Anda di halaman 1dari 5

BENTUK KERJASAMA INTERNASIONAL ANTARA

NEGARA INDONESIA DENGAN NEGARA ASEAN

DI SUSUN OLEH :

1. ALFI MAGHFIRA JAUHARI

2. ALYA DEVITA MARYAM

KELAS VI B

MI HUSNUL AULAD KLOTOK


Bentuk kerja sama antarnegara-negara ASEAN meliputi bidang sosial dan budaya,
politik dan keamanan, pendidikan.

Mengutip Kemdikbud RI, interaksi dan kerja sama antarnegara-negara ASEAN


semakin berkembang seiring munculnya berbagai kebutuhan setiap negara anggota.

Organisasi internasional seperti ASEAN dibentuk dengan tujuan meminimalisasi


masalah yang timbul dari interaksi antarnegara dalam berbagai bidang.

Berikut ini penjelasan dan contoh bentuk kerja sama antarnegara-negara ASEAN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh
perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat
bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok atau negara dapat memenuhi kepentingan mereka
karena pada dasarnya akibat dari ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing.
Faktor seperti perbedaan sumber daya yang dimiliki dapat menyebabkan kerja sama terjalin. Kerja
sama yang berskala besar adalah kerja sama internasional yang dilakukan oleh satu negara dengan
negara yang lain, dengan tujuan pemenuhan kebutuhan rakyatnya serta untuk kepentingan dari
negara tersebut (ASEAN Selayang Pandang, 2015). Salah satu hal yang menjadi unsur terpenting
terjalinnya kerja sama adalah negara-negara yang memiliki kedekatan wilayah satu dengan lain
seperti EU (European Union) yang melahirkan pasar tunggal Eropa, NAFTA (North American Free
Trade Agreement), APEC (Asia-Pasific Economic Cooperation) dan ASEAN (Association of South East
Asian Nation). Tentu dengan adanya kerja sama tersebut akan membawa keuntungan kepada negara
masing-masing baik terkait pemecahan masalah, sampai pada pembentukan institusi formal yang
mengatur sehingga kerja sama tersebut berjalan dengan baik. Sebagai kawasan yang memiliki nilai
yang strategis dilihat dari segi geopolitik maupun geoekonomi, maka negara-negara di kawasan Asia
Tenggara merasa sangat perlu untuk membangun rasa saling percaya tanpa kecurigaan di antara
satu dengan yang lain yang kemudian membawa hasil yang positif lewat adanya pertemuan-
pertemuan yang intensif sebagai wujud dari keinginan untuk hidup bertetangga dan menjalankan
kerja sama yang menguntungkan. Lewat kondisi yang damai dan tenteram maka akan
memungkinkan terbentuknya suatu kerja sama yang mendorong upaya pembangunan bersama di
kawasan tersebut. Pemikiran inilah yang memicu munculnya beberapa organisasi sebelum
terbentuknya ASEAN seperti Southt East Asia Treaty Organization (SEATO) yang di bentuk pada
tahun 1954, Association of Southest Asia (ASA), pada tahun 1961, serta Malaysia-Philipina-Indonesia
(Maphilindo) pada tahun 1963. Sayangnya organisasi ini tidak berumur panjang dikarenakan
masalah-masalah seperti pertentangan ideologi serta sengketa wilayah di antara negara anggota.
Keinginan untuk memiliki organisasi yang lebih baik mendorong Menteri Luar Negeri Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapura serta Thailand bertemu dan menghasilkan Deklarasi Bersama (Joint
Declaration) sebagai wujud nyata pentingnya meningkatkan rasa saling mengerti dalam kehidupan
bertetangga serta membina hubungan kerja sama di antara negara satu kawasan yang terikat
dengan sejarah serta budaya dan juga keinginan memperkuat rasa solidaritas dan kerja sama
diregional (ASEAN Selayang Pandang, 2015, pp. 1–3). Pertemuan intensif antar negara-negara
kawasan Asia Tenggara menghasilkan Deklarasi ASEAN atau yang dikenal dengan “Deklarasi
Bangkok” yang terselengarakan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok dengan dihadiri oleh lima wakil
negara Asia Tenggara yaitu dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura serta Thailand. Hari yang
bersejarah ini menandai munculnya “Association of Southeast Asian Nation” atau ASEAN dengan
tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan
kebudayaan negara-negara anggota. Hal-lain yang melatarbelakangi terbentuknya ASEAN adalah
dimana negara-negara pendiri yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, pernah mengalami
nasib yang sama ingin menciptakan satu kawasan yang stabil tanpa adanya interfensi dari negara
lain. Hal ini juga untuk meningkatkan kesadaran saling pengertian dalam hidup bertetangga secara
baik dan membina kerja sama yang bermanfaat diantara negara-negara dikawasan yang terikat oleh
pertalian sejarah dan budaya. Tujuan ini membawa dampak yang positif bagi negara-negara kawasan
yang menerima dengan baik melalui perluasaan anggota-anggota ASEAN sehingga cita-cita pendiri
ASEAN tercapai dengan keanggotaan yang merupakan 10 negara Asia Tenggara. Seiring berjalannya
