74
al-Mu’minun : 33 23 74
an-naml : 29 27 48
an-naml : 32 27 48
an-naml : 38 27 48
al-Qasas : 20 28 49
al-Qasas : 38 28 49
as-Sajdah : 13 32 75
Shad : 6 38 38
Shad : 85 38 38
7. ‫سادتنا‬ al-Ahzab: 67 33 90
8. ‫اوليىاء‬ Ali- Imran: 28
3 89
Ali-Imran :175 89
3

An-Nisa : 76 4 92
An-Nisa : 89 4 92
An-Nisa : 139 4 92
An-Nisa :144 4 92
An-Nisa : 51 4 92
Al-Maida : 57 5 112
Al-Maida 81 5 112
Al-A’raaf : 3 7 39
Al-A’raaf : 27 7 39
Al-A’raaf : 30 7 39
Al-Anfal : 34 8 88
Al-Anfal : 72 8 88
Al-Anfal : 73 8 88
At-Taubah : 23 9 113
‫‪At-Taubah : 71‬‬ ‫‪9‬‬ ‫‪113‬‬
‫‪Yunus : 62‬‬ ‫‪10‬‬ ‫‪51‬‬
‫‪Hud : 20‬‬ ‫‪11‬‬ ‫‪52‬‬
‫‪Hud : 113‬‬ ‫‪11‬‬ ‫‪52‬‬
‫‪Ar-Ra’d : 16‬‬ ‫‪213‬‬ ‫‪96‬‬
‫‪Al- Isra’: 97‬‬ ‫‪17‬‬ ‫‪50‬‬
‫‪Al-Kahfi : 50‬‬ ‫‪18‬‬ ‫‪69‬‬
‫‪Al-Kahfi : 102‬‬ ‫‪18‬‬ ‫‪69‬‬
‫‪Al-Furqon:18‬‬ ‫‪25‬‬ ‫‪42‬‬
‫‪Al-Ankabut : 41‬‬ ‫‪29‬‬ ‫‪85‬‬
‫‪Az-Zumar : 3‬‬ ‫‪39‬‬ ‫‪52‬‬
‫‪Ash-Shura : 6‬‬ ‫‪42‬‬ ‫‪62‬‬
‫‪Ash-Shura : 9‬‬ ‫‪42‬‬ ‫‪62‬‬
‫‪Ash-Shura : 46‬‬ ‫‪42‬‬ ‫‪62‬‬
‫‪Al- Jathiya : 10‬‬ ‫‪45‬‬ ‫‪65‬‬
‫‪Al- Jathiya : 19‬‬ ‫‪45‬‬ ‫‪65‬‬
‫‪Al-Ahqaf : 32‬‬ ‫‪46‬‬ ‫‪66‬‬
‫‪Al- Mumtahanah : 1‬‬ ‫‪60‬‬ ‫‪91‬‬
‫‪Al- Jumu’a : 6‬‬ ‫‪62‬‬ ‫‪110‬‬
‫‪An-Nisa’ :34‬‬ ‫‪4‬‬ ‫‪92‬‬
‫‪An-Nisa : 135‬‬ ‫‪4‬‬ ‫‪92‬‬
‫‪9.‬‬ ‫قّ ّوام‬
‫‪Al –Maidah :8‬‬ ‫‪5‬‬ ‫‪12‬‬
‫‪Al-Furqon : 67‬‬ ‫‪25‬‬ ‫‪42‬‬

‫‪Tartib‬‬
‫‪No‬‬ ‫‪Ayat‬‬ ‫‪Nuzuli‬‬
‫‪Mushafi‬‬
‫‪Makki Madani‬‬
‫ض َخلِي َفةً‬ ‫ك لِْلم ٰئلَِٓ َك ِة إِىِّن ج ِ‬
‫اع ٌل ىِف ٱأْل َْر ِ‬ ‫ِ‬
‫َوإ ْذ قَ َال َربُّ َ َ‬
‫‪1.‬‬ ‫‪2‬‬ ‫‪87‬‬
‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ۖ قَالُ ٓوا أَجَتْ َع ُل ف َيها َمن يُ ْف ِس ُد ف َيها َويَ ْسف ُ‬
‫۟‬
‫ِّمٓاءَ‬
‫ك ٱلد َ‬
‫ك ۖ قَ َال إِىِّن ٓى أ َْعلَ ُم‬ ‫حِب ِ‬
‫ِّس لَ َ‬
‫َوحَنْ ُن نُ َسبِّ ُح َ ْمد َك َونُ َقد ُ‬
‫َما اَل َت ْعلَ ُمو َن‬
‫)‪(al-Baqarah : 30‬‬
‫َّل ٱللَّهُ َب ْع َ‬
‫ض‪ُ ,‬ه ْم‬ ‫ِ مِب‬ ‫ٱلر َ‪,‬ج ُ ٰ‬
‫‪,‬ال َق َّو ُم‪,,‬و َن َعلَى ٱلنِّ َس‪ٓ,‬اء َ‪,,‬ا فَض‪َ ,‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪4‬‬ ‫‪92‬‬
‫ِّ‬
‫ض ومِب ‪ٓ,, ,‬ا أَن َف ُق‪,, , ,‬و ۟ا ِمن أ ‪َ,‬م‪,ٰ , ,‬وهِلِم ۚ فَٱل َّٰ ِ‬
‫ت‬‫ص ‪, , ,‬ل َٰح ُ‬ ‫ْ ْ َ ْ‬ ‫َعلَ ٰى َب ْع ٍ َ َ‬

‫ظ ٱللَّهُ ۚ َوٱ ٰلَّىِت خَتَ‪,,‬افُو َن‬


‫ب مِب َ‪,,‬ا َح ِف‪َ ,‬‬‫ت لِّْلغَْي ِ‬ ‫ِ‬
‫ت َٰحف ٰظَ ٌ‬
‫ِ‬
‫ٰقَن ٰتَ ٌ‬
‫ج ‪,, , ,‬روه َّن ىِف ٱلْمض ‪ِ , , , ,‬‬
‫اج ِع‬ ‫ِ‬
‫َ َ‬ ‫‪,‬وه َّن َو ْٱه ُ‪ُ ُ ,‬‬
‫وز ُه َّن فَعظُ‪ُ , , , ,‬‬
‫نُ ُش ‪َ , , , ,‬‬
‫وه َّن ۖ فَ‪ِ,‬إ ْن أَطَ ْعنَ ُك ْم فَاَل َتْبغُ‪,,‬و ۟ا َعلَْي ِه َّن َس‪,‬بِياًل ۗ‬
‫ض‪ِ ,‬ربُ ُ‬
‫َوٱ ْ‬

