Disusun Oleh:
Ahmad Ridho Mahardika 22105030002
Shofwatun Nisa 22105030005
Savina Salsabila 22105030056
Dimas Nur Rohman 22105030110
Kitab pedoman umat islam adalah Al-Qur’an. Para penganut agama islam,
tentu sudah mengenal Bahasa yang digunakan dalam Al Qur’an, Bahasa Arab.
Bahasa Arab yang diketahui sebagai bahasa Al Qur’an merupakan bahasa yang
digunakan oleh sekelompok manusia yang berdomisili di atas Negeri Gurun
Sahara Jazirah Arabiyah . Bagi para akademisi, tampaknya segala aspek yang
berkaitan dengan Al Qur’an bisa dijadikan bahan kajian termasuk Bahasa arab
dengan melihat kedudukannya yang berpengaruh terhadap beberapa kajian aspek
Al Qur’an lainnya.
Di dalam bahasa arab terdapat beberapa kosa kata yang memiliki varian
makna sangat beragam, satu kata bisa memunculkan makna lebih dari dua bahkan
tiga, perbedaan penyebutan harokat juga dapat melahirkan makna yang berbeda.
Mengangkat beberapa konsep kata dalam Al Qur’an, ialah amr, amal, burhan dan
din, pemakalah ingin mencari makna secara mendalam yang dihubungkan dengan
konteks pembicaraan suatu ayat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Amr?
2. Apa yang dimaksud dengan ‘Amal?
3. Apa yang dimaksud dengan Burhan?
4. Apa yang dimaksud dengan Din?
1
Fahd bin Abdurrahman ar- Rumi, Ulumul Qur’an Studi Kompleksitas Al qur’an, (Yogyakarta :
Titan Ilahi, 1996), hlm. 8
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Amr
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dengan ‘Amal
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Burhan
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Din
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. ‘AMR
1. Makna Dasar
Kata perintah makna awalnya adalah perihal. Jamak dari perintah ()أمر
adalah ()أمور, ia merupakan bentuk masdar dari (اَم َْرتُهsaya memerintahkan), yakni
2
Ridhoul Wahidi, Ma’anil Qur’an, Menyelami Samudera Makna-makna Al-Qur’an (Jawa Timur 1
Maret 2019), hal. 39.
3
Aplikasi Al-Qur’an (Tafsir & Perkata) from Greentech Apps Foundation. Diakses pada 26
Februari 2024.
4
An-nahl: 76, An-Nahl: 90,
Al-Isra’ : 16, Maryam: 55,
Thaha: 132, Al-hajj: 41,
An-Nuur: 21, An-Nur: 53,,
Al-Furqan: 60, Asy-Syuara’: 35,
Asy-Syu’ara’: 35, An-Naml: 33,
91, Luqman : 17, Saba: 102,
Az-zumar: 11, 12, 64, Ghafir :
66, Asy-Syura: 15,15, Ath-thur:
32, Al-hadid: 24, At-tahrim: 6,6,
‘Abasa: 23, Al-’Alaq: 12,
Al-bayyinah: 5.
5
Al-Qamar: 3, 12, 50, Al-Hadid:
5, 14, Al-Hasyr: 15, Ath-thalaq:
1,3,4,5,8,9,9 12, An-Naziat: 5,
Al-Infithar: 19, Al-Qadr : 4.
“Sungguh sebelum itu mereka memang sudah berusaha membuat kekacauan dan
mengatur berbagai macam tipu daya bagimu (memutarbalikkan persoalan),
hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah), dan menanglah urusan
(Agama) Allah, padahal mereka tidak menyukainya.” (QS. At-taubah [9]: 48)
4
Husain bi Muhammad Al-Damaghsni, Islah Al-Wujuh wa Al-Nadhair fi Al-Qur’an
Al-’Adziim, (Beirut: Dar Al-’Ilm li Al-Malayiin, 1980) hlm. 40.
6
lahiriyah secara beramai-ramai. Kemudian Allah memenangkan agama islam dan
membuat mereka yang tidak menyukainya merasa dongkol.5
جدًا
ِ س ّ َ َ خذ
ْ ّن عَلَيْه ِ ْم َم َ ْ ل ال َ ّذِي
ِ ّ ن غَلَبُو ْا عَل ٰٓى ا َ ْمرِه ِ ْم لَنَت ۗ ْ ِ فَق َالُوا اب ْنُو ْا عَلَيْه ِ ْم بُن ْيَانًاۗ ر َ ُ ّبه ُ ْم اَع ْلَم ُ بِه
َ م قَا
5
Ibnu Karsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, cetakan pertama: 2002.
