Anda di halaman 1dari 11

TUGAS RUTIN 2

“JENIS- JENIS BENCANA”


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Geografi Bencana dan Mitigasi

Dosen Pengampu : DR. Dwi Wahyuni Nurwihastuti, S.Si., M.Sc

Muhammad Farouq Ghazali Matondang, S.Pd., M.Sc

Disusun Oleh :

Nama: Ayu Dearmas Purba

Nim : 3193331009

Kelas: B Geografi 2019

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

1
A. Defenisi Bencana

Pengertian bencana yang terdapat di UU Nomor. 24 tahun 2007 Bencana adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis”

B. Jenis- jenis Bencana

1. Bencana Alam

Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial,
dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam
bidang sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan
komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang melindungi
daratan. Salah satu bencana alam yang paling menimbulkan dampak paling besar, misalnya
gempa bumi, selama 5 abad terakhir, telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali
lebih banyak daripada korban gunung meletus.
Dalam hitungan detik dan menit, jumlah besar luka-luka yang sebagian besar tidak
menyebabkan kematian, membutuhkan pertolongan medis segera dari fasilitas kesehatan yang
seringkali tidak siap, rusak, runtuh karena gempa. Bencana seperti tanah longsor pun dapat
memakan korban yang signifikan pada komunitas manusia karena mencakup suatu wilayah tanpa
ada peringatan terlebih dahulu dan dapat dipicu oleh bencana alam lain terutama gempa bumi,
letusan gunung berapi, hujan lebat atau topan. Manusia dianggap tidak berdaya pada bencana
alam, bahkan sejak awal peradabannya.
Ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen darurat menyebabkan
kerugian dalam bidang keuangan, struktural dan korban jiwa. Kerugian yang dihasilkan
tergantung pada kemampuan manusia untuk mencegah dan menghindari bencana serta daya
tahannya. Menurut Bankoff (2003): “bencana muncul bila bertemu dengan ketidakberdayaan”.
Artinya adalah aktivitas alam yang berbahaya dapat berubah menjadi bencana alam apabila
manusia tidak memiliki daya tahan yang kuat.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 menyebutkan bencana alam atau bencana yang
disebabkan karena faktor alam tadi, dapat berupa gempa bumi, tsunami, erupsi gunungapi,
banjir, cuaca ekstrim, gelombang ekstrim atau abrasi, tanah longsor, kekeringan, dan puting
beliung. Namun pada 2018 lalu, kita belajar bersama satu fenomena alam yang dipicu oleh
gempa hingga mengakibatkan korban jiwa besar, yaitu likuifaksi. Likuifaksi atau bencana yang
dikenal „baru‟ ini terjadi di beberapa wilayah setelah gempa besar dengan magnitudo 7,4
mengguncang Provinsi Sulawesi Tengah pada 2018 lalu.

Di sisi lain, satu catatan reflektif mengenai kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang
terjadi sejak 2013 lalu, bahwa pemicu terjadinya bukan disebabkan oleh fenomena alam. Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggarisbawahi bahwa 99 persen kebakaran hutan
dan lahan disebabkan karena ulah manusia.

2
Sehubungan dengan bencana alam, ada pengistilahan terkait dengan jenis bencana karena
latar belakang pemicunya, yaitu bencana hidrometeorologi dan bencana geologi. Bencana
Hidrometeorologi dan Geologi.

 Bencana hidrometeorologi
Adalah bencana yang disebabkan oleh air dan atau cuaca/iklim, seperti banjir, tanah longsor,
kekeringan, puting beliung.
Menurut catatan BNPB, bencana hidrometeorologi adalah bencana yang paling sering terjadi
di Indonesia, yaitu mencapai 98 persen dan sisanya 2 persen bencana geologi dan bencana
lainnya. Bencana geologi walau jarang terjadi tetapi jika terjadi akan fatal akibatnya, korban jiwa
karena bencana di Indonesia pada kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2018 berjumlah
11.579 jiwa. Dari total jumlah tersebut, sejumlah 6.963 jiwa atau 60 persen korban meninggal
akibat bencana geologi.

Merupakan bencana yang diakibatkan oleh parameter-parameter (curah hujan,


kelembaban, temperatur, angin) meteorologi. Kekeringan, Banjir, Badai, Kebakaran hutan, El
Nino, La Nina, Longsor, Tornado, Angin puyuh, topan, angin puting beliung, Gelombang dingin,
Gelombang panas, Angin fohn (angin gending, angin brubu, angin bohorok, angin kumbang)
adalah beberapa contoh bencana Hidrometeorologi. Bencana tersebut dimasukan kedalam
bencana meteorologi karena bencana diatas disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor
meteorologi.