‫إِ َّن ٱللَّهَ َكا َن َعلِيًّا َكبِ ًريا‬


‫)‪(an-Nisa’ : 34‬‬
‫‪3.‬‬ ‫ض‪ُ ,‬ه‪ْ ,‬م‪ ,‬أَ‪,ْ ,‬و‪ ,‬لِ‪,‬يَ‪ ,‬ا‪,‬ءُ‪,‬‬ ‫َ‪,‬و‪ ,‬ا‪,‬لْ‪ُ ,‬م‪,ْ ,‬ؤ‪ِ ,‬م‪ ,‬نُ‪,‬و‪َ ,‬ن‪َ ,‬و‪ ,‬ا‪,‬لْ‪ُ ,‬م‪,ْ ,‬ؤ‪ِ ,‬م‪ ,‬نَ‪ ,‬ا‪,ُ ,‬‬
‫ت‪َ ,‬ب‪ْ ,‬ع‪ُ ,‬‬ ‫‪9‬‬ ‫‪113‬‬

‫ض‪ Mۚ,‬يَ‪,‬أْ‪ُ ,‬م‪ُ ,‬ر‪ ,‬و‪َ ,‬ن‪ ,‬بِ‪,‬ا‪,‬لْ‪َ ,‬م‪ْ ,‬ع‪ُ ,‬ر‪ ,‬و‪,ِ ,‬‬
‫ف‪,َ ,‬و‪َ ,‬ي‪,ْ ,‬ن َه‪,ْ ,‬و‪َ ,‬ن‪َ ,‬ع‪ِ ,‬ن‪,‬‬ ‫َب‪ْ ,‬ع‪,ٍ ,‬‬

‫ا‪,‬لْ‪ُ ,‬م‪ْ ,‬ن‪َ ,‬ك‪ِ ,‬ر‪,َ ,‬و‪ ,‬يُ‪ِ ,‬ق‪ ,‬ي‪ُ ,‬م‪ ,‬و‪َ ,‬ن‪ ,‬ا‪,‬ل‪َّ ,‬‬
‫ص‪ ,‬اَل َة‪,َ ,‬و‪ ,‬يُ‪,ْ ,‬ؤ‪ ,‬تُ‪,‬و‪َ ,‬ن‪ ,‬ا‪,‬ل‪َّ,‬ز‪َ ,‬ك‪ ,‬ا‪,‬ةَ‪,‬‬

‫َو‪ ,‬يُ‪ِ ,‬ط‪ ,‬ي‪,‬عُ‪ ,‬و‪َ ,‬ن‪ ,‬ا‪,‬ل‪,‬لَّ ‪,‬هَ‪,َ ,‬و‪,َ ,‬ر‪ُ ,‬س‪ ,‬و‪,‬لَ‪,‬هُ‪ Mۚ ,‬أُ‪,‬و‪ٰ ,‬لَ‪ ,‬ئِ‪َ ,‬‬
‫ك‪,‬‬

‫َس‪َ ,‬ي‪,ْ ,‬ر‪ ,‬مَحُ‪ُ ,‬ه‪ُ ,‬م‪ ,‬ا‪,‬ل‪,‬لَّ ‪,‬هُ‪ Mۗ ,‬إِ‪َّ ,‬ن‪ ,‬ا‪,‬ل‪,‬لَّ ‪,‬هَ‪َ ,‬ع‪ِ ,‬ز‪ ,‬ي‪ٌ,‬ز‪َ ,‬ح‪ِ ,‬ك‪ ,‬ي‪,‬م‪,‬‬
‫)‪(at-Taubah : 71‬‬
‫ت ِم ْن ُك ِّل َشْي ٍئ َوهَلَا‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ت ْامَرأَةً مَتْل ُك ُه ْم َوأُوتيَ ْ‬
‫َو َج ْد ُ‬
‫‪4.‬‬
‫‪27‬‬ ‫‪48‬‬

‫ش َع ِظْي ٌم‬
‫َع ْر ٌ‬
‫)‪(an-Naml:23‬‬
‫‪5.‬‬ ‫َو‪َ ,‬ج‪ْ ,‬د‪ُ ,‬ت‪َ ,‬ه‪ ,‬ا‪,َ ,‬و‪َ ,‬ق‪,ْ ,‬و‪َ ,‬م‪َ ,‬ه‪ ,‬ا‪ ,‬يَ‪ْ ,‬س‪ُ ,‬ج‪ُ ,‬د‪ ,‬و‪َ ,‬ن‪ ,‬لِ‪,‬ل‪َّ ,‬ش‪ْ ,‬م‪,ِ ,‬‬
‫س‪ِ ,‬م‪ْ ,‬ن‪,‬‬ ‫‪27‬‬ ‫‪48‬‬

‫ُد‪ ,‬و‪ِ ,‬ن‪ ,‬ا‪,‬ل‪,‬لَّ ‪ِ ,‬ه‪َ ,‬و‪َ ,‬ز‪ ,‬ي‪َ , َّ,‬ن‪ ,‬هَلُ‪ُ ,‬م‪ ,‬ا‪,‬ل‪َّ ,‬ش‪ْ ,‬ي‪ ,‬طَ‪,‬ا‪ُ ,‬ن‪ ,‬أَ‪ْ ,‬ع‪َ ,‬م‪ ,‬ا‪,‬هَلُ‪ْ ,‬م‪,‬‬

‫ص‪َّ ,‬د‪ُ ,‬ه‪ْ ,‬م‪َ ,‬ع‪ِ ,‬ن‪ ,‬ا‪,‬ل‪َّ ,‬س‪ ,‬بِ‪ ,‬ي‪,ِ ,‬ل‪َ ,‬ف‪ُ ,‬ه‪ْ ,‬م‪ ,‬اَل َي‪ْ ,‬ه‪ ,‬تَ‪ُ ,‬د‪ ,‬و‪َ ,‬ن‪,‬‬
‫فَ‪َ ,‬‬

‫)‪(an-Naml : 24‬‬

‫‪C. Arti Lafadz Pemimpin Menurut Ahli Bahasa‬‬

‫‪Kata‬‬ ‫‪pemimpin‬‬ ‫‪dalam‬‬ ‫‪al-Qur’an‬‬ ‫‪memiliki‬‬ ‫‪beberapa‬‬ ‫‪pemaknaan‬‬


‫‪diantaranya kata khalifah, sulthon, awliya’, ulul amri, imam, qowam. Adapun‬‬
‫‪maknanya sebagai berikut :‬‬

‫‪1. Khalifah‬‬
Kata pemimpin dalam Al-Qur'an memiliki beberapa arti, di antaranya
pemimpin berarti khalifah. Kata khalifah berasal dari kata Khalafa, yang
disebutkan sebanyak 127 kali dalam 12 kata dalam Al-Qur'an. Kata tersebut juga
diposisikan sebagai kata kerja dan dapat menjadi makna, substitusi, penarikan,
atau pengganti atau kata benda genetik, tetapi juga dapat berarti "penyimpangan"
seperti zpromise. Kata khalifah berasal dari kata khalifah, yang dapat diartikan
sebagai wakil, penerus, penerus, wakil, wakil, penguasa, diulang 22 kali dalam
Al-Qur'an.

