Disusun Oleh:
Kelas B
Kelompok 1
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Mbina Pinem, Msi,selaku
dosen pengampu mata kuliah Geografi Regional Asia Tenggara dan Pasifik yang
telah memberikan kami kesempatan untuk bekerja sama dalam menyusun
makalah ini.
Kami juga mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan atau
penulisan makalah ini. Kami senantiasa mengharapkan masukan, baik berupa
saran atau kritik demi penyempurnaan makalah ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
2.1 Pengertian Kerjasama ASEAN.................................................................................5
2.2 Kerjasama Asia Pasifik............................................................................................5
2.3 Kerjasama ASEAN..............................................................................................32
BAB III..................................................................................................................42
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................42
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................42
3.2 Saran....................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu hal yang menjadi unsur terpenting terjalinnya kerja sama adalah
negara-negara yang memiliki kedekatan wilayah satu dengan lain seperti EU
(European Union) yang melahirkan pasar tunggal Eropa, NAFTA (North American
Free Trade Agreement), APEC (Asia-Pasific Economic Cooperation) dan ASEAN
(Association of South East Asian Nation). Tentu dengan adanya kerja sama tersebut
akan membawa keuntungan kepada negara masing-masing baik terkait pemecahan
masalah, sampai pada pembentukan institusi formal yang mengatur sehingga kerja
sama tersebut berjalan dengan baik.
Sebagai kawasan yang memiliki nilai yang strategis dilihat dari segi geopolitik
maupun geoekonomi, maka negara-negara di kawasan Asia Tenggara merasa sangat
perlu untuk membangun rasa saling percaya tanpa kecurigaan di antara satu dengan
yang lain yang kemudian membawa hasil yang positif lewat adanya pertemuan-
pertemuan yang intensif sebagai wujud dari keinginan untuk hidup bertetangga dan
menjalankan kerja sama yang menguntungkan. Lewat kondisi yang damai dan
1
tenteram maka akan memungkinkan terbentuknya suatu kerja sama yang mendorong
upaya pembangunan bersama di kawasan tersebut.
2
membawa dampak yang positif bagi negara-negara kawasan yang menerima dengan
baik melalui perluasaan anggota-anggota ASEAN sehingga cita-cita pendiri ASEAN
tercapai dengan keanggotaan yang merupakan 10 negara Asia Tenggara.
Seiring berjalannya waktu, ASEAN terus bekerja keras dalam meneruskan cita-
cita dari para pendiri ASEAN. Kerja keras itu diwujudkan lewat Bali Concord I pada
tahun 1976 dimana para pemimpin ASEAN menyepakati program kerja sama yang
berkaitan dengan politik, ekonomi,sosial, budaya dan penerangan, keamanan serta
peningkatan mekanisme ASEAN. Hasil yang memuaskan dari tekat menjalankan Bali
Concord I seperti berhasil menjaga perdamaian, stabilitas dan meningkatnya kerja
sama kawasan membuat para pemimpin ASEAN melangkah pada tahap selanjutnya
yaitu Masyarakat ASEAN. Melalui Bali Concord II, Masyarakat ASEAN disepakati
dalam 3 pilar yaitu pilar Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN Political-
security Community/APSC), pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic
Community/AEC) serta pilar Masyarakat Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-
Cultural Community/ASCC ). ASEAN kemudian menyusun blue print dari ketiga
pilar tersebut setelah menandatangani Deklarasi Cebu mengenai pembentukan
Masyarakat ASEAN pada 2015 lewat KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina pada 27
januari 2007. Salah satu fokus dari kerja sama ASEAN yang dituangkan dalam Bali
Concord II yang membahas masyarakat sosial-budaya sebagai salah satu aspek
penting yang harus diperhatikan dimana negara-negara ASEAN sadar untuk
meningkatkan kerja sama dalam meningkatkan daya saing kawasan lewat
peningkatan kualitas SDM dan kualitas lingkungan hidup. Lewat blue print
Masyarakat Sosial Budaya ASEAN, diharapkan memberikan kontribusi nyata dalam
memperkuat integrasi ASEAN yang lebih berpusat pada masyarakat (people-centred)
serta memperkokoh kesadaran, kesetiakawanan, kemitraan dan “we feeling” terhadap
ASEAN.
ASEAN yang mempunyai semboyan “Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas
(One Vision, One, Identity, One community )” dalam perkembangannya, tidak hanya
3
menjadi wadah kerja sama regional tetapi juga memiliki peran signifikan dalam
menjalin hubungan dengan Negara lain. Berdasarkan pada Bab XII, pasal 41 piagam
ASEAN yang secara khusus mengatur Hubungan Eksternal ASEAN dengan negara
mitra wicara. Kerja sama ini sudah dimulai sejak 1974 yang dimulai lewat Australia,
disusul oleh Selandia Baru (1975), AS, Kanada, Jepang, UE (1977), Republik Korea-
ROK (1991), India (1995), Tiongkok dan Russia (1996) yang mana setiap negara
memenuhi kriteria dalam pertimbangan prinsip yang menyangkut politik, ekonomi
dan sosialbudaya (ASEAN Selayang Pandang, 2015, pp. 91–94).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Kerjasama ASEAN .
2. Untuk mengetahui Kerjasama Asia Pasifik
3. Untuk mengetahui Kerjasama ASEAN dalam berbagai Bidang
4
BAB II
PEMBAHASAN
a. Keanggotaan APEC
5
Ekonomi yang menjadi anggota APEC, yaitu Australia, Brunei Darussalam, Canada,
Chile, China, Hong Kong-China, Indonesia, Japan, South Korea, Malaysia, Mexico,
New Zealand, the Philippines, Peru, PNG, Russia, Singapore, Chinese Taipei,
Thailand, the United States, dan Viet Nam. Kerja sama di APEC merupakan kerja
sama non-politis, ditandai dengan keanggotaan Hong Kong-China dan Chinese
Taipei. Anggota APEC disebut “Ekonomi" mengingat setiap anggota saling
berinteraksi sebagai entitas ekonomi, dan bukan sebagai negara.
6
“… with the industrialized economies achieving the goal of free and open trade
and investment no later than the year 2010 and developing economies no later than
the year 2020."