6
Ibnu jarir, Tafsir Ath-Thabari, Jilid 5, hlm. 88.
7
ّ َ ِ ن لَم ّا قُضِيَ الْاَمْرُ ا
ْن الل ّٰه َ و َعَد َك ُ ْم وَعْد َ الْحَقّ ِ وَو َعَد ُْت ّك ُ ْم فَاَخْلَفْتُك ُ ْ ۗم وَم َا ك َانَ لِي َ عَلَيْك ُ ْم مّ ِن ّ َ ل ال
ُ شي ْ ٰط َ َقَا
ّۗخ َي
ِ ِ خك ُ ْم وَمَٓا اَن ْتُم ْ بِمُصْر َ َ ن ا َِلّٓا ا َ ْن دَعَو ْتُك ُ ْم فَاسْ ت
ِ ِ جب ْتُم ْ ل ِ ْي ۚفَلَا تَلُوْمُوْن ِ ْي و َلُوْم ُ ْٓوا اَنْفُسَك ُ ْ ۗم مَٓا اَن َا ۠ بِمُصْر ٍ سُل ْ ٰط
Amr pada kalimat ini dijabarkan dalam kitab at-Thabari sebagai perkara
hisab dimana telah ditentukan para ahlul jannah akan memasuki surga dan para
ahlun naar akan memasuki neraka.7 Namun dalam kitab Wujuh wan Nadhzair
Amr dalam ayat ini dimaknai dengan siksa/hukuman yang ditujukan bagi para
penghuni neraka.
“Tidak patut bagi Allah mempunyai anak. Maha Suci Dia. Apabila hendak
menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah
sesuatu itu” (QS. Maryam [19]:35)
7
Ibnu Jarir, Tafsir Ath-Thabari, Jilid 4, hlm. 449.
8
Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, ayat ini muncul setelah Allah
menyebutkan bahwa dia menciptakan Isa sebagai hamba dan Nabi-Nya. Lalu
Allah membersihkan dari-Nya melalui firman tersebut.8
ل
ٍ ْ سو
ُ َ ك ۗوَم َا ك َانَ ل ِر ْ ك وَمِنْه ُ ْم َمّنْ َل ّ ْم ن َ ْقص
َ ْ ُص عَلَي َ ْ ك مِنْه ُ ْم َمّنْ قَصَصْ نَا عَلَي
َ ِ و َلَق َ ْد ا َ ْرسَل ْنَا رُسُل ًا مِّنْ قَبْل
Didalam kitab al-Wujuh wan Nadzair penggunaan kata Amr dalam ayat ini
tertuju pada perintah untuk perang badar yang turun ketika Nabi di Madinah untuk
memerangi penduduk makkah. Hal ini terlihat sedikit berbeda dengan penafsiran
dalam kitab Ibnu Katsir yang menafsirkan Amr sebagai azab/pembalasan bagi
mereka yang mendustakan Allah dan Mu’jizat yang Allah berikan kepada
nabi-Nya.9
َ ّو يُق َل ّل ُِك ُ ْم ف ِ ْٓي اَعْيُنِه ِ ْم لِي َ ْقضِيَ الل ّٰه ُ اَمْرًا ك َانَ مَفْعُوْل ًا
8
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, cetakan pertama: 2002.
9
Ibid.
9
“Dia memperlihatkan kamu (berjumlah) sedikit dalam penglihatan mereka
supaya Allah melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan” (QS.
Al-Anfal [8]:44)
حسَدًا مّ ِنْ عِنْدِ اَنْفُسِه ِ ْم مّ ِْۢن بَعْدِ م َا ُ ٰب لَو ْ ي َر ُ ُدّوْنَك ُ ْم مّ ِْۢن بَعْدِ اِيْمَانِك ُ ْم
َ ۚك َ ّفارًا ِ ْ و َ َدّ كَثِيْر ٌ مّ ِنْ اَه
ِ ل الْكِت
ٌ ل شَيْء ٍ قَدِيْر ّ َ ِ حو ْا حَت ّٰى يَْأ تِي َ الل ّٰه ُ ب ِا َ ْمر ِ ٖه ۗ ا
ِ ّ ُ ن الل ّٰه َ عَل ٰى ك ُ َ تَبيَ ّنَ لَهُم ُ الْح َُقّ ۚ فَا ْعفُو ْا و َاصْ ف
Ayat ini menceritakan tentang upaya ahli kitab untuk membelokkan kaum
muslim dari agama Allah. Ayat ini sekaligus mengandung peringatan kepada
orang Islam untuk tetap waspada terhadap tipu muslihat yang dilakukan ahli kitab
yang terjadi karena kedengkian terhadap umat Islam. Allah memerintahkan umat
islam untuk tetap bersabar dan memaafkannya sampai Allah memberikan
perintah.