Perubahan cuaca hanya pemicu saja, penyebab utamanya adalah kerusakan lingkungan
yang masif akibat penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan frekuensi dan intensitas bencana di Indonesia
terus meningkat selama 15 tahun terakhir.

Pada 2016 telah mengalami peningkatan jumlah kejadian bencana hidrometeorologi


hingga 16 kali lebih tinggi dari jumlah kejadian bencana di tahun 2002. Bencana-bencana
tersebut jelas akan memerikan dampak kerugian yang sangat besar. Kerugian akibat kebakaran
hutan dan lahan tahun 2015 diprediksi mencapai Rp 221 triliun, setara dengan 1,9 persen
pendapatan ekonomi nasional.

Meningkatnya bencana hidrometeorologi merupakan konsekwensi dari meningkatnya


kerentanan. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya
mengatakan, banjir dan longsor erat kaitannya dengan curah hujan tinggi akibat kondisi cuaca
ekstrem sebagai konsekuensi dari perubahan iklim. Akan tetapi, curah hujan yang tinggi bukan
merupakan satu-satunya faktor penyebab terjadinya banjir di suatu wilayah. Faktor lingkungan,
seperti infrastruktur sungai atau drainase yang buruk, penggundulan hutan, dan faktor lainnya
sangat berpengaruh.

Berdasarkan data BMKG, dari peta frekuensi hujan lebat sepanjang tahun 2009-2016,
wilayah Papua merupakan wilayah dengan frekuensi tertinggi kejadian hujan lebatnya. Namun,
jika dilihat dari peta frekuensi kejadian banjir atau longsor dalam kurun ini, kejadian banjir di
3
Papua yang terendah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Pulau Jawa sebagai wilayah dengan
tingkat pembangunan yang tinggi, frekuensi kejadian banjir dan longsornya juga sangat tinggi.

Frekuensi curah hujan tinggi tidak selalu dapat menimbulkan kejadian banjir dan longsor
di suatu wilayah, tetapi lebih bergantung pada kondisi lingkungan setempat. Kepala BNPB
Willem Rampangilei mengatakan, intensitas bencana alam yang terus meningkat adalah akibat
daya dukung lingkungan yang dari tahun ke tahun semakin lemah. Kerusakan ekologi terjadi
secara masif karena didorong oleh penyalahgunaan lahan.

Kawasan hulu yang seharusnya menjadi zona lindung, resapan air, dan penyangga sistem
hidrologi telah berubah menjadi pertanian, perkebunan, pertambangan, dan permukiman.
Perubahan tersebut telah berlangsung sejak lama sehingga dampak yang ditimbulkan saat ini
merupakan akumulasi dan memunculkan lahan kritis yang tersebar di wilayah-wilayah dengan
kepadatan penduduk yang tinggi seperti di Pulau Jawa. Baca “Bencana Lingkungan yang Tiada
Akhir”.

 Bencana Geologi

Adalah semua peristiwa atau kejadian di alam yang berkaitan dengan siklus-siklus yang
terjadi di bumi atau segala sesuatu yang disebabkan oleh faktor-faktor geologi. Faktor-faktor
geologi tersebut dapat berupa struktur dan tekstur tanah dan batuan, jenis tanah dan batuan, pola
pengaliran sungai, topografi, struktur geologi (lipatan dan patahan), tektonik maupun
gunungapi. Faktor-faktor geologi tersebut selain menyebabkan adanya potensi bencana, pada
kenyataannya faktor-faktor geologi tersebut memberi arti penting dalam kehidupan dan siklus
kehidupan di bumi kita ini.