Untuk mencapai “Bogor Goals", kerjasama APEC didasarkan pada tiga pilar, yaitu:
Perdagangan dan investasi yang lebih terbuka, diharapkan akan menurunkan dan,
dalam jangka panjang, menghilangkan hambatan tarif dan non-tarif bagi perdagangan
dan investasi, membuka pasar (khususnya bagi produk-produk Indonesia),
meningkatkan perdagangan dan investasi antar Ekonomi anggota APEC, mendorong
pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Ekonomi anggota APEC, serta meningkatkan
standar hidup diseluruh kawasan Asia Pasifik.
7
Mekanisme kerja APEC bermuara pada para Pemimpin Ekonomi APEC yang
melakukan pertemuan setahun sekali dalam APEC Economic Leaders' Meeting
(AELM). Sebelumnya, para Menteri Luar Negeri dan Menteri Perdagangan APEC
menghadiri pertemuan bersama dalam APEC Ministerial Meeting (AMM). Hasil
kesepakatan para Pemimpin Ekonomi dan Menteri APEC tersebut selanjutnya
ditindaklanjuti oleh para Pejabat Tinggi (Senior Officials) APEC yang bertemu
lazimnya 3 (tiga) kali dalam setahun. Pada tingkatan teknis, hasil-hasil pertemuan
Senior Officials Meeting (SOM) akan dilaksanakan oleh Komite, Working Groups,
Fora dan Subfora.
8
Manfaat APEC bagi Indonesia:
1. Sarana untuk membangun kepercayaan dan hubungan yang saling
menguntungkan dengan Negara/Ekonomi mitra strategis Indonesia di
kawasan.
2. Sarana untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing Indonesia, melalui
proyek-proyek pelatihan teknis dan capacity building serta sharing of best
practices.
3. Sarana untuk memastikan bahwa pasar Asia-Pasifik tetap terbuka bagi produk
ekspor unggulan Indonesia. Terjadi peningkatan total perdagangan Indonesia
dengan Ekonomi APEC lainnya, yaitu sebesar US$ 276,589.1 Milyar pada
tahun 2013 dibandingkan US$ 29,9 Milyar pada tahun 19891 pada saat
Indonesia turut mendirikan APEC
4. Sarana peningkatan investasi. Pada tahun 2012 tercatat total investasi
portofolio yang masuk ke Indonesia dari anggota APEC lainnya adalah
sebesar US$ 245,200.5 Milyar dibandingkan US$ 45,7. Milyar pada tahun
2001.
9
i. APEC Indonesia 2013
Pada tahun 2013, Indonesia kembali menjadi ketua dan tuan rumah KTT ke-21
APEC, setelah sebelumnya menjadi ketua di tahun 1994. Tema APEC Indonesia
2013 adalah “Resilient Asia-Pacific, Engine of Global Growth." Kepemimpinan
Indonesia telah dimanfaatkan untuk mewujudkan kawasan Asia Pasifik yang lebih
tangguh, berketahanan, dan cepat pulih di tengah krisis ekonomi, sehingga dapat
berperan sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi dunia.
1. mendorong upaya pencapaian Bogor Goals (Attaining the Bogor Goals) dan
penguatan integrasi ekonomi regional, melalui kerjasama perdagangan dan
investasi, dan dukungan pada sistem perdagangan multilateral.
2. mendorong pertumbuhan berkelanjutan yang merata (Achieving Sustainable
Growth with Equity), termasuk didalamnya penguatan peran UMKM dan
wanita dalam perekonomian, membahas masalah ketahanan pangan, serta
mengarusutamakan isu-isu kelautan di APEC.
3. serta meningkatkan konektivitas kawasan (Promoting Connectivity),
khususnya penguatan infrastruktur fisik, institusional, dan hubungan antar
perseorangan di kawasan, diantaranya melalui peningkatan kerja sama
pengembangan dan investasi infrastruktur, kerja sama lintas batas sektor
pendidikan, kerja sama fasilitasi tanggap darurat bencana alam, serta kerja
sama fasilitasi pariwisata di kawasan Asia Pasifik.
APEC China 2014, dengan tema “Shaping the Future thorough Asia Pacific
Partnership", telah mengusung tiga prioritas utama, yaitu i) advancing regional
economic integration; ii) promoting innovative development, economic reform and
growth; dan iii) strengthening comprehensive connectivity and infrastructure
development.
Melalui forum APEC CEO Summit, ABAC Dialogue with Leaders dan -
Indonesia-Tiongkok, Presiden RI telah menyampaikan program kerja pemerintah
untuk lima tahun ke depan khususnya dalam pengembangan infrastruktur,
10
konektivitas dan industri dalam negeri dan mengundang para pengusaha untuk
berpartisipasi pada pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Hasil KTT APEC 2014 tersebut juga memuat beberapa inisiatif Indonesia yang
perlu terus ditindklanjuti di tahun mendatang, seperti:
Posisi geografis Indonesia pada titik persinggungan antara kawasan Asia dan
Pasifik secara alamiah menjadikan Indonesia sebagai jembatan atau penghubung
11
antara kedua wilayah ini. Posisi strategis ini membawa konsekuensi hadirnya
tanggung jawab Indonesia untuk memainkan peran lebih aktif dalam upaya-upaya
menjaga dan mempertahankan stabilitas kawasan. Dengan kerangka berfikir
demikian, dalam kebijakan luar negeri Indonesia, negara-negara Pasifik menjadi salah
satu prioritas utama politik regionalisme Indonesia dewasa ini disamping ASEAN.
Wujud nyata dari sikap aktif Indonesia di kawasan Pasifik tercermin melalui
partisipasi aktif Indonesia selaku penggagas pembentukan SwPD pada tahun 2002
maupun sebagai mitra wicara Pacific Islands Forum sejak tahun 2001 dan sebagai
negara peninjau pada Melanesian Spearhead Group (MSG) sejak tahun 2011.
Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) SwPD diadakan setahun sekali dengan tuan
rumah bergiliran. Pada awalnya, tempat sidang adalah antara salah satu kota di negara
anggota ataupun di New York di sela-sela Sidang Umum PBB. Sejak tahun 2004,
PTM SwPD selalu diselenggarakan di sela-sela Sidang ASEAN Ministerial Meeting /
Post Ministerial Conference dan ASEAN Regional Forum(AMM/PMC dan ARF).
12
partisipasi sektor swasta dalam pengembangan konektivitas antara negara-negara
anggota SwPD. Kerja sama tersebut dapat dilakukan melalui kerangka kerja sama
bilateral maupun trilateral.