Ali Ibnu Abu Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
firman Allah: Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah datangkan
perintah (Al-Baqarah : 109) bahwa ayat ini telah di mansukh oleh firman-Nya :
Maka bunuhlah orang orang musyrikin itu dimana saja kalian jumpai (At-Taubah :
29).10 Peristiwa ini telah terjadi, umat Islam memerangi bani Quraidzah dan Bani
Nadzir setelah mereka merobek-robek perjanjian dan membantu kaum musyrikin
di perang khandaq maka terjadilah perang dan pengusiran dari Madinah11.
10
Ibid.
11
Tafsir Kemenag RI
10
g. Kata Amr sebagai Fathu Mekkah
ِ َ ٱلل ّه ِ وَرَسُولِه ِۦ و
َ َ جه َادٍ فِى سَب ِيلِه ِۦ فَتَر ََب ّصُوا ۟ ح ََت ّى يَْأ تِى
ُ ٱلل ّه َ ن ّ َ ضوْنَهَٓا َأ ح
َ ِ َّب ِإ لَيْك ُم م َ ْن تَر ِ ٰ َكسَاد َه َا وَمَس
ُ ك َ
ٰ
َبَِأ ْمرِه ِۦ ۗ و ََٱلل ّه ُ ل َا يَهْدِى ٱلْقَوْم َ ٱلْفَٰسِق ِين
“Ketetapan Allah pasti datang. Maka, janganlah kamu meminta agar dipercepat
(kedatangan)-nya. Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan. Ketetapan Allah Swt. yang dimaksud adalah hari Kiamat yang
telah diperingatkan kepada orang musyrik”.( QS. An-Nahl [16]: 1)
12
Ibnu Jarir, Tafsir Ath-Thabari, Jilid 4, hlm. 95
11
Allah menegaskan bahwa hari kiamat pasti akan datang, penegasan ini
hadir karena permintaan orang kafir agar azab segera diberikan kepada Nabi
Muhammad. Maka Allah mengatakan bahwa azab itu pasti akan datang untuk
mereka (orang kafir) pada waktu yang sudah ditentukan tanpa mereka meminta
untuk mempercepat.
Dalam ayat ini Allah menggunakan kata kerja bentuk lampau (fi’il madhi)
padahal hari itu belum terjadi. Hal ini sebagai bentuk penegasan bahwa azab
tersebut akan benar benar akan terjadi. Ayat ini mengandung ancaman besar bagi
orang orang kafir sekaligus sebagai pemberitahun umat Islam bahwa azab akan
benar menimpa mereka.13
ٌل
ّ ُ ْس و َالْقَم َر َۗ ك
َ شم ِ ْ ت ب ِغَيْر ِ ع َمَدٍ ت َر َ ْونَهَا ث َُم ّ اسْ ت َٰوى عَلَى ال ْعَر
ّ َ ش و َسَ َخ ّر َ ال ّ َ ِي ر َف َ َع ال
ِ سم ٰٰو ْ اَلل ّٰه ُ ال َ ّذ
َل الْاٰي ِٰت لَع ََل ّك ُ ْم بِلِق َ ۤا ء ِ ر َبِّك ُ ْم تُو ْق ِنُوْن ِّ ل ُمّسَ ًمّىۗ يُدَب ّ ِر ُ الْاَمْرَ يُف
ُ َص ْ َيّ جْر
ٍ َ ِي ل ِاَج
“Allah yang meninggikan langit tanpa tiang yang (dapat) kamu lihat. Kemudian,
Dia bersemayam di atas ‘Arasy) serta menundukkan matahari dan bulan.