2. Imam

Imam Quran disebutkan tujuh kali, atau kata Aima diulang lima kali. Kata
Imam dalam Al-Qur'an memiliki beberapa arti: nabi, petunjuk, kitab/kitab/teks,
jalan yang lurus, petunjuk, dan sebagainya.

3. Ulil Amri

Istilah Ulil ulil Amri diterjemahkan oleh ahli Alquran Nazwar Syamsu
sebagai pelaku, orang yang melakukan tugas, atau orang yang dipercayakan untuk
menjalankan fungsi tertentu dalam suatu organisasi. Yang menarik dalam
memahami ulil amri adalah beragamnya arti kata amr. Sebuah istilah dengan akar
kata yang sama dengan amr yang berakar pada kata amr diulang 257 kali dalam
Quran. Kata amr sendiri telah disebutkan sebanyak 176 kali, namun memiliki arti
yang berbeda-beda tergantung konteks puisinya. Kata amr dapat diterjemahkan
sebagai perintah (sebagai perintah Tuhan), kejadian (seseorang atau tuhan),
kejatuhan, sesuatu, keputusan (oleh tuhan atau seseorang), kepastian (ditentukan
oleh tuhan). ), tugas. , Misi, juga dapat digunakan sebagai pedoman kewajiban
dan tanggung jawab. Berbeda dengan klausa untuk istilah amr, klausa untuk
istilah ulil amri disebutkan hanya dua kali dalam Al-Qur'an.

4. Qawwam

Kauwam berarti dukungan, landasan, landasan, sikap, elemen kunci, pemelihara,


atau pemimpin. Qawwam berasal dari kata ‫ام‬MM‫ ق‬yang artinya berdiri, berdiri,
berdiri. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini, Kauwam memiliki arti
pemimpin, sebagaimana tercantum dalam ayat 34 Nisa. Dalam Al-Qur'an, kata
qawwam disebutkan empat kali.

5. Auliya’

Kata Aulia merupakan bentuk jamak dari kata Wali, yang berarti pengawal,
penjaga, pelayan, wali, pendukung, pelindung, pemimpin, atau penolong. Kata
"Auliya" telah disebutkan sebanyak 35 kali. Dalam pembahasan ini, Wali
mengacu pada seseorang yang memiliki wewenang untuk mengatur atau
memimpin pekerjaan orang lain. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat 71 surat at-
Taubah.

D. Perempuan Sebagai Pemimpin

Peran perempuan dalam kehidupan, khususnya dalam pemerintahan,


merupakan isu kontroversial di kalangan ulama klasik dan kontemporer.
Perbedaan ini merupakan hasil dari berbagai diskusi yang digunakan para ulama
dalam mengkaji kemaslahatan dan mafsada yang dihasilkan serta pengaruhnya.
Namun implikasi dari argumentasi ini dapat menimbulkan pemikiran yang
kreatif, inovatif dan konstruktif tentang kesetaraan gender, terutama di era
sekarang ini.

Kepemimpinan sering diartikan sebagai suatu kegiatan yang


menggerakkan orang lain dengan kemampuan dan keahliannya menuju tujuannya,
dan keberhasilan kepemimpinan tidak lepas dari manajer. Semua manajer perlu
mau mengubah sesuatu agar peran dan fungsi perempuan pada dasarnya sesuai
dengan peran dan fungsi laki-laki. Sebagaimana tertuang dalam surat kepada Nisa
pada ayat 124, sejarah Islam menunjukkan bahwa telah ada pemimpin perempuan
sejak lama, seperti Saida Aisha, yang menjadi pemimpin perang Jamal pada saat
itu. Lebih penting lagi, Alquran dengan jelas mendokumentasikan jalan
kepemimpinan perempuan, kisah Ratu Balqis, yang mampu memajukan kerajaan
dan menjadi pemimpin yang arif, cerdas, dan bertanggung jawab dalam
kepemimpinannya.

Perempuan juga berperan sebagai penjaga semua sehingga mereka dapat


menciptakan kedamaian dan kebahagiaan. Ungkapan ini sangat populer melalui
hadits seperti: Masalah utama adalah bahwa masih ada kecenderungan untuk
menentukan bahwa normatifitas Islam menghambat pergerakan perempuan dalam
masyarakat. Hal ini didukung oleh pemahaman bahwa sementara banyak
kerusakan telah terjadi di luar rumah, tempat terbaik bagi wanita adalah di rumah.
Pandangan yang paling umum adalah bahwa jika seorang wanita meninggalkan
rumah untuk suatu tujuan, dia akan dihukum dengan subhat adalah antara antara
dipebolehkan atau tidak. Namun, menurut Qordhawi, perempuan diperbolehkan
keluar untuk tujuan tertentu. Memenjarakan seorang wanita di rumah hanyalah
pengecualian untuk jangka waktu tertentu sebagai hukuman (Qardhawy, 1997).

E. Pandangan Mufassir

‫ك‬ ِ ِ ِ ۟ ِ ‫ك لِْلم ٰلَٓئِ َك ِة إِىِّن ج‬


ِ ِ ‫اعل ىِف ٱأْل َر‬
ُ ‫ض َخلي َفةً ۖ قَالُ ٓوا أَجَتْ َع ُل ف َيها َمن يُ ْف ِس ُد ف َيها َويَ ْسف‬ ِ
ْ ٌ َ َ َ ُّ‫َوإ ْذ قَ َال َرب‬
)30:‫ك ۖ قَ َال إِىِّن ٓى أ َْعلَ ُم َما اَل َت ْعلَ ُمو َن (البقرة‬ ِ ‫حِب‬
َ َ‫ِّس ل‬
ُ ‫ِّمٓاءَ َوحَنْ ُن نُ َسبِّ ُح َ ْمد َك َونُ َقد‬
َ ‫ٱلد‬

Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:


"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Ayat ini dimulai dengan menjelaskan kepada para malaikat keputusan


Allah untuk menjadikan seseorang sebagai khalifah di bumi. Kemudian terjadilah
dialog antara Tuhan dan para malaikat. Para malaikat bertanya tentang arti dari
penciptaan ini. Malaikat meramalkan akan adanya konflik, kehancuran, dan
pertumpahan darah. Kemudian malaikat itu bertanya: "Apakah Anda
menyebabkan kerusakan dan membuat orang-orang di bumi yang menumpahkan
darah?" Apakah kami makhluk bidadari yang selalu memuliakanmu dengan
memuji dan menyucikanmu? Klaim ini mungkin didasarkan pada pengalaman
pra-manusia dengan makhluk yang berperilaku seperti ini. Atau, orang yang
diangkat sebagai khalifah boleh jadi bukan malaikat dan bisa jadi didasarkan pada
anggapan bahwa makhluk-makhluk ini berbeda dengan mereka. Puji dan sucikan
Allah. Dan rupanya mereka curiga bahwa dunia ini hanya terdiri dari tasbih dan
tahmid (Shihab,2002).