Selain konektivitas fisik, people-to-people contact juga tidak kalah penting untuk
dikembangkan. Dalam kaitan ini, kerja sama people-to-people contact yang secara
rutin telah ditawarkan oleh Indonesia kepada negara - negara SwPD antara lain:
1. Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (the Indonesian Art and Culture
Scholarship)
2. Journalist Visit Program
3. Beasiswa Dharmasiswa dan Beasiswa Kerja Sama Negara Berkembang (the
Dharmasiswa and the Developing Countries Partnership Scholarship)
4. Diplomatic Training Course for Diplomats
5. Kerjasama Teknik Negara Berkembang (the Indonesian Technical
Cooperation among Developing Countries Programme)
Pada PTM SwPD ke-10 di Phnom Penh, Kamboja, para Menlu sepakat untuk
mengadakan Pertemuan Tingkat Menteri Ke-11 SwPD dengan Filipina bertindak
selaku tuan rumah, di sela-sela penyelenggaraan 46th AMM/PMC dan 20th ARF di
Brunei Darussalam pada bulan Juli 2013.
Pada tanggal 7 Juni 1996 ditandatangani sebuah dokumen yang berjudul sama
yaitu “Agreed Principles of Cooperation Among Independent States of Melanesia",
Kiriwana, Trobriand Island, yang isinya menyepakati kerja sama untuk memajukan
perekonomian negara anggota.
13
Keputusan untuk menjadikan MSG sebagai sebuah organisasi sub-regional
ditetapkan dalam sebuah perjanjian yang berjudul “Agreement Establishing the
Melanesian Spearhead Group" yang draftnya telah diselesaikan pada bulan Maret
2007. Dalam Agreement tersebut disepakati untuk menyertakan FLNKS dari
Kaledonia Baru sebagai anggota dengan reservasi terhadap pasal 10, 11, dan 12
sesuai dengan pasal 19 ayat 5 Agreement tersebut yang mengatur anggota berstatus
sebagai organisasi/wilayah yang bukan negara merdeka.
Pada KTT MSG ke-18 di Fiji, Indonesia diterima sebagai Observer. Dengan
menjadi observer dalam MSG, Indonesia akan dapat bekerja sama lebih erat dan
memberikan kontribusinya kepada negara-negara anggota MSG baik dalam bentuk
kerja sama eknomi dan teknik, termasuk program capacity building maupun bantuan
teknis lainnya. Indonesia juga berkomitmen untuk memberikan kontribusi terhadap
pengembangan MSG Regional Police Academy.
Pada bulan Maret 2012 telah diadakan KTT Khusus MSG guna membahas isu-isu
ekonomi, perdagangan, sosial-budaya dan perubahan iklim. Delegasi Indonesia pada
pertemuan ini dipimpin oleh Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik yang
menyampaikan komitmen Indonesia untuk terus mengembangkan kerja sama dengan
negara-negara anggota MSG.
KTT MSG tahun 2013 diadakan di Noumea, Kaledonia Baru pada tanggal 20-21
Juni 2013.
Pacific Islands Forum (PIF) merupakan organisasi utama di kawasan Pasifik yang
didirikan pada tahun 1971 dengan nama South Pacific Forum (SPF). Negara anggota
PIF meliputi 16 negara yaitu: Australia, Cook Islands, Federated States of
Micronesia, Fiji, Kiribati, Marshall Islands, Nauru, Niue, Palau, Papua Nugini,
Samoa, Selandia Baru, Solomon Islands, Tonga, Tuvalu, Vanuatu.
Disamping anggota tetap, PIF memiliki dua associate members yaitu Kaledonia
Baru dan French Polynesia. PIF juga memiliki 13 mitra dialog, yaitu: Amerika
Serikat, China, Filipina, India, Indonesia, Inggris, Jepang, Kanada, Korea, Malaysia,
14
Perancis, Thailand, dan Uni Eropa. Indonesia menjadi mitra wicara PIF sejak tahun
2001.
Sejak tahun 1989 Post Forum Dialogue (PFD) merupakan Pertemuan rutin
PIF dengan negara-negara mitra dialog dan organisasi-organisasi terpilih yang
dilakukan setelah Pertemuan para pemimpin PIF. Sejak bergabungnya Indonesia
sebagai negara mitra wicara PIF, Indonesia tidak pernah absen dalam Pertemuan
PFD-PIF.
Partisipasi Indonesia sebagai mitra wicara PIF tidak terlepas dari arti penting
kawasan tersebut bagi Indonesia. Adapun elemen penting dalam hubungan Indonesia
dengan kawasan Pasifik antara lain adalah:
15
memiliki karakteristik alam dan geografis yang hampir sama dengan negara-negara
Pasifik.
Pertemuan terakhir PIF yaitu yang ke-43 telah diselenggarakan pada tanggal
27-31 Agustus 2012 di Rarotonga, Cook Islands, dihadiri oleh seluruh negara anggota
PIF, kecuali Fiji yang keanggotaannya tengah dibekukan. PIF ke-43 ini bertemakan
“Large Oceans Islands States – the Pacific Challenges" yang bertujuan menjaga
keseimbangan antara pengembangan dan konservasi sumber-sumber kelautan.
Adapun isu-isu utama yang menjadi pembahasan dalam Pertemuan tersebut
diantaranya adalah perikanan, konservasi laut, perubahan iklim, kesetaraan gender
dan kerjasama internasional.
Pertemuan PFD Ke-24 sebagai bagian dari rangkaian pertemuan PIF ke-43
membahas 2 isu tematik yang menjadi perhatian negara kawasan Pasifik, yaitu: (i)
Large Ocean Island States: Pacific Challenges yang memfokuskan pada perikanan,
konservasi laut dan eksplorasi laut dalam; (ii) Enhancing Development Cooperation
yang memfokuskan pada upaya penguatan sistem nasional melalui kerjasama dengan
negara-negara mitra.
Bagi Indonesia, tema kelautan dalam PIF tahun 2012 tersebut sejalan dengan
konsep blue economy yang menjadi bagian dari kebijakan industrialisasi kelautan dan
perikanan Indonesia. Sektor kelautan ini dapat memberikan peluang dalam
meningkatkan kerjasama ekonomi, people to people contacts dan kerjasama teknis
antara Indonesia dengan negara-negara Pasifik.
Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) adalah salah
satu organisasi regional dikawasan Samudera Hindia. IOR-ARC dibentuk pada bulan
Maret 1997 di Mauritius dan beranggotakan 20 negara (Uni Commoros ditetapkan
menjadi anggota ke-20 pada Pertemuan Tingkat Menteri IOR-ARC ke-12, November
2012 di India) yang terletak di kawasan yang strategis bagi rute perdagangan dan
jalur ekonomi yang menghubungkan Samudera Pasifik dan Atlantik. Indonesia
memiliki kepentingan dikawasan ini karena kawasan ini merupakan jalur ekonomi
yang menghubungkan Samudera Pasifik dan Atlantik. IOR--ARC diharapkan dapat
16
mendorong kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi serta meningkatkan
people-to-people contact antara negara-negara di Samudera Hindia yang menjadi
anggota IOR-ARC.
Setiap negara anggota memiliki focal point pada masing-masing pilar kerja sama
guna mendorong kerja sama efektif di masing-masing pilar serta mastikan bahwa
berbagai pandangan dan kepentingan tercermin sepenuhnya dalam program kerja
organisasi IOR-ARC. Sementara itu, mekanisme kelembagaan kerjasama dilakukan
melalui pertemuan Council of Ministers (COM) yang diselenggarakan setahun sekali
dan Committee of Senior Officials (CSO) yang diselenggarakan dua kali dalam satu
tahun.
Indonesia merupakan anggota IOR ARC yang cukup aktif. Sejak pertemuan
Council Of Ministers (COM) ke-8, Mei 2008 di Teheran, Indonesia terlibat secara
langsung dalam beberapa proyek IOR-ARC, antara lain mengusulkan
penyelenggaraan Training on Micro-Finance, penawaran Program Beasiswa
Kerjasama Negara Berkembang (KNB) dan Program Dharmasiswa untuk program
Non-Gelar. Selain itu, Indonesia juga berkesempatan untuk melakukan sharing of
knowledge terkait strategic actions Indonesia dalam menangani flu burung di tanah
air.
17
(IORTMNET) dan India telah bersedia untuk menjadi tuan rumah pertemuan yang
sama pada tahun 2012.
Selain itu Indonesia juga terlibat aktif dalam beberapa Sub Committee yang
membahas isu-isu khusus antara lain : (1) Anggota Governing Committee untuk
Special Fund sejak tahun 2008-2010; (2) Anggota Sub Committee untuk
pembahasan restrukturisasi Indian Ocean Rim Academic Group (IORAG) yang
digagas oleh Oman; (3) Anggota Sub Committee untuk pembahasan amandemen
statuta University Mobility in Indian Ocean Region (UMIOR) .
c. Perkembangan Terbaru
Salah satu hasil pada pertemuan ini adalah mengenai perubahan nama
organisasi dari IOR-ARC menjadi Indian Ocean Rim Association (IORA) dan
masuknya Uni Commoros menjadi anggota ke-20 dan Amerika Serikat menjadi mitra
dialog ke-6.
5. Uni Afrika
18
benua Afrika. Didirikan pada 9 September 1999 dan bermarkas besar di Addis
Ababa, Ethiopia, Uni Afrika merupakan suatu kemajuan besar bagi hubungan dan
kerjasama antara negara-negara di benua Afrika.
19
Pemerintah Indonesia juga telah diundang untuk menghadiri Special
Anniversary Summit of the African Union yang merupakan perayaan ulang tahun ke-
50 Organization of the African Unity/African Union (OAU/AU) dan diselenggarakan
di Addis Ababa pada tanggal 25 Mei 2013. Diundangnya Indonesia pada perayaan
ulang tahun tersebut dikarenakan UA memandang Indonesia memiliki peranan besar
dalam membantu perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa Afrika serta kepeloporan
Indonesia pada Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung yang merupakan wujud
solidaritas negara-negara Asia dan Afrika yang pada akhirnya telah mendorong
lahirnya Gerakan Non Blok dan G77.
Selain itu KTT ke-21 juga mengesahkan Strategic Action Plan of the African
Union Commission (AUC) for the years 2014 to 2017 yang merupakan panduan bagi
negara-negara anggota UA dalam mencapai visi UA. Adapun prioritas pembangunan
UA selama 50 tahun mendatang adalah di bidang pembangunan sumber daya manusia
(khususnya kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian, teknologi, dan
inovasi); pertanian dan agro-business processing; pertumbuhan ekonomi melalui
industrialisasi, pembangunan infrastruktur, pertanian, perdagangan, dan investasi;
perdamaian, stabilitas di kawasan, dan good governance; mobilisasi sumber daya
alam dan manusia; membangun people-centred Union; memperkuat institusi UA dan
semua organnya.
6. Liga Arab
Liga Arab merupakan organisasi regional yang didirikan pada 22 Maret 1945 dan
beranggotakan 22 negara Arab yang berada di kawasan Afrika Utara dan Timur Laut
serta Timur Tengah. Tujuan utama didirikannya organisasi Liga Arab adalah untuk
meningkatkan kerjasama antara negara-negara anggota dan untuk meningkatkan
koordinasi diantara anggota guna memperjuangkan kepentingan bersama baik di
kawasan maupun pada forum internasional.
20
Bagi Indonesia, Liga Arab memiliki arti penting baik secara historis maupun
strategis. Sejarah perjuangan Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan telah
menunjukkan bahwa Liga Arab merupakan salah satu dari beberapa pihak yang
mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sedangkan secara strategis,
Liga Arab memiliki arti penting dalam mengupayakan kepentingan nasional
Indonesia dalam forum-forum internasional utamanya terkait dengan isu-isu dimana
Indonesia memiliki kesamaan posisi dengan negara-negara Liga Arab.
Pada tanggal 22-23 April 2005, negara-negara Asia dan Afrika memperbaharui
solidaritas mereka yang telah berjalan lama pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Asia Afrika 2005 di Jakarta. Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari 106
negara Asia dan Afrika yang terdiri dari 54 negara Asia dan 52 negara Afrika. KTT
AA tahun 2005 tersebut telah menghasilkan beberapa kesepakatan akhir:
21
dilaksanakan bersamaan dengan Business Summit, Pertemuan Tingkat Menteri setiap
2 tahun sekali, serta Sectoral Ministerial dan Technical Meeting lainnya apabila
diperlukan.
b. Perkembangan NAASP
Sejak tahun 2005 Indonesia dan Afrika Selatan menjadi Ketua Bersama (Co-
Chairs) NAASP. Dalam mengemban tugas sebagai Co-Chairs, Indonesia telah
berperan aktif dalam upaya mengembangkan NAASP. Indonesia dalam kurun waktu
2006-2011 telah berhasil melaksanakan 26 program di bawah rerangka kerja sama
NAASP, antara lain: NAASP-UNEP Workshop on Environmental Law and Policy
tahun 2006; Asian African Forum on Genetic Resources, Traditional Knowledge, and
Folklore pada tahun 2007, dan Apprenticeship Program for Mozambican Farmers
pada tahun 2010. Indonesia juga menjadi tuan rumah bagi NAASP Ministerial
Conference on Capacity Building for Palestine tahun 2008 yang dihadiri oleh 218
peserta dari 56 negara dan 3 organisasi internasional.