Masing-masing beredar hingga waktu yang telah ditentukan (kiamat). Dia (Allah)
mengatur urusan (makhluk-Nya) dan memerinci tanda-tanda (kebesaran-Nya)
agar kamu meyakini pertemuan (kamu) dengan Tuhanmu”. (QS. Ar-Ra’d [14] : 2)
13
Tafsir Kemenag RI
14
Ibnu Jarir, Tafsir Ath-Thabari, Jilid 4, hlm. 402.
12
“Hanya milik-Nyalah segala penciptaan dan urusan”. (QS. Ar-Ra’d [7] : 54)
Dimana ayat ini membahas bagaimana Allah mengatur alam raya beserta
isinya, mengatur siang dan malam, mengatur bagaimana benda benda langit
beredar, hal ini tak lain adalah suatu ketetapan Allah.
َج اِلَيْه ِ ف ِ ْي يَو ْ ٍم ك َانَ م ِ ْقد َار ُ ٓه ٗ اَل َْف سَنَة ٍ م َِّم ّا تَع ُ ُ ّد ْون ِ سم َ ۤا ء ِ اِلَى الْا َ ْر
ُ ُ ض ث َُم ّ يَعْر ّ َ ن ال
َ ِ يُدَب ّ ِر ُ الْاَمْرَ م
“Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (segala urusan) itu
naik kepada-Nya pada hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun
menurut perhitunganmu”. Yang dimaksud urusan itu naik kepada-Nya adalah
beritanya dibawa oleh malaikat. Ayat ini merupakan tamsil bagi kebesaran Allah
Swt. dan keagungan-Nya.15(QS. As-Sajdah [32] : 5)
Amr dalam ayat ini dimaknai sebagai wahyu dalam kitab Wujuh wan
Nadzhair dimana tertulis bahwa Amr yang disandingkan dengan kata minas
samaai ilal ardhi yang dimaksud adalah turunnya wahyu dari langit ke bumi.16
Sebagaimana juga tertulis dalam tafsir Baghawi yang menafsirkan kata
yudabbirul Amr dengan memutuskan perkara dan menurunkan ketetapan,
selanjutnya kalimat minas samaai ilal arhi ditafsirkan sebagai wahyu yang turun
bersama jibril dari langit ke bumi.17 Maka disimpulkan bahwa ketetapan yang
turun tersebut adalah wahyu yang turun dengan Jibril.
15
Terjemahan Kemenag 2019
16
Husain bi Muhammad Al-Damaghsni, Islah Al-Wujuh wa Al-Nadzhair fi Al-Qur’an
Al-’Adziim, (Beirut: Dar Al-’Ilm li Al-Malayiin, 1980) hlm. 42
17
Abu Muhammad Al-Baghawi, Tafsir Baghawi. Kairo
13
ن الْف َحْ شَ ۤا ء ِ و َال ْمُن ْكَر ِ و َال ْبَغ ِْي يَعِظُك ُ ْم
ِ َ ن و َاِي ْت َ ۤا ِئ ذِى الْقُر ْب ٰى و َيَنْهٰ ى ع ّ َ ِ ا:
ِ ن الل ّٰه َ يَْأ م ُرُ ب ِال ْع َ ْد
ِ ل و َالْا ِحْ سَا
خسْر ًا
ُ ل ا َ ْمر ِه َا وَك َانَ عَاق ِب َة ُ ا َ ْمر ِه َا
َ فَذ َاق َْت و َب َا
“Maka, mereka telah merasakan akibat buruk dari perbuatannya, dan akibat
perbuatan mereka itu adalah kerugian yang besar.” (QS. At-talaq [65] : 9)
Para pendosa akan mendapatkan balasan dari apa yang ia perbuat, dimana
Amr dalam ayat ini bermakna pembalasan atas dosa ()جزاء ذنوبها.
18
Ibnu Jarir, Tafsir Ath-Thabari, Jilid 4, hlm. 551.
