A. Pengertian Bughāt
1
Achmad warson Munawwir, Kamus al-Munawwir. Cet. I,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1948), 65.
2
Nur Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar
(Yogyakarta: Elsaq Press, 2006), 166.
B. Ayat-ayat tentang Bughāt
Jumlah
No Nama Surat Nomer Ayat
Ayat
1 Maryam 92, 20, 28 3
2 Al-Furqon 18 1
3 Asy-Syu’araa 211 1
4 Yaasin 40, 69 2
5 Al-Maidah 2, 50, 35 3
6 Al-Fath 29 1
7 Al-Hasyr 8 1
8 Al-Muzammil 20 1
9 At-Taubah 47, 48 2
10 Al-kahfi 108, 64 2
11 Ar-Rahman 20 1
12 Huud 19 1
13 Ibrahim 3 1
42 (2x), 27,
14 Asy-Syuura 4
14, 39
86, 33, 140,
15 Al-A’raaf 4
45
16 An-Nahl 14, 90, 115 3
17 Al-Qashash 73, 77 (2x), 4
3
Muhammad Fuad abd al-baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li al-fazh al-Quran al-
karim, 131-133
55, 76
18 Ar-Ruum 46, 23 2
19 Al-Jaatsiyah 12, 17 2
20 Al-Mumtahanah 1 1
187, 207,
265, 272,
21 Al-Baqarah 8
198, 173, 90,
213
7 (2x), 85,
22 Ali Imran 5
83, 99, 19
94, 24, 34,
23 An-Nisa 104, 114, 6
139
24 Tahrim 1 1
25 Al-Hujurat 9 (2x) 1
26 Yusuf 65 1
27 Shaad 35, 24, 22, 3
57, 110, 12,
28 Al-Isra’ 6
66, 42, 28,
29 An-Nuur 33 (3x) 3
30 Yunus 23(2x), 90, 2
31 Al-Jummu’ah 10, 1
35, 145, 146,
32 Al-An‘aam 6
114, 164,
33 Fathir 12, 1
34 Arraad 17, 22, 2
35 Al-Hadiid 27 1
36 Al-Lail 20 1
37 Al-mu’minun 7 1
38 Al-Ma’arij 31 1
39 Al-Ahzab 51 1
40 Al-Ankabuut 17 1
41 Al-Hajj 60 1
4
Manna Khalil al-Quttan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an terj. Mudzakir AS (Jakarta:
Litera AntarNusa, 2009), 110.
5
Manna Khalil al-Quttan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, 109.
6
Muhammad Chizirzin, Al Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta: PT Dana
Bhakti Prima Jasa, 1998), 35.
dalam ayat-ayat yang tidak dapat ditafsirkan tanpa mengetahui
sebab turunnya.
d. Asbabun nuzul dapat menerangkan tentang kepada siapa ayat
tersenut diturunkan sehingga ayat tersebut tidak diterapkan kepada
orang lain karena dorongan permusuhan dan perselisihan.7
2. Kategori azbāb an-nuzul kata Bughāt
Dari penemuan penulis, disini penulis akan memaparkan beberapa ayat
yang berkenaan dengan kata bughāt yaitu:
a. Surat al-Maidah ayat 2.
7
Manna Khalil al-Quttan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, 110-115.
menemui Rasulullah lalu dia berpura-pura masuk Islam agar semua
barang dagangan yang ia bawa di beli, kemudian dia keluar dari
(murtad) Islam setelah kembali ke Yamanah. Di kemudian hari
tepatnya pada bulan Dzul Hijjah, dia datang kembali ke mekkah
dengan membawa barang dagangan lagi, kemudian kaum kaum
Muhajirin dan kaum Anshar mendengar hal tersebut dan mereka
berniat menyerangnya. Yang kemudian turunlah ayat ini, dan pada
akhirnya mereka tidak jadi melakukan hal tersebut.8
Dari azbāb an-nuzul ayat di atas dapat dipahami bahwa
pertama, janganlah mempermainkan masalah aqidah, apalagi di
campuradukan dengan perkara duniawi. Kedua, sebagai seorang
muslim hendaklah untuk tidak menebar kebencian, karena hal itu
akan melanggar syiar-syiar kesucian Allah.
b. Surat al-Baqarah ayat 187.