waktu, ASEAN terus bekerja keras dalam meneruskan cita-cita dari para pendiri ASEAN. Kerja keras
itu diwujudkan lewat Bali Concord I pada tahun 1976 dimana para pemimpin ASEAN menyepakati
program kerja sama yang berkaitan dengan politik, ekonomi, sosial, budaya dan penerangan,
keamanan serta peningkatan mekanisme ASEAN. Hasil yang memuaskan dari tekat menjalankan Bali
Concord I seperti berhasil menjaga perdamaian, stabilitas dan meningkatnya kerja sama kawasan
membuat para pemimpin ASEAN melangkah pada tahap selanjutnya yaitu Masyarakat ASEAN.
Melalui Bali Concord II, Masyarakat ASEAN disepakati dalam 3 pilar yaitu pilar Masyarakat Politik-
Keamanan ASEAN (ASEAN Political-security Community/APSC), pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN
(ASEAN Economic Community/AEC) serta pilar Masyarakat Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-
Cultural Community/ASCC ). ASEAN kemudian menyusun blue print dari ketiga pilar tersebut setelah
menandatangani Deklarasi Cebu mengenai pembentukan Masyarakat ASEAN pada 2015 lewat KTT
ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina pada 27 januari 2007. Salah satu fokus dari kerja sama ASEAN yang
dituangkan dalam Bali Concord II yang membahas masyarakat sosial-budaya sebagai salah satu
aspek penting yang harus diperhatikan dimana negara-negara ASEAN sadar untuk meningkatkan
kerja sama dalam meningkatkan daya saing kawasan lewat peningkatan kualitas SDM dan kualitas
lingkungan hidup. Lewat blue print Masyarakat Sosial Budaya ASEAN, diharapkan memberikan
kontribusi nyata dalam memperkuat integrasi ASEAN yang lebih berpusat pada masyarakat (people-
centred) serta memperkokoh kesadaran, kesetiakawanan, kemitraan dan “we feeling” terhadap
ASEAN. ASEAN yang mempunyai semboyan “Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas (One Vision,
One, Identity, One community )” dalam perkembangannya, tidak hanya menjadi wadah kerja sama
regional tetapi juga memiliki peran signifikan dalam menjalin hubungan dengan negara lain.
Berdasarkan pada Bab XII, pasal 41 piagam ASEAN yang secara khusus mengatur Hubungan Eksternal
ASEAN dengan negara mitra wicara. Kerja sama ini sudah dimulai sejak 1974 yang dimulai lewat
Australia, disusul oleh Selandia Baru (1975), AS, Kanada, Jepang, UE (1977), Republik Korea-ROK
(1991), India (1995), Tiongkok dan Russia (1996) yang mana setiap negara memenuhi kriteria dalam
pertimbangan prinsip yang menyangkut politik, ekonomi dan sosialbudaya (ASEAN Selayang
Pandang, 2015, pp. 91–94). Republik Korea (ROK) merupakan salah satu partner penting bagi ASEAN.
Korea yang dikenal dengan sebutan “Macan Asia” karena pertumbuhan ekonominya yang cepat
sehingga negara ini menduduki posisi ke 11 dengan GDP terbesar di dunia yaitu sebesar 1.393.00
billion USD pada tahun 2015 di bawah Kanada memulai kerja sama dengan ASEAN dari sebuah
forum dialog pada november 1989 yang kemudian terus berkembang serta diperdalam cakupan
kerjasamanya sampai pada ditanda tanganinya “the Joint Declaration on Comprehensive
Cooperation Partnership” yang bertepatan pada 8 tahun ASEAN-ROK Summit pada 30 November
2004 di Vietnam serta mengadopsi ASEAN-ROK plan of Action (POA) untuk mengimplementasikan
The Joint Declaration pada 9 tahun ASEAN-ROK Summit pada 13 Desember 2005 di Kuala Lumpur.
Kerja sama untuk kemakmuran dan pencapaian yang baik ini pun terus berkembang (“Overview of
ASEAN-Republic of Korea Dialogue Relations,” 2017). Melalui usaha untuk memfasilitasi kerja sama
yang lebih erat serta saling pengertian satu sama lain, maka terbentuklah ASEAN-KOREA CENTRE
yang diawali pada bulan November 2007 lewat penandatanganan MOU, dilanjutkan pada Desember
tahun 2008 dengan berlakunya MOU tentang pembentukan ASEAN-KOREA CENTRE dan Maret 2009
peresmian ASEANKOREA CENTRE di Seoul dengan visi untuk menjadi pemain utama dalam
pembangunan kerja sama yang sejati dan abadi di antara ASEAN dan Korea dan dengan demikian
membantu mengeratkan integrasi regional dan berkontribusi dalam proses pembangunan
komunitas ASEAN lewat perdagangan, investasi, turisme dan pertukaran budaya. ASEAN-KOREA
CENTRE banyak melakukan kegiatan dengan tujuan meningkatkan kesadaran publik terhadap ASEAN
di Korea dan sebaliknya, dan juga hubungan ASEAN-Korea, dan promosi kesadaran dan pengertian
antar budaya yang secara khusus ditujukan kepada pemuda seperti kegiatan ASEAN-KOREA Youth
Forum (“ASEAN-KOREA CENTRE : ASEAN-Korea Relations Chronology,” n.d.). Berdasarkan apa yang
telah dibahas di atas maka peneliti ingin melihat bagaimana kegiatan yang diselengarakan ASEAN-
KOREA CENTRE bagi pemuda yaitu ASEAN-KOREA Youth Forum yang layak untuk dijadikan kajian
dalam penulisan ini

Anda mungkin juga menyukai