14
ِ ل عَلَيْك ُ ْم مّ ِْۢن بَعْدِ ال ْغ َ ِ ّم اَم َن َة ً ُن ّع َاسًا َي ّغْش ٰى َۤط ِٕاىف َة ً مِّنْك ُ ْم ۙ و ََۤط ِٕاىف َة ٌ ق َ ْد اَه َم ّتْه ُ ْم اَنْف ُسُه ُ ْم يَظ ُُن ّوْنَ ب ِالل ّٰه
َ َ ث َُم ّ اَن ْز
ُ ْ ن الْا َ ْمر ِ شَيْء ٌ َمّا قُتِل ْنَا هٰه ُنَا ۗ قُلْ َل ّو
كن ْتُم ْ ف ِ ْي بُيُو ْتِك ُ ْم َ َ اَنْفُسِه ِ ْم َمّا ل َا يُبْد ُ ْونَ ل
َ ِ ك ۗ يَقُو ْلُوْنَ لَو ْ ك َانَ لَنَا م
ُ َات
ِالصّ د ُ ْور ِ و َالل ّٰه ُ عَلِي ْم ٌ ۢبِذ
15
n. Kata Amr sebagai Suatu Urusan Tindakan
“(yaitu) jalan Allah yang milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi. Ketahuilah (bahwa) kepada Allahlah segala urusan kembali!”
(Asy-Syura [42]: 53)
ل
َ حم َ ۚوَح َا َ ن ال ْم َ ۤا ء ِ ۗقَا
ِ ّل ل َا عَاصِم َ ال ْيَوْم َ م ِنْ ا َ ْمر ِ الل ّٰه ِ ا َِلّا م َنْ َر ٍ َ ل سَاٰو ِْٓي اِل ٰى جَب
َ ِ ل َي ّعْصِ مُن ِ ْي م َ قَا
Berawal dari kisah diazabnya kaum Nabi Nuh dengan hujan yang sangat
deras dan lama sehingga menyebabkan banjir yang menenggelamkan mereka.
Kata Amr yang diartikan ketetapan Allah diatas dimaksudkan suatu ketetapan
20
Al-Muyassar, Kementrian Agama Saudi Arabia, yang diakses melalui tafsirwebcom
pada 27 Februari 2024
16
yang telah diperoleh kaum Nuh yakni ketetapan tenggelam oleh banjir yang
merupakan azab Allah.
Menurut Qatadah dan Hasan Amr dalam ini dibaca tanpa tasydid
Aamarnaa dengan mad pada alifnya yang berarti memberbanyak bilangan.
Maksudnya jika ditafsirkan secara ringan Kami memerintahkan mereka untuk taat
kepada Allah tetapi mereka durhaka maka dimaknai pula Kami menjadikan
mereka pemimpin dan dimaknai pula kami memperbanyak jumlah mereka.
Dikatakan pula ‘Allah memberinya mereka kekuasaan yakni Allah
memperbanyak bilangan mereka.21
21
Abu Muhammadd Al-Baghawi, Tafsir Baghawi. Kairo
17
dengan makna yang ada di kamus biasanya, karena dibalik kosa kata didalam
Al-Quran pasti menyimpan makna makna berbeda meskipun katanya sama
tapi kadang berbeda di dalam satu ayat dengan ayat yang lainnya.
B. AMAL
1. Makna Dasar
عملmerupakan fi'l madhi yang berasal dari tasrif arab amila - ya'malu -
amalan yang memiliki arti berbuat / bekerja. ‘Amal merupakan perbuatan yang
dikerjakan dengan maksud tertentu dan lebih khusus dari al-fi'lu. Al-fi'lu artinya
wujud pekerjaan yang sudah ada sebelumnya baik karena sebab maupun tidak dan
fi'l selalu dinisbatkan kepada hewan sedang kan amal dikhususkan kepada
manusia karena tujuannya jelas dan memiliki maksud.22
2. Kosa Kata Amal dalam Al-Qur’an
Kata 'amal terdapat 360 kali pengulangan dalam al quran dengan banyak
derivasi.23
ل
َ ع َم 19 kali Al-Baqarah: 62, Al-Maidah: 69,
Al-An’am: 54, An-Nahl: 97,
Al-Kahfi: 88, Maryam: 60,
Thaha: 75 & 82, Al-Furqan: 70 &
71, Al-Qashash: 67 & 80,
Ar-Rum:44, Saba’: 38, Ghafir:
40, Fushilat: 33 & 46,
Al-Jatsiyah: 15
22
Al-Raghib Al-Ashfahani, Mu’jam Mufradat Al-Fadzi Al-Qur’an (Beirut: Dar Al-Kutub
Al-Ilmiyah: 2004), hlm. 360
23
Aplikasi Al-Qur’an (Tafsir & Perkata) from Greentech Apps Foundation. Diakses pada
