2
Kompetensi Dasar
1.1.Menghayati karunia Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan manusia dan
lingkungannya
2.3. Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggung jawab, santun,peduli, dan menghargai
perbedaan pendapat dalam interaksi social dengan lingkungan dan teman sebaya
3.1. Memahami aspek keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu dalam lingkup regional
serta perubahan dan keberlanjutan kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, pendidikan
dan politik)
Indikator :
1. Menjelaskan pengertian, faktor pendorong dan penghambat kerjasama ASEAN
2. Menjelaskan prinsip dan bentuk-bentuk kerjasama ASEAN di bidang Sosial, Politik,
Budaya, Pendidikan dan Perkembangannya
3. Menjelaskan pengaruh kerjasama bidang ekonomi, sosial, politik, budaya dan pendidikan
terhadap kehidupan ASEAN
4. Mendeskripsikan upaya-upaya meningkatkan kerjasama di antara negara anggota ASEAN
5. karakteristik negara anggota ASEAN (keadaan iklim, bentang alam, penduduk,
perekonomian, sumber daya alam, dan kerjasama yang dilakukan).
6. Menjelaskan makna kerja sama, bentuk-bentuk kerja sama, dan upaya meningkatkan
kerja sama antar negara ASEAN.
7. Menganalisis pengaruh perubahan ruang dan interaksi antarruang terhada
keberlangsungan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya.
4.3. Menyajikan hasil pengamatan tentang bentuk-bentuk dan sifat dinamika dan interaksi
manusia dengan lingkungan alam, sosial,budaya, dan ekonomi di lingkungan masyarakat
sekitar
Indikator : Disajikan fakta, siswa dapat menjelaskan bentuk, pengaruh dan upaya
meningkatkan kerjasama negara-negara ASEAN dalam laporan diskusi kelompok
Uraian Materi
A. Pengertian, faktor pendorong dan penghambat kerjasama ASEAN
ASEAN (Association of South East Asia Nations) semula
namanya Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara
(PERBARA) merupakan organisasi kerjasama regional
negara-negara Asia Tenggara yang bergerak dibidang
ekonomi, sosial, dan kebudayaan. ASEAN bukan organisasi
politik walaupun demikian ia tetap bertekad mewujudkan
stabilitas dan keamanan kawasan Asia Tenggara dari
pengaruh asing.
Awal terbentuknya ASEAN bermula dari adanya dua
organisasi yaitu Associattion of Southeast ASIA (ASA) di Bangkok tahun 1961 dan MAPHILINDO tahun
1963. ASA beranggotakan Malaysia, Muangthai, dan Philipina sedangkan Maphilindo beranggotakan
Malaysia, Philipina dan Indonesia. Setelah krisis Federasi Malaysia deklarasi ASEAN terbentuk berkat
ajakan Thanat Khoman (Thailand), Adam Malik (Indonesia) dan Tun Abdul Razak (Malaysia) bulan
Mei 1967. Pendirian ASEAN dibentuk berdasarkan Deklarasi Bangkok yang ditandatangani oleh
utusan para menteri luar negeri lima negara ASEAN, pada tanggal 8 Agustus 1967.Kelima menteri
luar negeri itu adalah Adam Malik (Indonesia), Narsisco Ramos (Filipina), Tun Abdul Razak (Malaysia),
S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand). Di awal pembentukan, ASEAN
beranggotakan lima negara anggota, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filifina.
Kemudian bertambah lima negara anggota lagi dari Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar,
dan Kamboja. Jadi keseluruhan anggota ASEAN berjumlah sepuluh negara anggota hingga saat ini.
Faktor pendorong terbentuknya ASEAN adalah:
1. Lahirnya negara-negara baru di Asia tenggara setelah perang dunia II yang memiliki persamaan
masalah maka perlu sikap dan tindakan bersama untuk mewujudkan stabilitas dan keamanan
kawasan melalui ASEAN
2. Adanya kekhawatiran akibat krisis di Indochina yaitu munculnya gerakan komunis yang berusaha
menguasai Vietnam, Laos, dan Kamboja sehingga mereka bersepakat untuk menghadapi
ancaman dengan membentuk ASEAN.
3. Pengalaman pahit masa lampau seperti Maphilindo yang bersifat politik dengan SEATO yang
bersifat militer membuat organisasi tersebut macet karena perbedaan orientasi politik dan
pertahanan keamanan.
4. Adanya kesepakatan negara anggota ASEAN bahwa ancaman yang dihadapi adalah subversi dan
infiltrasi maka perlu menciptakan stabilitas dan pembangunan ekonomi.