Dalam penjelasan tafsir ini, kata ‫ خليفة‬berarti menggantikan atau menyusul


pendahulunya. Berdasarkan hal tersebut, kata khalifah diyakini berarti
menggantikan dan memaksakan kehendaknya. Tuhan tidak memberikan tugas ini
kepada manusia karena Tuhan tidak bisa melakukannya, tetapi dia memberinya
semacam rasa hormat kepada Adam dan keturunannya. Bagian ini menunjukkan
bahwa kekhalifahan ini terdiri dari otoritas dan kewajiban yang diberikan Allah
kepada swt. Jadi itu harus dilakukan sesuai dengan kehendaknya (Mahmoud,
1997).

Jika demikian, pengemban amanat wewenang dan tugas ini adalah


manusia. Manusia dalam pemaknaan ini adalah Adam as, cucu dan keturunannya.
Maka disebutkan kata khalifah ini secara umum. Sehingga khalifah yang
dimaksudkan bisa laki-laki atau perempuan, keduanya berhak menduduki
kedudukan tersebut. Sejalan dengan firman Allah swt, QS. An-Nisa’ 124 :

,َ‫ة‬, َّ‫ ن‬,َ‫جْل‬,‫ ا‬,‫ َن‬,‫و‬,ُ‫ ل‬,‫ ُخ‬,‫ ْد‬,َ‫ ي‬,‫ك‬ ,ِ ,‫ ا‬,َ‫حِل‬,‫ ا‬,‫ص‬
,َ ,ِ‫ ئ‬,َ‫ ٰل‬,‫و‬,ُ‫أ‬,َ‫ ف‬,‫ ٌن‬,‫ ِم‬,‫ؤ‬,ْ ,‫ ُم‬,‫و‬,َ ,‫ ُه‬,‫و‬,َ ,‫ى‬,ٰ ,َ‫ ث‬,‫ ْن‬,ُ‫ أ‬,‫و‬,ْ ,َ‫ أ‬,‫ ٍر‬,‫ َك‬,َ‫ ذ‬,‫ ْن‬,‫ ِم‬,‫ت‬ َّ ,‫ل‬,‫ ا‬,‫ َن‬,‫ ِم‬,‫ ْل‬,‫ َم‬,‫ ْع‬,‫ َي‬,‫ ْن‬,‫ َم‬,‫و‬,َ

,)124 ,: ,‫ء‬,‫ا‬,‫س‬,‫ن‬,‫ل‬,‫ ا‬,( ,‫ ا‬, ‫ ًري‬,‫ ِق‬,َ‫ ن‬,‫ َن‬,‫ و‬,‫ ُم‬,َ‫ل‬,ْ‫ظ‬,ُ‫ اَل ي‬,‫و‬,َ

Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki


maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam
surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.”

Dalam deskripsi bagian ini dari bagian yang melakukan beberapa


perbuatan benar ( ‫) وﻣﻦ ﯾﻌﻤﻞ ﻣﻦ اﻟﺼﺎﻟﺤﺎت‬. Kata dalam ayat ini memiliki makna
parsial betapa besar rahmat Allah, sehingga meskipun sebagian, semua perbuatan
baik dilakukan oleh begitu banyak orang. Dan karena dimungkinkan untuk
membawanya ke surga ini dengan syarat dia beriman, maka bagian dari klausa di
atas adalah kisaran ketika mengatakan siapa dan bagian mana yang digunakan
kata min. , klausa ini dipersempit dengan menyatakan bahwa syaratnya adalah
beriman, yaitu beriman dengan benar dan teguh, sehingga yang bersangkutan
dicalonkan sebagai beriman, bukan sekedar dilakukan. Ada perbedaan antara kata
mukmin dan mukmin, lebih kurang sama dengan perbedaan antara seorang
penyanyi (Syafe’i, 2006).

Ayat ini secara khusus menyatakan bahwa ada kesetaraan antara laki-laki
dan perempuan dalam segala hal, baik dalam usaha maupun pahala. Bertentangan
dengan pandangan orang-orang bodoh dan beberapa ahli Alkitab, pernyataan
kesetaraan ini mencakup pernyataan bahwa baik pria maupun wanita tidak
memiliki hukum atau penganiayaan. Jadi mereka menegaskan bahwa mereka
akan masuk surga. Pernyataan kesetaraan ini juga didukung oleh tafsir surat
Tauba: 71).

,‫ف‬ ,ٍ ,‫ ْع‬,‫ َب‬,ُ‫ء‬,‫ ا‬,َ‫ي‬,ِ‫ ل‬,‫و‬,ْ ,َ‫ أ‬,‫ ْم‬,‫ ُه‬,‫ض‬


,ِ ,‫ و‬,‫ ُر‬,‫ ْع‬,‫ َم‬,ْ‫ل‬,‫ا‬,ِ‫ ب‬,‫ َن‬,‫ و‬,‫ ُر‬,‫ ُم‬,ْ‫أ‬,َ‫ ي‬Mۚ,‫ض‬ ,ُ ,‫ ا‬,َ‫ ن‬,‫ ِم‬,‫ؤ‬,ْ ,‫ ُم‬,ْ‫ل‬,‫ ا‬,‫و‬,َ ,‫ َن‬,‫و‬,ُ‫ ن‬,‫ ِم‬,‫ؤ‬,ْ ,‫ ُم‬,ْ‫ل‬,‫ ا‬,‫و‬,َ
ُ ,‫ ْع‬,‫ َب‬,‫ت‬