22
kawasan Asia bersama dengan Aljazair dari kawasan Afrika untuk bidang kerja sama
Counter-Terrorism.
Indonesia, Afrika Selatan dan Palestina selaku NAASP Capacity Building for
Palestine Coordinating Unit diberikan mandat untuk memantau dan memfasilitasi
berbagai upaya negara-negara NAASP yang dilakukan dalam kerangka pembanguna
kapasitas bagi Palestina. Indonesia menjalankan perannya sebagai koordinator bagi
Afghanistan, Azerbaijan, Bangladesh, Brunei Darussalam, China, Filipina, India,
Iran, Jepang, Korea Selatan, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Pakistan,
Singapura, Sri Lanka, Suriah, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam. Hingga 2010,
beberapa negara peserta NAASP telah menyampaikan laporan implementasi
komitmen pembangunan kapasitas bagi Palestina, antara lain: India (102 warga
Palestina), Jepang (393 warga Palestina), Korea Selatan (182 warga Palestina),
Malaysia (121 warga Palestina), Singapura (16 warga Palestina). Selaku NAASP Co-
Chair Asia Chapter, Indonesia juga mencatat keberhasilan Turki yang telah
memberikan program pembangunan kapasitas bagi 722 warga Palestina. Dalam hal
ini Indonesia terus berupaya untuk memenuhi komitmen bagi pembangunan kapasitas
bagi Palestina tersebut. Hingga Mei 2013, Indonesia telah berhasil memberikan
pelatihan bagi 1246 warga Palestina.
23
NAASP Capacity Building for Palestine Coordinating Unit Meeting terakhir
diadakan di Amman, Jordania, 2-3 Desember 2010 dan menghasilkan summary
report yang mencakup progress report dan analytical report implementasi
pembangunan kapasitas oleh negara-negara peserta NAASP. Hasil pertemuan
dimaksud akan disampaikan pada pertemuan tingkat menteri dan KTT ke-2 NAASP.
Berdasarkan hasil KTT Uni Afrika ke-20 yang diselenggarakan pada Januari
2013, telah diputuskan bahwa NAASP merupakan bagian dari mekanisme kerja sama
dalam Uni Afrika.
f. Kesimpulan
NAASP tetap merupakan sebuah forum yang penting dan potensial bagi kerja
sama antar negara-negara di kedua benua. Dalam dunia yang berubah, tentu NAASP,
seperti forum internasional lainnya, memiliki kewajiban untuk mengatasi berbagai
tantangan yang ada pada masa kini. Tidak diragukan lagi dalam isu Palestina,
masalah kebebasan dan kemerdekaan tetap menjadi prioritas utama bagi NAASP.
Bagi yang lain, isu stabilitas, sebagaimana juga kesejahteraan masyarakat Asia dan
Afrika adalah merupakan tema utama bagi kerja sama yang membawa kedua benua
untuk dapat bersama. Indonesia berkeyakinan bahwa dengan bekerja bersama-sama
kedua benua dapat menciptakan stabilitas, perdamaian, dan kesejahteraan bagi
masyarakatnya.
24
regional dan subregional yang menjadi kepentingan bersama. Forum ini juga
digunakan sebagai wahana untuk saling meningkatkan kerjasama di berbagai sektor.
ACD juga diharapkan dapat menjembatani hal-hal yang belum dicakup dalam
kerjasama formal yang telah ada di kawasan Asia selama ini.
25
nilai tambah karena menyertakan dalam keanggotaannya negara pengekspor dan
pengimpor minyak dan gas. Karenanya, ACD dapat memberikan peran penting dalam
memperkuat ketahanan energy kawasan dan negara-negara anggotanya.
Indonesia juga mengharapkan agar dari kerja sama tersebut dapat meningkatkan
efisiensi pemanfaatan energi terutama penggunaan energi baru terbarukan dan bahan
bakar alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
Terkait dengan hal tersebut, Indonesia menjadi ACD Co-Prime Mover di bidang
energi bersama dengan Bahrain, China, Filipina, Kazakhstan, Qatar dan Laos.
Sebagai salah satu anggota EnergyCo-prime Movers Indonesia terlibat secara aktif
dalam berbagai aktivitas di area kerjasama tersebut, di antaranya :
26
sebagai salah satu unsur penting dalam pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
kesejahteraan.
Para menteri luar negeri ACD bertemu secara rutin 2 kali setiap tahun yakni
saat Foreign Minister's Breakfast Meeting bulan September di sela-sela Sidang
Umum PBB di New York dan saat PTM yang terselenggara secara rutin di negara
yang sedang menjabat sebagai ketua ACD di tahun berjalan. Selain pertemuan tingkat
menteri, sesuai dengan bidang kerja samanya negara-negara anggota juga dapat
menyelenggarakan pertemuan yang sifatnya lebih sektoral dalam kerangka ACD.
9. BRUNEI DARUSSALAM-INDONESIA-MALAYSIA-THE
PHILIPPINES EAST ASEAN GROWTH AREA (BIMP-EAGA)
a. Pendahuluan
Kerja sama Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-the Philippines East
ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) merupakan kerja sama dengan
orientasi proyek yang dibentuk secara resmi pada Pertemuan Tingkat
Menteri (PTM) ke-1 di Davao City, Filipina, pada tanggal 26 Maret 1994.
27
Kepentingan nasional RI yang ingin dicapai melalui kerja sama BIMP
EAGA adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah Indonesia yang berbatasan
langsung dengan negara-negara anggota BIMP. Pada kerja sama ini pihak
swasta diharapkan menjadi pelaku dan penggerak utama dengan didukung
oleh pemerintah sebagai regulator dan fasilitator.