5. Kesamaan sejarah dan nasib dijajah bangsa Barat (kecuali Thailand)
6. Letak wilayah yang strategis di jalur lalu lintas perdagangan internasional
7. Persamaan budaya
C. Pengaruh Kerjasama Bidang Ekonomi, Sosial, Politik, Budaya dan Pendidikan Terhadap
Kehidupan ASEAN
1. Pengaruh perubahan ruang dan interaksi antar ruang terhadap keberlangsungan kehidupan
ekonomi di negara-negara ASEAN
Kesepakatan pemimpin ASEAN membentuk MEA (masyarakat Ekonomi ASEAN) pada akhir
2015 untuk meningkatkan daya saing ASEAN terhadap Tiongkok dan India guna menarik
investasi asing. Sebab investasi asing diperlukan untuk memperluas lapangan kerja dan
meningkatkan kesejahteraan. Melalui MEA dapat membuka peluang suatu negara menjual
barang dan jasa dengan mudah di negara anggota ASEAN, membentuk pasar tenaga kerja
profesional (seperti guru, dokter, ahli ketenikan, akuntan, dll) yang dapat mengisi berbagai
jabatan dan profesi yang tertutup atau kekurangan sumber daya manusia di Indonesia.
Melalui MEA semua penduduk Asia Tenggara bersaing untuk menjadi tenaga kerja di negara-
negara ASEAN, membuka pasar dan lapangan kerja yang semakin bersaing, menuntut
pendidikan yang berkualitas dengan mutu lulusan yang memiliki pengetahuan, sikap, dan
terbuka di pasaran global. Kegiatan ekonomi juga semakin luas dan bersaing bebas antar
negara ASEAN
2. Pengaruh perubahan ruang dan interaksi antar ruang terhadap keberlangsungan kehidupan
budaya di negara-negara ASEAN
Kerjasama budaya ASEAN terus berkembang dan berubah dengan menonjolkan kebudayaan
sebagai faktor utama pembangunan komunitas ASEAN. Konferensi ke-6 Menteri Kebudayaan
dan Kesenian di kota Hue Vietnam bertema,”Meningkatkan peranan kebudayaan terhadap
perkembangan yang berkesinambungan dari Komunitas ASEAN,” menegaskan suatu tekad
tentang satu komunitas bersama,visi bersama, dan jati diri bersama. Salah satu wujudnya
adalah
a. Festival budaya ASEAN.
Festival budaya ASEAN di Purwakarta tanggal 29 Juni 2013 yang diikuti 9 negara
anggota ASEAN menjadi sarana memperkenalkan kebudayaan kota dan Kabupaten
Purwakarta ke masyarakat ASEAN, memperkenalkan kebudayaan sesama negara
anggota ASEAN, dan upaya menambah devisa dari sektor pariwisata.
b. Industri musik
Pengembangan budaya melalui musik salah satunya adalah Dangdut
Akademi Asia sebagai ajang pengikat
generasi muda yang diikuti Thailand,
Indonesia, Malaysia, Brunei
Darussalam, Singapura, Timor Leste.
Perkemba ngan industri musik sangat
maju. Konser, festival musik, dan
berbagai even lainnya menunjukkan hal tersebut
c. Perkemahan Pemuda ASEAN
Perkemahan budaya serumpun adalah kegiatan perkemahan budaya negara-negara
ASEAN yang diprakarsai Indonesia–Malaysia–Brunei Darussalam dengan tujuan
menanamkan dan meningkatkan pemahaman penghayatan nilai-nilai budaya bangsa
serumpun demi menciptakan ketahanan budaya. Perkemahan ini diarahkan pada
pembinaan mental dan spiritual, wawasan kebangsaan budaya, ilmu pengetahuan
dan teknologi, persaudaraan dan persahabatan, peningkatan keterampilan, dan
olahraga, serta kepedulian terhadap masyarakat.
Kegiatan ini berlangsung di Sambas (tahun 2010), Makassar (2012) dan yang
akan datang di Kabupaten Siak (2017).dengan agenda mendukung kelestarian dan
peningkatan silaturahmi, mewariskan dan menanamkan nilai-nilai budaya luhur
kepada genersai muda, serta memperkuat komitmen terhadap suksesnya
pendidikan, mendukung program kepariwisataan, khususnya dengan
memperkenalkan budaya daerah sebagai daerah tujuan wisata terpilih dan spesifik
dari bangsa Indonesia – Malaysia – Brunei Darussalam.
3. Pengaruh perubahan ruang dan interaksi antar ruang terhadap keberlangsungan kehidupan
sosial di negara-negara ASEAN
Kehidupan sosial masyarakat Asia Tenggara yang berbeda dan hidup berdampingan
terkadang memunculkan pertentangan karena perbedaan kepentingan. Pada Tahun 2015,
ribuan pengungsi warga Myanmar membanjiri negara-negara tetangga, yaitu Malaysia,
Thailand, dan Indonesia dengan menggunakan perahu. Pengungsi ini kemudian dikenal
sebagai manusia perahu. ASEAN mengimbau negara-negara anggotanya agar menerima
untuk sementara para manusia perahu itu atas pertimbangan kemanusiaan. Migrasi ini
berpengaruh terhadap dinamika jumlah kependudukan suatu negara baik bagi yang
mengungsi ataupun negara tujuan pengungsian. Selain itu, menimbulkan interaksi sosial,
seperti simpati dan empati antarpengungsi dan penduduk setempat daerah pengungsian.