26 Februari 2024.
18
عملو 73 kali Al-Baqarah:25, 82, 277,
Ali-Imran:57, An-Nisa:57, 122,
173, Al-Maidah:9, 93,
Al-An’am:132, Al-A’raf:43, 153,
Yunus:4, 9, Huud: 11, 23,
Ar-Ra’d:29, Ibrahim:23,
An-Nahl:34, 119, Al-Kahfi:30,
49, 107, Maryam:96, Al-Hajj:14,
23,50, 56, An-Nuur:38, 55, 64,
Al-Furqan:23, Asy-Syuara:26,
Al-Qashash:84, Al-Ankabut:7, 9,
58, Ar-Ruum:15, 41, 45, Luqman:
8, 23, As-Sajdah:19, Saba’:3, 38,
Fathir:7, Shad:24, 28,
Az-Zumar:35, Ghafir:58,
Fushilat:8, 50, As-Syuara:22, 26,
Al-Jatsiyah:45, 30, 33,
Al-Ahqaf:16, 19, Muhammad:2,
12, Al-Fath:29, An-Najm: 31,
Al-Mujadilah:6, 7,
Ath-Thalaq:11, Al-Insyiqaq:25,
Al-Buruuj:11, At-Tiin:6,
Al-Bayinnah:7, Al-’Asr:3
19
Al-Jatsiyah:28,29, Al-Fath:11,24,
Al-Hujurat:18, Ath-Thur:16,19,
Al-Hadid:4,10,
Al-Mujadalah:3,11,13,
Al-Hasyr:18, Al-Mumtahanah:3,
Al-Jumu’ah:8, Al-Munafiqun:11,
At-Taghabun:2,8, At-Tahrim:7,
Al-Mursalat:43
20
Huud:46, Furqan:23,
Al-Qashash:15, Fathir:10
21
عاملون 4 kali Huud:121, Al-Mu’minun:63,
Ash-Shafat:61, Fushilat:5
Al-Qur’an disandingkan dengan kata sholih, sehingga kata amal jarang yang
berdiri sendiri atau spesifik terhadap profesi tertentu.
b. Amal sebagai Perbuatan Baik
Sebagaimana dalam QS. An-Nahl: 96
Apa yang ada di sisimu akan lenyap dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.
Kami pasti akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan
pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. An-Nahl:
96)
Amal itu semua perbuatan yang dilakukan dengan niat tertentu. Kata amal
dalam Al-Qur’an maknanya sebagai perbuatan yang berdekatan dengan ungkapan
lain yakni fi’il, sa’yu, shan’u, kasab dan jarah. Persamaan kata tersebut yaitu
sam-sama meliputi perbuatan manusia, namun memiliki fokus makna yang
berbeda.
4. Pesan Al-Qur’an tentang Amal
22
Dalam al-Quran, term 'amal digunakan dalam dua konteks: positif dan
negatif.9 Dalam konteks positif, di antaranya dinyatakan dengan ungkapan
'amiluw al-shalihat ()عملواالصـالحات. Sedangkan dalam konteks negatif diekspresikan
banyak disebut dalam al- Quran. Sementara yang terakhir hanya disebutkan
al-Quran tidak lebih dari tiga kali, yaitu terdapat dalam surat al-A'raf: 42, al-Nahl:
119 dan al-Qashash: 84.24
C. BURHAN
1. Makna Dasar
برهانartinya menjelaskan alasan. Kata برهانmengikuti wazan فعالن.
dari fi’il بره– يبره, dan di dalam kitab Mu’jam Mufradat al-Fadzi al-Qur’an juga
24
Fuad Abdul Baqi, Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-Fadzi Al-Qur’an Al-Karim, (Mesir:
Dar al-Kitab al-Mishriyyah, 1436 H), hlm. 483-484.
25
Al-Raghib al-Ashfahani, Mu’jam Mufradat al-Fadz al-Qur’an, (Beirut: Darul Fikr),
hlm. 121.
26
M. Fuad Abdul Baqi, Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-Fadzi Al-Qur’an Al-Karim,
(Mesir: Dar al-Kitab al-Mishriyyah, 1436 H), hlm. 118.
23
a. Burhan dimaknai sebagai Bukti
ن مّ ِنْ َرّ بِّك ُ ْم و َاَن ْزَل ْنَٓا اِلَيْك ُ ْم نُوْر ًا ُمّبِي ْنًا
ٌ ج ۤا ءَك ُ ْم بُرْه َا
َ اس ق َ ْد َ ٰٓيا ُ َ ّيهَا
ُ ّ الن
Apakah (yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang menciptakan
(makhluk) dari permulaannya kemudian mengulanginya (lagi) dan yang memberi
rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah ada tuhan (lain) bersama Allah?