َّ ,‫ل‬,‫ ا‬,‫ َن‬,‫ و‬,‫ ُم‬,‫ ي‬,‫ ِق‬,ُ‫ ي‬,‫و‬,َ ,‫ ِر‬,‫ َك‬,‫ ْن‬,‫ ُم‬,ْ‫ل‬,‫ ا‬,‫ ِن‬,‫ َع‬,‫ َن‬,‫و‬,ْ ,‫ن َه‬,ْ ,‫ َي‬,‫و‬,َ
,َ‫ه‬, َّ‫ل‬,‫ل‬,‫ ا‬,‫ َن‬,‫ و‬,ُ‫ع‬,‫ ي‬,‫ ِط‬,ُ‫ ي‬,‫و‬,َ ,‫ َة‬,‫ ا‬,‫ َك‬,‫َّز‬,‫ل‬,‫ ا‬,‫ َن‬,‫و‬,ُ‫ ت‬,‫ؤ‬,ْ ,ُ‫ ي‬,‫و‬,َ ,‫ اَل َة‬,‫ص‬

,)71 ,: ,‫ة‬,‫ب‬,‫و‬,‫ت‬,‫ل‬,‫ا‬,( ,‫ ٌم‬,‫ ي‬,‫ ِك‬,‫ َح‬,‫ٌز‬,‫ ي‬,‫ ِز‬,‫ َع‬,َ‫ه‬, َّ‫ل‬,‫ل‬,‫ ا‬,‫ َّن‬,ِ‫ إ‬Mۗ ,ُ‫ه‬, َّ‫ل‬,‫ل‬,‫ ا‬,‫ ُم‬,‫ ُه‬,ُ‫ مَح‬,‫ر‬,ْ ,‫ َي‬,‫ َس‬,‫ك‬
,َ ,ِ‫ ئ‬,َ‫ ٰل‬,‫و‬,ُ‫ أ‬Mۚ ,ُ‫ه‬,َ‫ل‬,‫ و‬,‫ ُس‬,‫ر‬,َ ,‫و‬,َ
Artinya : “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang
munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah
dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Pada bagian ini, Allah menggambarkan keadaan orang-orang mukmin,


yang merupakan kebalikan dari keadaan orang-orang mukmin palsu. Ayat ini juga
mendorong orang-orang munafik dan kelompok lain untuk tertarik mengubah
sifat-sifat buruk mereka (Abdur,1996). Iman ditunjukkan baik oleh laki-laki
maupun perempuan, sebagian, dan sebagian lainnya dengan perbuatan baik,
sehingga iman dapat menyatukan hati seseorang dan merasakan apa yang orang
lain rasakan. Semoga beberapa dari mereka menjadi penolong bagi orang lain
dalam segala hal dan kebutuhan mereka. Salah satu bukti keteguhan iman juga
dapat dilihat dari bagaimana mereka melakukan malf, mencegah munkar, shalat
dengan kushu dan memerintahkan zakat untuk membayar terus menerus. Anda
tentu diberkati dengan rahmat khusus dari Allah. Faktanya, Allah SWT tidak
dapat dikalahkan atau dibatalkan oleh siapa pun (Imaduddin, 2015).

Penjelasan pada bagian tersebut ( ٍ ,‫ ْع‬,‫ َب‬,ُ‫ء‬,‫ ا‬, , ,َ‫ي‬,ِ‫ ل‬,‫و‬,ْ ,َ‫ أ‬,‫ ْم‬,‫ ُه‬, , ,‫ض‬
َ,,‫ض‬ ُ ,‫) ْع‬menunjukkan
bahwa mukmin tidak saling melengkapi keyakinannya karena masing-masing
mukmin telah menetapkan keyakinan berdasarkan Taqlid yang kuat dan tegas.
Pendapat serupa diungkapkan oleh Thahrir Ibn'Asur, yang menyatakan bahwa
berkumpulnya orang-orang beriman adalah keyakinan kuat yang diciptakan untuk
membantu mereka yang diajarkan Islam. Tidak ada seorangpun yang taqlid atau
mengikuti orang lain tanpa bukti yang jelas. Kitab suci Ibn Azul ini dipahami dari
kandungan makna auwliya, termasuk makna semua permintaan maaf yang
mendukung. Tidak seperti orang munafik, persatuan di antara mereka muncul dari
dorongan yang sifatnya buruk (Farida,2018).

Dari surat Taubah ayat 71, Al-Qur'an menyimpulkan bahwa tidak


melarang perempuan untuk mengambil berbagai profesi, tergantung pada
keahliannya, seperti guru, dosen, pengusaha, menteri, hakim, bahkan kepala
negara. Namun, tugas mereka membutuhkan kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang ditetapkan oleh Al-Qur'an dan Sunnah. Misalnya, agar tidak
melalaikan pekerjaan rumah tangga, jika suami sudah menikah, harus ada izin dan
suka cita dari suami. Untuk menghindari efek buruk pada diri sendiri dan agama
Anda.

Ulama dalam hal ini berbeda pendapat tentang boleh tidaknya perempuan
menduduki jabatan Pemimpin Tertinggi (Menteri atau Kepala Negara (Eksekutif)
Hakim atau Pemimpin Tertinggi) berdasarkan surat Al-Qur'an.

,‫ ْن‬,‫ ِم‬,‫ا‬,‫ و‬,‫ ُق‬,‫ َف‬,‫ ْن‬,َ‫ أ‬,‫ ا‬,َ‫ مِب‬,‫و‬,َ ,‫ض‬ َّ ,َ‫ ف‬,‫ ا‬,َ ‫ مِب‬,‫ ِء‬,‫ ا‬,‫ِّ َس‬,‫ن‬,‫ل‬,‫ ا‬,‫ ى‬,َ‫ ل‬,‫ َع‬,‫ َن‬,‫ و‬,‫ ُم‬,‫ ا‬,‫ َّو‬,‫ َق‬,‫ل‬,ُ ,‫ ا‬,‫ َج‬,‫ِّر‬,‫ل‬,‫ا‬
َ ,‫ ْع‬,‫ َب‬,ُ‫ه‬, َّ‫ل‬,‫ل‬,‫ ا‬,‫ َل‬,‫ض‬
,ٍ ,‫ ْع‬,‫ َب‬,‫ى‬,ٰ ,َ‫ ل‬,‫ َع‬,‫ ْم‬,‫ ُه‬,‫ض‬

