Anda di halaman 1dari 12

MENGENAL SEJARAH ASEAN

KAJIAN STRATEGI HUBUNGAN INTERNASIONAL

DISUSUN OLEH:

AMANDA KHOIRUNISSA (07041382126220)

KHOIRUN ADDIN ARIANSYAH (07041382126176)

M KEVIN ARYA HANDIKA (07041382126215)

ZAHRA ADELIA (07041382126212)

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
PENDAHULUAN 3
Latar Belakang 3
PEMBAHASAN 4
Pembentukan dan Perkembangan Awal ASEAN 4
Peran ASEAN dalam Hubungan Regional 7
Evolusi Kebijakan dan Inisiatif ASEAN 9
PENUTUP
10
Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
11

2
PENDAHULUAN

Latar Belakang

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan sebuah organisasi regional


yang terdiri dari sepuluh negara di Asia Tenggara. Sejarah ASEAN dimulai pada 8 Agustus 1967,
ketika lima negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, menandatangani
Deklarasi Bangkok yang menjadi cikal bakal terbentuknya ASEAN. Kehadiran ASEAN lahir
sebagai respons terhadap ketegangan politik di Asia Tenggara pada masa itu. Era Perang Dingin
menimbulkan kekhawatiran akan potensi konflik antar negara, dan inisiatif ini menjadi langkah
awal untuk membentuk kerjasama regional guna menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan
Asia Tenggara.
Pada tahun-tahun awal pembentukannya, ASEAN lebih fokus pada upaya membangun
hubungan antaranggota, meningkatkan kerja sama ekonomi, dan memperkuat keamanan regional.
Pada 1976, Brunei Darussalam menjadi anggota keenam ASEAN, diikuti kemudian oleh Vietnam
pada 1995, Laos dan Myanmar pada 1997, serta Kamboja pada 1999, sehingga jumlah anggota
menjadi sepuluh negara seperti saat ini. Salah satu landasan utama ASEAN adalah "Pancasila" atau
lima prinsip dasar yang meliputi saling menghormati kemerdekaan dan kedaulatan, saling
menghormati integritas wilayah, non-intervensi dalam urusan dalam negeri, penyelesaian perbedaan
dengan cara damai, dan kerjasama yang saling menguntungkan. Pancasila ini menjadi dasar bagi
kebijakan dan hubungan antaranggota ASEAN. Seiring berjalannya waktu, ASEAN berkembang
dari sekadar forum konsultasi menjadi sebuah lembaga regional yang mampu menjalankan peran
yang lebih signifikan dalam politik, ekonomi, dan keamanan. Melalui berbagai pertemuan tingkat
tinggi dan forum-dialog, ASEAN membahas beragam isu seperti perdagangan bebas, penyelesaian
sengketa, keamanan regional, dan kerja sama ekonomi.
Salah satu tonggak penting dalam sejarah ASEAN adalah penyusunan ASEAN Charter pada
tahun 2007, yang menjadi landasan hukum bagi organisasi ini. Charter ini memperkuat prinsip-
prinsip, tujuan, dan struktur organisasi ASEAN serta menegaskan komitmen anggota dalam
mewujudkan visi bersama untuk kawasan. ASEAN juga dikenal karena keberhasilannya dalam
membentuk berbagai forum regional seperti ASEAN Plus Three (APT) yang melibatkan China,
Jepang, dan Korea Selatan serta ASEAN Regional Forum (ARF) yang melibatkan 27 negara untuk
membahas isu keamanan di Asia Tenggara.

3
Pada bidang ekonomi, ASEAN telah membentuk Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN
(AFTA) dengan tujuan mengurangi hambatan perdagangan di antara negara-negara anggota. Selain
itu, upaya integrasi ekonomi terus ditingkatkan melalui berbagai inisiatif seperti Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) yang bertujuan menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang lebih
terintegrasi di kawasan.
Perkembangan ASEAN tidak terlepas dari dinamika politik dan ekonomi global. Organisasi
ini terus berupaya beradaptasi dengan perubahan zaman, menghadapi tantangan baru seperti isu
keamanan maritim, perubahan iklim, dan ketergantungan pada pasar global. Dengan keberhasilan
serta tantangan yang dihadapi, mengenal sejarah ASEAN memberikan pemahaman tentang evolusi
organisasi ini dari forum konsultasi hingga menjadi entitas regional yang aktif dalam
mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan kerjasama di kawasan Asia Tenggara. Sejarah ini juga
menjadi cerminan bagaimana negara-negara dengan kepentingan yang beragam dapat bekerja sama
dalam mencapai tujuan bersama demi kebaikan dan kesejahteraan kawasan.