Katakanlah, “Kemukakanlah bukti kebenaranmu jika kamu orang-orang benar.”
(QS. An-Naml 27:64)
24
ك اِل ٰى
َ ِّ ك بُرْه َان ٰ ِن م ِنْ َرّ ب
َ ِ ْب فَذٰن َ ن
ِ الر ّه َ ِك م َ ْ س ۤو ْء ٍ ۖ َ ّواضْ م ُ ْم اِلَي
َ َ ك جَنَاح ُ ِ ض ۤا ء َ م ِنْ غَيْر
َ ْ تخ ْر ُجْ بَي
َ ك
َ ِ جي ْب
َ ا ُسْ ل ُكْ يَدَك َ ف ِ ْي
27
Ibnu Manzur, Lisan al-Arab, Jilid 2 (Kairo: Dar al-Ma’arif), 1467-1470.
28
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-Fadz Al-Qur’an (Beirut:
Dar Al-Fikr: 1995). hlm. 340-342
25
Bentuk Kata Hitungan Surah
29
Jalaludin Suyuthi, al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an, Jilid 2, Terj. Tim Editor Indiva (Solo:
Indiva Pustaka, 2009). hlm 46
30
Ali-Ridha, Al-Marji fi Lughah Al-Arabiyyah (Beirut: Dar al-Fikr), hlm 29.
26
Sebagaimana pada QS. al-Baqarah: 132 yang menggunakan kata al-din untuk
menunjukkan kepada anak dari Nabi Yakub.
Dalam bentuk nakirah tanpa alif lam seperti dalam QS. al-Taubah: 29,
redaksi din memiliki makna agama yang ditujukan kepada orang-orang yang tidak
beragama dengan benar. Hal ini bersifat umum dan berlaku secara universal dan
global. Ditambah dengan kata yadinuna sebelum kata din sehingga memperkuat
lagi makna bahwa kalimat ini ditujukan bukan khusus untuk satu orang,
melainkan mereka (lebih dari satu orang) orang-orang yang tidak beragama tanpa
terkecuali.31
Kata al-dîn banyak dipahami oleh para ulama sebagai agama. Quraish
Shihab dalam tafsirnya mengatakan, al-dîn pada dasarnya bermakna ketundukan,
ketaatan, perhitungan, dan balasan. Namun dalam popularitasnya dikenal dengan
makna agama, karena dengan agama seseorang bersikap tunduk dan taat serta
akan diperhitungkan seluruh amalnya, yang atas dasar itu pula dia memperoleh
balasan dan ganjaran.32 “inn al-dîn ‘ind Allâh alislâm”, sering diartikan dengan
“Sesungguhnya agama (yang diridai/disyariatkan) di sisi Allah adalah Islam”.
Sedangkan yang kedua “wa man yabtaghî ghayr al-islâm dînan falâ yuqbal minh
wa huwa fi al-âkhirat min al-khâsirîn”, sering diartikan “Barang siapa mencari
agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima darinya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
Para penafsir klasik, Ibn Kathîr misalnya mengartikan kedua ayat tersebut
sesuai dengan paradigma eksklusif, yaitu agama islam sebagai agama yang
diridhoi Tuhan. Meski dalam uraiannya, Ibn Kathîr cenderung pluralis dengan
mengatakan bahwa islam pada dasarnya ada dalam setiap ajaran agama yang
diajarkan oleh utusan-utusan Allah terdahulu, namun sifat pluralis tersebut runtuh
dengan statemennya, yaitu “namun setelah datangnya Nabi Muhammad semua
jalan keagamaan ditutup dan hanya syariat Nabi Muhammad lah yang diterima
31
Abdurrahman bin Nashir Al-Sa’adi, Tafsir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam
Al-Mannan, Jilid 3 (Beirut: Alim Al-Kutub, 1995). hlm 83.
32
M, Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol 2 (
Jakarta: Lentera Hati, 2011) hlm. 48.
27
oleh Allah”.33 Artinya, Islam yang benar adalah agama Islam yang dibawa oleh
Muhammad, dan itulah Islam yang diridai oleh Allah.