Berikut adalah beberapa bencana yang umum disebabkan oleh Faktor-faktor Geologi:

1. Kekeringan

Bencana kekeringan merupakan fenomena alam yang dapat diakibatkan oleh kondisi geologi
(batuan) suatu wilayah. Jenis-jenis dan sifat tanah dan batuan yang menjadi penyusun suatu
daerah akan sangat berpengaruh pada asupan dan serapan air tanah. pada daerah yang didominasi
atau tersusun oleh batuan pejal dan keras denga lapisan tanah yang tipis pada umumnya tidak
4
menyimpan air dalam waktu yang lama bahkan dapat langsung menjadi surface run off atau lolos
ke bawah permukaan melalui celah-celah batuan. Hal seperti ini sangat umum dijumpai pada
daerah berbatu seperti di daerah karst yang umum tersusun oleh batu gamping atau batu kapur
(seperti di sepanjang pegunungan selatan jawa, Gunug Kidul hingga Wonogiri), daerah yang
kaya dengan batau beku dan metamorfik (seperti di daerah Nusa Tenggara Timur dan Selatan
Lombok). Pada daerah-daerah dengan karakteristik tadi umumnya lebih senang menanam
singkong, jagung atau pada ladang sebagai bahan makanan pokok.

Selain faktor geologi tersebut, kekeringan juga diakibatkan oleh degradasi lahan akibat
eksploitasi berlebihan, Pengrusakan lahan, sehingga mengakibatkan hilangnya kemampuan tanah
dalam menyimpan air, ditambah dengan faktor iklim dan cuaca setempat sehingga terjadi
kekeringan berkepanjangan saat musim kemarau (musim panas). Bencana ini sering
mengakibatkan kelaparan hingga wabah penyakit menular.

1. Longsor

Secara umum longosr dapat dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan tipe pergerakannya,
yaitu: Longsoran Translasi, Longsoran Rotasi, Pergerakan Blok, Runtuhan Batu, Rayapan
Tanah, Aliran Material Rombakan.

Penyebab:

 Longsor dan gerakan tanah merupakan peristiwa umum yang terjadi di daerah berlereng
tidak stabil dan dipicu oleh curah dan intensitas hujan.

 Sering diakibatkan oleh pengrusakan lahan, penggundulan hutan, tidak adanya pelindung
tanah secara memadai.

 atau adanya lapisan impermeable (batuan keras kedap air, lapisan lempung) di bawah
lapisan tanah sehingga air tanah akan mengendap/mengalir di atas lapisan lapisan
tersebut, pada titik jenuhnya air tersebut akan membuburkan lapisan tanah di diatas
lapisan tersebut sehingga tanah akan bergerak sesuai dengan arah kemiringan lapisan
impermeable tersebut baik seketika maupun rayapan.

2. Banjir dan Banjir bandang

5
Banjir dan banjir bandang erat kaitannya dengan kapasitas area tangkapan air di daerah
hulu. Berkurangnya area hijau di daerah hulu akan meningkatkan ancaman banjir, sementara itu
minimnya vegetasi akan meningkatkan potensi longsor di daerah hulu, sehingga jika terjadi
longsor di sekitar badan sungai akan mengakibatkan terbentuknya bendungan alam yang akan
menjadi “peluncur peluru” banjir bandang.

Bendungan alam tersebut pada saatnya jika telah melewati kemampuan dan
keseimbangannya, maka akan jebol dan akan terjadi terjangan air bah yang disertai dengan
material longsor seperti tanah dan lumpur, bebatuan hingga pohon-pohon kayu tumbang.
Percampuran air bah dengan segala material tersebut akan meningkatkan daya hancur dan akan
merusak apapun yang dilaluinya.

4. Gunung Meletus

Indonesia secara geotektonik terletak pada "Segitiga Emas" interaksi Lempeng yang
menyebabkan Indonesia terdapat pada jalur cincin api dunia dimana pada jalur tersebut tersebar
gunungapi-gunungapi aktif. Cincin api tersebut disebut dengan ring of fire circum
Mediterania bagian Barat Indonesia (Sumatera - Jawa) dan Circum Pasifik di bagian Timur
Indonesia (Sulawesi - Kepulauan Maluku). Banyaknya gunungapi menghasilkan kekayaan alam,
keindahan dan kesuburan lahan yang luar biasa, namun disamping itu juga menyimpan potensi
bencana khususnya letusan gunungapi.

Berikut adalah potensi bahaya yang ditimbulkan dari adanya letusan gunungapi dan
pembagian zona bahaya dari letusan gunungapi:

6
 Lontaran “bom” vulkanik

 Aliran lava

 Gas beracun

 Awan panas ( 600 o - 1000 o C)

 Banjir lahar panas/dingin

 Gempabumi (lokal)

5. Gempa bumi

Aktifitas gempabumi sangat erat kaitannya dengan aktifitas tektonik yang berlangsung di
permukaan bumi yang menyebabkan adanya jalur-jalur patahan yang rawan terjadi gempa.
Masing-masing jalur patahan tersebut akan memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung
tipe interkasi tektonik yang ada di derah tersebut (apakah terjadi tumpukan lempeng, lempeng-
lempeng saling bersinggungan atau bergerak menjauh), sehingga juga mengakibatkan adanya
perbedaan karakteristik gempa. Untuk memahami ini sobat-sobit dapat membaca aritikel-artikel
yang berkaitan dengan lempeng tektonik (Plate Tektonik).