PEMBAHASAN

Pembentukan dan Perkembangan Awal ASEAN

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di
Bangkok, Thailand, oleh lima negara pendiri, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Thailand. Pembentukan ASEAN didasari oleh cita-cita untuk membangun kerjasama yang
mendukung terciptanya stabilitas keamanan regional, peningkatan ekonomi, sosial, dan budaya.
Tujuan utama ASEAN antara lain mempercepat pertumbuhan ekonomi, memelihara perdamaian
dan stabilitas, meningkatkan kerja sama di berbagai bidang, dan meningkatkan studi tentang
masalah-masalah di Asia Tenggara. Setelah berdiri, ASEAN terus mengembangkan kerjasama di
berbagai bidang, termasuk bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya, serta memperkuat posisinya
di tingkat regional maupun internasional. Perkembangan awal ASEAN dapat dibagi menjadi
beberapa tahapan: Pembentukan SEATO (Southeast Asian Nation): SEATO merupakan sebuah
Pakta Pertahanan yang berdiri pada tahun 1975, yang berisi prakarsa kerjasama antar negara Asia
Tenggara. Namun, pada tahun 1975, SEATO mengalami kegagalan karena kekalahan Amerika
Serikat dalam perang Vietnam. Pembentukan ASA (Association of Southeast Asia): Pada tanggal
31 Juli 1971, Malaysia mengusulkan n untuk membangun kerjasama antar negara Asia Tenggara
dengan membentuk ASA. Kerjasama ini mencakup bidang ekonomi, sosial, dan budaya, dengan

4
tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan kebudayaan di
kawasan negara-negara Asia Tenggara. Pembentukan ASEAN: ASEAN didirikan pada tanggal 8
Agustus 1967 di Bangkok, Thailand, oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Pembentukan ASEAN didasarkan pada cita-cita untuk membangun kerjasama yang mendukung
terciptanya stabilitas keamanan regional, peningkatan ekonomi, sosial, dan budaya. Penerimaan
anggota baru: Setelah berdiri ASEAN, negara-negara anggota membuka diri untuk menerima
anggota baru. Brunei Darussalam bergabung pada tanggal 8 Januari 1984, Vietnam bergabung pada
tanggal 28 Juli 1995, Laos bergabung pada tanggal 23 Juli 1997, Myanmar bergabung pada tanggal
23 Juli 1997, dan Kamboja bergabung pada tanggal 30 April 1999 5 . Pembentukan Masyarakat
Ekonomi ASEAN: Pada konferensi ASEAN di Bali pada Desember 2003, trima memperkenalkan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) sebagai pilar utama ASEAN, yang
terdiri dari tiga pilar utama, yaitu ASEAN Security Community, ASEAN Economic Community,
dan ASEAN Socio-cultural Community.Kerjasama dalam berbagai bidang: ASEAN berfokus pada
berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, sosial, dan budaya, serta memperkuat posisinya di
tingkat regional maupun internasional

Sejarah ASEAN
ASEAN, singkatan dari Asosiasi Bangsa – Bangsa Asia Tenggara, lahir pada tanggal 8 Agustus
1967 di Bangkok, ibu kota Thailand. Kelima negara pendiri yang bersatu dalam ASEAN adalah
Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, dan Singapura. Terdapat beberapa faktor yang mendasari
pendirian asosiasi ini, seperti kesamaan geografis, budaya, dan nasib masa lalu. Wilayah Asia
Tenggara, dengan posisinya yang strategis dan iklim tropisnya, menyimpan kekayaan alam yang
melimpah. Sumber daya alam yang berlimpah ini menjadi sumber mata pencaharian bagi
masyarakat di berbagai negara di kawasan ini. Namun, di balik potensi kekayaan alam, terdapat
keinginan yang lebih mendalam dalam pendirian Asosiasi Bangsa – Bangsa Asia Tenggara. Pada
tahun 1960-an, situasi politik global memunculkan risiko konflik di Asia Tenggara. Ancaman
pengaruh ideologi dari negara-negara besar dan potensi pertikaian antarnegara menjadi perhatian
serius. Para pendiri memandang bahwa untuk mewujudkan kemajuan di kawasan ini, perdamaian,
stabilitas, dan kerja sama harus diutamakan. Dengan semangat tersebut, Deklarasi Bangkok
ditandatangani, menjadi pijakan awal perjalanan ASEAN. Deklarasi ini diresmikan oleh para
menteri luar negeri dari kelima negara pendiri: Narciso Ramos (Filipina), Adam Malik
(Indonesia), Thanat Khoman (Thailand), Tun Abdul Razak (Malaysia), dan S. Rajaratnam
(Singapura).