8
Jalaluddin as-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul terj. Abdul
Hayyie dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2008), 212-213.
(datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika
kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa.”
د ُىه َما َعلَى$ٰ $ح$ْ ِت ا ۢ ِ ِ َواِ ْن طَاۤ ِٕى َفنٰت ِ ِمن الْمُؤ ِمنِ ا ْقتتلُوا فَا
ْ َل ُح ْوا َبْيَن ُه َم ۚا فَا نْ َبغ$ $ ص
ْ ْ ََ َ َ ْ نْي َ
لِ ُح ْوا َبْيَن ُهمَا$ص ِ ِٰ ٓ ِٰ ِ ِ ِ
ْ َت فَاْ َهفَا ْن فَاۤء$ۖ ّ$م ِر الل$َْااْل ُ ْخ ٰرى َفقَاتلُوا الَّيِت ْ َتْبغ ْي َحىّٰت تَف ْۤيءَ ا ل ى ا
ِِ ُّ ِبِالْ َع ْد ِل َواَقْ ِسطُْوا ۗاِ َّن ال ٰلّهَ حُي
َ ب الْ ُم ْقسطنْي
Artinya: “Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin
berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu
dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain,
maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga
golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu
telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara
keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah
mencintai orang-orang yang berlaku adil.”
9
Jalaluddin as-Suyuthi, Lubābun Nuqūl fī Asbābin Nuzūl, 525.
hal ini sangat kontras dengan kondisi setelah di Madinah, dimana semua
hal cenderung lebih mudah dan luas.10 Diantara beberapa surah yang
telah di sepakati oleh para ahli tafsir dan ahli sejarah sebagai bagian al-
Qur’ān yang turun pada tahap awal di Mekkah yaitu surah al-ʻAlaq, al-
Muddatsir, al-Takwir, al-A’la , al-Layl, al-Insyirah, al-ʻAdiyah, al-
Taktsur, dan al-Najm. Surah-surah yang turun pada tahap pertengahan
ialah: ʻAbasa, al-Tin, al-Qāri’ah, al-Qiyāmah, al-Mursalāt, al-Balād,
dan al-Hijr. Terakhir adalah surah-surah yang turun pada tahap
penghabisan di mekkah ialah al-Shāffāt, al-Zukhuf, al-Dukhān, al-Kahfi,
Ibrāhim, dan al-Sajadah.11 Sedangkah surah-surah yang diturunkan di
Madinah ialah: al-Baqarah, al-Maidah, an-Nur, al-Fath, al-Mujādalah,
al-Jumu’ah, at-Tahrīm, ʻAli Imrān, al-Anfāl, al-Ahzāb, al-Hujurat, al-
Hasyr, al-Munāfiqūn, an-Nasr, an-Nisā’, at-Taubah, Muhammad, al-
Hadīd, al-Mumtahanah, dan Ath-Ṭalāq.12
1. Manfaat mengetahui Makki dan Madani
a. membantu dalam menafsirkan al-Qur’ān, karena mengetahui
tentang tempat turunnya ayar dapat membantu memahami ayat
tersebut.
b. Memahami gaya bahasa al-Qur’ān dan manfaatnya dalam metode
berdakwah menuju jalan Allah, sebab setiap mempunyai bahasa
tersendiri.
c. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan sirah
perjalanan Nabi Muhammad.
d. Melalui makki dan Madani dapat diketahui bentuk-bentuk
perbedaan terhadap gaya bahasa al-Qur’ān dalam mengajak
10
Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an: Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Cet. I
(Depok: Kencana, 2017), 66.
11
Manna Khalil al-Quttan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, 73.
12
Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an: Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an, 71.
manusia menuju jalan yang benar. Sebab gaya bahasa al-Qur’ān
adalah bersifat tegas sekaligus lembut.
e. Dengan Makki dan Madani dapat diketahui dan dijelaskan tingkat
perhatian kaum muslimin terhadap al-Qur’ān termasuk didalamnya
hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan suatu hukum sekaligus
hikmah pensyariatannya.13
2. Susunan kronologi ayat-ayat bughāt fase Makki.
16
Rudi Iswandi, “Bughāt Dalam Perspektif al-Qur’ān” (Tesis S2., Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, 2016), 48-49.