6. Tsunami

7
Tsunami umum terjadi pada tipe patahan yang memiliki lentingan vertikal (patahan naik),
dimana bagian lempeng yang tertekan melenting ke atas saat terjadi perlepasan energi saat
gempa (Patahan Horizontal/Transform tidak menyebabkan Tsunami). Hal ini umum terdapat
pada daerah daerah tepi benua dimana terjadi tabrakan lempeng samudera dengan lempeng
benua, dalam hal ini lempeng samudera menyusup ke bawah lempeng benua (hal ini di sebut
subduksi).

Daerah tepi benua tersebut menjadi bagian yang tertekan akibat tabrakan ini, sehingga
pada waktunya, mungkin dalam siklus beberapa ratus tahun, akan terjadi pelepasan energi pada
zona yang tertekan ini. Nah, saat pelepasan energi ini lah terjadi pelentingan tepi benua yang
umum di sebut Megathrust dan memicu perhamburan air laut dari dasar samudera menyebabkan
gelombang besar (riak raksasa) yang pada akhirnya dihempaskan ke daerah. Pelentingan ini juga
menyebabkan munculnya karang-karang laut di permukaan (daratan bertambah akibat
pengangkatan).

Sebagaimana pengalaman gempabumi dan tsunami selama ini di wilayah Indonesia,


pelepasan energi gempa di sepanjang zona megathrust tidak menghasilkan MMI yang besar,
artinya rambatan gelombang gempa tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada bangunan
dan lingkungan, goncangan tidak besar namun berayun dalam waktu yang cukup lama, ayunan
dapat diarasakan kuat hingga lemah tergantung jarak dari episentrum. Tipe rambatan gempa
BERUPA slow earthquake (gempa lambat). (ysr)

 Bencana extraterrestrial

merupakan bencana alam yang terjadi karena sebuah perisitiwa yang terjadi di luar angkasa.
Biasanya masyarakat masih awam tentang hal ini, Tetapi peristiwa di luar angkasa juga bisa
berpengaruh pada umat manusia.

Contoh bencana alam ekstra-terestrial ialah asteroid yang bisa menghantam bumi, badai
matahari, meteor, dan lain-lain.

2. Bencana Non Alam

Adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa non alam
yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemic dan wabah penyakit.

 Kebakaran

8
adalah situasi di mana bangunan pada suatu tempat seperti rumah atau pemukiman, pabrik,
pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan korban dan atau kerugian.

 Kebakaran hutan dan lahan (karhutla)

adalah keadaan di mana hutan dan lahan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan
hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran
hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan
kesehatan masyarakat sekitar.

 Kecelakaan transportasi

adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi di darat, laut dan udara.

 Kecelakaan industri

9
adalah kecelakaan yang disebabkan dua faktor yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe
human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe conditions). Jenis kecelakaan industri yang
terjadi bergantung pada macam industrinya, Misal bahan dan peralatan kerja yang digunakan,
proses kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya.

 Kejadian Luar Biasa (KLB)

adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu

3. Bencana Sosial

adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan
oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan
teror. Bencana sosial sendiri dapat berupa kerusuhan sosial dan konflik sosial dalam masyarakat
yang sering terjadi

 Konflik sosial atau kerusuhan sosial (huru-hara)

adalah suatu gerakan massal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada.
Konflik sosial dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas
sebagai pertentangan antara Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA).

 Aksi teror

adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan
atau ancaman kekerasan. Aksi teror menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang
secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat masal.

Aksi terror dilakukan dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan


hilangnya nyawa dan harta benda. Juga mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap
obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional.

 Sabotase

10
adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui subversi, penghambatan,
pengacauan dan atau penghancuran. Dalam perang, istilah sabotase digunakan untuk
mendeskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak berhubungan dengan militer tetapi
dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan terhadap beberapa struktur penting, seperti
infrastruktur, struktur ekonomi dan lain-lain

11

Anda mungkin juga menyukai