5
Sekarang Jumlah Anggota ASEAN:
1. Indonesia
2. Malaysia
3. Singapura
4. Thailand
5. Filipina
6. Brunei Darussalam
7. Vietnam
8. Laos
9. Myanmar (sebelumnya dikenal sebagai Burma)
10.Kamboja
11.Timor Leste (bergabung pada tahun 2022)

Tujuan ASEAN
1. Untuk berkomitmen untuk menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas di wilayahnya.
Organisasi ini bekerja keras untuk menghindari konflik dan membangun lingkungan damai bagi
negara-negara anggotanya.
2. Bertujuan untuk memperkuat persatuan di kawasan Asia Tenggara melalui kerja sama dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Ini dilakukan untuk memajukan kesejahteraan
masyarakat di wilayah ini.
3. Salah satu tujuan utamanya adalah menjadikan Asia Tenggara sebagai wilayah bebas senjata
nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya. Hal ini berkontribusi pada stabilitas keamanan di
kawasan.
4. Untuk menciptakan lingkungan di mana warganya dan negara anggota dapat hidup dalam damai,
keadilan, dan demokrasi.
5. Organisasi ini berupaya membentuk pasar tunggal yang stabil dan berkompetisi tinggi di
kawasan, dengan pergerakan bebas barang, jasa, investasi, dan modal.

Prinsip ASEAN
1. Kemerdekaan dan Kedaulatan Negara anggota Asosiasi Bangsa – Bangsa Asia Tenggara saling
menghormati kemerdekaan, kedaulatan, integritas wilayah, dan identitas nasional masing-
masing.

6
2. Komitmen Bersama terhadap Keamanan dan Kemakmuran Negara-negara anggota berkomitmen
untuk bersama-sama meningkatkan perdamaian, keamanan, dan kemakmuran di kawasan.
3. Penyelesaian Sengketa Damai Asosiasi Bangsa – Bangsa Asia Tenggara mengedepankan
penyelesaian sengketa secara damai dan menghindari campur tangan dalam urusan dalam negeri
negara-negara anggota.
4. Pemajuan Hak Asasi Manusia Prinsip ini menegaskan pentingnya menghormati hak asasi
manusia, pemajuan keadilan sosial, dan perlindungan terhadap hak-hak dasar manusia.

Pentingnya ASEAN bagi Politik Luar Negeri Indonesia


▪ Indonesia sebagai negara terbesar dan berpenduduk banyak di Asia Tenggara memiliki peran
sentral di kawasan.
▪ Melalui Asosiasi Bangsa – Bangsa Asia Tenggara, Indonesia berkontribusi pada stabilitas dan
ketahanan nasionalnya serta kawasan secara keseluruhan.
▪ ASEAN, dengan peran Indonesia, menjadi penyeimbang dalam geopolitik kawasan, khususnya
menghadapi China dan India.
▪ ASEAN Economic Community (AEC) dan pasar ekonomi luas mendukung Indonesia dalam
menghadapi tantangan global.
▪ Indonesia memainkan peran penting sebagai pemimpin di Asosiasi Bangsa – Bangsa Asia
Tenggara, mendorong perubahan positif dan kemajuan di dalamnya.
▪ Melalui ASEAN, Indonesia memajukan perdamaian, mediasi konflik, dan menciptakan zona
bebas senjata nuklir di Asia Tenggara.
▪ Kesepakatan AFTA dan pengembangan pasar bebas ASEAN mendukung pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
▪ Melalui ratifikasi ini, Indonesia memperkuat partisipasinya dalam komunitas ASEAN dan
mendukung kemajuan nasional.
▪ Indonesia menjadikan ASEAN sebagai pilar penting dalam politik luar negerinya, berperan dalam
memelihara perdamaian dan stabilitas di kawasan.