BIMP EAGA sebagai Kerja Sama Ekonomi Sub-regional (KESR) dinilai
dapat mengurangi kesenjangan pembangunan dan ikut mendorong
integrasi ekonomi ASEAN Economic Community 2015. BIMP EAGA
juga sebagai wadah untuk mengimplementasikan kesepakatan yang telah
ada di ASEAN (test-bed). Hal ini dipraktekkan dengan mengadopsi
berbagai kesepakatan ASEAN dan membahasnya di tingkat sub-regional.
Wilayah Indonesia yang menjadi anggota BIMP-EAGA adalah provinsi-
provinsi: Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua,
Papua Barat, dan Gorontalo.
Sampai saat ini BIMP-EAGA telah menyelenggarakan 9 kali Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT), 17 kali Pertemuan Tingkat Menteri, dan 21 kali
Pertemuan Tingkat Pejabat Senior. KTT BIMP-EAGA terakhir
dilaksanakan di Bandar Seri Begawan, Brunei, pada 25 tanggal April
2013.
b. Strategi Kerja Sama BIMP-EAGA
28
2. Memfasilitasi keterlibatan sektor swasta dan masyarakat dalam kegiatan
pariwisata; dan
3. Memasarkan daerah pariwisata di wilayah kerja sama BIMP.
Meningkatkan konektivitas ke dalam wilayah BIMP dan keluar dalam
mendukung Master Plan of ASEAN Connectivity (MPAC). Kerja sama pada
area Konektivitas ditujukan bagi:
1. Optimalisasi transportasi darat, laut dan udara;
2. Liberalisasi rute penerbangan pada wilayah kerja sama BIMP tertentu; dan
3. Mobilisasi sumber daya bagi pengadaan infrastruktur termasuk melalui
kemitraan swasta dan pemerintah.
Forum ini juga memiliki kerja sama dengan Asian Development Bank (ADB)
sebagai regional adviser. BIMP EAGA juga menyelenggarakan konsultasi dengan
Sekretariat ASEAN dalam rangka membentuk keterpaduan antara agenda BIMP
EAGA dengan ASEAN Community.
29
Provinsi-provinsi Indonesia yang menjadi anggota IMT-GT adalah Aceh,
Bangka-Belitung, Bengkulu, Jambi, Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Kepulauan
Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Wilayah IMT-GT Malaysia adalah:
Kedah, Kelantan, Melaka, Negeri Sembilan, Penang, Perak, Perlis, dan Selangor.
Wilayah IMT-GT Thailand adalah: Krabi, Nakhon Si Thammarat, Narathiwat,
Pattani, Phattalung, Satun, Songkhla, Trang, Yala, Chumphon, Ranong, Surat Thani,
Phang Nga, Phuket.
Pada pola kerja sama ini pemerintah bertindak sebagai regulator dan fasilitator
sedangkan swasta menjadi penggerak dan pelaku utama. Dalam kaitan ini, telah
dibentuk wadah bagi para pengusaha di kawasan IMT-GT yang disebut Joint
Business Council (JBC).
KTT ke-6 IMT GT tanggal 4 April 2012 di Phnom Penh telah mensahkan
Implementation Blueprint 2012-2016 yang berisi sistematika dan institusi kerja sama
serta daftar proyek.
Pada KTT ke-7 di Brunei Darussalam, 25 April 2013, para kepala negara IMT-
GT menyampaikan perhatian pada isu konektivitas dan pelaksanaan proyek-proyek
prioritas.
c. Proyek IMT-GT
Proyek pada kerja sama ini meliputi (a) Transportasi dan infrastruktur; (b)
Perdagangan dan investasi; (c) Pertanian, agro-based industry, dan lingkungan; (d)
Pariwisata; (e) Produk dan Jasa Halal; dan (f) Pengembangan SDM.
Beberapa proyek yang dianggap "fast tracked" projects untuk menopang relevansi
IMT-GT adalah Melaka-Pekanbaru Power Interconnection, dan Melaka-Dumai RoRo
connectivity.
30
11. Conference on Interaction and Confidence Building Measures in Asia
(CICA)
a. Conference on Interaction and Confidence Building Measures in Asia (CICA)
adalah suatu forum antar-pemerintah mengenai Confidence Building
Measures (CBM) yang berkembang di kawasan Asia Tengah sejak tahun
2002. Negara-negara anggota CICA berusaha untuk meningkatkan kerja
sama, menciptakan dan memperkuat situasi damai, confidence, dan
persahabatan di benua Asia untuk mendorong keamanan kawasan. Prinsip
utama kerja sama CICA adalah menghormati kedaulatan dan integritas
teritorial sebagai dasar hubungan antarnegara. Isu separatisme dipandang
sebagai ancaman utama bagi keamanan, stabilitas, dan persatuan suatu negara.
c. Anggota tetap CICA pada saat ini berjumlah 24 negara yakni Afghanistan,
Azerbaijan, Bahrain, China, India, Irak, Iran, Israel, Jordania, Kamboja,
Kazakhstan, Kyrgysztan, Mesir, Mongolia, Pakistan, Palestina, Republic of
Korea, Rusia, Tajikistan, Thailand, Turki, Uni Emirat Arab, Uzbekistan,
Vietnam. Negara peninjau (observer) antara lain Indonesia, Jepang, Malaysia,
Qatar, Vietnam, Ukraina, Amerika Serikat serta Organization for Security and
Co-operation in Europe (OSCE), Liga Arab dan PBB.
31
5. Specialized Meetings of Experts, diselenggarakan untuk hal-hal yang
bersifat teknis serta pembuatan konsep mengenai pelaksanaan CBM untuk
dipresentasikan dalam SWG.
d. Kazakhstan adalah Ketua CICA pertama sejak pendiriannya sampai dengan
tahun 2009. Turki menjabat sebagai Ketua CICA menggantikan Kazakhstan
semenjak tahun 2010 sampai 2014. Ketua CICA berikutnya adalah China
mulai 2014 sampai 2016.
f. Indonesia menjadi peninjau sejak tahun 2002. Sejak KTT CICA I/2002, KTT
II/2006, dan KTT III/2010, Indonesia telah mengirimkan wakil untuk
menghadiri pertemuan tersebut dengan status observer. Terakhir Indonesia
telah menghadiri the 4th Ministrial meeting of CICA dan the the 20th
Anniversary of CICA di Astana, 12 September 2012.
g. Indonesia berpandangan bahwa prinsip yang dianut oleh CICA sejalan dengan
kepentingan nasional RI yakni menjaga keutuhan integritas wilayah,
menganut prinsip non-intervensi dalam urusan domestik masing-masing
negara anggota serta mengutamakan dialog sebagai solusi dalam tiap
permasalahan antar negara.
h. Keterlibatan Indonesia pada dalam tahapan saat ini selaku peninjau di CICA
merupakan pelaksanaan dari polugri bebas dan aktif untuk dapat menjangkau
negara-negara mitra di wilayah Asia selatan dan tengah. Secara jangka
panjang dan menengah kompetensi CICA yang dapat dimanfaatkan bagi
Indonesia adalah counter terrorism, trafficking in persons, drug trafficking dan
pengembangan ekonomi skala kecil dan menengah.