4. Pengaruh perubahan ruang dan interaksi antar ruang terhadap keberlangsungan kehidupan
politik di negara-negara ASEAN
Perubahan dan interaksi antarruang terhadap kehidupan politik baik antarnegara atau
antarmasyarakat di Asia Tenggara diantaranya kasus yang menjadi sorotan yaitu:
a) Sengketa Perbatasan Wilayah
Masalah perbatasan wilayah seperti kasus Pulau Natuna, kasus Sipadan dan Ligitan,
kasus Kepulauan Spratly, Kuil Preah Vihear, dan Pulau Pedra Branca.
Kasus Natuna diawali klaim sepihak Tiongkok tahun 2009 melalui gambar
sembilan titik yang ditarik dari Kepulauan Spratly di tengah Laut Tiongkok Selatan
sehingga Pulau Natuna diklaim sebagai wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Tiongkok.
Pengaruh perubahan kebijakan Tiongkok tersebut diprotes pemerintah Indonesia
melalui Komisi Landas Kontinen PBB. Sampai saat ini, PBB belum
memprotes tersebut. Tiongkok juga tidak pernah menyinggung
isu itu, sehingga hubungan Beijing-Jakarta relatif tenang. Untuk
mencegah agar potensi konflik tidak meluas, lebih dari 20 ribu
personil TNI dikerahkan untuk menjaga perairan Natuna,
Yang diperkirakan mengandung cadangan gas terbesar di Asia
Gambar 1.18 Letak Pulau Natuna
Pulau Sipadan dan Ligitan yang seharusnya milik Indonesia diklaim Malaysia.
Mahkamah Internasional mengabulkan klaim Malaysia tersebut dan ini menjadi pelajaran
Indonesia agar lebih tertib dan tegas lagi dalam melakukan inventarisasi batas wilayah,
terutama di pulau-pulau terluar, Kepulauan Spratly masih menjadi objek sengketa negara
Vietnam, Filipina.
Kasus batas wilayah di Kuil Preah Vihear antara Tiongkok, Thailand, dan
Kamboja.Kasus Pulau Pedra Branca diklaim Malaysia, tetapi akhirnya kepemilikannya jatuh
kepada Singapura.
Sengketa perebutan wilayah yang mengklaim atau mengakui kepemilikan suatu
wilayah kadang menimbulkan konflik antarnegara, sehingga perbatasan wilayah sangat
sensitif apabila terjadi sengketa. Negara-negara yang bersengketa tersebut terus
mengupayakan penyelesaian melalui cara diplomasi.
b) Pekerja Migran
Pesatnya laju globalisasi meningkatkan jumlah pekerja migran dari berbagai negara
sehingga diperlukan aturan perlindungan hak dan kewajiban yang selayaknya disepakati
negara-negara asal dan negara-negara tujuan.
Salah satu kasus pekerja migran adalah kerja paksa tenaga asing dengan biaya murah dan
perdagangan pekerja rumah tangga migran. Bagi ASEAN, kasus tersebut menjadi perhatian
tersendiri. Beberapa negara ASEAN menawarkan untuk menyusun peraturan terkait sistem
rekrutmen, penempatan kerja, dan besaran upah yang diberikan. Maka kerangka kebijakan
regional bagi perlindungan pekerja migran difokuskan pada:
1. Pemberian bantuan teknis kepada Kelompok Kerja ASEAN tentang Pekerja Migran,
yang terdiri dari serikat pekerja, organisasi nonpemerintah, organisasi pekerja migran
dan akademisi.
2. Melakukan advokasi, lobi, menyusun rancangan dan menyelenggarakan konsultasi
regional dan nasional mengenai Deklarasi ASEAN dan suatu Instrumen ASEAN yang
bersifat mengikat bagi Perlindungan Tenaga Kerja Migran, sebagaimana ditetapkan
dalam mandat Rencana Aksi Vientiane ASEAN.
3. Mendukung jejaring nasional pekerja migran dan pekerja rumah tangga migran dalam
membentuk Aliansi Pekerja Rumah Tangga Asia di tingkat regional (Asian Domestic
Workers Alliance/ADWA) untuk mengadvokasi kesetaraan hak asasi manusia dan
perlindungan ketenagakerjaan bagi pekerja rumah tangga di Asia.
5. Pengaruh perubahan ruang dan interaksi antar ruang terhadap keberlangsungan kehidupan
pendidikan di negara-negara ASEAN
Tantangan di bidang pendidikan ASEAN terletak pada ketimpangan mutu pendidikan di
7.446 perguruan tinggi yang berada di negara-negara anggota ASEAN. Perubahan paradigma
kualitas pendidikan dan mutu lulusan yang kompeten baik dari segi objek pelajaran, metode
pembelajaran, kualitas guru seiiring dengan meningkatnya akses informasi belajar.
Khususnya Indonesia dalam menghadapi MEA berupaya memberi kesempatan pada
lembaga pendidikan untuk melakukan reformasi menyeluruh dalam pendidikan seperti
sertifikasi, akreditasi, standarisasi pendidikan,peningkatan gaji dan kesejahteraan pendidik,
serta rekrutmen pendidik yang profesional.