َ ,‫ ِف‬,‫ َح‬,‫ ا‬,َ ‫ مِب‬,‫ب‬


,‫ َن‬,‫و‬,ُ‫ف‬,‫ ا‬,َ‫اَّل يِت خَت‬,‫ل‬,‫ ا‬,‫و‬,َ Mۚ ,ُ‫ه‬, َّ‫ل‬,‫ل‬,‫ ا‬,‫ظ‬ ,ِ ,‫ ْي‬,َ‫ غ‬,‫ ْل‬,ِ‫ ل‬,‫ت‬
,ٌ ,‫ا‬,َ‫ ظ‬,ِ‫ف‬,‫ ا‬,‫ َح‬,‫ت‬ ,ُ ,‫ ا‬,َ‫حِل‬,‫ ا‬,‫ص‬
,ٌ ,‫ ا‬,َ‫ت‬,ِ‫ن‬,‫ا‬,َ‫ ق‬,‫ت‬ َّ ,‫ل‬,‫ا‬,َ‫ ف‬Mۚ ,‫ ْم‬,ِ‫هِل‬,‫ ا‬,‫و‬,َ ,‫ ْم‬,َ‫أ‬

ْ ,‫ ا‬,‫و‬,َ ,‫ ِع‬,‫ج‬,ِ ,‫ ا‬,‫ض‬


‫اَل‬,َ‫ ف‬,‫ ْم‬,‫ ُك‬,َ‫ ن‬,‫ ْع‬,َ‫ط‬,َ‫ أ‬,‫ ْن‬,‫ِإ‬,َ‫ ف‬Mۖ ,‫ َّن‬,‫ ُه‬,‫و‬,ُ‫ ب‬,‫ ِر‬,‫ض‬ ِ
َ ,‫ َم‬,ْ‫ل‬,‫ يِف ا‬,‫ َّن‬,‫ ُه‬,‫ و‬,‫ ُر‬,‫ ُج‬,‫ ْه‬,‫ ا‬,‫و‬,َ ,‫ َّن‬,‫ ُه‬,‫و‬,ُ‫ ظ‬,‫ع‬,َ‫ ف‬,‫ َّن‬,‫ ُه‬,‫ز‬,َ ,‫ و‬,‫ ُش‬,ُ‫ن‬
,‫ ا‬, ‫ ًري‬,ِ‫ ب‬,‫ َك‬,‫ا‬, ًّ‫ ي‬,ِ‫ ل‬,‫ َع‬,‫ َن‬,‫ ا‬,‫ َك‬,َ‫ه‬, َّ‫ل‬,‫ل‬,‫ ا‬,‫ َّن‬,ِ‫ إ‬Mۗ ‫اًل‬,‫ ي‬,ِ‫ ب‬,‫ َس‬,‫ َّن‬,‫ ِه‬,‫ ْي‬,َ‫ ل‬,‫ َع‬,‫ا‬,‫و‬,ُ‫ب غ‬,,ْ ‫َت‬
Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.

Menurut Jawad Mughniyah dalam tafsir Al-Kasyif, maksud dari surat an-
Nisa ayat 34 bukanlah untuk membeda-bedakan yang menganggap perempuan
lebih rendah dari laki-laki, tetapi keduanya setara, padahal ayat ini adalah suami. .
Dan seorang wanita sebagai istri. Keduanya adalah pilar kehidupan, dan tidak ada
yang bisa hidup tanpa satu sama lain, saling melengkapi. Bagian ini hanya untuk
ibu rumah tangga suami yang menjalankan istrinya. Bukan pengusaha atau
diktator (Fatimah,2015).

‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ٍ ِ ِ


َ ‫ ل ََّما َبلَ َغ النَّبِ َّي‬،‫الج َم ِل‬
َ ‫ام‬َ َّ‫ لََق ْد َن َف َعني اللَّهُ بِ َكل َمة أَي‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬،‫َع ْن أَبِي بَ ْك َر َة‬

) ‫َن ُي ْفلِ َح َق ْو ٌم َولَّ ْوا أ َْم َر ُه ُم ْام َرأَةً (رواه البخاري‬ ِ


ْ ‫َن فَا ِر ًسا َملَّ ُكوا ْابنَةَ ك ْس َرى قَال ل‬
َّ ‫أ‬

Artinya: Dari Abi Bakrah berkata bahwa Nabi Saw bersabda tentang negeri Persia
yang dipimpin oleh putri Kisra, beliau bersabda: ‚Tidak beruntung suatu kaum
yang urusannya diserahkan kepada wanita‛(HR. Bukhari)

Terkait hadis ini bukanlah ahli hadits yang mempertanyakan


kredibilitasnya. Dalam Diraya (pemahaman makna), hadits ini tentu menunjukkan
bahwa haram bagi perempuan untuk menguasai kekuasaan negara. Hadits
berbentuk ikhbar ini tidak serta merta menyebutkan hukum Muba jika dilihat dari
sighatnya. Parameter yang digunakan untuk menyimpulkan perlu tidaknya khitab
adalah karena sunnah, makruh, atau haram adalah qarinah (petunjuk), bukan
sighat (format kalimat) (Hafidz,2005).
Latar belakang turunnya hadis ini sebenarnya ditujukan kepada
masyarakat Persia yang menyerahkan persoalan kekuasaan kepada perempuan.
Hadits ini merupakan tafsir atas kasus pengangkatan seorang wanita oleh seorang
raja, tetapi kata "kaumun" memberikan arti umum ("aam"). Artinya kata qaum di
atas berlaku untuk semua ras, termasuk umat Islam di dalamnya. Meskipun latar
belakang penurunan hadits ini tidak dapat dijadikan sebagai bukti
mentakhshishnya (kekhususan). Karena lafadz, hadits ini berbicara secara umum.
Meski latar belakang kejadian tersebut bukanlah Dalil syara’. Latar belakangnya
bukan hadits nabi. Oleh karena itu, latar belakang sabda Nabi di atas tidak ada
hubungannya dengan penetapan hukum. Proposal tidak dapat dievaluasi karena
latar belakang atau penyebab proposal (Qadafy,2015).