Peran ASEAN dalam Hubungan Regional

ASEAN atau Association of Southeast Asian Nations untuk membentuk dan menjaga
stabilitas hubungan regional di kawasan Asia Tenggara, ASEAN memiliki peran peran penting
dalam konteks hubungan regional Internasional. Struktural organisasi ASEAN memilik tiga

7
tingkatan utama, mulai dari Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN (KTT ASEAN), terus ada Dewan
Menteri ASEAN, dan Sekretariat ASEAN. KTT ASEAN merupakan bertemunya para pemimpin
negara anggota yang diadakan setiap tahunnya untuk membahas isu isu strategis dan kebijakan
kawasan. Dewan Menteri ASEAN adalah para menteri luar negeri dari masing masing negara
anggota dan bertanggung jawab untuk melaksanakan keputusan KTT ASEAN, selain itu Dewan
Menteri juga mengawasi implementasi program program kerjasama ASEAN. Sedangkan Sekretariat
ASEAN bekerja sebagai badan administrative yang mendukung proses berjalannya pelaksanaan
kegiatan ASEAN dan membentuk koordinasi antara negara di kawasan Asia Tenggara.
Dalam meningkatkan hubungan antar negara di Asia Tenggara, peran ASEAN sendiri sangat
penting. ASEAN sendiri telah berkomitmen untuk membuat kawasan di Asia Tenggara menjadi
kawasan yang stabil, damai, dan sejahtera melalui kerjasama antar negara dan dialog yang intensif.
Pada tahun 1992, ASEAN juga telah berhasil membuka Zona Bebas Persetujuan (Free Trade Area)
yang bertujuan untuk memulai peluang ekspor dan investasi untuk negara negara anggota. Tak
hanya itu, ASEAN juga memiliki peran sangat aktif dalam menyelesaikan isu isu keamanan
regional, seperti konflik Laut China Selatan dan penanggulangan terorisme. ASEAN telah
mempromosikan kerjasama di bidang sosial dan kebudayaan, tak hanya bekerja sama dalam
ekonomi dan politik. Kegiatan budaya seperti Festival Budaya ASEAN diadakan oleh organisasi ini
dengan tujuan memperkuat silaturahmi dan hubungan antar negara anggota serta menghargai
keanekaragaman budaya di kawasan Asia Tenggara. Program pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kawasan Asia Tenggara juga telah dibuat oleh
organisasi ASEAN.
Peran ASEAN dalam menjaga stabilitas dan kemajuan di Asia Tenggara menjadi semakin
penting dalam era globalisasi yang semakin kompleks. Organisasi ini terus berusaha untuk
meningkatkan kerjasama antara negara-negara anggotanya dan menjalin hubungan yang lebih baik
dengan negara-negara di luar wilayah tersebut. Melalui ASEAN, negara-negara Asia Tenggara
dapat saling mendukung dan bekerja sama dalam menghadapi masalah global seperti kemiskinan,
ketimpangan ekonomi, dan perubahan iklim. ASEAN telah berhasil memperkuat integrasi regional
sejak didirikan. Salah satu pencapaian penting adalah pembentukan ASEAN Free Trade Area
(AFTA) pada tahun 1992. Tujuan AFTA adalah untuk membuat negara-negara anggota ASEAN
memiliki pasar bebas dengan mengurangi atau menghilangkan tarif perdagangan. Langkah ini telah
mendorong perdagangan antar-ASEAN dan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Selain
AFTA, ASEAN juga berupaya membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang bertujuan
menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang lebih terintegrasi di kawasan. MEA menjadi