32
Kerja sama ASEAN di bidang politik dan keamanan adalah kerja sama dalam
mewujudkan perdamaian di kawasan regional dan global. Kerja sama antar negara
ASEAN bersifat terbuka, berdasarkan pada pendekatan keamanan yang komprehensif
dan tidak ditujukan untuk membentuk suatu pakta pertahanan atau aliansi militer
ataupun kebijakan luar negeri bersama.
Kerja sama politik antar negara contohnya penempatan duta besar berkuasa
penuh diikuti pembukaan kedutaan besar di ibukota masing-masing negara dan
konsulatnya. Kunjungan diplomatik antar kepala negara, dan jajaran menterinya. Dan
saling menghormati masalah politik dalam negeri masing-masing anggota dengan
tidak mencampuri masalah dalam negeri.
Berikut ini beberapa contoh kerja sama antar negara ASEAN di bidang
politik:
Salah satu bentuk kerjasama di bidang politik antar negara-negara ASEAN adalah
deklarasi perdamaian ZOPFAN. ZOPFAN merupakan kerangka perdamaian dan
kerja sama yang tidak hanya terbatas di kawasan Asia Tenggara tetapi mencakup
kawasan Asia Pasifik yang lebih luas, termasuk dengan negara-negara besar (major
powers) dalam bentuk tindakan menahan diri secara sukarela (voluntary self-
restraints).
TAC atau Traktat Persahabatan dan Kerjasama merupakan sebuah Traktat yang
bertujuan untuk menciptakan stabilitas politik dan keamanan di kawasan Asia
Tenggara. TAC mengatur mekanisme penyelesaian konflik di antara negara-negara
pihak secara damai.
TAC ditandatangani pada tahun 1979 oleh 5 (lima) Kepala Negara pendiri
ASEAN. TAC diamandemen pada tahun 1987 untuk membuka aksesi negara-negara
di kawasan lain. Sampai tahun 2014, terdapat 32 (tiga puluh dua) negara, termasuk 10
negara ASEAN, yang telah mengaksesi TAC.
33
3. Pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia Antar Pemerintah ASEAN
Dalam rangka pemajuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM), ASEAN
telah membentuk Komisi Hak Asasi Manusia Antar Pemerintah ASEAN (ASEAN
Intergovernmental Commission on Human Rights/AICHR)pada KTT ke-15 ASEAN,
di Cha-Am Hua Hin, Thailand, 23 Oktober 2009.
Berikut ini beberapa contoh kerja sama antar negara ASEAN di bidang keamanan:
34
2. Pemberantasan Terorisme
Salah satu capaian kerja sama ASEAN dalam pemberantasan terorisme adalah
ASEAN Convention on Counter Terrorism (ACCT) yang ditandatangani oleh seluruh
Kepala Negara Anggota ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN tanggal 13 Januari 2007
di Cebu, Filipina. Sejak 27 Mei 2011, ACCT berlaku setelah enam Negara Anggota
ASEAN (Kamboja, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Brunei)
meratifikasinya. Indonesia meratifikasi ACCT melalui UU No. 5 tahun 2012 yang
disahkan tanggal 9 April 2012. Pada tahun 2013, seluruh Negara ASEAN telah
meratifikasi ACCT yang ditandai dengan penyerahan instrumen ratifikasi oleh Laos
dan Malaysia pada Sekretariat ASEAN pada bulan Januari 2013.
ASEAN juga aktif menjalin kerja sama dengan negara-negara Mitra Wicara
dalam upaya pemberantasan terorisme.
35
memiliki arti penting bagi perekonomian, perdagangan, transportasi, dan komunikasi
seluruh negara anggota ASEAN sertakekuatan-kekuatan maritim global.
Selain itu, kawasan Asia Tenggara dinilai memiliki potensi konflik yang berkaitan
dengan masalah maritim dan rentan terhadap ancaman keamanan maritim yang
bersifat non-tradisional. Oleh karena itu, isu maritim perlu ditangani secara sinergi
oleh berbagai ASEAN sectoral bodies, sesuai fokus dan kewenangannya dan perlu
dikoordinasikan secara komprehensif.
Kerja sama maritim serta pembahasan isu-isu maritim dalam kerangka ASEAN
dilakukan dalam berbagai mekanisme diantaranya ASEAN Regional Forum (ARF),
ASEAN Defence Ministerial Meeting (ADMM), ASEAN Defence Ministerial
Meeting Plus (ADMM-Plus), ASEAN Maritime Forum (AMF) dan Expanded
ASEAN Maritime Forum (EAMF), dan sekitar tiga belas (13) mekanisme ASEAN
lainnya seperti ASEAN Foreign Ministers Meeting (AMM), ASEAN Ministers
Meeting on Transnational Crime (AMMTC), ASEAN Fisheries Consultative Forum
(AFCF), ASEAN-Mekong Basin Development Cooperation (AMBDC), ASEAN
Cruise Tourism, Head of ASEAN Coast Guards Meeting, ASEAN Connectivity
Coordinating Committee (ACCC), ASEAN Ministerial Meeting on Environment,
ASEAN Ministerial Meeting on Agriculture and Forestry (AMAF), ASEAN Fisheries
Consultative Forum (AFF), Meeting of the ASEAN Tourism Ministers (MATM),
ASEAN Connectivity Coordinating Committee (ACCC), ASEAN Transport
Ministers Meeting (ATM), ASEAN Law Ministers Meeting (ALAWMM) / ASEAN
Senior Law Officials Meeting (ASLOM), dan lain-lain.