Hukum yang termasuk dalam pembahasan adalah: Hadits ini berbentuk


ikhbar (pesan), tetapi hadits rafaz tentu memiliki carina untuk menunjukkan
larangannya. Alquran mengatakan bahwa tidak demikian. Al-Qur'an menceritakan
kisah kerajaan besar tanah Sheba, Ratu Sheba, yang memerintah. Hal ini
disebutkan dalam Al-Qur'an Surah anNaml 23-24 :

,‫ ا‬, , ,‫ َه‬,‫ َم‬,‫و‬,ْ ,‫ َق‬,‫و‬,َ ,‫ ا‬,‫ َه‬,ُ‫ ت‬,‫ ْد‬, , , ,‫ َج‬,‫و‬,َ .‫ش َع ِظْي ٌم‬ ِ ِ
ِّ , , ,‫ت ِم ْن ُك‬
ٌ ‫ر‬,ْ , , ,‫ا َع‬,, , , َ‫ْي ٍئ َوهَل‬, , , ,‫ل َش‬,
ِ
ْ َ‫رأَةً مَتْل ُك ُه ْم َوأُوتي‬,َ , , ,‫ت ْام‬
ُ ‫ ْد‬, , , ‫ج‬,َ ‫ايِّنْ َو‬
ِ ِ ِ ,ِ ,‫ م‬, , , , ,‫ َّش‬,‫ل‬,ِ‫ ل‬,‫ َن‬,‫ و‬,‫ ُد‬,‫ ج‬, , , , ,‫س‬, ‫ي‬
َ ,َ‫ ف‬,‫ ْم‬,ُ‫هَل‬,‫ ا‬, , , ,‫م‬,َ ,‫ ْع‬,َ‫ أ‬,‫ ُن‬,‫ا‬,َ‫ ط‬,‫ ْي‬, , , , ,‫ َّش‬,‫ل‬,‫ ا‬,‫ ُم‬,ُ‫ هَل‬,‫ َن‬, َّ,‫ ي‬,‫ َز‬,‫و‬,َ ,‫ه‬, َّ‫ل‬,‫ل‬,‫ ا‬,‫ن‬,‫ و‬,‫ ُد‬,‫ ْن‬,‫ م‬,‫س‬
,ِ‫ ن‬,‫ َع‬,‫ ْم‬,‫ ُه‬,‫ َّد‬, , , , ,‫ص‬ ْ ُ َْ
,ْ ,َ‫خْل‬,‫ ا‬,‫ ُج‬,‫ ِر‬, , , ,ْ‫ خُي‬,‫ ي‬,‫ ِذ‬, َّ‫ل‬,‫ ا‬,‫ ِه‬, َّ‫ل‬,ِ‫ ل‬,‫ا‬,‫ و‬,‫ ُد‬,‫ ُج‬, , , ,‫ ْس‬,َ‫اَّل ي‬,َ‫ أ‬,‫ َن‬,‫ و‬,‫ ُد‬, , , ,َ‫ ت‬,‫ ْه‬,‫ اَل َي‬,‫ ْم‬,‫ ُه‬,‫ َف‬,‫ل‬,ِ ,‫ ي‬,ِ‫ ب‬, , , ,‫ َّس‬,‫ل‬,‫ا‬
,ِ ,‫ ا‬,‫ َو‬,‫ ا‬,‫ َم‬, , , ,‫ َّس‬,‫ل‬,‫ يِف ا‬,َ‫ ء‬,‫ب‬
,‫ت‬

)23-24 : ‫ (النمل‬,‫ َن‬,‫و‬,ُ‫ ن‬,ِ‫ ل‬,‫ ْع‬,‫ ُت‬,‫ ا‬,‫ َم‬,‫ َو‬,‫ َن‬,‫ و‬,‫ ُف‬,ْ‫ خُت‬,‫ ا‬,‫ َم‬,‫ ُم‬,َ‫ ل‬,‫ ْع‬,‫ َي‬,‫و‬,َ ,‫ض‬
,ِ ,‫ر‬,ْ ,َ ‫أْل‬,‫ ا‬,‫و‬,َ

Artinya: “Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah


mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang
besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan
syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka
lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat
petunjuk. agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang
terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu
sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.”
Ayat ini adalah kisah Ratu Balqis di zaman Nabi Sulaiman. wanita yang
menjadi pemimpin Kerajaan Sabadi di Yaman. Letak pemerintahannya sangat
strategis dan terhubung dengan dataran India, Ethiopia, Somalia, Syria dan Irak.
Makarel berada di abad ke-8 SM. Kerajaan Yaman, Arabia selatan. Terkenal
karena peradabannya yang maju adalah salah satu penguasanya, Ratu Barkis.
Beliau mengatakan bahwa pada zaman Nabi Sulaiman, provinsi Yaman juga
dikenal sebagai Al Arab Asada/Negara Arab yang Bahagia. Quran
menggambarkan dia sebagai Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur
(Muhammad,2015).

Dengan mendapatkan informasi dari Hadhad tentang keberadaan Kerajaan


syaba’ yang sangat subur dan makmur, dijalankan oleh seorang ratu yang sangat
cantik dan bijaksana bernama Barkis, yang Hadhad adalah burung sebagai mata-
mata bagi Nabi Sulaiman. itu, Anda dapat menemukan semua informasi tentang
apa yang terjadi.

Firmanya ِّ , ,‫ت ِم ْن ُك‬


‫ْي ٍئ‬, , ‫ل َش‬, ِ
ْ َ‫َوأُوتي‬ tidak semuanya diatributkan kepadanya

dalam pengertian umum, tetapi kekuasaannya bersifat permanen, kuat, dan agung,
seperti tanah yang subur, penduduk yang taat, tentara yang kuat, dan
pemerintahan yang stabil.

Bukan hanya Allah rupanya sebuah anugerah, tetapi untuk menunjukkan


berbagai sebab yang menyebabkan mereka memiliki penyebab kekuasaan mereka,
Hadhad tidak menyebut siapa yang menganugerahkannya.

Istilah ‫ ﻋﻈﯿﻢ‬MM‫ﻋﺮش‬secara khusus disebutkan di sini karena tahta


mencerminkan ukuran kerajaan. Setelah menjelaskan kebesaran Kerajaan syaba’
dalam hal materi, Hadhad sekarang mengungkapkan kelemahannya dalam hal
spiritual, jadi dia mengulangi ungkapan aku menemukannya. Matahari, berbeda
dari Allah, dan setan menghiasi perbuatannya, penyembahan matahari dan
bintang-bintang, untuknya. Mereka menganggapnya baik dan benar, menghalangi
mereka dari jalan Allah ketika tidak ada kebahagiaan selain mengikuti jalan, dan
mencegah mereka dari petunjuk menuju kebahagiaan meskipun mereka terus-
menerus melakukan kesalahan. Karena itu, setan memperindah. saat Tuhan
diturunkan, itu adalah soal tidak menyalahi hidayah Tuhan, selama menjadi yang
selalu membawa segala sesuatu yang tersembunyi di surga, seperti benda-benda
angkasa. Demikian pula, hujan, mengungkapkan apa yang tersembunyi dan apa
yang tersembunyi di Bumi, seperti air, minyak, dan ranjau darat, yang
mengungkapkan apa yang Anda sembunyikan dan apa yang Anda ungkapkan
(Shihab,2002).