8
sebuah visi yang menggambarkan bagaimana ASEAN berusaha untuk menciptakan keberlanjutan
ekonomi dan kesempatan bagi pertumbuhan ekonomi yang merata di antara negara-negara anggota.
Dalam konteks kerjasama ekonomi regional, ASEAN juga menjalin perjanjian perdagangan bebas
dengan beberapa negara mitra di luar kawasan, seperti RCEP (Regional Comprehensive Economic
Partnership) yang melibatkan sepuluh negara ASEAN dan enam mitra lainnya (China, Jepang,
Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan India). Selain itu, ASEAN juga telah berhasil
membangun kerjasama di bidang keamanan dan politik. Forum Regional ASEAN (ARF) adalah
platform di mana negara-negara anggota ASEAN dan mitra dialognya dapat berkomunikasi dan
bekerja sama untuk memerangi ancaman keamanan seperti terorisme, perdagangan manusia, dan
konflik wilayah. ASEAN juga telah memainkan peran penting dalam menyelesaikan konflik dan
mempromosikan perdamaian di kawasan. Salah satu contohnya adalah bagaimana ASEAN
menengahi konflik di wilayah Laut China Selatan; mereka berhasil mencapai kesepakatan dengan
Tiongkok untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut melalui dialog dan
diplomasi. Selain itu, ASEAN secara aktif mendorong kerjasama sosial dan budaya antara anggota.
Untuk memungkinkan pertukaran mahasiswa dan kerja sama akademik di wilayah tersebut,
organisasi ini membuat ASEAN University Network (AUN). Tujuan dari langkah ini adalah untuk
meningkatkan pemahaman dan toleransi di antara anggota ASEAN. ASEAN melakukan banyak
diplomasi untuk mencegah konflik di kawasan. ASEAN telah berusaha meredakan ketegangan
antara negara-negara anggota dan mencegah konflik berkembang melalui diskusi yang intens,
pertemuan tingkat tinggi, dan mekanisme resolusi konflik. ASEAN telah menyelidiki dan
menyelesaikan konflik di wilayah tersebut. Sebagai contoh, ASEAN membentuk Misi Pengamat
ASEAN di Mindanao (AMM) untuk membantu menyelesaikan konflik di Mindanao, Filipina
Selatan. Ini menunjukkan fungsi ASEAN dalam membantu penyelesaian konflik di wilayah tersebut
dengan cara yang damai.

Evolusi Kebijakan dan Inisiatif ASEAN

Sejak pembentukannya pada tahun 1967, ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)
telah mengalami transformasi yang signifikan dalam kebijakan dan inisiatifnya. Organisasi ini
awalnya didirikan oleh lima negara: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, sebagai
upaya untuk mempromosikan stabilitas politik dan kerjasama ekonomi di kawasan Asia Tenggara
yang pada waktu itu dilanda konflik dan ketegangan politik. Dalam beberapa dekade terakhir,
ASEAN telah bergerak dari fokus awalnya pada perdamaian dan stabilitas menuju integrasi

9
ekonomi, politik, sosial, dan budaya di kawasan. Evolusi utama ASEAN terjadi dalam beberapa
dimensi kunci. Pertama, dalam hal pembangunan ekonomi, ASEAN telah berusaha untuk
menciptakan kawasan ekonomi yang terintegrasi melalui berbagai langkah, termasuk pendirian
ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015. AEC bertujuan untuk menciptakan pasar
tunggal yang kuat dengan aliran barang, modal, dan tenaga kerja yang lebih bebas di seluruh
kawasan. Selanjutnya, dalam hal kerjasama politik dan keamanan, ASEAN telah memperkuat
kerjasama di bidang ini dengan mengadopsi Deklarasi ASEAN tentang Kesepakatan Politik-
Security Cooperation pada tahun 2003. Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan kerjasama di
bidang keamanan dan politik untuk mencapai stabilitas yang lebih baik di kawasan. ASEAN juga
menggarisbawahi pentingnya kerjasama sosial-budaya melalui pendirian ASEAN Socio-Cultural
Community (ASCC) pada tahun 2009. ASCC bertujuan untuk memperkuat integrasi sosial,
pendidikan, dan kesejahteraan di seluruh kawasan. Selain itu, ASEAN telah memperkuat kemitraan
luar negerinya dengan negara-negara besar seperti China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat,
dan Uni Eropa. Kerja sama dengan negara-negara dan organisasi internasional ini menjadi landasan
untuk menjaga perdamaian, stabilitas, dan perkembangan ekonomi yang berkelanjutan di kawasan.
Lebih dari itu, ASEAN juga berperan dalam menangani konflik dan mempromosikan keamanan
regional. Contohnya, dalam menghadapi sengketa Laut China Selatan, ASEAN telah memainkan
peran penting dalam mengoordinasikan dialog antara pihak-pihak yang terlibat dan
mempromosikan penyelesaian damai sengketa tersebut. Pada akhirnya, ASEAN terus beradaptasi
dengan dinamika politik, ekonomi, dan keamanan di kawasan. Organisasi ini tetap berkomitmen
untuk mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan kerjasama di Asia Tenggara, sambil menghadapi
tantangan baru dan memperkuat posisinya sebagai kekuatan regional yang penting.