Pendapat yang sama juga dipaparkan oleh Fakhr al-Dîn al-Râzî dalam
tafsirnya Mafâtîh}al-Ghayb. Dalam penafsirannya, al-Râzî mengartikan al-dîn
sebagai pembalasan (al-jazâ’) yang kemudian memunculkan ketaatan (al-t}â‘ah).
Al-dîn disebut sebagai agama karena menyebabkan adanya pembalasan.
Sedangkan kata islam mempunyai tiga makna: 1) Islam bermakna ketundukan
(QS. al-Nisâ’ [4]: 94); 2) Islam bermakna keselamatan, 3) Islam bermakna
memurnikan agama dan akidah hanya untuk Allah. Al-dîn juga diartikan sebagai
al-wafâ’ bi lawâzim alrubûbîyah, yaitu ketika seorang hamba berislam kepada
Allah maka dia tidak akan menyembah selain-Nya, tidak memohon kebaikan
selain kepada-Nya, tidak takut kecuali kepada-Nya, dan tidak menyekutukan-Nya.
Dari makna ini maka al-Râzî menegaskan bahwa agama yang paling selaras
dengan model ketauhidan ini adalah agama Islam.34 Mufasir klasik lainnya seperti
Wahbah al-Zuhaili dalam tafsirnya al-Munir. Ia menafsirkan lafaz al-din pada ayat
di atas merujuk pada agama. Secara detail dijelaskan bahwa kalimat tersebut
menentukan tujuan pokok dari agama dan iman, yaitu ikhlas beribadah kepada
Allah.35
Dapat ditarik kesimpulan bahwa keempat mufasir di atas baik dari masa
klasik maupun kontemporer sepakat bahwa makna dari lafaz al-din adalah agama,
tidak ada perbedaan dan perselisihan.
33
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, Juz 1 (Mesir: Dar Misr) hlm. 354.
34
Abdullah Muhammad bin Umar, Mafatih Al-Ghayb, cetakan 3 (Beirut: Dar Al-Kutub
Al-Jamiyyah, 2009) hlm. 184-185
35
Wahbah Al-Zuhaili, Tafsir Al-Munir fi Aqidah wa Syariah wa Manhaj, Terj. Abdul
Hayy al-Kattani (Jakarta: Kalibata Utara, 2013) hlm. 618
28
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kata Amr memiliki definisi sebagai perintah namun dalam Al-Qur’an kata
Amr tidak hanya memiliki arti perintah. Terdapat arti lain dari kata Amr
tergantung dengan derivasi dan bentuk kosakatanya, seperti yang dijelaskan
sebelumnya. Begitu juga dengan kata ‘Amal, Burhan dan Din. Kata ‘Amal secara
umum diartikan dengan perbuatan dan beragam arti lainnya. Dalam Al-Qur’an
kata‘Amal disebut dengan bentuk yang berbeda-beda. Kata Burhan diartikan
sebagai bukti, yang mana biasanya dijadikan sebagai penjelasan tentang bukti
suatu kebenaran yang tidak bisa dibantah. Kemudian kata Din, kata Din memiliki
arti agama, namun bila dijabarkan Din memiliki definisi sistem kepercayaan dan
ibadah yang dipegang oleh seseorang, atau seperangkat aturan dan tata cara yang
diikuti oleh seseorang dalam praktik keagamaannya.
Jadi, pada dasarnya setiap kata dalam Al-Qur’an memiliki makna yang
terkandung didalamnya. Yang mana kosakata tersebut tidak dapat dipahami hanya
dengan melihat terjemahan dalam kamus tanpa melihat konteks yang dijelaskan
dalam Al-Qur’an. Karena dalam Al-Qur’an menyimpan makna yang tersirat
didalamnya. Maka dari itu dalam menafsirkan Al-Qur’an harus cermat dan harus
didukung dengan keilmuan yang mumpuni agar tidak merubah pesan yang
terkandung dalam Al-Qur’an.
SARAN
29
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ilmiyaj, 2004.
Katsir, Ibnu. Tafsir Al-Qur'an Al-Adzim. 1 ed., Beirut, Al-Kitab Al-Ilm, 2002.
Shihab, Quraish. Tafsir Misbah Pesa, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an. vol. 2,
Pustaka, 2009.
30
Umar, Abdullah Muhammad. Mafatih Al-Ghayb. 3 ed., Beirut, Dar Al-Kutub
Al-Jamiyyah, 2009.
31