Firman-Nya ,‫ ِل‬,‫ ي‬,ِ‫ ب‬, , , ‫س‬


,َّ ,‫ل‬,‫ ا‬,‫ ِن‬,‫ َع‬,‫ ْم‬,‫ ُه‬,‫ َّد‬, , , ‫ص‬
َ ,َ‫ ف‬lalu menghalangi mereka dari jalan

tanpa menyebutkan jalan mana yang dimaksud. Namun, dalam konteks kitab suci
yang berbicara tentang setan, diketahui bahwa jalan yang dimaksud haruslah jalan
yang ditunjukkan dan didorong oleh Allah untuk diikuti. Dia tidak menjelaskan
jalan ini, dan selain mempersingkat redaksi, menyiratkan bahwa jalan itu
sebenarnya diketahui orang jika mereka menggunakan sifat suci mereka, orang
Secara naluriah condong ke arah kebenaran dan keadilan, dan itulah jalan yang
harus mereka tempuh lama karena mereka tidak dipengaruhi oleh Setan.

Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa peran perempuan seharusnya tidak


hanya dilihat dari satu perspektif saja, tetapi dari perspektif dasar agama tentang
peran utama semua manusia di dunia ini. Semua peradaban menciptakan hukum
menurut pandangan dasar alam dan manusia. Setiap peradaban membandingkan
nilai-nilai yang berbeda dan kemudian memilih atau menciptakan nilai yang
dinilai paling baik. Adalah kesalahan besar untuk membedakan antara Hukum
Shala Juz (sebagian) dan pandangan dasarnya yang inklusif. Terlepas dari
pandangan keseluruhan agama ini tentang Tuhan, alam dan manusia, laki-laki dan
perempuan, penafsiran teks-teks agama atau pemahaman aturan hukum agama
mau tidak mau mengarah pada kesalahpahaman dan ketentuan hukum parsial
yang salah. Ini termasuk pandangan Islam tentang kepemimpinan perempuan.

Begitu pula dengan Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa


pernyataannya, menegaskan, antara lain: “Jangan larang istrimu pergi ke Masjid
(untuk beribadah). Berdasarkan nash Al-Qur’an dan As-Sunnah oleh Rasulullah
Saw (Hanbal,1982). Secara eksplisit (zahir alnash) dan posisi perempuan. Dan
sementara pekerjaan utama ( utama) sebenarnya di rumah (al-Asqalani dan Fath ,
1959), pekerjaan di luar rumah tampaknya hanya pekerjaan sampingan kecuali
dia adalah tugas untuk melakukan yang utama. Dalam konteks ini, ini karena
perempuan tidak aktif dan di luar rumah, misalnya guru, guru. Bukan berarti Anda
tidak boleh bekerja sebagai politisi, direktur, Muballighah, Presiden, dll., tapi
karena baik teks preskriptif dan realitas konteksnya terkenal di kalangan pria dan
wanita (Sharma,2002). Harus disesuaikan dengan kepribadian bawaannya. Alam
kehidupan. Hamka mengatakan sangat percaya bahwa pria dan wanita saling
melengkapi, baik di rumah maupun di masyarakat pada umumnya (Hamid,1993).

Kesimpulan

Sejauh menyangkut derajat kemanusiaan, Al-Qur'an menempatkan


perempuan pada pijakan yang sama dengan laki-laki. Kedudukan, hak dan
kewajiban hampir sama. Namun, karena Allah menciptakan mereka dengan
kepribadian fisik dan psikis yang berbeda, al-Qur'an membedakan fungsi, peran,
dan kewajiban setiap individu, baik di dalam negeri maupun di depan umum.
Perbedaan ini ada agar mereka dapat bekerja sama, saling melengkapi, dan saling
membantu untuk menjalani kehidupan yang harmonis.

Opini yang berkembang dalam wacana Islam klasik tentang


kepemimpinan perempuan masih kuat dibentuk oleh budaya dan konsep patriarki
saat itu. Oleh karena itu, tidak heran jika pemikiran mereka masih berpihak pada
kepentingan laki-laki. Perempuan saat ini memiliki berbagai kesempatan untuk
berpartisipasi di semua bidang, termasuk menjadi pemimpin. Perempuan
memiliki keterampilan dan keahlian yang sama dengan laki-laki, sehingga sangat
memungkinkan bagi mereka untuk memimpin. Ketika perempuan menjadi
pemimpin, mereka tidak harus berubah warna menjadi laki-laki yang solid dan
otoriter. Kepemimpinan juga ideal dengan kebaikan dan kasih sayang.
Daftar Pustaka

Abbas Mahmoud al-Akkad, Wanita dalam al-Qur’an, Alih Bahasa, Chadidjah Nasution,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 5.

Ahmad ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad ibn Hanbal, (Bairut: Dar al-Fikr, 1982), Jld.
Ke 2, hal. 70

Ahsin W, Al-Hafidz, 2005, Kamus Ilmu Al Qur‟an, Amzah.

Manaf Hamid, M.Abdul, Pengantar Ilmu Sharof Istilah-lughowi ,Jawa timur: Fathul
Mubtadiin 1993.

Farida. Kepemimpinan Wanita dalam AL-Qur’an (Studi Komparatif Tafsir al-Misbah


dan Tafsir Ibnu Katsir). Tesis, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,
2018.

Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bary, , (Mesir: al-Babi al-Halabi wa Auladuh, 1959), Juz
ke 16 hal. 166

Masrurah, Waqiatul. Pemmpin Perempuan Dalam Tafsir Tematik Al-Quran dan Hadis.
Jurnal Qolamuna. Vol 2 No.2 (2017)

Qardhawy,Yusuf, Fiqh Daulah dalam Perspektif al-Qur'an dan Sunnah, Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, Raden Tim, Al-Quran Kita Studi Ilmu, Sejarah dan Tafsir
Kalamullah, Lirboyo Pres, 2011.

Sharma, Arfin Perempuan dalam agama-agama dunia, Jakarta: Diperta Depag, CIDA,
McGill-proyect, 2002.

Shihab, M.Quraish. Tafsir al-Misbah Pesan,kesan dan keserasian al-Qur’an. Jakarta


Lentera Hati, 2002.

Shihab, Quraish. Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam. Jakarta: JPPR, 2000.(19)

Siti Fatimah. Kepemimpinan Perempuan Dalam Prespektif Al-Quran. Jurnal Studi


Keislaman. Vol. 5, No. 1 (2015).

Yusuf Qardhawy, Fiqh D Daulah dalam Perspektif al-Qur'an dan Sunnah, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 1997), hal. 231.
Zaki, Muhammad, Kontroversi Haddis-Hadis Misioginis, Pustaka Suara 2011.

Zayn Qadafy, Mu’ammar, Buku Pintar Sababun Nuzul , In Azna books, Jakarta 2015.

Anda mungkin juga menyukai