PENUTUP

Kesimpulan

Sejarah ASEAN adalah cerita tentang evolusi yang luar biasa dari sebuah forum konsultasi
menjadi organisasi regional yang kuat dan berpengaruh di Asia Tenggara. Sejak Deklarasi Bangkok
pada 8 Agustus 1967, lima negara pendiri, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Thailand, telah mengarahkan langkah-langkah menuju kerjasama yang lebih dalam dan tujuan
bersama yang terwujud dalam pembentukan ASEAN. Motivasi awal terbentuknya ASEAN
dipengaruhi oleh keinginan untuk mengatasi ketegangan politik dan potensi konflik di kawasan,
yang dipicu oleh dinamika Perang Dingin. Pada tahap awal, ASEAN lebih fokus pada upaya

10
memperkuat hubungan antaranggota dan membangun fondasi bagi kerjasama yang lebih erat.
Forum ini memberikan platform bagi negara-negara anggota untuk bertemu, berdiskusi, dan
menemukan cara untuk menciptakan stabilitas politik serta kerjasama ekonomi yang lebih kuat.
Konsep Pancasila yang menjadi landasan dari prinsip-prinsip ASEAN, termasuk saling
menghormati kemerdekaan dan kedaulatan, non-intervensi dalam urusan dalam negeri, dan
penyelesaian perbedaan dengan cara damai, menjadi tonggak penting dalam membentuk karakter
dan sikap organisasi ini. Namun, evolusi ASEAN tidak berhenti di situ. Organisasi ini terus
mengalami perkembangan yang signifikan, terutama dalam pembentukan lembaga dan forum
regional. ASEAN Plus Three (APT) dan ASEAN Regional Forum (ARF) merupakan contoh
konkret dari upaya ASEAN untuk melibatkan negara-negara di sekitarnya dalam menciptakan
stabilitas politik dan keamanan di kawasan. Melalui kolaborasi ini, ASEAN memainkan peran
penting dalam menangani isu-isu keamanan regional, termasuk sengketa wilayah dan masalah
keamanan lintas batas. Perkembangan ASEAN juga tercermin dalam inisiatif ekonominya.
Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) dan visi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
menjadi landasan bagi integrasi ekonomi yang lebih dalam di kawasan. Tujuan untuk menciptakan
pasar tunggal dan basis produksi yang terintegrasi menunjukkan komitmen ASEAN dalam
meningkatkan daya saing dan pertumbuhan ekonomi yang merata di antara negara-negara anggota.
ASEAN juga berupaya menghadapi tantangan global yang terus berubah. Organisasi ini terlibat
aktif dalam mengatasi isu-isu seperti keamanan maritim, perubahan iklim, dan ketergantungan pada
pasar global. Tantangan ini memaksa ASEAN untuk terus beradaptasi dan mencari solusi bersama
dengan negara-negara anggota untuk menjaga stabilitas dan kemakmuran di kawasan.

DAFTAR PUSTAKA

ASEAN Secretariat. ASEAN Charter (Jakarta: ASEAN Secretariat, 2008) ASEAN Secretariat. ASEAN
Political-Security Community Blueprint
(Jakarta: ASEAN Secretariat, 2009)
Cipto, Bambang. Hubungan Internasional Asia Tenggara: Teropong terhadap Dinamika, Realitas dan Masa
Depan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)
Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. ASEAN Selayang Pandang. Edisi ke-19 (Jakarta: Sekretariat
ASEAN, 2010)
Luhulima, CPF., et al. Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015 (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar bekerjasama dengan P2P LIPI, 2008)
Luhulima, CPF. Dinamika Asia Tenggara Menuju 2015 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerjasama dengan
P2P LIPI, 2011)

11
Meutia, Deni dan Yoga Suharman. Pembentukan Piagam ASEAN: Tinjauan Konstruktivisme Politik Hukum
Internasional. Makalah dipresentasikan dalam Konvensi Nasional III Asosiasi Ilmu Hubungan
Internasional Indonesia (AIHII) di HI UMM pada 8-10 Oktober 2012.

12

Anda mungkin juga menyukai