Sejak penyelenggaraan Pertemuan ke-3 Tingkat Menlu ARF tahun 1996, ARF
telah menyepakati peningkatan kerjasama di bidang peacekeeping termasuk aktif
dalam United Nations Special Committee on Peace Keeping Operations.
36
Hingga saat ini, tercatat telah enam kali diselenggarakan Pertemuan ARF
PKEM yang bertujuan untuk memfasilitasi pertukaran pandangan dan pengalaman
terkait operasi pemeliharaan perdamaian yang dilakukan oleh Peserta ARF, termasuk
yang dilaksanakan di dalam konteks UN Peacekeeping Operations (PKO). Pertemuan
ini juga diarahkan untuk dapat mengembangkan jejaring pemeliharaan perdamaian di
kawasan dan meningkatkan kapasitas para peacekeeping trainer.
B. Bidang Ekonomi
1. Pembukaan pusat promosi ASEAN
Bentuk kerjasama dalam penyediaan cadangan pangan tidak hanya dilakukan untuk
kerjasama yang saling menguntungkan, tetapi juga dalam keadaan yang darurat.
Misalnya ketika negara salah satu negara ASEAN sedang mengalami krisis pangan
karena bencana, maka negara lain siap memberikan pasokan cadangan pangan untuk
negara yang membutuhkan. Beberapa negara anggota ASEAN telah menyatakan siap
menjadi penyedia cadangan pangan untuk keadaan darurat adalah Indonesia,
Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura.
37
3. Penyelanggaraan Proyek Industri
Kawasan perdagangan Bebas ASEAN atau yang biasa disebut dengan AFTA
(ASEAN Free Trade Area) adalah bentuk kerja sama negara-negara ASEAN di
bidang ekonomi. Hal itu merupakan suatu persetujuan dalam pengelolaan sektor
produksi-produksi lokal yang ada di seluruh negara-negara ASEAN tanpa terkecuali.
Keberadaan AFTA berguna untuk meningkatkan daya saing negara-negara ASEAN
dalam melakukan produksi untuk pasar dunia dengan adanya penghapusan bea dalam
ASEAN itu sendiri. Selain itu, dengan adanya AFTA dapat meningkatkan investasi
oleh pihak asing secara langung untuk negara-negara ASEAN.
5. Koperasi ASEAN
Kerja sama di bidang pembangunan sosial dan ekonomi adalah dalam rangka
meningkatkan keadilan sosial dan perbaikan standar hidup masyarakat ASEAN.
Karena itulah dibentuk ASEAN Ministerial Meeting on Rural Development and
Poverty Eradication (AMMRDPE) sebagai forum pertemuan tingkat menteri yang
menangani pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan. Ini juga
menekankan kesejahteraan golongan berpendapatan rendah, perluasan kesempatan
kerja, serta pembayaran (upah) yang wajar.
38
Sejak dibentuk pada Konferensi Tingkat Tinggi ke-19 ASEAN, ASEAN
Ministerial Meeting on Women (AMMW) telah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kerja sama pemajuan dan pelindungan hak-hak perempuan.
5. Peningkatan kesejahteraan
39
7. Pertukaran budaya dan seni, juga festival film ASEAN
8. Penandatanganan kesepakatan bersama di bidang pariwisata ASEAN
(ASEAN Tourism Agreement atau ATA)
9. Penyelenggaraan pesta olahraga dua tahun sekali (SEA Games)
D. Bidang Pendidikan
40
berdiskusi dan berbagi ide-ide untuk mengembangkan kemampuan guru dan
lingkungan belajar global.
3. Mengadakan olimpiade regional Asia Tenggara di bidang pendidikan untuk
negara-negara anggota ASEAN.
4. ASEAN-Japan Scholarship Fund, fasilitas beasiswa untuk negara-negara
anggota ASEAN belajar di berbagai universitas ASEAN dan Jepang.
5. Adanya program ASEAN-EU Cooperation and Scholarships Day, di mana
memberikan beasiswa kepada negara-negara anggita ASEAN untuk menjalani
pendidikan di Eropa khususnya pendidikan tinggi. Pemberian beasiswa ini
tidak hanya untuk mahasiswa, melainkan juga tenaga pendidik dari ASEAN.
41
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Kerjasama ASEAN yang utama, yaitu menekankan pada penghormatan
terhadap kedaulatan nasional, menghindari konfrontasi, mencapai kesepakatan
melalui konsensus, dan berjalan dengan kecepatan yang nyaman bagi semua anggota.
Kerja sama ASEAN di bidang politik dan keamanan adalah kerja sama dalam
mewujudkan perdamaian di kawasan regional dan global. Kerja sama antar negara
ASEAN bersifat terbuka, berdasarkan pada pendekatan keamanan yang komprehensif
dan tidak ditujukan untuk membentuk suatu pakta pertahanan atau aliansi militer
ataupun kebijakan luar negeri bersama.
Kerja sama politik antar negara contohnya penempatan duta besar berkuasa
penuh diikuti pembukaan kedutaan besar di ibukota masing-masing negara dan
konsulatnya. Kunjungan diplomatik antar kepala negara, dan jajaran menterinya. Dan
saling menghormati masalah politik dalam negeri masing-masing anggota dengan
tidak mencampuri masalah dalam negeri.
Kerja sama di bidang pembangunan sosial dan ekonomi adalah dalam rangka
meningkatkan keadilan sosial dan perbaikan standar hidup masyarakat ASEAN.
Karena itulah dibentuk ASEAN Ministerial Meeting on Rural Development and
Poverty Eradication (AMMRDPE) sebagai forum pertemuan tingkat menteri yang
menangani pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan. Ini juga
menekankan kesejahteraan golongan berpendapatan rendah, perluasan kesempatan
kerja, serta pembayaran (upah) yang wajar.
42
3.2 Saran
Saran kami semoga makalah ini bisa jauh lebih baik lagi untuk
kedepannya dan dapat menambah wawasan para pembaca untuk lebih suka
lagi dalam mempelajari tentang Geografi Regional Asia Tenggara dan Pasifik.
43
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.uksw.edu/bitstream
https://indomaritim.id/kerja-sama-asean-di-bidang-politik-dan-keamanan
https:// bentuk-kerja-sama-asean-politik-dan-keamanan-ekonomi-serta-sosial-dan-
budaya
https://www.kompas.com/ bentuk-kerja-sama-asean-di-bidang-pendidikan
https://kemlu.go.id/portal/id/read/164/halaman_list_lainnya/asia-pacific-
44